1)Nia Anita, 2)Alsuhendra, 3)Annis
Kandriasari
Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
E-mail : 1)nia.anita91@gmail.com, 2)alsuhendra@gmail.com, 3)annis.kandria@gmail.com
Kata
Kunci |
Abstrak |
Onde-onde
ketawa; pati umbi garut; sifat fisik; daya terima konsumen |
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh substitusi pati umbi garut pada onde-onde ketawa terhadap sifat fisik dan daya terima konsumen. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pastry & Bakery Program Studi Pendidikan
Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Jakarta. Waktu penelitian dimulai
pada bulan November 2023 hingga Mei 2024. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut
sebanyak 30%, 40% dan 50%. Pengujian
sifat fisik dilakukan terhadap dua aspek yaitu daya
kembang dan minyak yang menempel dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap ketiga produk onde-onde ketawa sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan
yang menunjukkan adanya perbedaan nyata pada aspek daya kembang
dan minyak yang menempel
pada setiap perlakuan. Produk terbaik pada uji fisik adalah onde-onde ketawa dengan persentase 50% karena memiliki nilai daya kembang
dan minyak menempel
paling tinggi. Penilaian daya terima konsumen
dilakukan kepada 30 orang
panelis menggunakan uji Friedman yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan pada aspek warna, aroma pati, rasa, dan kerenyahan, sedangkan pada aspek kerapuhan terdapat pengaruh signifikan yang dilanjutkan dengan uji Tuckey. Hasil uji Tuckey menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh nyata pada persentase 50%. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut
dengan persentase 50%
paling disukai konsumen
pada aspek kerenyahan dan
kerapuhan, sedangkan pada
aspek warna dan aroma pati menunjukkan perlakuan 30% paling disukai. Peneliti merekomendasikan penggunaan pati umbi garut dengan
persentase 50% sebagai
formula terbaik. |
Keywords |
�Abstract |
Onde-onde ketawa; arrowroot starch;
physical testing; consumer acceptance |
This study aims to analyze the
effect of arrowroot starch substitution in onde-onde
ketawa on its physical testing and consumer
acceptance. The research was conducted in the Pastry & Bakery Laboratory
of the Culinary Education Study Program, Faculty of Engineering, State
University of Jakarta. The research period started in November 2023 and ended
in May 2024. The research method used in this study is the experimental
method. The samples in this study were onde-onde ketawa with 30%, 40% and 50% arrowroot starch
substitution. Physical testing were tested on two aspects: expansion and oil
absorption, using a Completely Randomized Design (CRD), which showed
significant effects on all three onde-onde ketawa products. This was followed by Duncan's test,
which indicated significant differences in the expansion and oil absorption
aspects of each treatment. The best product in the physical tests was onde-onde ketawa with a 50%
substitution, as it had the highest expansion and oil absorption values.
Consumer acceptance was assessed by 30 panelists using the Friedman test,
which showed no significant effect on the aspects of color, starch aroma,
taste, and crispness. However, there was a significant effect on the
fragility aspect, followed by Tuckey's test. The Tuckey test results showed a
significant effect at the 50% level. This study found that onde-onde ketawa with 50%
arrowroot starch substitution was most preferred by consumers in terms of
crispness and fragility, while the 30% substitution was most preferred in terms
of color and starch aroma. The researcher recommends using 50% arrowroot
starch as the best formula. |
*Correspondence Author: Alsuhendra & Annis Kandriasari
Email: alsuhendra@gmail.com & annis.kandria@gmail.com ��
PENDAHULUAN
Salah satu bahan pangan impor
yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah tepung terigu. Penggunaan tepung
terigu pada industri makanan banyak digunakan pada pembuatan kue, mie, roti,
dan kue tradisional. Tepung terigu merupakan tepung yang diperoleh dari hasil
penggilingan biji gandum.
Selama periode 2018-2022,
konsumsi tepung terigu masyarakat Indonesia rata-rata 2,65kg per kapita per
tahun dengan peningkatan rata-rata 3,14% per tahun 2021-2022 (Kementrian
Pertanian,2022). Mengutip dari Argo Indonesia (2023), menurut laporan Global Agricultural Information Network dari Foreign Agricultural Service (FAS),
Departemen Pertanian AS (USDA) selama Juli 2022 sampai Mei 2023, Indonesia
secara total mengimpor 8,667 juta ton gandum dan diprediksi akan mengalami
peningkatan pada tahun 2023-2024 menjadi 10,5 juta ton.
Di Indonesia, umbi-umbian
merupakan komoditas penting karena selain sebagai bahan pangan umbi-umbian
juga� merupakan bahan baku untuk berbagai
produk industri; seperti tapioka, pati termodifikasi, gula cair, dan lain-lain.
Umbi-umbian yang banyak dijumpai di�
Indonesia adalah singkong, ubi jalar, kentang dan beberapa jenis umbi
lain yang memiliki jumlah lebih sedikit serta mulai jarang ditemukan salah
satunya adalah umbi garut (Estiasih
Teti, Widta.D, 2017). Umbi garut (Maranta arundinacea) adalah tanaman
umbi yang berasal dari keluarga Marantaceae.
Tanaman ini memiliki umbi yang kaya akan pati dan sering digunakan sebagai
sumber bahan pangan. Umbi garut dikenal dengan sejumlah nama lain, termasuk arrowroot, garut, irut, arut, jelarut
atau sagu rumpun, dan memiliki tekstur kenyal serta kandungan nutrisi yang
bergizi.
Garut merupakan tanaman
multifungsi, antara lain penghasil pati dan bahan baku industri emping garut,
yang diketahui sebagai makanan sehat. Umbi garut memiliki kandungan gizi tinggi
yang terdiri dari protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin
B1, vitamin C, dan kandungan karbohidrat 25-30% serta pati 20%. Umbi garut
merupakan penghasil pati yang pontensial dengan hasil pati berkisar antara
1,92-2,65t/ha (Djaafar
et al., 2010).
Pati garut banyak dipakai dalam
industri makanan bayi dan makanan khusus, hal ini karena tekstur patinya yang
halus dan mudah dicerna. Beberapa olahan varian tepung dan pati garut
diantaranya sereal, emping, cookies, biskuit, keripik dan aplikasi tepungnya
pada berbagai penganan lokal lainnya seperti dodol, bakwan, kue dadar,
ongol-ongol, kue semprit dan lainnya. Manfaat ini akan dapat dikenal
masyarakat jika ada lebih banyak varian makanan yang menggunakan produk olahan
garut sebagai bahan dasarnya (Octavia
et al., 2023). Manfaat lain dari pati
garut yaitu sebagai bahan pengganti tepung terigu dalam pengolahan pangan
seperti kue, cake, dan roti (Djaafar
et al., 2010). Karakteristik pati
garut sebagai substitusi dari tepung terigu dapat membuat renyah beberapa jenis
kue maupun keripik yang melalui proses pemasakan dengan cara digoreng atau
dipanggang. Terlihat bahwa umbi garut berpotensial untuk dijadikan hasil berbagai
olahan makanan. Salah satu yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah
onde-onde ketawa.
Onde-onde ketawa adalah salah
satu produk makanan tradisional Indonesia yang terkenal karena kelezatan dan
keunikan bentuknya. Proses pembuatan onde-onde ketawa melibatkan penggunaan
tepung terigu sebagai bahan utama dalam adonannya. Dalam proses pengolahannya
onde-onde ketawa mengalami perekahan yang disebabkan karena penambahan bahan
pengembang, seperti penggunaan baking
powder. Rekahan terjadi karena Karbondioksida (CO2) yang
sudah terlepas dalam adonan onde-onde ketawa memuai yang mengakibatkan salah satu
bagian permukaan onde-onde ketawa pecah, rekahan yang terbentuk
diidentifikasikan seperti orang tertawa (Pangesthi,
2014)
Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa umbi garut mengandung pati yang dapat memberikan manfaat
kesehatan bagi konsumen. Oleh karena itu, eksplorasi potensi umbi garut sebagai
substitusi pati pada onde-onde ketawa tidak hanya sebagai pengganti tepung terigu
tetapi merupakan pengembangan dan alternatif lain
dalam pemanfaatan umbi garut yang diharapkan dapat menghasilkan produk dengan
warna, aroma, tekstur yang baik dan dapat diterima oleh konsumen. Serta
betujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan pati umbi garut terhadap sifat
fisik dan daya terima onde-onde ketawa.
Berdasarkan latar
belakang penelitian maka dapat dirumuskan, apakah terdapat pengaruh
subtitusi pati umbi garut pada pembuatan onde-onde ketawa terhadap sifat fisik
dan daya terima konsumen?. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh subtitusi pati umbi garut pada pembuatan onde-onde ketawa terhadap
sifat fisik diataranya daya kembang dan minyak yang menempel serta daya terima
konsumen berdasarkan aspek warna, aroma pati, rasa, kerenyahan dan kerapuhan.
Hasil penelitian yang diperoleh
diharapkan dapat berguna untuk memberikan referensi dan informasi bagi
mahasiswa Pendidikan Tata Boga untuk penelitian selanjutnya, memberikan
pengetahuan dan informasi terkait dengan pemanfaatan umbi garut menjadi suatu
olahan yang unik namun tetap bermanfaat.
METODE PENELITIAN
Bahan dan
Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam
pembuatan onde-onde ketawa yaitu pati garut, tepung terigu, gula pasir, margarin,
telur, air, baking powder, biji wijen,dan vanilli. Pati garut diperoleh dari
produsen pati garut Bapak Sunardi dan Ibu Dampen, Banyumas Jawa Tengah. Bahan
lain berupa tepung terigu protein sedang (segitiga biru), gula pasir (gulaku), margarin
(palmia), baking powder dan vanilli ( kopoe kopoe), biji wijen (kuarter
nabati).
Alat-alat yang digunakan dalam
proses penelitian ini adalah bowl,
spatula, timbangan digital, tray, deep
frying pan, strainer, scrapper. Alat yang digunakan untuk analisis uji
fisik daya kembang berupa jangka sorong dan minyak yang menempel menggunakan tissue absorber food grade serta
timbangan digital dengan akurasi 0,01g.
Rancangan
Percobaan
Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui formula onde-onde
ketawa substusi pati umbi garut terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh variable X (Substitusi Pati Umbi Garut dalam Pembuatan
Onde-Onde Ketawa) pada variable Y (Pembuatan Onde-Onde Ketawa Terhadap Sifat
Fisik dan Daya Terima Konsumen).
Dalam penelitian ini
dilakukan uji coba dengan formulasi yang berbeda yaitu 30%, 40% dan 50%
substitusi pati umbi garut. Kemudian dilakukan uji fisik dan uji organoleptik
setelah mendapatkan formulasi onde-onde ketawa terbaik. Uji fisik adalah
karakteristik penampilan fisik onde-onde ketawa sedangkan uji organoleptik
adalah uji coba kepada panelis menggunakan uji hedonic dan uji kesukaan.
Pengambilan data uji
fisik dilakukan dengan mengukur daya kembang onde-onde ketawa sebelum dan
sesudah proses penggorengan menggunakan jangka sorong dan uji minyak yang
menempel menggunakan tissue absorber
serta timbangan digital. Sedangkan pengambilan data uji organoleptik dilakukan
dengan memberikan 3 sample yang berbeda kepada 30 orang panelis agak terlatih.
Pembuatan
Onde-onde Ketawa
Tahapan pembuatan diawali dengan
persiapan semua alat dan bahan yang dibutukan dalam proses penelitian. Formula
yang digunakan dalam pembuatan ini adalah formula kontrol, formula substitusi
pati umbi garut dengan persentase 30%, 40% dan 50%. Tahapan pembuatan onde-onde
ketawa meliputi: pemilihan bahan, persiapan alat, penimbangan bahan, pembuatan
adonan (pencampuran), potong timbang adonan seberat 4 gram tiap adonan,
pembentukan, pencelupan ke air dan wijen, penggorengan selama 8 menit dengan
suhu awal 75�C, pendinginan, dan pengememasan.
Analisis
Data
Analisis data pada sifat fisik onde-onde ketawa dengan substitusi
pati umbi garut menggunakan Uji Anova Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pelakuan
(t) dengan ulangan (r).
Pada setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga (3) kali ulangan sehingga mendapatkan 9 unit percobaan (Nugroho ,S, 2008). Dan jika terdapat pengaruh yang signifikan, maka dilanjtkan dengan uji Duncan
untuk mengetahui perbedan antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji sifat fisik pada
onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut dengan persentase 30%, 40% dan 50%
adalah daya kembang dan minyak yang menempel. Sifat fisik pada suatu produk
akan mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk (Mahmudah
et al., 2017).
Daya Kembang
Tabel 1 Hasil Uji Fisik Daya Kembang
Aspek Penilaian |
Daya Kembang |
|||
Daya Kembang |
Ulangan |
30% |
40% |
50% |
1 |
34,73 |
36,84 |
38,94 |
|
2 |
34,73 |
36,45 |
38,94 |
|
3 |
34,37 |
36,84 |
37,82 |
|
Jumlah |
|
103,83 |
110,13 |
115,7 |
Rata-rata |
|
34,61�0,21a |
36,71�0,23b |
38,57�0,65c |
*Angka
yang diikuti huruf berbeda menunjukkan adanya beda nyata pada taraf signifikansi
α = 5%.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui nilai daya kembang setiap sample. Semakin banyak
substitusi pati garut nilai rata-rata daya kembang semakin tinggi. Sample
dengan nilai daya kembang paling tinggi adalah sample dengan substitusi pati
garut sebesar 50%, sedangkan sample dengan nilai daya kembang terkecil yaitu
sample dengan substitusi 30% pati. Nilai daya kembang menunjukkan semakin banyak jumlah substitusi yang dilakukan maka
semakin mempengaruhi daya kembang pada onde-onde ketawa. Daya kembang
dipengruhi oleh pati yang terdapat pada bahan makanan, pati mengalami
gelatinisasi dan mengalami pengembangan saat terkena suhu panas (Gardjito et al., 2019). Menurut Susanti
(2007) dalam (Ramadhani Chaniago et al., 2019), pengembangan terjadi
dikarenakan terbentuknya rongga-rongga udara yang dipengaruhi oleh suhu,
sehingga menyebabkan air yang terikat dalam gel menjadi uap. Perbedaan daya
kembang menujukan bahwa semakin banyak kandungan amilopektin maka daya
kembangnya akan semakin besar, kandungan amilopektin dalam pati garut adalah
sebesar 75 - 80 % (Hakim et al., 2020). Berdasarkan uji
fisik daya kembang pada onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut didapatkan
nilai terbaik yaitu daya kembang pada perlakuan 50% dengan nilai 38,57%.
Minyak yang Menempel
Tabel 2 Hasil Uji Fisik Minyak yang Menempel
Aspek Penilaian |
Minyak Yang Menempel |
|||
Minyak yang Menempel |
Ulangan |
30% |
40% |
50% |
1 |
56 |
92 |
108 |
|
2 |
60 |
88 |
112 |
|
3 |
56 |
92 |
108 |
|
Jumlah |
|
172 |
272 |
328 |
Rata-rata |
|
57,33�2,31a |
90,67�2,31b |
109,33�2,31c |
*Angka
yang diikuti huruf berbeda menunjukkan adanya beda nyata pada taraf
signifikansi α = 5%.
Berdasarkan Tabel 2, diketahui minyak yang menempel pada setiap sample. Semakin
banyak substitusi pati garut nilai rata-rata minyak yang menempel semakin
tinggi. Sample dengan nilai minyak yang menempel paling tinggi adalah sample
dengan substitusi pati garut sebesar 50%, sedangkan sample dengan nilai minyak
yang menempel terkecil yaitu sample dengan substitusi 30% pati. Penyerapan minyak pada bahan atau produk dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya suhu, waktu, air yang terkandung dalam bahan dan
ketebalan bahan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan, semakin
tebal bahan maka minyak yang masuk kedalam bahan akan semakin sedikit (Gardjito et al., 2019). Semakin tinggi
substitusi pati umbi garut maka penyerepan minyak semakin tinggi dikarenakan
jumlah tepung terigu dalam bahan akan berkurang sehingga kandungan protein pun
berkurang yang menyebabkan adanya pengaruh penyerapan minyak pada onde-onde
ketawa substitusi pati umbi garut. Daya serap minyak pati dipengaruhi oleh
adanya protein pada permukaan granula pati, yang membentuk kompleks dengan
pati, selanjutnya memberikan tempat bagi terikatnya minyak (Suarni et al., 2013). Berdasarkan uji fisik
minyak yang menempel pada onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut didapatkan
nilai terbaik yaitu minyak yang menempel pada perlakuan 50% dengan nilai 109,33%
DAYA
TERIMA KONSUMEN
Berdasarkan hasil
pengujian organoleptik pada aspek warna onde-onde ketawa substitusi pati umbi
garut dapat diterima dan disukai oleh konsumen. Pada uji analisis hipotesis
menunjukkan tidak terdapat pengaruh pada warna onde-onde ketawa substitusi pati
umbi garut dengan persentase 30%, 40% dan 50%. Warna antar perlakuan dapat
dinilai sama karena tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap warna yang
dihasilkan.
Onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut menghasilkan warna kecoklatan.
Menurut Winarno (1992) dalam (Gardjito
et al., 2019), warna coklat terjadi
karena adanya reaksi maillard yaitu
reaksi antara karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan NH2 (amonium) dari
protein yang menghasilkan senyawa hidroksilmetilfurfural yang kemudian
berlanjut menjadi furfural yang coklat. Kecepatan dan pola reaksi dipengaruhi
oleh sifat asam amino atau protein yang bereaksi dan sifat karbohidrat karena
setiap jenis makanan dapat menunjukkan pola pencoklatan yang berbeda. Warna
mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat memengaruhi penerimaan
konsumen terhadap produk, selain itu warna merupakan unsur yang pertama kali
dinilai oleh konsumen sebelum unsur lain seperti rasa, tekstur, aroma, dan
beberapa sifat fisik lainnya (Hakim
et al., 2020).
Hasil pengujian organoleptik
pada aspek aroma pati onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut dapat
diterima dan disukai oleh konsumen. Pada uji analisis hipotesis menunjukkan
tidak terdapat pengaruh pada aroma onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut
dengan persentase 30%, 40% dan 50%. Artinya semakin
banyak substitusi pati umbi garut maka tidak mempengaruhi aspek aroma pati
onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut. Adanya aroma dapat
mendukung penilaian seseorang terhadap mutu makanan tersebut. Disamping itu senyawa aroma memainkan peran penting dalam
industri jasa makanan, untuk meningkatkan rasa dan umumnya dapat menjadikan
produk makanan memiliki daya tarik lebih (Manzalina et al., 2019). Aroma yang
dikeluarkan setiap makanan berbeda-beda, selain itu cara memasak yang berbeda
akan menimbulkan aroma yang berbeda pula (Hakim et al., 2020).
Berdasarkan hasil pengujian
organoleptik pada aspek rasa onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut dapat
diterima dan disukai oleh konsumen. Pada uji analisis hipotesis menunjukkan
tidak terdapat pengaruh pada rasa onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut
dengan persentase 30%, 40% dan 50% hal ini disebabkan
penggunaan formula yang sama pada setiap produk perlakuan dan rasa pati umbi
garut yang cenderung netral. Artinya semakin banyak substitusi pati umbi garut
maka tidak mempengaruhi rasa onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut.
Onde-onde ketawa memiliki rasa manis, hal ini disebabkan adanya komposisi gula
pasir pada bahan pembuatannya. Rasa merupakan perpaduan antara bau dan
perasaan yang ditimbulkan akibat mencicipi makanan yang dapat dirasakan didalam
mulut (Manzalina
et al., 2019).
Berdasarkan hasil pengujian
organoleptik pada aspek kerenyahan onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut
dapat diterima dan disukai oleh konsumen. Pada uji analisis hipotesis
menunjukkan tidak terdapat pengaruh pada kerenyahan onde-onde ketawa substitusi
pati umbi garut dengan persentase 30%, 40% dan 50%. Hasil hipotesis fisik pada
aspek daya kembang onde-onde ketawa yang menujukkan semakin besar persentase
substitusi pati umbi garut maka daya kembang onde-onde ketawa semakin tinggi
dan hasil kerenyahan uji organoleptik onde-onde ketawa memiliki nilai rata-rata
yang semakin tinggi yaitu 3,39 pada perlakuan 30%, 4,07 pada perlakuan 40% dan
nilai rata-rata 4,20 pada perlakuan 50% . Hal ini didukung oleh pernyataan Siaw
et al.(1985) dalam (Rosari,
2014), semakin banyak
penambahan bahan baku bukan pati semakin kecil pengembangan kerupuk pada saat
penggorengan dan pengembangan menentukan kerenyahannya, karena semakin daya
kembang maksimal, maka kerenyahannya akan semakin besar.
Hasil pengujian organoleptik
pada aspek kerapuhan onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut dapat diterima
dan disukai oleh konsumen. Pada uji analisis hipotesis menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan pada kerapuhan onde-onde ketawa substitusi pati umbi
garut dengan persentase 30%, 40% dan 50%. Artinya
semakin banyak substitusi pati umbi garut maka mempengaruhi aspek kerapuhan
onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut. Berdasarkan hasil dari Uji Tuckey�s bahwa perlakuan substitusi 50%
merupakan produk onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut yang paling
disukai pada aspek kerapuhan. Menurut Fellows (2000) dalam (Kurnia & Zulfiyani, 2022), tekstur makanan
sebagian besar ditentukan oleh kadar air, kandungan lemak, jenis serta jumlah
karbohidrat struktur (selulosa, pati, dan bahan berpektin) dan protein.
Perubahan dalam tekstur disebabkan oleh hilangnya kadar air atau lemak,
pembentukan atau penguraian emulsi dan gel, hidrolisis karbohidrat polimerik,
koagulasi dan hidrolisis protein. Salah satu penyebab perubahan dalam tekstur
adalah hidrolisis karbohidrat polimerik. Tepung terigu adalah sumber utama
karbohidrat pada produk ini yaitu 77,8% per 100g (Tabel Komposisi Pangan,2018)
dan pati umbi garut memiliki kandungan karbohidrat yang setara dengan tepung
terigu yaitu 75 - 80% per 100g (Hakim et al., 2020). Hal ini dapat
diartikan bahwa tingkat kerapuhan dipengaruhi oleh adanya kandungan karbohidrat
dalam onde-onde ketawa.
Tabel 3 Hasil Uji Daya Terima Konsumen
Aspek Penilaian |
Nilai Rata-Rata |
||
30% |
40% |
50% |
|
Warna |
4,2 |
4,13 |
4,1 |
Aroma Pati |
4,07 |
4 |
4 |
Rasa |
3,87 |
4,27 |
4,03 |
Kerenyahan |
3,93 |
4,07 |
4,20 |
Kerapuhan |
3,70 |
3,97 |
4,23 |
Tabel 4 Hasil Hipotesis Aspek Kerapuhan
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Kerapuhan |
7,11 |
5,99 |
x2 hitung > x2 tabel, maka H0 ditolak, dan H1
diterima |
Tabel 5 Hasil Uji Perbandingan Ganda Tuckey Pada Aspek
Kerapuhan
NO |
Selisih Setiap Perlakuan |
Perbandingan Hasil |
Keterangan |
1 |
| A-B | = | 3,70 - 3,97 | |
0,27 <
0,47 |
Tidak
Berbeda Nyata |
2 |
| A-C | = | 3,70 � 4,32 | |
0,53 >
0,47 |
Berbeda
Nyata |
3 |
| B-C | = | 3,97 � 4,32 | |
0,26 <
0,47 |
Tidak
Berbeda Nyata |
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan tentang onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut persentase
30%, 40% dan 50% sebanyak tiga
kali ulangan menggunakan uji Anova
(α = 0,05) dan uji lanjutan menunjukkan
adanya pengaruh atau perbedaan nyata yang signifikan pada aspek daya kembang
dengan nilai berkisar 34,61% - 37,82% dan minyak
yang menempel berkisar antara 57,33% - 109,33%.
Hasil dari
substitusi pati umbi garut pada pembuatan onde-onde ketawa dengan persentase
30%, 40% dan 50% menghasilkan formula yang baik. Pada uji daya terima oleh panleis agak terlatih sebanyak
30 orang diperoleh hasil formula yang paling disukai adalah onde-onde ketawa dengan penggunaan persentase pati umbi garut 50% pada aspek kerenyahan dan kerapuhan. Persentase 30% memperoleh nilai rata-rata tertinggi pada aspek warna dan aroma pati. Sedangkan, persentase 40% memperoleh nilai rata-rata tertinggi pada aspek rasa. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan tidak terdapat perbedaan nyata pada 4 aspek yang diujikan yaitu aspek warna,
aroma pati umbi garut, rasa, dan kerenyahan.
Selain itu, terdapat 1 aspek
yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh atau terdapat perbedaan
nyata dan dilanjutkan dengan uji Tuckey�s yaitu aspek kerapuhan dengan hasil produk persentase 50% lebih disukai.
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah onde-onde ketawa substitusi pati umbi garut
sebagai inovasi produk makanan tradisional khas nusantara dinilai berhasil karena medapat penilaian yang baik. Peneliti merekomendasikan onde-onde katawa substitusi pati umbi garut
sebesar 50% dengan tingkat kerenyahan dan kerapuhan terbaik untuk dikembangkan agar dapat mengotimalkan penggunaan umbi garut sebagai
bahan pangan lokal.
REFERENSI
Djaafar, T. F., Sarjiman, & Pustika, A. B. (2010).
Pengembangan budi daya tanaman garut dan teknologi pengolahannya untuk
mendukung ketahanan pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 29(1),
25�33.
Estiasih Teti, Widta.D, W. E. (2017). Umbi-umbian dan
Pengolahannya (T. U. Press (ed.); 1st ed.). UB Press.
Gardjito, M., Indrati, R., & Zahra. (2019). Gastronomi
Indonesia. Global Pustaka Utama.
Hakim, U. N., Rosyidi, D., & Widati, A. S. (2020).
Pengaruh penambahan tepung garut (Maranta arrundinaceae) terhadap kualitas
fisik dan organoleptik nugget kelinci. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan,
9(4), 50�62.
Kurnia, P., & Zulfiyani, K. S. (2022). KEKERASAN,
KERAPUHAN DAN DAYA TERIMA KUKIS YANG DIBUAT DARI SUBSTITUSI TEPUNG BIJI MANGGA
(Mangifera indica L.). Jurnal Sagu, 21(1), 19.
https://doi.org/10.31258/sagu.21.1.p.19-28
Mahmudah, N. A., Amanto, B. S., & Widowati, E. (2017).
Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensoris Flakes Pisang Kepok Samarinda (Musa
paradisiaca balbisiana) dengan Subtitusi Pati Garut. Teknologi Hasil
Pertanian, 10(1), 32�40.
Manzalina, N., Sufiat, S., & Kamal, R. (2019). Daya
Terima Konsumen Terhadap Citarasa Es Krim Buah Kawista (Limonia Acidissima). Media
Pendidikan, Gizi , Dan Kuliner.
Octavia, D., Nurheni, Wijayanto, Budi, S. W., Suharti, S.,
& Batubara, I. (2023). Mempromosikan Garut (Maranta arundinacea) �Pangan
Agroforestri� untuk Menekan Stunting Penulis. 5(4).
Pangesthi, L. T. (2014). Pengaruh Substitusi Teoung Biji
Nangka (Artocapus Heterphyllus) Terhadap Mutu Organoleptik Kue Onde-Onde
Ketawa. Lincolin Arsyad, 3(2), 1�46.
Referensi, B., & Nugroho, S. (n.d.). Rancangan
Percobaan Dasar-Dasar.
Rosari, M. I. (2014). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3 ,
Nomor 3 , Tahun 2014 , Halaman 47-54. PENGARUH EKSTRAK KASAR BUAH MAHKOTA
DEWA (Phaleria Macrocarpa) SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADAFILLET IKAN BANDENG (Chanos
Chanos Forsk) SEGAR, 3(2012), 47�54.
Suarni, Firmansyah, I., & Aqil, M. (2013). Keragaman Mutu
Pati Beberapa Varietas Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 32(1),
50�56.
|
� 2024
by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |