Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Mei 2021, 1 (5), 588 - 596
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
10.36418/cerdika.v1i5.83 588
PENERAPAN PROGRAM ABIKAMA (AYO BUDIDAYA KELOR
BERSAMA) MELALUI METODE ASIK (AKTIF, SOSIALISASI,
INOVATIF, DAN KREATIF)
Yesi Nurmalasari
1
, Wafa Alim
2
, Sonia Aryayunengsih
3
, Sri Fauziani
4
, Wega Fabia
Prawira
5
, and Sofia Hirsya
6
Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
yesi.muhidin@gmail.com
1
; wafa.faqot@gmail.com
2
; aryayusonia@gmail.com
3
Abstract
Received:
Revised:
Accepted:
02-05-2021
12-05-2021
19-05-2021
Moringa (Moringa oleifera) is a plant that has many health
benefits. Various publications of the results of several
studies reveal the extraordinary nutritional content of
moringa. This is stated to be higher than the content of other
fruits and vegetables. However, sometimes people are still
not able to use this plant optimally and this is a concern for
us. One of the efforts that can be done by providing
knowledge to the community. The purpose of this activity is
to increase public knowledge about the moringa plant. The
method used is observation, socialization, training,
production. The result of this activity is an increase in the
knowledge of partner communities so that it can be
concluded that outreach to partner communities is very
effective.
Keywords: counseling; cultivation; moringa.
Abstrak
Kelor (Moringa oleifera) ialah tumbuhan yang mempunyai
banyak khasiat dalam dunia kesehatan. Bermacam publikasi
hasil dari sebagian riset menguak isi nutrisi kelor yang
sangat luar biasa. Perihal tersebut dinyatakan lebih besar
daripada isi buah serta sayur-mayur yang lain. Tetapi,
terkadang warga masih belum bisa menggunakan tumbuhan
ini secara maksimal, serta perihal ini jadi atensi untuk kami.
Salah satu upaya yang bisa dicoba dengan membagikan
pengetahuan kepada warga. Tujuan dari aktivitas ini untuk
tingkatkan pengetahuan warga mengenai tanaman kelor.
Tata cara yang digunakan yakni Observasi, Sosialisasi,
Pelatihan, Penciptaan Hasil dari aktivitas ini merupakan
meningkatnya pengetahuan warga mitra sehingga bisa
disimpulkan bahwa penyuluhan pada warga mitra sangat
efisien.
Kata kunci: penyuluhan; budidaya; kelor.
Coresponden Author : Wafa Alim
Email : wafa.faqot@gmail.com
2
CC BY ND
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 589
PENDAHULUAN
Indonesia ialah negeri yang sangat kaya akan kekayaan alamnya. Menurut
informasi Kementerian Lingkungan Hidup serta Kehutanan (KLHK) menuturkan luas
kawasan hutan Indonesia saat ini tercatat kurang lebih 125, 9 juta hektar (ha) atau seluas
63,7 persen dari luas daratan Indonesia dengan bermacam sumber daya alam yang
terdapat didalamnya (Surur, 2018). Perihal tersebut menjadikan suatu kemampuan besar
untuk Indonesia menggunakan hasil kekayaan alamnya. Hutan menyimpan bermacam
tipe tumbuhan yang bisa berguna untuk kelangsungan hidup manusia. Dengan luas hutan
yang dimiliki Indonesia tersebut, mampu jadi suatu indikator jika di Indonesia ini
mempunyai tanah dan cuaca yang sesuai untuk dikembangkannya berbagai rupa budidaya
tumbuhan.
Disaat ini sudah banyak sekali orang yang menggunakan hutan untuk berbagai
rupa keperluan, ada yang menggunakan kayunya untuk dijadikan bahan baku suatu
produk, ada yang menggunakan lahannya, ada yang menggunakan hasil hutan selaku
bahan konsumsi dan sebagainya.
Bisnis makanan tidak lepas pula dari peran alam selaku penyedia bahan baku dari
suatu makanannya. Bisnis ini tidak akan pernah mati serta akan senantiasa terus tumbuh
mengikuti kebutuhan serta kemauan manusia. Di Indonesia sendiri bisnis makanan dikala
ini tengah jadi daya tarik untuk para pelaksana peluang usaha. Mereka berupaya
meningkatkan bisnis yang mempunyai nilai unik pada tiap produk yang mereka pasarkan.
Tetapi, terkadang banyak produk yang hanya mengutamakan rasa dibanding manfaat
khasiat yang dimiliki.
Telah saatnya untuk kita lebih peduli pada diri kita. Diawali dari perihal kecil
lebih dulu, semacam memikirkan apa yang hendak kita makan serta khasiatnya untuk
kita. Hari ini sudah banyak insidensi terjadinya sesuatu penyakit akibat salah dalam
pemilihan makanan. Kita ambil contoh misalnya hipertensi. Hipertensi alias tekanan
darah tinggi merupakan keadaan medis serius yang secara signifikan tingkatkan resiko
serangan jantung, stroke, gagal ginjal, serta kebutaan. Ini merupakan salah satu pemicu
utama kematian dini di seluruh dunia. Kontributor utama kenaikan hipertensi merupakan
pola makan yang tidak sehat, minimnya kegiatan fisik, mengkonsumsi alkohol serta
tembakau (Organization, 2017).
Tidak hanya penyakit hipertensi serta penyakit jantung, masih terdapat penyakit
yang masih jadi atensi kesehatan yakni penyakit diabetes mellitus. Diabetes Melitus
(DM) ialah kelompok penyakit metabolik dengan ciri hiperglikemia yang berlangsung
sebab kelainan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Klasifikasi DM secara
universal terdiri atas DM jenis 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) serta
DM jenis 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). DM jenis 2
berlangsung sebab selβ pankreas menciptakan insulin dalam jumlah sedikit atau
mengalami resistensi insulin. Jumlah pengidap DM jenis 1 sebanyak 5- 10% serta DM
jenis 2 sebanyak 90- 95% dari penderita DM di dunia (Association, 2020).
Menurut (Atlas, 2015), kurang lebih 425 juta orang di dunia mengidap DM.
Jumlah terbanyak orang dengan DM ialah terletak di daerah Pasifik Barat 159 juta serta
Asia Tenggara 82 juta. Cina jadi negeri dengan pengidap DM paling banyak di dunia
dengan 114 juta pengidap, setelah itu diiringi oleh India 72,9 juta, kemudian Amerika
serikat 30,1 juta, setelah itu Brazil 12,5 juta serta Mexico 12 juta pengidap. Indonesia
menduduki peringkat ke 7 untuk pengidap DM paling banyak di dunia dengan jumlah
10,3 juta pengidap (IDF, 2017). Tingginya angka prevelensi penderita diabetes
disebabkan oleh adanya perubahan pola hidup masyarakat, rendahnya tingkat
pengetahuan, dan kesadaran untuk memulai deteksi dini penyakit diabetes melitus yang
minim, kurangnya aktivitas fisik, pola makan tradisional yang terdapat banyak
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 590
karbohidrat serta serat dari sayuran ke pola makan ke barat-baratan, dengan komposisi
asupan yang terlalu banyak mengandung lemak, protein, gula, garam, dan kurang
mengandung serat (Setiati et al., 2016).
Selain kasus penyakit yang terjadi pada orang dewasa, ada juga kasus penyakit
yang sangat diperhatikan di bidang kesehatan yaitu kasus stunting pada anak-anak.
Stunting merupakan keadaan dimana tinggi badan seseorang yang kurang daripada tinggi
normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan menjadi salah satu jenis
pemeriksaan antropometri dan dapat mengindikasikan ukup atau kurangnya status gizi
seseorang. Kasus stunting menunjukkan angka status gizi dibawah normal atau kurangnya
asupan gizi (malnutrisi) dalam kurun waktu yang lama (kronis). Permasalahan kurang
gizi dan stunting menjadi dua masalah yang saling beriringan. Stunting pada anak adalah
dampak dari defisiensi nutrien selama 1000 hari pertama kehidupan. Hal ini menunjukan
masalah perkembangan tubuh anak yang irreversible, sehingga menimbulkan penurunan
kemampuan kognitif serta motorik dan penurunan performa kerja. Anak yang mengidap
stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) 11 poin lebih rendah daripada
rerata skor IQ pada anak normal. Gangguan tumbuh kembang ini akibat kekurangan gizi,
jika tidak mendapatkan penanganan sejak dini maka akan berlanjut hingga dewasa
(Kemenkes, 2016).
Berdasarkan topik permasalahan yang ada pada kasus-kasus diatas. Permasalahan
yang sering terjadi ialah dari sisi konsumsi makanannya. Tingkat terjadinya kasus-kasus
diatas memang cukup tinggi, namun hal ini bisa kita minimalisir dengan salah satu
caranya mengkonsumsi makanan yang sehat. Tanaman kelor merupakan satu langkah
untuk mengurangi kasus tersebut. Tanaman ini dapat menurunkan kadar gula darah,
mengontrol tekanan darah serta dapat berfungsi sebagai sumber makanan yang kaya akan
nutrisi.
Kelor (Moringa oleifera) ialah tumbuhan yang mempunyai banyak khasiat dalam
dunia kesehatan. Bermacam publikasi hasil dari sebagian riset menguak isi nutrisi kelor
yang sangat luar biasa, yaitu protein, vitamin (A, B1, B2, C, E), magnesium, zat besi,
kalsium, serta berbagai jenis asam amino. Perihal tersebut dinyatakan lebih besar
daripada isi buah serta sayur- mayur yang lain. Disamping kandung nutrisi yang tinggi,
kelor ini mengandung serat (KLHK, 2020). Selain itu, tumbuhan ini terdapat kandungan
antioksidan dan juga senyawa bioaktif tinggi. Tumbuhan ini juga berperan sebagai pohon
obat tradisional yang memiliki potensi tinggi dalam pengobatan alternatif dikarenakan
tingginya kandungan gizi. Tumbuhan ini telah digunakan dalam beberapa pengobatan
tradisional diantaranya hiperglikemia, peradangan, infeksi bakteri / virus dan kanker
(Tiloke et al., 2018).
Antioksidan alami dapat ditemukan pada tumbuhan kelor (Moringa oleifera),
contohnya terdapat pada daun pada bagian daun. Suatu penelitian terhadap ekstraksi dari
daun Moringa oleifera menuturkan adanya aktivitas antioksidan yang tinggi pada proses
in vivo dan in vitro. Daun Moringa oleifera kaya juga akan phytochemicals, vitamin,
mineral, karoten, asam amino, senyawa flavonoid serta phenolic. Antioksidan dibutuhkan
untuk mencegah stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan kondisi ketidakseimbangan
antara tingkat radikal bebas yang ada dengan tingkat antioksidan di dalam tubuh.
Antioksidan memiliki sifat sangat mudah dioksidasi, hal ini menjadikan radikal bebas
akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi molekul lain didalam sel dari kerusakan
yang dikarenakan oksidasi oleh radikal bebas atau oksigen reaktif (Khor et al., 2018).
Radikal bebas juga memiliki peran dalam proses degenerasi. Proses ini merupakan suatu
proses menghilangnya kemampuan jaringan secara bertahap untuk mengganti atau
memperbaiki diri dan menjaga fungsi normalnya. Perubahan-perubahan ini dapat
mengenai sistem muskuloskeletal, respirasi, saraf, kardiovaskuler, sistem integumen, dan
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 591
sistem indra (penglihatan, pendengaran, pengecap, dan peraba) (Sulaiman & Anggriani,
2017).
Selain antioksidan, daun kelor juga memiliki kandungan isothiocyanate yang
berfungsi sebagai antikanker atau pencegah kanker. Isothiocyanate bekerja dengan cara
menghambat proses dari angiogenesis. Selama kanker berkembang, angiogenesis dapat
diinduksi oleh berbagai hal, salah satunya ialah hipoksia akibat minimnya difusi oksigen.
Konsentrasi oksigen yang cukup rendah menginduksi ekspresi berbagai faktor
vaskulogenik dan juga angiogenik, termasuk VEGF (Vascular Endothelial Growth
Factor). Dijelaskan bahwa isothiocyanate mampu menghambat aktivitas transduksi dari
sinyal HIF- dan menurunkan ekspresi VEGF, kemudian Moringa oleifera juga
memiliki sifat biokompatibel pada konsentrasi diantara 0,406% dan 3,125%. Konsentrasi
ini bisa diartikan sebagai ekstrak daun Moringa oleifera yang tidak memiliki racun dan
oleh sebab itu, dapat digunakan sebagai obat herbal (Kusmardika, 2020).
Bagian dari tumbuhan MO yang biasa dimanfaatkan di Indonesia ialah bagian
daun. Daun biasanya digunakan untuk makanan, obat tradisional, dan bahan ritual
kegiatan adat. Salah satu contoh pemanfaatan daun ialah untuk pengobatan penyakit
kuning yaitu dengan meminum ramuan daun kelor yang ditumbuk halus, kemudian
ditambah air kelapa, disaring, dan ditambahkan madu (Oktafiani, 2018). Kelor memiliki
karakteristik berkayu, permukaan kasar, tumbuh lurus, percabangan simpodial dan
memanjang (Winarno, 2018). Bunga dari tumbuhan kelor berbentuk seperti segitiga,
berwarna putih kekuningan dan memiliki tudung pelepah berwarna hijau. Bunganya
memiliki aroma dan mekar sepanjang tahun. Bagian polong dari kelor berbentuk segitiga
yang berukuran 20-60 cm, berwarna hijau disaat muda dan berubah menjadi warna
coklat. Biji MO berwarna coklat kehitaman yang berbentuk bulat (Winarno, 2018).
Dengan banyaknya manfaat pada kelor tersebut serta melimpahnya tanaman kelor
di Indonesia. Perlunya suatu langkah pasti untuk memanfaatkan potensi dari kelor
tersebut. Oleh karena itu, Kami memiliki sebuah gagasan ide yang diberi nama
ABIKAMA “Ayo Budidaya Kelor Bersama” maksud dari program ini ialah untuk lebih
mengkoordinir dan mengedukasi kepada masyarakat akan semua informasi penting
tentang kelor. Kelor asal Indonesia sudah beberapa kali masuk pasar ekspor, kelor
Indonesia cukup diminati oleh negara Korea Selatan, Australia, dan ada beberapa negara
barat yang sudah mulai melirik potensial dari tanaman kelor asal Indonesia.
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini, kelompok kami mengambil lokasi di
daerah Kota Bandar Lampung tepatnya di Kelurahan Rajabasa Pemuka. Ada beberapa
aspek yang telah kami pertimbangkan untuk memilih daerah tersebut. Kami melihat
ketersediaan tanaman kelor cukup banyak pada habitat alaminya didaerah ini. Tetapi,
terkadang tanaman tersebut dibiarkan begitu saja dan kurang termanfaatkan secara baik.
Atas dasar inilah kami ingin mencoba mengoptimalkan dari pemanfaatan tanaman kelor
tersebut menjadi sebuah produk yang nantinya memiliki nilai guna di kehidupan sehari-
hari dan jika memungkinkan dapat menjadi produk yang memiliki nilai jual di pasaran.
Kemudian, Lampung ini merupakan daerah wisata. Hal tersebut menjadikan program
pemanfaatan daun kelor ini menjadi sebuah peluang emas, jika berhasil diterapkan di desa
ini. Hasil produk dari program ini, diharapkan dapat menjadi sebuah peluang usaha,
sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga setempat. Produk kelor ini dapat
dipasarkan seperti di toko oleh-oleh, tempat wisata, dan sebagainya. Bahkan apabila
mendapat dukungan dan arahan yang lebih lanjut oleh dinas terkait, kelor ini memiliki
potensi ekspor yang sangat tinggi dikarenakan banyaknya kandungan manfaat dalam
kelor ini.
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 592
Gambar 1. Denah lokasi pelaksanaan kegiatan
Sumber: Google earth
METODE PENELITIAN
Tanaman kelor termasuk tumbuhan yang dapat tumbuh secara bebas diwilayah
Indonesia. Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini kami mencoba mengedukasi dan
melatih masyarakat mengenai cara budidaya kelor yang baik dan benar. Hal ini dilakukan
untuk menjaga ketersediaan bahan baku dan mengoptimalkan kualitas dari bahan baku
tersebut. Program ini bernama “ABIKAMA (Ayo Budidaya Kelor Bersama). Adapun
beberapa alur kegiatan pengabdian masyarakat ini sebagai berikut : Observasi,
Sosialisasi, Pelatihan, Produksi, Distribusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Selama kegiatan ini berlangsung lebih berorientasi pada bidang edukasi, baik
edukasi secara online maupun offline mengenai informasi seputar tanaman kelor dengan
cara membagikan informasi-informasi seputar tanaman kelor ini. Dan diharapkan untuk
kedepannya masyarakat dapat menjadi lebih inovatif tentang pengembangan kegunaan
tanaman kelor ini.
Berdasarkan hasil evaluasi yang kami lakukan terjadi peningkatan pengetahuan
dan ketertarikan antara sebelum pelaksanaan kegiatan dan setelah pelaksanaan kegiatan.
Pada awalnya sebelum kegiatan dimulai, persentase pengetahuan dan ketertarikan
masyarakat berada di angka 78% dan setelah dilakukan kegiatan ini meningkat menjadi
91%.
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 593
Foto 1. Kegiatan foto bersama masyarakat mitra
Foto 2. Proses diskusi dan penyampaian materi
Foto 3. Penyerahan benih tanaman kelor
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 594
Foto 4. Pengamatan benih tanaman kelor
Foto 5. Penyerahan contoh produk tanaman kelor
B. Pembahasan
Sebelum dimulainya kegiatan kami telah mengobservasi lokasi yang akan
dijadikan tempat kegiatan tersebut. Pada tahap selanjutnya, akan dilakukan sosialisasi dan
pelatihan dengan topik “Bagaimana cara membudidayakan dan memanfaatkan tanaman
kelor”. Pada kegiatan ini kami memfasilitasi masyarakat mitra dengan pembagian media
budidaya yaitu, polybag, pupuk, dan benih kelor siap tanam.
Setelah masyarakat paham mengenai cara budidaya dari tanaman kelor tersebut,
harus ada langkah selanjutnya bagaimana cara memanfaatkannya. Langkah tersebut ialah
dapat berupa pembuatan produk-produk berbahan dasar tanaman kelor berbasis industri
rumahan yang dapat memiliki daya saing dan daya jual di pasar
Untuk tahap distribusi kami hanya sebatas coba memberi pengetahuan bagaimana
cara memasarkan produk. Dimulai dari pemasaran secara offline terlebih dahulu, yang
mana targetnya ialah warga setempat. Setelah sekiranya mendapat antusias dan respon
yang baik dari warga setempat kami juga mengedukasi mengenai pemasaran secara
online melalui sosial media. Sosial media dinilai dapat menjadi suatu platform untuk
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 595
digunakan menjadi sarana pemasaran suatu produk yang sangat mudah, efisien dan
memiliki jangkauan sangat luas.
Semua program berjalan selama kurang lebih 20 hari terhitung mulai tanggal 1
April 2021 s/d 20 April 2021. Pelaksanaan program ini 70% offline dan 30% online.
Program offline ialah berupa sosialisasi, pelatihan dan pemantauan langsung kelapangan.
Untuk program online berupa pemanfaatan media sosial yang berfungsi sebagai sarana
penyebaran informasi dan pemasaran produk.
KESIMPULAN
Tumbuhan kelor merupakan jenis tumbuhan yang kaya akan khasiat dan dapat
bermanfaat untuk obat tradisional yang memiliki potensi besar dalam pengobatan
alternatif dikarenakan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Daun kelor selama ini telah
digunakan secara tradisional sebagai pengobatan hiperglikemia, inflamasi, infeksi, dan
kanker. Bagian dari tumbuhan kelor yang sering digunakan di Indonesia adalah bagian
daunnya. Daun biasanya digunakan untuk bahan makanan, bahan obat tradisional, dan
bahan ritual adat. Salah satu cara mengkonsumsi kelor yaitu dengan meminum ramuan
daun kelor yang telah dihaluskan, ditambah air kelapa, disaring, dan ditambahkan madu
secukupnya. Dengan banyaknya manfaat tersebut serta melimpahnya jumlah tanaman
kelor di Indonesia. Perlunya suatu langkah pasti untuk memanfaatkan potensi dari kelor
tersebut.
BIBLIOGRAPHY
Association, A. D. (2020). 2. Classification and diagnosis of diabetes: Standards of
Medical Care in Diabetes2020. Diabetes Care, 43(Supplement 1), S14S31.
Atlas, D. (2015). International diabetes federation. IDF Diabetes Atlas, 7th Edn. Brussels,
Belgium: International Diabetes Federation.
KeMenKes, R. I. (2016). Profil kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Khor, K. Z., Lim, V., Moses, E. J., & Abdul Samad, N. (2018). The in vitro and in vivo
anticancer properties of Moringa oleifera. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, 2018.
Kusmardika, D. A. (2020). Potensi Aktivitas Antioksidan Daun Kelor (Moringa Oleifera)
Dalam Mencegahan Kanker. Journal of Health Science and Physiotherapy, 2(1),
4650. https://doi.org/10.35893/jhsp.v2i1.33
Oktafiani, R. (2018). Etnobotani tumbuhan obat pada masyarakat Desa Rahtawu di
lereng Gunung Muria Kudus: sebagai sumber belajar mata kuliah Biologi
tumbuhan obat berbentuk majalah. UIN Walisongo Semarang.
Organization, W. H. (2017). Cardiovascular Disease, World Heart Day 2017. Who.
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Simadibrata, K., Setiyohadi, B., & Syam, A. F.
Yesi Nurmalasari, Wafa Alim, Sonia Aryayunengsih, Sri Fauziani, Wega Fabia Prawira, and Sofia
Hirsya . /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(5), 588 - 596
Penerapan Program Abikama (Ayo Budidaya Kelor Bersama) Melalui Metode Asik (Aktif,
Sosialisasi, Inovatif, Dan Kreatif) 596
(2016). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Interna Publishing.
SULAIMAN, S., & ANGGRIANI, A. (2017). Sosialisasi pencegahan kasus stroke pada
lanjut usia di Desa Hamparan Perak Kecamatan. Amaliah: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(2), 7074.
Surur, M. R. (2018). Pengaruh Implementasi Rencana Aksi EU FLEGT-VPA terhadap
Tata Kelola Hutan Indonesia (2014-2016). Jurnal Analisis Hubungan Internasional,
7(2), 96112.
Tiloke, C., Anand, K., Gengan, R. M., & Chuturgoon, A. A. (2018). Moringa oleifera and
their phytonanoparticles: Potential antiproliferative agents against cancer.
Biomedicine & Pharmacotherapy, 108, 457466.
Winarno, F. G. (2018). Tanaman Kelor (Moringa oleifera): Nilai Gizi, Manfaat, dan
Potensi Usaha. Gramedia Pustaka Utama.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions of the Creative
Commons Attribution (CC BY ND) license
(https://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).