Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Mei 2021, 1 (5), 488 - 495
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
10.36418/cerdika.v1i5.90 488
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS KANDUNGAN YODIUM
DENGAN METODE RAPID TEST KIT
Della Puspita
1
, Riska Yudhistia
2
dan Sandry Kesuma
3
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang, Indonesia
dellaepuspita0912@gmail.com
1
, riskayudhistia@gmail.com
2
,
sandrykesuma1207@gmail.com3
Abstract
Received:
Revised :
Accepted:
12-04-2021
20-05-2021
23-05-2021
The use of iodine fortified table salt is an effort to overcome
various diseases due to iodine deficiency, however, from the
results of previous studies, it was found that the iodine
content in table salt did not meet the predetermined
standards, namely at least 30 ppm. The standard method of
determining the iodine content in table salt seems less
practical. Therefore, in this study a method of measuring the
iodine content in table salt using a rapid test kit has been
developed. In this developed method, the determination of
iodine concentration in iodized table salt is based on the
formation of a blue purple color from the iodine-starch
complex. The intensity of the blue purple color formed is
determined by its RGB value by digital imaging using a
smartphone and Photoshop CS3. The RGB value obtained
was converted into absorbance using the lambert-beer law.
The validation of this method was carried out using pure
NaCl fortified with KIO3 with a concentration of 30 ppm, and
obtained an accuracy of 101.015%, 1.889% relative standard
deviation (RSD), detection limit and quantitation limit of
18.59915 ppm 56.36106 ppm. Measurement of iodine content
in 3 samples of table salt using the rapid test kit method
yielded 23.5 results; 16,468 and 35,351 ppm, this shows that
there is still iodized table salt that does not meet the standard.
Keywords: iodized salt; iodine; the rapid test kit method.
Abstrak
Penggunaan garam dapur yang telah difortifikasi yodium
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi berbagai
penyakit akibat kekurangan yodium, akan tetapi dari hasil
penelitian sebelumnya masih ditemukan kandungan yodium
dalam garam dapur yang belum memenuhi standar yang telah
ditetapkan yakni minimal 30 ppm. Metode standar penentuan
kandungan yodium dalam garam dapur terkesan kurang
praktis. Oleh karena itu dalam penelitian ini telah
dikembangkan metode pengukuran kandungan yodium dalam
garam dapur menggunakan rapid tes kit. Dalam metode yang
dikembangkan ini, penentuan konsentrasi yodium dalam
garam dapur beryodium didasarkan pada pembentukan warna
Della Puspita, Riska Yudhistia dan Sandry Kesuma /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 488 -
495
Pengembangan Metode Analisis Kandungan Yodium dengan Metode
Rapid Test KIT 489
biru ungu dari kompleks iod-amilum. Intensitas warna biru
ungu yang terbentuk ditentukan nilai RGBnya dengan
pencitraan digital menggunakan smatphone dan photoshop
CS3. Nilai RGB yang diperoleh dikonversi menjadi
absorbansi menggunakan hukum lambert-beer. Validasi
metode ini dilakukan dengan menggunakan NaCl murni yang
difortifikasi KIO
3
dengan konsentrasi 30 ppm, dan diperoleh
akurasi sebesar 101,015%, simpangan baku relative (RSD)
1,889%, limit deteksi dan limit kuantitasi sebesar 18.59915
ppm 56.36106 ppm. Pengukuran kandungan yodium pada 3
sampel garam dapur dengan metode rapid tes kit ini
memperoleh hasil 23,5; 16,468 dan 35,351 ppm, hal ini
menunjukkan bahwa masih ada garam dapur beryodium
yang tidak memenuhi standar.
Kata kunci: garam beryodium; yodium; metode rapid tes
Kit.
Coresponden Author : Sandry Kesuma
Email : sandrykesuma1207@gmail.com
CC BY ND
PENDAHULUAN
Yodium dibutuhkan oleh tubuh sekitar 100-150 mikrogram tiap orang per hari,
yodium mempunyai peranan sangat penting dalam memproduksi hormon tiroid. Hormon
ini berperan dalam proses metabolisme tubuh (Pratiwi, 2012), Kekurangan yodium ini
dapat menyebabkan gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai oleh
gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang
dewasa (Munawir, 2010). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan
sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur
yodium secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan dapat dicegah dengan
pemberian unsur yodium (Simanjuntak et al., 2020).
Fortifikasi yodium pada garam dapur merupakan salah satu cara yang digunakan
pemerintah untuk mengatasi berbagai gangguan akibat kekurangan yodium. Pemilihan
garam sebagai media iodisasi dikarenakan garam merupakan bumbu dapur yang pasti
digunakan di rumah tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan dalam
industri pangan, sehingga diharapkan keberhasilan program GAKY akan tinggi. Selain
itu, didukung sifat kelarutan garam yang mudah larut dalam air (DepKes, 2000).
Akan tetapi masih banyak ditemukan garam yang berlabelkan garam beryodium
dengan kadar yodium yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dimana
menurut SNI 3556-2010 (Indonesia, 2000) tentang Garam Konsumsi Beryodium dan
Peraturan Menteri Perindustrian No. 42/M-IND/PER11/2005 tentang Pengolahan,
Pengemasan dan Pelabelan Garam Beryodium, iodium yang ditambahkan dalam garam
adalah sebanyak 30-80 mg KIO
3
/ Kg garam (30-80 ppm).
Penelitian tentang kadar yodium dalam garam dapur beryodium di Kabupaten
Rokan Hulu dengan mneggunakan metode titrasi iodometri menunjukkan bahwa dari 6
sampel yang dianalisis terdapat 3 sampel yang yang tidak memenuhi standar (Akhiruddin,
2011). Penelitian lain tahun 2013 dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis
yang dilakukan oleh pada 10 sampel garam beryodium yang beredar di Kota Bitung
memperoleh hasil bahwa 5 sampel garam tersebut tidak memenuhi standar kadar kalium
Della Puspita, Riska Yudhistia dan Sandry Kesuma /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 488 -
495
Pengembangan Metode Analisis Kandungan Yodium dengan Metode
Rapid Test KIT 490
iodat yang di persyaratkan SNI yaitu sebanyak 30-80 mg KIO
3
/ Kg garam (Kapantow et
al., 2013). Penelitian serupa yang dilakukan Dita Anisya Keswara pada tahun 2019
dengan 16 sampel garam beryodium juga menunjukkan bahwa 11 sampel garam
beryodium tidak memenuhi standar. Hal ini menunjukkan masih banyak garam
beryodium yang tidak memenuhi standar beredar dipasar.
Penentuan kadar yodium dalam garam dapur dapat dilakukan dengan
menggunakan Titrasi Iodometri, Spektrofotometri UV-VIS, dan Metode Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode titrasi iodometri merupakan metode analisis yang
mudah dikerjakan dan tidak memakan biaya yang mahal namun dalam analisisnya
diperlukan banyak reagen serta memerlukan keahlian khusus. Metode spektrofotometri
uv-vis ini akan menghasilkan data yang lebih akurat. Namun dalam prakteknya analisis
kuantitatif hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah ahlinya dalam bidang tersebut dan
untuk melakukan analisis menggunakan metode yang dianjurkan berdasarkan SNI yaitu
metode Spektrofotometri UV-VIS haruslah menggunakan instrument, untuk melakukan
analisis dengan menggunakan instrument budget yang dibutuhkan cukup banyak.
Oleh karena itu, penelitian semi-kuantitatif terhadap kadar yodium pada garam
dapur merupakan solusi agar masyarakat dapat melakukan analisis dengan mudah, tanpa
memerlukan keahlian yang khusus dan biaya yang mahal. Analisis semi-kuantitatif ini
merupakan analisis dimana dilakukan perpaduan antara analisis kualitatif dan kuantitatif.
Dalam analisis semi-kuantitatif ini pengujiannya dilakukan dengan menggunakan metode
Test-Kit, dimana prinsip metode Test Kit ini yaitu reaksi oksidasi pembentukan kompleks
antara yod-amilum yang berwarna biru ungu. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
mengembangkan metode semi-kuantitatif terhadap kadar yodium dalam garam dapur.
Metode rapid test yang dikembangkan ini menggunakan prinsip reaksi redoks antara ion
iodat yang terkandung dalam garam dapur dengan ion iodida yang berasal dari reagen test
kit ditambahkan. Selanjutnya iodin yang terbentuk dari reaksi tersebut direaksikan dengan
amilum sehingga terbentuk larutan berwarna biru ungu. Intensitas warna biru ungu yang
terbentuk dari reaksi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan intensitas warna biru
ungu yang dihasilkan oleh larutan standar.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan adalah peralatan gelas, botol semprot, bola
penghisap, neraca analitik, smartphone, aquades, KIO
3
merk pudak, KI pa., NaCl pa.,
HCl Pekat, amilum, dan Sampel Garam Dapur merk A, B, C.
Komposisi larutan test kit yodium terdiri dari HCl pekat, larutan KI 10% yang
dibuat dengan melarutkan 10 gram Kristal KI dalam 100 mL air dan larutan amilum 1%
yang dibuat dengan melarutkan 1 gram amilum dalam 100 air dan selanjutnya
dipanaskan.
Larutan stok KIO
3
100 ppm dibuat dengan menimbang 0,1 gram kristal KIO
3
dan
selanjutnya dilarutkan dalam air hingga 1000 mL. Larutan standar KIO
3
10-100 ppm
dibuat dengan memipet sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 ml larutan KIO
3
100 ppm,
kemudian dimasukkan dalam labu takar 10 mL dan ditambahkan air hingga tanda batas.
Larutan uji dibuat dengan menimbang 2 gram garam dapur dan mengencerkannya
dengan air hingga 10 mL.
Penentuan kadar yodium dalam larutan standar dan larutan uji dilakukan dengan
memipet 1 mL larutan dan selanjutnya dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 1 mL larutan KI 10%, 1 mL larutan amilum 1% dan 1 tetes HCl pekat.
sehingga terbentuk larutan berwarna biru ungu. Intensitas warna biru ungu dari
larutan uji diukur absorbansinya dengan menggunakan pencitraan digital. Warna biru
Della Puspita, Riska Yudhistia dan Sandry Kesuma /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 488 -
495
Pengembangan Metode Analisis Kandungan Yodium dengan Metode
Rapid Test KIT 491
ungu yang terbentuk dari tiap-tiap larutan selanjutnya ditentukan nilai RGB-nya melalui
pencitraan digital dengan menggunakan smartphone dan photoshop CS3. Nilai RGB yang
diperoleh ini selanjutnya dikonversi menjadi nilai absorbansi dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer.
Validasi metode rapid test ini dilakukan dengan menggunakan larutan NaCl 20%
yang difortifikasi dengan KIO
3
, dimana sebanyak 2 gram kristal NaCl dimasukkan dalam
labu ukur 10 mL kemudian ditambahkan 3 mL larutan KIO
3
100 ppm dan selanjutnya
ditambahkan air hingga 10 mL. Penentuan kadar KIO
3
dalam larutan ini dilakukan
dengan cara memipet 1 mL larutan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Selanjutnya
tambahkan 1 mL larutan KI 10%, 1 mL larutan amilum 1% dan 1 tetes HCl pekat
sehingga terbentuk larutan berwarna biru ungu. Intensitas warna biru ungu yang terbentuk
ditentukan nilai RGB-nya secara pencitraan digital dengan menggunakan smatphone dan
Photoshop CS3. Nilai RGB yang diperoleh ini selanjutnya dikonversi menjadi nilai
absorbansi.
Dalam pencitraan digital digunakan smartphone untuk mendokumentasikan
perubahan warna yang dihasilkan pada masing-masing konsentrasi, pada pengambilan
gambar menggunakan smartphone dikondisikan pada jam yang sama, penerangan yang
sama. Kemudian hasil dokumentasi dilihat nilai intensitas warna RGB yang diperoleh
dengan menggunakan aplikasi Photoshop CS3 dan dihitung absorbansi dari masing-
masing konsentrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Perlakuan larutan standar KIO
3
10-100 ppm dengan larutan test kit menghasilkan
warna biru ungu dengan intensitas warna yang meningkat seperti ditunjukkan pada
gambar 1. Selanjutnya larutan berwarna yang terbentuk ditentukan nilai RGB-nya secara
pencitraan digital, nilai RGB dari masing-masing konsentrasi larutan ditunjukkan pada
table 1.
Gambar 1. Standar warna test kit yodium
Tabel 1. Nilai RGB warna biru larutan standar
Intensitas Warna
Red (R)
Green (G)
169,333
140,000
105,000
105,000
93,6667
75,6667
82,3333
73,3333
72,3333
63,6667
63,6667
58,3333
Della Puspita, Riska Yudhistia dan Sandry Kesuma /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 488 -
495
Pengembangan Metode Analisis Kandungan Yodium dengan Metode
Rapid Test KIT 492
56,6667
50,000
48,3333
44,000
44,000
38,6667
40,3333
31,6667
33,6667
25,000
Data nilai RGB larutan yang dipeproleh ini selanjutnya dikonversi menjadi nilai
absorbansi menggunakan hukum Lambert-Beer.
B. Pembahasan
Kandungan yodium pada garam dapur dapat dianalisis dengan metode reaksi
warna, dimana kandungan yodium pada garam dapat dideteksi dalam bentuk senyawa
KIO
3.
Senyawa KIO
3
yang terdapat dalam garam akan membentuk kompleks berwarna
biru apabila direaksikan dengan larutan test kit yodium. Pada komposisi larutan test kit
terdapat larutan KI 10% yang berfungsi untuk mereduksi ion iodat dalam KIO
3
menjadi I
2
dalam suasana asam dari HCl. I
2
yang terbentuk ini selanjutnya akan bereaksi dengan
larutan amilum menghasilkan larutan berwarna biru ungu. Reaksi total yang terjadi pada
proses tersebut dapat dilihat pada persamaan reaksi dibawah ini (Skoog et al., 2013):
Warna biru ungu yang terbentuk ini selanjutnya ditentukan nilai RGB melalui pencitraan
digital dengan bantuan smartphone dan Photoshop CS3. Nilai RGB yang diperoleh ini
selanjutnya dikonversi menjadi nilai absorbansi melalui persamaan Lamberr-Beert, 𝐴 =
𝑙𝑜𝑔
𝐼
0
𝐼
(Rismiarti & Indrawati, 2017). Hasil konversi nilai RGB menjadi absorbansi
larutan standar dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 2. Nilai Absorbansi Kompleks KIO
3
dengan Test Kit Yodium
Absorbansi
Red (R)
Green (G)
0,207
0.125
0,257
0,267
0,313
0,280
0,369
0,342
0,425
0,380
0,475
0,447
0,544
0,502
0,585
0,559
0,623
0,645
0,701
0,748
Berdasarkan tabel 2 nilai absorbansi telihat bahwa untuk intensitas warna green
dan blue menunjukkan nilai absorbansi yang tidak memenuhi persamaan Lambert Beer,
Dimana persamaan Lambert Beer menyebutkan nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8
(0,2 A 0,8) (Dinata et al., n.d.). Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar dari
kisaran tersebut maka hubungan absorbansi dengan konsentrasi tidak linier lagi. Dari data
hasil absorbansi ini digunakan hasil absorbansi intensitas warna red hal ini dikarenakan
KIO
3
+ 5KI + 6HCl 6KCl + 3I
2
+ 3H
2
O
I
2
+ Amilum I
2
-Amilum (Biru)
Della Puspita, Riska Yudhistia dan Sandry Kesuma /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 488 -
495
Pengembangan Metode Analisis Kandungan Yodium dengan Metode
Rapid Test KIT 493
absorbansi telah memenuhi persamaan Lambert Beer dan memiliki nilai r yang bagus
yaitu 0,9978.
Gambar 1. Kurva Linieritas larutan standar KIO
3
berdasarkan absorbansi RGB
Dari data hasil absorbansi yang terlihat pada gambar 4.2 diperoleh persamaan
regresi linier untuk intensitas warna red y = 0,0054x + 0,1521. Berdasarkan kurva standar
nilai kemiringan (slope) dan intersepnya adalah 0,0054 dan 0,1521. Nilai r dari kurva
standar tersebut adalah 0,9978, dimana dalam hal ini nilai r sudah mendekati 1,
mendekati garis lurus (linier). Nilai r dari kurva standar menunjukkan linieritas dari suatu
metode analisis, semakin nilai r mendekati 1 maka metode analisis semakin linier. Dari
hasil uji linieritas maka dapat diperoleh nilai LOD sebesar 18.59915 ppm dan LOQ
sebesar 56.36106 ppm. Nilai limit deteksi (LOD) sebesar 18,59915 ppm mengartikan
bahwa dalam analisis jumlah analit terkecil yang masih bisa dideteksi sebesar 18,59915
ppm. Sedangkan nilai limit kuantisasi (LOQ) sebesar 56,36106 ppm mengartikan bahwa
dalam analisis KIO
3
menggunakan test kit yodium ini jumlah analit terkecil yang masih
bisa diukur dengan akurat (tepat) dan presisi (teliti) adalah 56,36106 ppm (Harmita,
2004).
Pada penelitian ini uji akurasi dilakukan dengan menentukan persentase
perolehan kembali (% recovery). Dimana dalam penentuan nilai % recovery digunakan
larutan yang telah diketahui konsentrasinya yaitu larutan standar warna 50 ppm. Hasil
pengukuran nilai RGB pada warna merah diperoleh 63,667 dan absorbansinya 0,424,
sehingga diperoleh % recovery sebesar 101,015 %. Besarnya % recovery dapat
disimpulkan cukup baik karena sesuai dengan persyaratan akurasi yaitu 80-110%.
Merujuk persyaratan nilai akurasi yang tertera dalam AOAC, nilai akurasi yang diterima
untuk konsentrasi 10-100 ppm adalah 80-115% dan untuk konsentrasi 100 sampai 1000
ppm adalah 85-110%. Uji presisi metode rapid test ini menggunakan larutan garam
dengan konsentrasi KIO
3
30 ppm. Hasil pengukuran nilai RGB pada warna merah
diperoleh 83,333 dan absorbansinya 0,313, sehingga diperoleh presisi yang dinyatakan
sebagai nilai simpangan baku relative (RSD) sebesar 1,889%. Menurut Association of
Official Analytical Chemist (AOAC) Guidelines yang merupakan acuan dalam validasi
metode analisis, nilai RSD presisi keterulangan yang diterima untuk senyawa dengan
kadar 100 adalah tidak lebih dari 4% (Horwitz, 2002). Berdasarkan hasil uji presisi dapat
diketahui bahwa nilai RSD yang diperoleh memiliki presisi yang baik dan metode test kit
ini telah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Della Puspita, Riska Yudhistia dan Sandry Kesuma /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 488 -
495
Pengembangan Metode Analisis Kandungan Yodium dengan Metode
Rapid Test KIT 494
Aplikasi larutan test kit yodium digunakan pada 3 sampel garam beralbelkan
garam beryodium yang diberi kode A, B, dan C. Pada pengujian ini masing-masing
sampel garam tersebut ditimbang sebanyak 2 garam dan kemudian dilarutkan dalam 10
ml aquades. Setelah itu larutan sampel yang telah dibuat diambil sebanyak 1 ml dan diuji
menggunakan larutan test kit yodium. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan
standar warna dan diperoleh hasil absorbansi dari sampel A, B dan C adalah 0,279; 0,242
dan 0,357. Hasil perhitungan kadar yodium dalam masing-masing sampel diperoleh 23,5;
16,468 dan 35,351 ppm, hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya garam beryodium
yang tidak memenuhi kadar yodium standar seperti yang telah ditetapkan dalam SNI
nomor 3556-2010 Tentang Garam Konsusmsi Beryoodium
KESIMPULAN
Metode rapid test kit untuk penentuan kadar yodium dalam garam dapur yang
telah dikembangkan ini mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang baik dengan nilai
%recovery sebesar 101,015 % dan simpangan baku relative (RSD) sebesar 1,889%. Hal
ini menunjukkan bahwa metode yang dikembangkan ini dapat digunakan untuk
penentuan kadar yodium yang terkandung dalam garam dapur.
Aplikasi metode rapid test kit ini pada 3 sampel garam dapur beryodium A, B dan
C memperoleh kadar yodium sebesar 23,5; 16,468 dan 35,351 ppm, hal ini menunjukkan
bahwa masih ada garam dapur yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kestabilan warna biru ungu yang
terbentuk dari reaksi antara KIO
3
yang terkandung dalam garam dapur dengan larutan
rapid test kit.
BIBLIOGRAPHY
Akhiruddin, M. (2011). Analisis Kadar kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dapur
Dengan Menggunakan Metode Iodometri Yang Beredar Di Pasar Ujung Batu
Kabupaten Rokan Hulu. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
DepKes, R. I. (2000). Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dinata, A. A., Lutfi, F., & Rina, E. (n.d.). Penerapan Kemometrik Pada Metode Citra
Digital untuk Analisis Kuantitatif Ion Merkuri (II). Universitas Bengkulu.
Harmita, H. (2004). Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan Cara Perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(3), 1.
Horwitz, W. (2002). AOAC guidelines for single laboratory validation of chemical
methods for dietary supplements and botanicals. Gaithersburg, MD, USA: AOAC
International, 1219.
Kapantow, A. N., Fatimawali, F., & Yudistira, A. (2013). Identifikasi dan Penetapan
Kalium Iodat Dalam Garam Dapur yang Beredar di Pasar Kota Bitung dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. PHARMACON, 2(1).
Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan, cetakan kelima belas. Liberty,
Yogyakarta.
Della Puspita, Riska Yudhistia dan Sandry Kesuma /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 488 -
495
Pengembangan Metode Analisis Kandungan Yodium dengan Metode
Rapid Test KIT 495
Pratiwi, D. (2012). Hygiene sanitasi pedagang kue dan keberadaan Escherichia coli pada
makanan jajanan kue cucur di wilayah pasar tradisional Desa Kaliyoso Kecamatan
Bongomeme Kabupaten Gorontalo Tahun 2012. Public Health Journal, 1(1),
37212.
Rismiarti, Z., & Indrawati, R. (2017). Karakterisasi Metode Paper Analytical Device
Berbasis Pencitraan Digital Untuk Deteksi Kadmium. CHEMISTRY PROGRESS,
10(2).
Simanjuntak, M. D. M., Susilawati, S., & Munandar, M. (2020). Uji Kualitas Gizi Dan
Uji Organoleptik Serta Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans Poir)
Hasil Biofortifikasi Yodium Yang Dibudidayakan Secara Hidroponik. Sriwijaya
University.
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2013). Fundamentals of
analytical chemistry. Cengage learning.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons
Attribution (CC BY ND) license
(https://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).