Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Me 2020, 1 (5), 567 - 578
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
10.36418/cerdika.v1i5.87 567
LITERATUR RIVIEW: ASUPAN KALIUM PADA PENYAKIT GINJAL
KRONIS
Tri Hidayat
1
, Evi Tresnowati
2
, Nadhiya Aprilliani Sunarno
3
, Inggita Kusumastuty
4
Program Studi Dietisien, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang,
Indonesia
1,2,3,4
gz3_hidayat@yahoo.com
1
eno.gizi@gmail.com
2
; nadhiyaapriliani@gmail.com
3
4
Abstract
Received:
Revised :
Accepted:
22-04-2021
17-05-2021
22-05-2021
Hyperkalemia is common in patients with chronic kidney
disease (CKD). History of hyperkalemia increased by 31%
among patients with an estimated glomerular filtration rate
(eGFR) of ml/min/ 1.73 m2. The prevalence of
hyperkalemia in CKD patients was 14-20%, while the
prevalence of hypokalemia was not much different, around
12-18%. One of the ways to manage the diet for CKD patients
is to limit potassium. Foods that contain lots of potassium are
fruits and vegetables. The purpose of this study was to
examine the role of potassium intake in the development of
CKD. This research is a literature review with a narrative
method that examines results of research related to potassium
intake in the development of CKD from 2017-2020 in the
online database of Pub Med, Science Direct, MDPI totaling
1541 articles. 3 articles met the inclusion criteria, the
subjects were CKD patients with or without complications
with both dialysis and without dialysis, and discussed
potassium intake in CKD patients. The results of the study
indicated that blood potassium levels were not fully
influenced by the intake of potassium sources. Limitation of
potassium intake has the potential to protect the nerves of
CKD patients however, a high-potassium diet can reduce
blood pressure 3.5 mmHg to CKD patients with hypertension.
This research is expected to be the basis for further research
on the role of potassium intake in the development of CKD
disease as a whole by considering other factors outside of
intake.
Keywords: potassium; hyperkalemia; hypokalemia; chronic
kidney disease.
Abstrak
Hiperkalemia umum terjadi pada pasien ginjal kronis (PGK).
Riwayat hiperglikemia meningkat 31% di antara pasien
dengan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) 20
mL/menit / 1,73 m
2.
Prevalensi hiperkalemia pada pasien
PGK sebesar 14-20% sedangkan prevalensi hipokalemia juga
tidak jauh berbeda yaitu sekitar 12-18%. Penatalaksanaan diet
untuk pasien PGK salah satunya adalah membatasi kalium
dimana makanan yang banyak mengandung kalium adalah
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 568
buah dan sayur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
peran asupan kalium pada perkembangan PGK. Penelitian ini
merupakan litelatur riview dengan metode naratif yang
mengkaji hasil penelitian terkait asupan kalium pada
perkembangan PGK dari tahun 2017-2020 di database online
Pub Med, Science Direct, MDPI sebanyak 1541 artikel. Ada 3
artikel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu subjek
merupakan pasien PGK dengan atau tanpa komplikasi baik
dengan dialisis maupun tanpa dialysis, serta membahas
asupan kalium pada pasien PGK. Hasil kajian menunjukkan
bahwa kadar kalium darah tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
asupan makanan sumber kalium. Pembatasan asupan kalium
berpotensi memberikan perlindungan pada saraf pasien PGK,
namun diet tinggi kalium dapat menurunkan tekanan darah
3,5 mmHg pada pasien PGK dengan hipertensi. Penelitian ini
diharapkan menjadi dasar penelitian lanjutan mengenai peran
asupan kalium terhadap perkembangan penyakit PGK secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan faktor lain diluar
asupan.
Kata kunci: kalium; hyperkalemia; hipokalemia; gagal
ginjal kronis.
*Correspondence: Tri Hidayat
CC BY ND
PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan kerusakan ginjal atau penurunan
Glomerulal Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 mL/menit/1,73m
2
selama minimal 3
bulan atau lebih dengan dampak ekskresi cairan dan hasil metabolisme akan menurun
(Morimoto K. T., 2018). (Hill, 2016) dalam metaanalisisnya menyatakan bahwa
prevalensi PGK saat ini mencapai 13% di seluruh dunia, dan WHO menyebutkan 12
kematian dari 100.000 orang disebabkan oleh PGK. Angka kejadian PGK di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter menurut data dari Riskesdas pada tahun 2018 yaitu sebesar
19,33% atau 2.850 penderita gagal ginjal kronis. Jumlah tersebut meningkat dari 2% per
mil pada tahun 2013 menjadi 3,7% per mil pada tahun 2018 (RI, 2018). Selain itu,
berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia,
jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk,
60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut (Data, 2018).
Hiperkalemia merupakan kelainan elektrolit yang umum terjadi pada pasien gagal
ginjal kronis
(Ortega, 2012). Riwayat hiperkalemia meningkat sejalan dengan penurunan
GFR sebanyak 31% di antara pasien dengan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR)
20 mL/menit / 1,73 m
2
(Sarafidis, 2012). Prevalensi hiperkalemia pada pasien GGK
(kalium serum 5 mEq/L) adalah 14-20%, sedangkan prevalensi hipokalemia juga tidak
jauh berbda (kalium serum ≤ 4 mEq /L) adalah 12% -18% (Luo, 2016).
Syarat diet yang biasa direkomendasikan untuk pasien gagal ginjal yaitu dengan
membatasi asupan buah dan sayuran karena kandungan kaliumnya yang tinggi (Cases,
2019). Penelitian yang dilakukan oleh Goroya et al (2014) pada pasien GGK stadium 2
dan 3, menemukan bahwa diet tinggi buah-buahan dan sayuran tidak menyebabkan
hiperkalemia, sebaliknya justru memperbaiki asidosis metabolik serupa dengan
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 569
suplementasi bikarbonat dan mengurangi penanda cedera ginjal. Meskipun penelitian
tersebut mengecualikan individu dengan risiko tinggi untuk hiperkalemia, seperti mereka
yang menderita diabetes atau mereka yang memiliki kadar kalium > 4,6 mEq /L. Namun
tetap perlu kehati-hatian pada pasien PGK dengan eGFR <30 mL/menit/1,73 m2,
disarankan diet pembatasan kalium
(Goraya, 2014). Pola makan nabati, meskipun
kandungan kaliumnya relatif lebih tinggi, belum terbukti menyebabkan hiperkalemia
pada pasien ini
(Joshi, 2019). Selain itu, rekomendasi teknik memasak yang dapat
membantu mengurangi kandungan Kalium dari sayuran dan kacang-kacangan perlu
dipertimbangkan dalam menurunkan risiko hiperkalemia (Cases, 2019).
Penatalaksanaan diet untuk pasien PGK terutama yang menjalani hemodialisis
perlu membatasi makanan tinggi kalium yang banyak terdapat pada buah dan sayur,
sehingga asupan serat pasien PGK mungkin lebih rendah dibandingkan orang sehat
(Salmean, 2013). (Saglimbene, 2019) menyebutkan bahwa asupan buah dan sayuran pada
populasi hemodialisis rendah, hanya 4% dari populasi penelitian yang mengkonsumsi
setidaknya 4 porsi/hari seperti yang direkomendasikan pada populasi umum. Asupan
buah dan sayur yang lebih tinggi dapat mengurangi semua penyebab dan kematian
nonkardiovaskular.
Rekomendasi yang ada saat ini terkait asupan kalium terutama berfokus pada
pembatasan jika terjadi hiperkalemia, namun belum ada konsensus tentang target asupan
kalium makanan (Picard, 2020). The 2004 Kidney Disease Outcomes Quality Initiatives
(KDOQI) merekomendasikan bahwa pasien dengan GGK stadium 3-5 membatasi kalium
menjadi 2-4 g/hari (Levey, 2004). Academy of Nutrition and Dietetics (2010)
merekomendasikan bahwa pasien dengan GGK stadium 3-5 yang mengalami
hiperkalemia membatasi asupan kalium makanan mereka menjadi <2,4 g/ hari
(15)
. Caring
for Australians with Renal Impairment (2013) tidak menetapkan target diet kalium tetapi
merekomendasikan agar pasien dengan hiperkalemia menurunkan asupan kalium mereka
dengan bantuan ahli gizi/dietisien (Johnson, 2013). Dietitians of Canada Practice-Based
Evidence in Nutrition (2015) merekomendasikan pengurangan asupan kalium makanan
menjadi 2 g/hari ketika terjadi hiperkalemia
(Clase, 2020). Pada tahun 2019, Kidney
Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) mengeluarkan kesimpulan eksekutif
tentang manajemen kalium pada populasi PGK; menyoroti kurangnya bukti tentang
asupan kalium dan hasil GGK
(Ramos, 2020). Lebih lanjut, KDIGO menyimpulkan
bahwa pembatasan kalium rutin untuk mengelola konsentrasi serum dapat mencegah
pasien dari manfaat makanan kaya kalium
(Clase, 2020). Singkatnya, sebagian besar
pedoman merekomendasikan untuk membatasi asupan kalium, meskipun targetnya tidak
konsisten dan batas bawah untuk asupan kalium jarang ditentukan
(Picard, 2020).
Berdasarkan hal tersebut, temuan studi tentang pembatasan asupan kalium dan
dampaknya pada perkembangan PGK sangat bervariasi. Hasil utamanya adalah
memahami bagaimana perbedaan jumlah asupan kalium yang berdampak pada
perkembangan PGK (tahap 1-2) dan PGK (tahap 35). Memperhatikan referensi yang
beragam terkait pembatasan kalium pada PGK maka literatur review ini ditujukan sebagai
referensi tambahan terkait rekomendasi asupan kalium untuk PGK. Hal inilah yang
menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian tinjauan literatur (literature review)
untuk mengkaji asupan kalium pada PGK.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan tinjauan litelatur (litelatur review) dengan menggunakan
metode naratif yang bertujuan mencari hasil-hasil penelitian terkait peran asupan kalium
pada pasien gagal ginjal kronis. Data yang diperoleh pada kajian ini diambil dari jurnal
yang dupublikasikan pada tahun 2017-2020. Sumber pencarian artikel menggunakan
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 570
database Pub Med, Science Direct, MDPI dengan menggunakan kata kunci CKD OR
chronic kidney disease OR CRF OR chronic renal failure OR renal failure OR kidney
failure OR progressive kidney disease OR kidney disease OR renal disease OR
insufficient glomerular filtration rate OR higher blood urea nitrogen OR BUN, AND
potassium, Dietary potassium, hyperkalemia, hypokalemia. Diperoleh 1541 artikel
dengan keyword tersebut dimana 446 dari Pub Med, 1043 dari Science Direct dan 52 dari
MDPI.
Penyaringan dilakukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu subjek merupakan
pasien PGK dengan atau tanpa kompliasi baik tanpa dialysis, maupun dengan
hemodialisa ataupun Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Selain itu
penelitian membahas asupan kalium pada pasien GGK. Kriteria Ekslusi yaitu penelitian
kurang dari 2 minggu dan jurnal yang belum terpublikasi serta pasien melakukan
transplantasi ginjal. Artikel dikeluarkan jika: (a) subjek tidak elevan, (b) merupakan
artikel review, (c) tidak membahas asupan kalium. Tiga jurnal yang memenuhi syarat
penuh tercantum dalam tabel 1 yang sesuai dengan kriteria inklusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil kajian terhadap peran asupan kalium pada pasien gagal ginjal
kronis, maka ditemukan 3 (tiga) literatur yang sangat relevan untuk ditelaah (Gambar 1).
Berdasarkan 3 literatur yang terpilih, setiap literatur memiliki metode penelitian
berbeda yaitu crossectional, Randomized Controlled Trial (RCT) dan Multi-Rural
Communities Cohort. Meskipun memiliki perbedaan metode penelitian, ketiga literatur
menggunakan kriteria sampel yang cukup sama yakni penderita Penyakit Ginjal Kronik
dengan dialisis, tanpa dialisis dan dengan penyakit penyerta atau tidak. Hasil penelitian
dari 3 literatur tersebut dirangkum dalam Tabel 1.
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 571
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan tinjauan literature dari 3 jurnal yang diambil dari tahun
2017-2020. Tujuan keseluruhan dari litelatur riview ini sebagai referensi tambahan terkait
rekomendasi asupan kalium untuk Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Penelitian yang diulas
dalam literatur review membahas asupan kalium pada PGK dengan kondisi yang
beragam.
Penelitian Ramos et al (2020) membahas hubungan asupan kalium dan keadaan
hiperkalemia yang dievaluasi dari dua wilayah yang berbeda yaitu Brasil dan Mexsiko
dengan stadium PGK yang berbeda yaitu pasien PGK tanpa dialisis serta pasien PGK
dengan hemodialisa. Penelitian ini menerangkan bahwa tidak ada perbedaan asupan
makanan sumber kalium baik buah, sayur dan kacang-kacangan (porsi/1000 kkal) antara
kelompok serum kalium normal dengan hiperkalemia (p >0,05) baik pada pasien PGK
non dialisis maupun pasien PGK dengan hemodialisa. Secara keseluruhan, hasil ini
menunjukkan bahwa faktor selain diet mungkin memiliki dampak yang lebih penting
terhadap terjadinya hiperkalemia
(Ramos, 2020). Hal ini juga diperkuat dalam hasil
penelitian Arnold et al (2017) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara kalium urin dan asupan kalium antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi yang diberikan saran diet rendah kalium 1 mmol/kg/BBI/hari (Arnold, 2017).
Identifikasi Penelitian artikel
berbasis Elektronik (n=1541)
PubMed (n=446)Science
Direct (n=1043) MDPI
(n=52)
pertama berdasarkan judul
Artikel Terseleksi dari
Abstraksi (n=49)
Artikel tidak relevan
berdasarkan judul
(n=1071)
Artikel yang telah melewati
skrining dan pertimbangan
kelayakan berjumlah 8
41 jurnal excluded:
-
28 desain studi tidak
sesuai (review artikel)
-
12 duplicate articles
-
1 proses publikasi
(accepted manuscript)
Artikel digunakan dalam
review pada tahap akhir
Journal dieksklusi
setelah pemeriksaan artikel
secara detail: Metode tidak
relevan (n=3), subjek bukan
pasien PGK(n=2)
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 572
Tabel 1. Daftar Penelitian Tentang Peran Asupan Kalium pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Penulis,
Tahun
Desain
Penelitian
Subjek Penelitian
Intervensi
Hasil Penelitian
Ramos, et
al (2020)
Cross-
sectional
Pasien PGK
berjumlah 212
orang yang terdiri
dari:
- Pasien PGK (95
orang) yang
mengunjungi ahli
gizi (spesialisasi
ginjal) di klinik
rawat jalan (Sao
Paulo, Brazil) dari
tahun 2005-2015.
- Pasien yang
menjalani HD
minimal 3 bulan
(117 orang) dari
(Mexico) dari
tahun 2013-2018
- Pasien dengan
eGFR
<60ml/menit/ 1,73
m
2
- Kedua kelompok diambil sampel darah dalam keadaan
puasa sebagai bagian dari pemeriksaan klinis rutin dan
selama sesi dialisis minggu pertama untuk pasien HD.
- Pemeriksaan lab antara lain; kreatinin serum, BUN,
kalium, glukosa dan bikarbonat dengan metode
potensiometri pada gasometri vena dan diukur oleh
laboratorium pusat masing-masing.
- Hiperkalemia didefinisikan jika kalium serum > 5,0
mEq / L dan asidosis metabolik sebagai bikarbonat
serum < 22 mEq/ L
- Asupan makan pasien CKD tergambarkan dari food
record selama 3 hari kerja. Kelompok HD terdiri dari
hari dialisis, hari non dialisis, dan akhir pekan.
- Energi dan asupan zat gizi dihitung menggunakan
sofware Nutwin (versi 1,5; Department of Informatics
UNIFESP, Sao Paulo, Brazil) untuk pasien NDD-CKD
dan Nutrikcal VO v.1 (CONSINFO, S.C., Mexico City,
Mexico) untuk mereka yang tergabung dalam
kelompok HD.
Pada pasien PGK non Dialisis :
Tidak ada perbedaan asupan makanan
sumber kalium baik buah, sayur dan
kacang-kacangan (porsi/1000 kkal)
antara kelompok serum kalium normal
dengan hiperkalemia (p >0,05) Namun
pada kelompok hiperkalemia terdapat
kecenderungan kadar kreatinin yang
tinggi dan proporsi DM yang lebih
banyak.
Pada pasien PGK dengan HD:
Tidak ada perbedaan yang diamati antara
kelompok kadar serum kalium normal
dan hiperkalemia mengenai asupan
makanan buah, sayuran dan kacang-
kacangan (porsi/1000 kkal) p > 0, 05.
Hasil analisis multivariat menujukkan
bahwa ada hubungan antara DM (p>0,02)
dan kreatinin serum (p<0,01) dengan
kondisi hiperkalemia.
Arnold, et
al (2017)
Randomized
Controlled
Trial (RCT)
Pasien PGK stasium
3 dan 4 berjumlah
47 orang berusia
antara 18-80 tahun.
- Kelompok intervensi (23 orang) diberikan diet yang
fokus pada pembatasan kalium ≤ 4.5 mEq/L dengan
pemberian sodium polystyrene sulfonate jika saran diet
tidak mencapai target.
- Rata-rara kadar kalium secara
signifikan lebih rendah di kelompok
intervensi (4,6 ± 0,5 mEq/L)
dibandingkan kelompok kontrol (4,8 ±
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 573
- Kelompok kontrol (24 orang) diberikan diet gizi secara
umum.
- Adapun syarat diet yang diberikan pada kelompok
kontrol dan intervensi adalah:
Energi cukup sesuai kebutuhan berdasarkan usia,
jenis kelamin, IMT, aktifitas fisik dan tahapan PGK
(jika IMT>30 maka BB diturunkan sesuai
kebutuhan)
Protein 0,75-1 g/kg BBI
Sodium dibatasi jika pasien hipertensi (<100
mmol/day)
Fosfat jika PO
4
<4,6 mg/dl, pembatasan fostat 800-
1000 mg/hari
Pembatasan Cairan berdasarkan keadaan PGK,
edema dan tekanan darah
Kalium; Kelompok intervensi pembatsan kalium
menjadi 1 mmol/kg BBI/hari namun kelompok
kontrol tidak dibatasi jika kadar kalium normal
namun jika kadar kalium >6mEq/L dibatasi menjadi
1 mmol/kg BBI.
0,4 mEq/L) dengan p=0,03.
- Asupan kalium secara signifikan lebih
sedikit di kelompok intervensi
(3.248±204 mg) dibandingkan dengan
kelompok kontrol (4.029±178 mg)
dengan p=0,001.
- Tidak ada perbedaan signifikan dalam
perubahan pola makan termasuk
natrium, protein dan asupan energi.
Selain itu tidak ada hubungan yang
signifikan antara kalium urin dan
asupan kalium.
- Ada peningkatan skor neuropati total
yang lebih besar pada kelompok
kontrol dibandingkan dengan kelompok
intervensi
Kwang Ho
Mun, et al
(2019)
Multi-Rural
Communities
Cohort
Pasien PGK stage 2
usia 40 tahun dari 3
desa di Korea
berjumlah 5064
partisipan
Sebanyak 9695 peserta yang kemudian di follow up
setiap 2-4 tahun
Peserta dengan kanker, serebrovaskular atau infark
miokard dikeluarkan, begitu juga dengan peserta yang
tidak terdapat data merokok, konsumsi alkohol,
olahraga dan data laboratorium (kreatinin serum,
kolesterol total, trigliserida).
Analisis terakhir didapatkan sebanyak 5064 partisipan
Data dikumpulkan dari 3 pusat sesuai dengan standar
dan prosedur. Kuesioner mencakup informasi tentang
- Pasien di follow up rata-rata 47.8±19.6
bulan pada pasien hipertensive dan
rata-rata 46.7±18.8 bulan pada pasien
normotensive. Perkembangan PGK
tertinggi pada pasien hypertensive
(15,7%) dibandingkan pada pasien
normotensive (8,6%).
- Hazard Ratio (HR) (95% CI) lebih
rendah pada PGK dengan diet tinggi
kalium pada hipertensive.
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 574
demografi dan gaya hidup.
Tekanan darah diukur dengan asphymomanografi
merkuri standar
Data laboratorium dikumpulkan dari sampel darah
partisipan setelah minimal 8 jam puasa.
Pemeriksaan laboratorium antara lain: trigliserida,
kolesterol total, HDL, serum kreatinin, CRP dan gula
darah puasa.
Data asupan makan diperoleh dengan menggunakan
Food Frequency Questionnaire (FFQ) untuk melihat
asupan, pola makan, dan asupan kalium
eGFR < 60 mL/min/1,73 m2, menggunakan usia dan
serum kreatinin sebagai tindak lanjut yang digunakan
untuk menentukan perkembangan Penyakit Ginjal
Kronik.
- Penurunan eGFR juga lebih rendah
pada pasien dengan diet tinggi kalium.
- Asupan kalium juga terbukti
menurunkan tekanan darah diastolik
(>90 mmHg) pada hipertensive.
- Asupan tinggi kalium dapat melindungi
perkembangan PGK pada pasien
hipertensive dengan fungsi ginjal yang
sedikit menurun.
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 575
Hasil penelitian (Ramos, 2020) juga memperlihatkan dalam kedua kelompok baik
pasien PGK dengan HD maupun non dialisis menunjukkan bahwa DM meningkatkan
risiko hiperglikemia. Hasil analisis multivariat pada kelompok PGK dengan HD
menujukkan bahwa ada hubungan antara DM (p>0,02)dan kreatinin serum (p<0,01)
dengan kondisi hiperkalemia. Selain itu, pasien PGK non dialisis terdapat kecenderungan
kadar kreatinin yang tinggi dan proporsi DM yang lebih banyak di kelompok
hiperkalemia. Sebuah tinjauan litelatur baru-baru ini melaporkan bahwa terdapat sekitar
40-50% frekuensi hiperkalemia pada pasien PGK dibandingkan pada populasi umum
yang hanya 2-3% dan yang berisiko lebih tinggi ialah pasien dengan diabetes dan PGK
tingkat lanjut
(Coresh, 2007). Ekskresi kalium melalui ginjal ditentukan oleh sekresi di
nefron distal yang diatur oleh aktivitas aldesteron
(Clase, 2020). Oleh karena itu
hipoaldosteronisme dan penggunaan penghambat RAAS yang sering terlihat pada pasien
dengan DM dan PGK yang merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi pasien tersebut
terhadap kadar serum yang tinggi (Sousa, 2016).
Tingkat asupan kalium yang rendah secara keseluruhan pada penelitian ini dengan
masing-masing rata-rata asupan kalium 2.339 mg/hari di populasi Brasil dan 1.909,5
mg/hari di populasi Meksiko menunjukkan bahwa asupan lebih rendah dari rekomendasi
untuk pasien PGK
(Ramos, 2020). Sejalan dengan asupan kalium, evaluasi sumber kalium
dari makanan menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara pasien hiperkalemia
dengan pasien non hiperkalemia. Rendahnya asupan kalium yang berasal dari buah dan
sayur juga menjadi dilema, karena buah dan sayur juga menyediakan alkali dan sebagai
sumber serat yang memberikan efek yang menguntungkan dalam mengatur keseimbangan
interbal kalium, dan sembelit serta meningkatkan ekskresi kalium
(Cupisti, 2018). Hal
yang lebih penting yaitu asupan buah dan sayuran yang lebih tinggi dikaitkan dengan
penyebab dan kematian pada non kardiovaskular
(Saglimbene, 2019).
Keterbatasan dalam penelitian Ramos et al (2020) tidak tergambarkan hilangnya
kalium dalam proses pemasakan, selain itu tidak membedakan bahan makanan sumber
kalium apakah dari bahan alami, bahan tambahan pangan, sumber hewani, atau nabati
yang dapat mempengaruhi tingkat penyerapan mineral dan memberikan efek yang
berbeda terhadap kadar kalium.
Penelitan (Arnold, 2017), menunjukkan bahwa tingginya kadar kalium dalam darah
dapat memediasi disfungsi saraf pada pasien PGK. Penelitian ini menunjukkan korelasi
antara parameter neurofisiologis dan konsentrasi kadar kalium darah dan menunjukkan
bahwa saraf perifer dan dapat mempengaruhi disfungsi otot bahkan pada konsentrasi
kadar kalium normal-tinggi
(Krishnan, 2006). Diketahui bahwa komplikasi neurologis
pada pasien PGK memburuk dengan meningkatnya gangguan ginjal meskipun tingkat
perkembangan yang diharapkan masih belum jelas (Clyne, 2016).
Penelitian ini memberikan bukti awal yang kuat bahwa pembatasan kalium dalam makanan
mungkin menjadi pelindung saraf pada pasien PGK. Hal ini dikarenakan dapat mengurangi
keparahan neuropati, memperlambat perkembangan neuropati yang sudah ada sebelumnya, dan
meningkatkan fungsi fisik. Studi tersebut memunculkan kemungkinan bahwa modifikasi untuk
pedoman diet saat ini di stadium 3 dan 4 PGK dengan penekanan lebih besar pada kontrol asupan
kalium berpotensi mengurangi kerusakan neurologis dan fisik pada kelompok pasien ini. Namun
hal ini tidak cukup menyimpulkan temuan tersebut, diketahui bahwa lamanya pasien menderita
penyakit gagal ginjal dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif melalui mekanisme small
vessel disease dan subcortical white matter lession (Post, 2012). Semakin lama seseorang
menderita PGK akan lebih berisiko untuk menderita gangguan fungsi kognitif. Selain itu, semakin
lama menjalani HD, semakin lama durasi HD serta semakin tinggi frekuensi HD dapat
meningkatkan paparan terhadap alumunium pada zat pendialisat dan akan semakin memperburuk
fungsi kognitif pasien HD (Surbakti, 2021).
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 576
Berdasarkan penelitian (Mun, 2019) penelitian ini dilakukan untuk menilai
hubungan diet kalium dengan perkembangan penyakit PGK pada populasi pedesaan di
Korea. Perbedaan karakteristik antara normotensive dan hipertensive bahwa
perkembangan PGK lebih tinggi pada kelompok hipertensive (15,7%) dibandingkan
dengan kelompok normotensive (8,6%). Diet tinggi kalium yaitu 2323 mg/hari atau lebih
dapat melindungi perkembangan PGK pada kelompok hipertensi dibandingkan dengan
diet rendah kalium atau 1236 mg/hari. Namun hubungan tersebut tidak signifikan di
semua kuartil pada kelompok normotensive. Begitu juga penurunan eGFR lebih rendah
pada pasien dengan diet tinggi kalium.
Pada penelitian ini, hubungan diet kalium dengan perkembangan PGK hanya
signifikan pada kelompok hipertensive dan tidak pada kelompok normotensive. Hal ini
mungkin terjadi karena hipertensi merupakan faktor resiko dari penyakit PGK Selain itu,
pada kelompok hipertensive, tekanan darah diastolik >90 mmHg terjadi penurunan pada
kelompok asupan tinggi kalium. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena perkembangan
penyakit PGK tiap pasien berbeda. Asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah 3,5
mmHg pada kelompok hipertensive sedangkan pada kelompok normotensive hanya 0,97
mmHg.
Keterbatasan pada penelitian Kwang Ho (Mun et al., 2019) bahwa dalam
mendefinisikan PGK, albuminuria tidak dipertimbangkan karena data tidak tersedia serta
eGFR tahap 1 tidak dianalisis karena periode follow up yang relatif singkat yaitu 47
bulan. Menghitung kalium menggunakan Food Frequance Questionare (FFQ) yang
merupakan konsumsi dalam jangka waktu lama sehingga dapat memungkinkan terjadi
bias.
KESIMPULAN
Peneliti menyimpulkan dari hasil literature review yang telah dilakukan pada 3
artikel. Pada 2 artikel menyebutkan bahwa kadar kalium dalam darah tidak dipengaruhi
oleh asupan makanan sumber kalium namun keadaan hiperglikemia pada pasien PGK
dihubungkan pada pasien PGK yang menderita Diabetes. Namun, pembatasan diet kalium
memberikan perlindungan saraf pada PGK dan dapat dipertimbangkan untuk penelitian
lebih lanjut. Sedangkan 1 artikel menyebutkan bahwa asupan kalium yang tinggi
menunjukkan dapat melindungi perkembangan PGK pada penderita hipertensi dengan
penurunan fungsi ginjal yang ringan. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk
membandingkan efek kalium pada pasien hipertensi stage 1 dan 2.
BIBLIOGRAPHY
Arnold, R. P. (2017). Randomized, controlled trial of the effect of dietary potassium
restriction on nerve function in CKD. Clinical Journal of the American Society of
Nephrology, 1569-1577.
Cases, A. C.-G.-P. (2019). Vegetable-based diets for chronic kidney disease? It is time to
reconsider. Nutrients, 1263.
Clase, C. M. (2020). Potassium homeostasis and management of dyskalemia in kidney
diseases: conclusions from a Kidney Disease: Improving Global Outcomes
(KDIGO) Controversies Conference. Kidney international, 42-61.
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 577
Clyne, N. H. (2016). Relationship between declining glomerular filtration rate and
measures of cardiac and vascular autonomic neuropathy. Nephrology, 1047-1055.
Coresh, J. S. (2007). Prevalence of chronic kidney disease in the United States. Jama,
2038-2047.
Cupisti, A. K.-Z. (2018). Dietary approach to recurrent or chronic hyperkalaemia in
patients with decreased kidney function. Nutrients, 261.
Data, P. &. (2018). Situasi penyakit ginjal kronis. Data, Pusat, book.
Goraya, N. S. (2014). Treatment of metabolic acidosis in patients with stage 3 chronic
kidney disease with fruits and vegetables or oral bicarbonate reduces urine
angiotensinogen and preserves glomerular filtration rate. Kidney international,
1031-1038.
Hill, N. R. (2016). Global prevalence of chronic kidney diseasea systematic review and
meta-analysis. PloS one, e0158765.
Johnson, D. W. (2013). KHA‐CARI Guideline: early chronic kidney disease: detection,
prevention and management. Nephrology, 340-350.
Joshi, S. S.-Z. (2019). Adequacy of plant-based proteins in chronic kidney disease.
Journal of Renal Nutrition, 112-117.
Krishnan, A. V. (2006). Sensory nerve excitability and neuropathy in end stage kidney
disease. Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, 548-551.
Levey, A. S. (2004). K/DOQI clinical practice guidelines on hypertension and
antihypertensive agents in chronic kidney disease. American Journal of Kidney
Diseases, i-S290.
Luo, J. B. (2016). Association between serum potassium and outcomes in patients with
reduced kidney function. Clinical Journal of the American Society of
Nephrology, 90-100.
Morimoto, K. T. (2018). Intestinal secretion of indoxyl sulfate as a possible
compensatory excretion pathway in chronic kidney disease. Biopharmaceutics &
drug disposition, 328-334.
Mun, K. H. (2019). Association of dietary potassium intake with the development of
chronic kidney disease and renal function in patients with mildly decreased
kidney function: The Korean Multi-Rural Communities cohort study. Medical
science monitor: international medical journal of experimental and clinical
research, 1061.
Ortega, L. M. (2012). Metabolic acidosis and progression of chronic kidney disease:
incidence, pathogenesis, and therapeutic options. Nefrologia.
Picard, K. B. (2020). Dietary potassium intake and risk of chronic kidney disease
progression in predialysis patients with chronic kidney disease: a systematic
review. Advances in Nutrition, 1002-1015.
Tri Hidayat, Evi Tresnowati
, Nadhiya Aprilliani Sunarno, Inggita Kusumastuty /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(5), 567 - 578
Literatur Riview: Asupan Kalium Pada Penyakit Ginjal Kronis 578
Post, J. B. (2012). Increased presence of cognitive impairment in hemodialysis patients in
the absence of neurological events. American journal of nephrology, 120-126.
Ramos, C. I.-O.-C. (2020). Does dietary potassium intake associate with hyperkalemia in
patients with chronic kidney disease? Nephrology Dialysis Transplantation.
RI, K. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, book.
Saglimbene, V. M.-L. (2019). Fruit and vegetable intake and mortality in adults
undergoing maintenance hemodialysis. Clinical Journal of the American Society
of Nephrology, 250-260.
Salmean, Y. A. (2013). Foods with added fiber improve stool frequency in individuals
with chronic kidney disease with no impact on appetite or overall quality of life.
BMC research notes, 1-5.
Sarafidis, P. A.-R. (2012). Prevalence and factors associated with hyperkalemia in
predialysis patients followed in a low-clearance clinic. Clinical Journal of the
American Society of Nephrology, 1234-1241.
Sousa, A. G.-F. (2016). Hyporeninemic hypoaldosteronism and diabetes mellitus:
pathophysiology assumptions, clinical aspects and implications for management.
World journal of diabetes, 101.
Surbakti, E. D. (2021). Hubungan Derajat Keparahan Penyakit Ginjal Kronik dengan
Fungsi Kognitif. Jurnal Kedokteran Brawijaya
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms
and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY ND) license
(https://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).