(MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI KELOMPOK
B2 TKIT SALSABILA 3 JATIMULYO)
Maulida Rahmawati
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
E-mail : [email protected]
� Kata Kunci |
Abstrak |
Kebebasan
Anak, Filsafat Khudi. Pengembangan Diri |
Peran pendidikan
anak usia dini sangat diperlukan guna menciptakan manusia yang unggul dan bersaing serta berakhlak di masa mendatang. �Tujuan pembelajaran
dapat tercapai dan anak didik tidak
mudah merasa bosan untuk tinggal
dikelas sehingga tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara wajar dan natural sesuai situasi/kondisi objek di lapangan. Penilaian perkembangan peserta didik yaitu berupa
raport dan buku Induk. TKIT Salsabila 3 Jatimulyo
disini menggunakan penilaian pembelajaran yang berupa hasil karya dan penilaian perkembangan berupa raport yang akan dibagikan ketika anak didik lulus dari TK. Aspek penilaian yang ada di dalam raport meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni pada anak. |
Keywords |
�Abstract |
Child
Freedom, Khudi Philosophy. Self Development |
The
role of early childhood education is very necessary to create superior and
competitive human beings who are moral in the future. Learning objectives can
be achieved and students do not easily get bored to stay in class so as not
to interfere with the teaching and learning process. This study uses a
qualitative approach. The implementation of the research was carried out naturally
and fairly according to the situation/conditions of the object in the field.
Assessment of student development is in the form of report cards and master
books. TKIT Salsabila 3 Jatimulyo here uses learning assessments in the form
of work results and development assessments in the form of report cards that
will be distributed when students graduate from kindergarten. The assessment
aspects in the report card include aspects of religious and moral values,
physical motor skills, cognitive, language, social emotional, and art in
children. |
*Correspondence Author: Maulida
Rahmawati
Email: [email protected] ��
PENDAHULUAN
Peran pendidikan anak usia dini
sangat diperlukan guna menciptakan manusia yang unggul dan bersaing serta berakhlak di masa mendatang (Widyawati et al.,
2023). Dalam memberikan pendidikan bagi anak usia
dini, negara membentuk atau menyelenggarakan dunia pendidikan anak usia dini (PAUD). Dengan diberlakukannya UU Nomor 20 tahun 2003 maka PAUD menjadi bagian dari sistem
pendidikan yang ada di
Indonesia. Usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat menentukan masa depan anak (Rizqina, 2020). Berdasarkan
PERMENDIKBUD Nomor 48 tahun
2014 pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa pemerintah memberikan pelayanan berupa TK atau Taman Kanak-Kanak yang diperuntukkan
anak berusia 4 tahun sampai 6 tahun akan tetapi
lebih diprioritaskan anak yang berusia 5 sampai 6 tahun. Menurut Asmawati, anak usia dini
adalah anak yang berusia 0-6 tahun dan sedangkan anak usia dini dalam
menempuh pendidikan harus memparhatikan aspek perkembangan baik dari sejak
lahir maupun hingga dewasa (Asmawati, 2014). Hal itu sejalan dengan hakikat anak usia
dini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 Tahun 2003 adalah
kelompok manusia yang berusia 0 sampai 6 tahun.
Pembelajaran adalah salah satu rangkaian kegiatan dengan konsep belajar dan mengajar. Pada prinsipnya mengajar adalah proses yang terjadi pada pendidik, di mana pendidik menyampaikan materi pelajaran pada anak didiknya (Yusuf &
Syurgawi, 2020). Mengajar adalah seni untuk mentransfer
pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai yang diarahkan
oleh nilai-nilai pendidikan,
kebutuhan siswa, kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki pendidik. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pembelajaran bagi anak usia
dini pada hakikatnya merupakan sebuah proses pelaksanaan proses belajar yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk
dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam dirinya
secara maksimal (Nur Endah Saputri,
2017). Pelaksanaan pembelajaran dalam sebuah proses pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kegiatan
pendidikan. Pada tahap inilah materi yang menjadi tujuan pendidikan disampaikan atau diberikan kepada peserta didik. Oleh karenanya, pelaksanaan pembelajaran perlu dirancang dan diatur dengan sebaik-baiknya.
Supaya apa yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat
terserap dan dipahami dengan mudah, serta
memperoleh hasil yang maksimal (Nurdyansyah &
Andiek, 2017).
Tenaga pendidik dan kegiatan pembelajaran merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan mutlak (Kirom, 2017). Artinya guru akan lebih memiliki makna secara edukatif
jika guru itu mampu melakukan proses pembelajaran yang baik, tepat, akurat, serta relevan dengan
fungsi dan prinsip pendidikan. Masalah pengajaran adalah usaha guru dalam memberikan materi pembelajaran, penyajian informasi, pengunaan media, mengajukan pertanyaan, dan evaluasi. Sedangkan masalah pengelolaan adalah usaha guru dalam menciptakaan kondisi kelas dan belajar siswa sehingga
proses belajar dapat berlangsung secara efektif (Usnan, 2019). Sejumlah fakta menyebutkan bahwa masalah anak
dalam belajar seringkali terjadi pada level sejak dini seperti
anak-anak yang baru duduk
di Taman Kanak. (Agustini, 2023). Guru sering kewalahan dalam mengelola kelas karena perilaku anak yang beragam, ada yang aktif dan ada juga yang pasif. Fenomena yang biasa terjadi antara lain anak tidak bisa
diam dan tenang, masih dilayani, tidak bisa mengikuti
materi atau arahan dari guru, dan lain sebagainya (Nayoan, 2018).
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola dengan baik, karena kelas
adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima
bahan pelajaran dari guru (Aryani et al.,
2021). Kelas yang dikelola dengan baik akan
menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan
menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan
untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat
mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Apabila pengelolaan kelas dilakukan dengan baik peserta
didik pun menjadi mudah dalam menerima
setiap materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga tercipta suasana pembelajaran yang efektif. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dan anak didik tidak
mudah merasa bosan untuk tinggal
dikelas sehingga tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar. (Israwati, 2017)
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, biasanya anak-anak memerlukan kebebasan. Membentuk karakter sejak dini menjadi
langkah pertama agar anak dapat melangkah
menuju masa depan yang sukses (Kertamuda, 2015). Anak-anak tidak perlu selalu
mengikuti jejak orang tua mereka dan hak kebebasannya untuk menginterpretasikan kehidupan sesuai dengan pemahamannya tidak boleh dicabut.
Perilaku orang tua yang terus-menerus mendikte anaknya dapat menyebabkan
mereka tidak dapat berdiri sendiri
dalam hidupnya, terus-menerus bergantung pada
orang lain, dan takut mengambil
risiko ketika anak mengambil keputusan.
TKIT Salsabila 3 Jatimulyo merupakan jenjang (TK) di lingkungan Tegalrejo yang menerapkan 5 hari sekolah (full day school). TKIT
Salsabila 3 Jatimulyo juga mempunyai
program-program unggulan dalam
mewujudkan generasi cakap, cendekia, terampil dan berakhlaq mulia. Murid kelas B2 berjumlah 12 anak dengan 1 guru kelas. Sesuai dengan kurikulum,
guru berhak untuk mempunyai kreativitas untuk mengelola kelas misalnya pembelajaran tidak harus duduk di dalam kelas bisa di luar
kelas juga, bisa lesehan, tempat duduk yang bervariasi tidah harus berkelompok, bisa dengan leter
U bisa juga dengan berhadap-hadapan dengan tujuan agar anak mampu bersosialisasi dengan teman yang ada di sekolah dan agar anak merasa nyaman
dengan kondisi di dalam kelas karena
sudah termanajemen dengan baik sehingga
anak dapat belajar semaksimal mungkin di dalam kelas dan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Peneliti menunjukkan bagaimana pendidik memberikan kebebasan kepada anak-anak di TKIT Salsabila 3 Jatimulyo
dan bagaimana anak-anak menempatkan diri di sekolah melalui kebebasan yang diberikan oleh pendidik. Pada dasarnya peluang kebebasan anak tidak setara
dengan peluang kebebasan orang dewasa. Penelitian ini mengambil perspektif filosofis tentang peran dan makna kebebasan bagi ana Berdasarkan dari ulasan tersebut, maka peneliti memiliki
tujuan untuk mengetahui bagaimana kebebasan anak perspektif filsafat khudi dalam manajemen
pembelajaran di Kelompok B2
TKIT Salsabila 3 Jatimulyo.
Kebebasan dalam Filsafat Khudi Muhammad Iqbal
Filosofi kebebasan Iqbal berpusat pada konsep Khudi atau
diri. Diri merupakan titik awal dalam
pemikiran Iqbal dan merupakan
permasalahan pokok. Menurut Iqbal, karena diri, maka metafisika
dapat terbentuk, dan intuisi terhadap diri memungkinkan eksistensi metafisika (Hasan,
2004). Iqbal menegaskan bahwa
dirinya telah mencapai pemahaman ini. Kebebasan manusia dalam pandangan
Iqbal adalah kebebasan eksistensial, yang mencakup kebebasan untuk memengaruhi kepribadian manusia karena sifat eksistensialnya yang menyeluruh. Iqbal menganggap kebebasan sebagai pengalaman yang wajib bagi setiap manusia.
Menurut Iqbal, kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang masih berada dalam
kerangka etika. Karena manusia adalah makhluk sosial, ego manusia seringkali bersentuhan atau bertentangan dengan ego manusia lainnya. Terkadang, setiap ego dalam kebebasannya memiliki ambisi untuk menyerang ego-ego lain. Untuk menghindari konflik yang disebabkan oleh serangan ego-ego lain, seperti keberadaan ego yang tidak memahami dan menghargai kebebasan ego lain hanya demi kepentingan pribadi sesuai dengan tujuan
dan motif tindakannya. Oleh karena
itu, Iqbal menegaskan bahwa kebebasan dari setiap ego harus diimbangi dengan tanggung jawab. Iqbal menyebut kebebasan semacam itu sebagai kebebasan
positif.
Kebebasan merupakan konsep yang abstrak walaupun demikian bukan berarti sulit
untuk diwujudkan dalam realitas kongkrit. Kebebasan akan menjadi wujud
yang nyata jika kebebasan diartikan dalam konteks konkrit
dalam melakukan sesuatu. Karena didasari oleh konsep teologis Konsep kebebasan yang digagas oleh Muhammad Iqbal bersifat
Religius. diturunkan dari makna konsepsi
teologi khilafah dan tertulis di dalam empat ayat Al�qur�an
yaitu: al-Baqarah ayat 28,
al-An�am ayat 165, dan
al-Ahzab ayat 72. (Anwar, 2015)
Manajemen Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah suatu rancangan
tertulis mengenai suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara rutin yang menjelaskan tentang struktur kegiatan dan aktivitas belajar. Seorang pendidik harus menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang baik harus dilaksanakan
secara sistematis dan berkesinambungan. Rusman
(2017:65) menyatakan: �Perencanaan
pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu
pada standar isi.� (Aryani et al.,
2021)
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPPH yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, makan bersama istirahat dan penutup. Wibowo (2013:99) menyatakan
bahwa, �Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya dilakukan oleh guru dan sudah ada interaksi langsung
dengan anak didik mengenai pokok bahasan yang diajarkan.� (Nur Endah Saputri,
2017)
Evaluasi adalah suatu usaha
untuk mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui
kegiatan belajar. Adapun evaluasi pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru terhadap anak dengan sengaja
untuk melihat tingkat keberhasilan rencana pembelajaran (Sumiyati &
Wijayanti, 2020). Disini peneliti meneliti tentang evaluasi pada anak. Evaluasi pada anak yaitu membantu proses pembelajaran. Dengan evaluasi, guru dapat mengetahui sejauh mana anak memahami pelajaran
yang telah diberikan oleh
guru. Jadi, jika guru mengetahui
ada anak yang kurang memahami pelajaran yang diberikan oleh
guru, guru akan membantu
dan membimbingnya secara bertahap agar anak tersebut dapat memahami pelajaran seperti hal nya
dengan teman-teman yang
lain. Kurniadin Didin
(2014:370) menyebutkan: �Evaluasi
dalam konteks sistem pembelajaran merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil evaluasi menjadi feed-back bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan
program dan kegiatan pembelajaran.�
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara wajar dan natural sesuai situasi/kondisi objek di lapangan. Peneliti mencari data secara deskriptif yang menggambarkan secara nyata apa yang ditemukan di lapangan. Data mengenai penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti memilih metode tersebut guna memperoleh
data yang bersifat fleksibel
dan relevan dengan kondisi yang sebenarnya. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasif dimana peneliti datang ke tempat penelitian
untuk melihat, memperhatikan, mewawancarai dan tidak terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Wawancara
dilakukan secara lisan melalui tatap
muka langsung secara individual kepada beberapa narasumber yang telah ditentukan. Penelitian dilaksanakan di Kelas B2 TKIT Salsabila 3 Jatimulyo.
Narasumber adalah Ibu Nurfajriyah, S.Pd. selaku guru Kelas B2. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil dokumentasi berupa dokumen tertulis maupun berupa gambar
terkait pengaturan ruang kelas seperti
pendapat Nana Syaodih
(2013: 221) bahwa dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik. Sedangkan, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Miles & Huberman dengan
langkah sebagai berikut: reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display) dan kesimpulan (conclusing
drawing/verification). (Prayoga et al., 2019).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Pembelajaran
di Kelas B2 TKIT Salsabila 3 Jatimulyo
Perencanaan pembelajaran
TKIT Salsabila 3 Jatimulyo dalam merencanakan manajemen pembelajaran kelas untuk anak
meliputi tiga tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Tahapan perencanaan yakni adanya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) merupakan penjabaran
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM). Pendidik menetapkan dahulu indikator yang ingin dicapai dari tujuan
satuan yang sudah ditetapkan sebelumnya dan tentunya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam hal persiapan ini,
untuk menerapkan manajemen pembelajaran sebagai proses pembelajaran terlebih dahulu menyiapkan bahan-bahan yang akan diajarkan atau strategi pendidik dalam mengajar. Seperti pemilihan materi, pengelolaan kelas, dan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Dari waktu
kedatangan anak-anak hingga pukul 08.00, guru menyambut anak-anak dan seperti biasa anak-anak
bersalaman sambil menjawab salam dari ibu guru. Sebelum masuk kelas
anak-anak bermain di halaman sekolah bagi yang sudah membaca Iqro dan baca. Setelah pukul
08.00 anak-anak berbaris mengucapkan ikrar yang dipimpin oleh anak-anak yang mengajukan diri untuk memimpin ikrar di depan. Pada saat di dalam kelas
anak-anak langsung duduk di
karpet. Sebelum memulai pelajaran, guru terlebih dahulu mengucapkan salam dan dibalas dengan menjawab salam dari anak-anak serta menyapa anak-anak
dengan semangat. Setelah itu Ibu Nurfajriyah mengajak anak-anak untuk ikrar dan imtaq berdoa sebelum belajar dan macam-macam doa lainnya. Selesai
berdoa guru mengajak anak-anak bernyanyi dan ice
breaking. Kegiatan ini berlangsung sampai jam 09.00 sebelum kegiatan inti dimulai.
b. Kegiatan Inti
Pukul 09.00 memasuki
kegiatan inti Ibu Nurfajriyah
mengajak anak-anak untuk turun ke
halaman sekolah dan melakukan kegiatan inti pembelajaran di sana. Lalu beliau
menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini yaitu
sholat dhuha berjamaah dan mengenal bumi dan alam semesta.
Guru meminta murid-muridnya
untuk berkumpul dan duduk dalam lingkaran. Pada kesempatan ini, guru mengajak anak-anak berdiskusi dan memberikan nasihat-nasihat positif. Guru memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk berargumen, dan mereka dapat mengajukan
pertanyaan setelah mendapatkan izin terkait materi yang telah disampaikan. Terkadang, dalam kegiatan ini, anak-anak
juga tidak ragu untuk mengadukan masalah atau keluh kesah
mereka kepada guru, seperti tindakan nakal teman, kehilangan
alat tulis, dan sebagainya.
c. Kegiatan Akhir
Pukul 10.00, setelah
menyelesaikan tugas dan karya anak-anak dipersilahkan untuk istirahat makan snack dan bermain. Pada waktu itu anak-anak secara
mandiri melakukan pembiasaan cuci tangan dan berdoa sebelum makan. Anak-anak kembali ke
kelas dan duduk di kursi
masing-masing. Guru melakukan refleksi
dan tindak lanjut. Memasuki waktu makan siang, Guru membacakan doa sebelum makan yang dipimpin oleh Ibu Nurfajriyah dan
anak dipersilakan mencuci tangan secara bergantian.
Evaluasi pembelajaran
Penilaian perkembangan peserta
didik yaitu berupa raport dan buku Induk. TKIT Salsabila 3 Jatimulyo disini menggunakan penilaian pembelajaran yang berupa hasil karya dan penilaian perkembangan berupa raport yang akan
dibagikan ketika anak didik lulus dari TK. Aspek penilaian yang ada di dalam raport meliputi
aspek nilai agama dan
moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni pada anak.
Pembelajaran di TKIT Salsabila 3 Jatimulyo sangat mengutamakan nilai-nilai keislaman dan moral. Selama kegiatan pembelajaran di kelas, anak-anak diajarkan untuk memiliki keyakinan dan pemahaman terhadap Tuhan, serta prinsip-prinsip ajaran Islam. Ini
mencakup pemahaman tentang kegiatan ibadah sehari-hari dan pelaksanaannya.
Iqbal menyatakan bahwa perjalanan menuju kebebasan dalam konsep khudi melibatkan
tiga tahap perkembangan, yaitu ketaatan atau kepatuhan,
tahap pengendalian diri, dan perwakilan Tuhan. Jika kita mempertimbangkan tiga tahap perkembangan
tersebut dalam konteks kebebasan di TKIT
Salsabila 3 Jatimulyo, dapat
diinterpretasikan bahwa anak-anak sedang mengikuti proses latihan untuk mencapainya. Hal ini disadari karena
mereka masih berusia dini, sehingga
memerlukan pengawasan dan bimbingan intensif dari para pendidik.
KESIMPULAN
Hasil penelitian
yang dilakukan peneliti tentang kebebasan anak perspektif filsafat dalam manajemen pembelajaran di Kelas B2 TKIT Salsabila 3 Jatimulyo
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada tahap
perencanaan guru merencanakan
segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu berupa program tahunan, program
semester, RPPM, dan RPPH. Pada tahap ini antara RPPH dengan kegiatan pembelajaran sesuai sehingga kegiatan belajar menjadi aktif kreatif menggunakan
buku lembar kerja dan buku Aku Anak Hebat serta bahan-bahan untuk membuat karya.
2. Pada tahap
pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga
proses yaitu kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup. Pada tahap kegiatan inti anak-anak belajar sesuai dengan RPPH bisa di dalam maupun
di luar kelas agar anak dapat mengeksplorasi
diri.
3. Pada tahap
evaluasi guru melakukan penilaian anak dengan bentuk penilaian
hasil karya dan perkembangan peserta didik menggunakan
penilaian pembelajaran yang
berupa hasil karya dan penilaian perkembangan berupa raport.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat disimpulkan bahwa kebebasan anak di TKIT Salsabila 3 Jatimulyo
memiliki arti untuk membentuk anak menjadi individu yang memiliki karakter. Anak dianggap sebagai investasi untuk masa depan yang perlu dididik secara optimal agar tumbuh menjadi individu yang berkualitas. Setiap anak memiliki
potensi unik dalam dirinya, sehingga potensi tersebut perlu diperkembangkan. Tidak hanya harus mengikuti pola hidup orang tua, anak juga memerlukan kebebasan dalam menjalani kehidupannya. Kebebasan memiliki peran penting dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pengelolaan kelas dan pembelajaran di TKIT
Salsabila 3 Jatimulyo sudah
berjalan dengan baik. Pentingnya pengelolaan kelas yang baik karena merupakan
faktor utama yang dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif, menyenangkan dan juga efektif mempunyai pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran di kelas..
REFERENSI
Agustini, A. A. (2023). Manajemen Kelas Guna Meningkatkan
Semangat Anak dalam Belajar Efektif Di TK PGRI Kecamatan Parigi Pangandaran. Jurnal
Ilmiah Al-Muttaqin, 8(2), 7�12.
https://doi.org/10.37567/al-muttaqin.v8i2.1713
Aryani, R., Sutrisno, & Zar�in, F. (2021). DI TAMAN
KANAK-KANAK AL MUJAHIDIN SEKADAU HULU Risa Aryani , Sutrisno , Firdaus Zar � in
Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak Email :
[email protected]. Edukasi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 9(1),
19�28.
Israwati. (2017). Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak
Usia Dini Pada Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak. Jurnal Serambi Ilmu, 29(9),
1689�1699.
Kertamuda, M. A. (2015). Golden age-strategi sukses
membentuk karakter emas pada anak. Elex Media Komputindo.
Nur Endah Saputri. (2017). Penerapan Pengelolaan Kelas Pada
Kelompok B Di Tk Anakqu. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 161.
Nurdyansyah, N., & Andiek, W. (2017). Manajemen
Sekolah Berbasis ICT. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Prayoga, A., Noorfaizah, R. S., Suryana, Y., & Sulhan, M.
(2019). Manajemen Pembelajaran Tahfidzul Quran Berbasis Metode Yaddain Di Mi
Plus Darul Hufadz Sumedang. Nidhomul Haq : Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, 4(2), 140�156. https://doi.org/10.31538/ndh.v4i2.326
Rizqina, A. L. & B. suratman. (2020). Manajemen pendidik
dan tenaga kependidikan di paud it alhamdulillah yogyakarta. Atta�dib Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 34�50.
Sumiyati, S., & Wijayanti, S. (2020). Manajemen
Pengelolaan Kelas Di Kelompok a Tk Bintang Kecil Sukoharjo Kecamatan Margorejo
Kabupaten Pati. AWLADY : Jurnal Pendidikan Anak, 6(1), 124.
https://doi.org/10.24235/awlady.v6i1.5622
Usnan. (2019). Manajemen Pengelolaan Kelas di TK Bunayya
Pekanbaru. Al-Abyadh, 1(2), 105�112.
Widyawati, S., Eryanti, R. W., & Hudha, A. M. (2023).
Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Pendidik: Peran Manajemen dalam Peningkatan
Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(2),
9471�9477.
Yusuf, M., & Syurgawi, A. (2020). Konsep dasar
pembelajaran. Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 1(1),
21�29.
|
|