Jaelani
Institut teknologi dan kesehatan Mahardika
E-mail : [email protected]
� Kata Kunci |
Abstrak |
Religius; Pendidikan Agama Islam; Keluarga; Keteladanan |
Orang
tua berperan sebagai pendidik utama dan pertama dalam keluarga, yang berarti
mereka memulai proses keterlibatan pendidikan dengan secara aktif mendidik
anak-anaknya. setiap keluarga terutama orang tua harus menciptakan suasana
rukun, dan damai karena hal ini akan mempengaruhi tingkat psikologis dan
karakter anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemahaman
Pendidikan Agama Isalm dalam perspeltif membangun lingkungan religius
perspektif orang tua. Metode Sytematic riview digunakan dalam tinjauan
pustaka ini untuk memetakan tubuh literatur, dan mengetahui adanya
kesenjangan internal pada penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukakan� Peran orang
tua� sangat diperlukan dalam
pembentukan karakter religius pada anak, karena orang tua merupakan orang
yang akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dalam mendidik anak, orang
tualah yang harus diutamakan. ornag tua harus melindungi diri dari hal-hal
yang tidak pantas dan menjalankan perintah agama dengan benar. Karena jumlahnya
yang meningkat, anak-anak mempunyai kecenderungan untuk meniru dan mengikuti
kebiasaan orang-orang di sekitar mereka. Oleh karena itu, ajari anak-anak
dengan memberi contoh. Perilaku ini lebih baik daripada memberikan nasihat
secara lisan. Ketika dalam proses mengajarkan anak-anak dasar agma mengalami
kendala, dan anak selalau melakukan kesalahan yang sama, Hukuman menjadi
sebuah hal yang harus dilakukan Hukuman yang diterapkan tidak boleh
sembarangan. hukuman bisa diberikan kepada anak, Jika nasihat dan peringatan
diabaikan, ini adalah pilihan terakhir.. Dalam pendidikan Islam, hukuman
berfungsi sebagai panduan untuk pertumbuhan dan bukan sebagai sarana
pembalasan atau kepuasan |
Keywords |
�Abstract |
religious;
Islamic education; family; exemplary |
Parents act as the main and first
educators in the family, which means they begin the process of educational
involvement by actively educating their children. Every family, especially
parents, must create an atmosphere of harmony and peace because this will
affect the psychological level and character of the child. The aim of this
research is to analyze the understanding of Muslim religious education from
the perspective of building a religious environment from the perspective of
parents. The systematic review method is used in this literature review to
map the body of literature and identify internal gaps in the research that
has been conducted. Based on the results of the analysis carried out, the
role of parents is very necessary in forming religious character in children
because parents are people who will be role models for their children. In
educating children, parents must come first. Parents must protect themselves
from inappropriate things and carry out religious orders correctly. Due to
increasing numbers, children have a tendency to imitate and follow the habits
of the people around them. Therefore, teach children by example. This
behavior is better than giving verbal advice. When in the process of teaching
children the basics of religion there are obstacles, and the children always
make the same mistakes, punishment becomes something that must be done. The
punishment applied must not be arbitrary. Punishment can be given to
children. If advice and warnings are ignored, this is the last resort. In Islamic
education, punishment serves as a guide for growth and not as a means of
retribution or satisfaction. |
*Correspondence Author: Jaelani
Email: [email protected] ��
PENDAHULUAN
Keluarga adalah suatu kelompok dalam masyarakat. Anak sebelum berjumpa dengan dunia luar, ia terlebih
dahulu akan mengenal keadaan di dalam rumahnya. pertemuan sosial yang mendalam (Mardiyah, 2022). Keluarga akan terus memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan anak di masa depan. Sebuah keluarga yang
menanamkan kehidupan seorang anak dengan warna, kebajikan, moralitas, dan adat
istiadat(Tamam, 2018). Tiga pusat pendidikan
penting ada dalam kehidupan manusia: keluarga, Sekolah dan masyarakat. tinggi
dan masyarakat. Kehidupan keluarga selalu mempengaruhi perkembangan karakter
setiap orang dari awal adat istiadat manusia hingga saat ini, menjadikannya �pusat
pendidikan� yang pertama dan terpenting. Sedangkan masyarakat merupakan suatu
proses pendidikan yang terjadi di masyarakat, hal ini harus menunjang
pendidikan di masyarakat, keluarga, dan sekolah(Fahlevie & Hamami, 2021). Ranah sekolah
merupakan pusat pendidikan khusus wajib yang memberikan �ilmu� dan menggarap
�kecerdasan pikiran� (pengembangan intelektual). Keterlibatan sebuah keluarga
dalam mendidik putra dan putrinya sangatlah penting. Keluarga adalah sesuatu
yang ada di dunia dan terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Oleh karena itu, orang
tua berperan sebagai pendidik utama dan pertama dalam keluarga, yang berarti
mereka memulai proses keterlibatan pendidikan dengan secara aktif mendidik
anak-anaknya. Dalam
hal ini, Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan harus bersumber dari
dalam. Karena cintanya kepada anak-anaknya dapat digambarkan sebagai cinta yang
tak terbatas, orang tua percaya bahwa hanya dua individu yang benar-benar dapat
menjadi �pelayan bagi anak� dengan kemurnian dan ketulusan tertinggi.
Pendidikan agama Islam menawarkan arahan agar
konsep-konsep yang berkaitan dengan emosi, moralitas, dan aspek lain dari
keberadaan manusia terwujud. Jika menjalani kehidupan didasarkan pada pemahaman
menyeluruh tentang tauhid. Kehidupan beragama yang lebih baik dapat diciptakan
melalui cita-cita dan interaksi kemanusiaan yang baru(Munip, 2021). Pengamalan agama dalam
kehidupan sehari-hari disebut dengan religiusitas. Orang-orang yang menganggap
agama sebagai hal yang sangat penting jarang menghadapi permasalahan yang tidak
dapat diselesaikan. Sebagai sesuatu yang sangat penting, agama seringkali
menghadapi persoalan-persoalan yang menantang untuk ditangani. Umat
Muslim menggunakan agamanya sebagai pedoman untuk
menjalani kehidupan moral yang mengikuti standar moral. Ide-ide Islam harus
diteliti dan dipahami(Haderani, 2019).
Pendidikan agama Islam merupakan landasan
ilmu dan nilai-nilai yang harus dimiliki dan ditanamkan orang tua kepada
anaknya (Nurdiana, 2023). Hal ini akan
memastikan bahwa anak-anak yang mereka besarkan di masa depan akan berperilaku
sesuai dengan harapan Islam, baik dan buruk. Hal ini juga dipengaruhi oleh
kedua orang tuanya, oleh karena itu sangat penting bagi orang tua untuk
memiliki pemahaman yang mendalam tentang Pendidikan Agama Islam(Cahyani & Masyithoh,
2023). Konsep pendidikan Islam tidak hanya sekedar diteliti, namun harus
segera dieksplorasi dari sudut pandang praktis. Pengetahuan tentang kebenaran
akan sangat bermanfaat dalam Praktikkan hal tersebut. Sulit untuk memahami dan
merasakan gagasan tentang keberadaan batin dalam menciptakan rumah tangga yang
religius(Subianto, 2013). Hal ini terlihat
dari kenyataan bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih hidup dalam keluarga
yang tidak dibimbing oleh agama. kedewasaan dalam memahami nilai pendidikan
agama Islam dan modernitas dalam mempertimbangkan kemajuan bidangnya. Dikarenakan minat anak
saat ini untuk mempelajari dan memahami pendidikan agama Islam sangat minim(Hasanah & Fadlilah,
2018). Diharapkan pula para orang tua dapat memberikan pendidikan agama
Islam kepada anak-anaknya sekaligus memberikan semangat dan bimbingan kepada
mereka, meskipun mereka kurang berminat untuk melakukannya. Ulin Nafi'ah dan
Hani Adi Wijono berpendapat bahwa hukum Islam telah mengajarkan umat Islam
tentang kewajiban membesarkan dan membimbing anak-anaknya, dan orang tualah
yang mempunyai tanggung jawab utama untuk merawatnya (Munip, 2021).
Mempertahankan keyakinan, memperoleh kembali
keimanan, menjalankan kewajiban agama, dan menjaga keseimbangan antara
kemampuan otak dan emosi adalah contoh dari tuntutan spiritual(Fahlevie & Hamami,
2021). Seseorang, agar memliki kapasitas ini berkontribusi pada terwujudnya
manusia seutuhnya. Sebelum orang tua dapat mengajarkan prinsip-prinsip agama
kepada anaknya dengan benar, terlebih dahulu mereka harus memahami dan mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut, sehingga dapat menginspirasi orang tua dalam
mendidik anaknya.
Orang tua harus
memahami ilmu agama, hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai agama, dan
mendukung pendidikan agama agar dapat menanamkan pendidikan agama kepada
anaknya(Nurdiana, 2023). Pembinaan jiwa
peserta didik melalui pelatihan dan pembiasaan yang tepat dan sejalan juga akan
mampu membantu perkembangan pribadi pada diri anak, karena pelatihan dan
pembiasaan akan membangun sikap khusus terhadap peserta didik yang lambat laun
sikapnya akan semakin jelas. Namun menurut sejumlah sumber, orang tua
(keluarga) tidak ambil bagian dalam pendidikan agama anaknya.Penyalahgunaan
narkoba, perkelahian antar pelajar, dan hubungan seks tanpa pengawasan adalah
contoh bagaimana pendidikan agama dalam keluarga belum sepenuhnya disadari. Hal ini disebabkan, hal
ini disebabkan oleh kurangnya kontrol dan prinsip keteladanan. Oleh karena itu,
dipandang penting dan vital untuk memberikan informasi empiris tentang
Bagaimana Pendidikan Keagamaan dalam Keluarga(Haderani, 2019).
Seseorang dapat mendidik orang lain dengan
lebih efektif dan efisien melalui teladan dibandingkan dengan memberi mereka
nasihat lisan atau tertulis. Karena orang tua adalah sumber koneksi pertama
bagi anak ketika membangun hubungan, teladan orang tua lebih mudah untuk ditiru
karakternya(Tamam, 2018). Dalam memberikan
pendidikan agama kepada orang tua, sangat penting bagi mereka untuk terlebih
dahulu memahami dan mampu menerapkan keyakinan agama dengan baik agar dapat
menginspirasi orang tua dalam mendidik anaknya. Berdasarkan penjelasan yang
telah diuaraikan, artikel ini akan menganalisi tentang Pemahaman Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Lingkungan Religius
Perspektif Orangtua.
METODE PENELITIAN
Metode tinjauan
sistematis digunakan dalam tinjauan pustaka ini untuk memetakan tubuh
literatur, dan mengetahui adanya kesenjangan internal pada penelitian yang
telah dilakukan. Menurut (Sugiyono, 2016) Systematic riview adalah jenis sintesis bukti di mana pertanyaan penelitian yang luas
atau sempit dirumuskan, dan data yang berhubungan langsung dengan pertanyaan
tinjauan sistematis diindetifikasi dan disintesis. Data dikumpulkan melalui
riview literatur penelitian sebelumnya. Kemudian, disimpulkan melalui penalaran
deduktif (umum ke khusus). Objek dalam penelitian ini adalah Orang tua yang
menjadi sumber utama dalam membangun religius di lingkungan. .Berikut
akan digambarkan alur penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengetahui dasar-dasar
perkawinan merupakan langkah awal dalam mewujudkan keluarga yang religius.
Karena pernikahan merupakan gabungan dari dua elemen, tidak dapat dipungkiri
bahwa pernikahan yang tidak seimbang akan menimbulkan masalah di kemudian hari(Samsudin, 2014). Hal ini, tergantung pada situasinya,
bahkan bisa sangat berbeda secara budaya antara laki-laki dan perempuan. Karena
rumah bukan sekedar tempat bermain tetapi juga untuk melahirkan anggota
(keluarga) yang selamat dari api neraka, maka penting bagi setiap orang untuk
memahami keluarga menurut fungsinya masing-masing (Yasin et al., 2024). Memahami hakikat pernikahan merupakan
langkah awal dalam menciptakan lingkungan yang religius karena orang tua adalah
contoh nyata dalam membentuk dan membiasakannya(Akbar et al., 2021). Kemajuan tatanan keagamaan, karena segala
perbuatan dalam kehidupan ini dianggap sebagai amalan pengabdian menurut
filsafat Islam. Ibadah merupakan sesuatu yang perlu dilakukan secara individu
dan tidak hanya pada saat-saat ibadah wajib saja. Namun, jalan menuju
religiusitas terdapat pada semua amalan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT(Kurniawan et al.,
2021). Oleh karena itu, perbuatan yang dilakukan
akan selalu membuahkan hasil pada Allah SWT. Tokoh utama dalam keluarga dalam
hal ini adalah suami istri (Munip, 2021). Orang tua adalah sumber kehormatan utama
dan orang yang paling berarti bagi anak-anaknya, oleh karena itu orang tua
merupakan gambaran dari adanya kehormatan, dari sinilah, orang tua merupakah
hal terpenting bagi pertumbuhan anaknya.
Agar berhasil menunjang
pembentukan karakter religius pada anak, maka setiap keluarga terutama kepala
keluarga harus menciptakan suasana rukun, dan damai karena hal ini akan
mempengaruhi tingkat psikologis dan karakter anak(Alfin Maskur, 2019). Peran kepala keluarga tentunya sangat
diperlukan dalam pembentukan karakter religius pada remaja, karena kepala
keluarga merupakan orang yang akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Untuk
memiliki anak, orang tua yang bijaksana pasti akan membesarkan anak-anaknya
dengan cinta dan kasih sayang. Abu Ahmad Muhammad Naufal menegaskan hal itu
agar berhasil.
Dalam mendidik anak,
orang tualah yang harus diutamakan. orang tua harus melindungi diri dari
hal-hal yang tidak pantas dan menjalankan perintah agama dengan benar(Hasanah &
Fadlilah, 2018). Karena jumlahnya yang meningkat,
anak-anak mempunyai kecenderungan untuk meniru dan mengikuti kebiasaan
orang-orang di sekitar mereka(Somad, 2021). Oleh karena itu, ajari anak-anak dengan
memberi contoh. Perilaku ini lebih baik daripada memberikan nasihat secara lisan.Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki suasana
rumah yang Islami. Misalnya, di dinding rumah terdapat hadis dan tulisan
Alquran, kaset al-qur'an sering diputar, anak-anak diajak langsung ke masjid
dan majlis taklim, bahkan diajak salat bersama orang tuanya. Memelihara
prinsip-prinsip pendidikan Islam dalam keluarga tidak dapat dipisahkan dari
mengajarkan anak-anak tentang dasar-dasar agama, membentuk kepribadian mereka,
menanamkan akhlak mulia, dan melatih mereka untuk beramal sesuai dengan bakat
dan status mereka. bagi anak itu sendiri, dukungan itu akan menjadi inspirasi
untuk membangun suasana religius..
Ketika
dalam proses mengajarkan anak-anak dasar agma mengalami kendala, dan anak
selalau melakukan kesalahan yang sama, Hukuman menjadi sebuah hal yang harus
dilakukan. Hukuman yang diterapkan tidak boleh sembarangan. hukuman bisa
diberikan kepada anak(Ochita
Ratna Sari & Trisni Handayani, 2022), Jika nasihat dan
peringatan diabaikan, ini adalah pilihan terakhir.. Dalam pendidikan Islam,
hukuman berfungsi sebagai panduan untuk pertumbuhan dan bukan sebagai sarana
pembalasan atau kepuasan. Sebelum menjatuhkan hukuman, perlu dilakukan
penilaian terhadap kondisi anak dan menjelaskan kesalahan yang dilakukannya(Gilang
Achmad Marzuki & Agung Setyawan, 2022). Hal ini akan
mendorongnya untuk melakukan perbaikan, sehingga sangat penting untuk melakukan
hal ini sebelum menjatuhkan hukuman. Dalam Islam tidak selalu mengharuskan
hukuman; Muhammad Qutb mengatakan bahwa untuk mematahkan semangat seorang anak
orang tua� harus berhati-hati dalam
memilih dan menerapkan teknik yang paling sesuai(Nurdiana,
2023). Ada di antara mereka
yang mempunyai bimbingan, pelajaran, dan teladan yang memadai untuk bertindak
secara moral, sehingga hukuman tidak diperlukan. Namun karena tidak semua orang
sama, ada di antara mereka yang memerlukan tindakan tegas yaitu, mereka yang
melakukan kesalahan(Mustaqim,
2023). Islam memandang hukuman
sebagai alat untuk pertumbuhan dan bimbingan, bukan sebagai alat pembalasan
atau pembalasan. Oleh karena itu, sebelum mengoreksi kesalahan anak melalui
hukuman, seorang pendidik melihat terlebih dahulu watak dan sifat anak. Dia akan
menyadari kesalahannya karena harus melakukan koreksi yang diperlukan.� Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib, hukuman
adalah strategi yang digunakan terhadap pelanggar; Namun, agar efektif, hal ini
pertama-tama harus mempunyai nilai instruksional dan kemudian hanya diterapkan
sebagai upaya terakhir setelah semua cara lain telah dilakukan. Ketiga:
diberikan kepada anak� setelah mereka
menginjak usia sepuluh tahun. Ketika menerapkan disiplin pada anak, orang tua
harus mempertimbangkan tujuan program. Tujuan sebenarnya dari disiplin adalah
untuk meningkatkan kesadaran guna mencegah kesalahan anak di kemudian hari.
Oleh karena itu, jelas bahwa tujuan hukuman dalam pendidikan Islam adalah untuk
membantu anak mengembangkan karakter dan perilaku moral agar mereka belajar
dari kesalahannya dan menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. atas
kesalahannya.
KESIMPULAN
setiap keluarga terutama orang tua harus
menciptakan suasana rukun, dan damai karena hal ini akan mempengaruhi tingkat
psikologis dan karakter anak. Peran orang tua�
sangat diperlukan dalam pembentukan karakter religius pada anak, karena
orang tua merupakan orang yang akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dalam
mendidik anak, orang tualah yang harus diutamakan. ornag tua harus melindungi
diri dari hal-hal yang tidak pantas dan menjalankan perintah agama dengan
benar. Karena jumlahnya yang meningkat, anak-anak mempunyai kecenderungan untuk
meniru dan mengikuti kebiasaan orang-orang di sekitar mereka. Oleh karena itu,
ajari anak-anak dengan memberi contoh. Perilaku ini lebih baik daripada
memberikan nasihat secara lisan. Ketika dalam proses mengajarkan anak-anak dasar
agma mengalami kendala, dan anak selalau melakukan kesalahan yang sama, Hukuman
menjadi sebuah hal yang harus dilakukan Hukuman yang diterapkan tidak boleh
sembarangan. hukuman bisa diberikan kepada anak, Jika nasihat dan peringatan
diabaikan, ini adalah pilihan terakhir.. Dalam pendidikan Islam, hukuman
berfungsi sebagai panduan untuk pertumbuhan dan bukan sebagai sarana pembalasan
atau kepuasan.
REFERENSI
Akbar, K., Lion, E., & Saefulloh, A. (2021). Peran Kepala
Keluarga Dalam Membentuk Karakter Religius Remaja Di Desa Lampuyang Kabupaten
Kota Waringin Timur. Jurnal Kewarganegaraan, 5(2), 500�511.
https://doi.org/10.31316/jk.v5i2.1866
Alfin Maskur. (2019). Hubungan Antara Tingkat Religiusitas
Orang Tua dengan Religiusitas Siswa. Dirasah : Jurnal Studi Ilmu Dan
Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 28�62.
https://doi.org/10.29062/dirasah.v2i1.15
Cahyani, A., & Masyithoh, S. (2023). Kontribusi
Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasardi Era
Revolusi Industri 4.0. Al-Rabwah, 17(01), 61�72.
https://doi.org/10.55799/jalr.v17i01.253
Fahlevie, I. R., & Hamami, T. (2021). Pola Pembinaan
Religiusitas Anak dalam Keluarga Muslim (Studi Kasus di Kampung Kesisih Desa
Bangunsari, Pageruyung, Kendal, Jawa Tengah). LITERASI (Jurnal Ilmu
Pendidikan), 12(1), 12.
https://doi.org/10.21927/literasi.2021.12(1).12-22
Gilang Achmad Marzuki, & Agung Setyawan. (2022). Peran
Orang Tua Dalam Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan, Bahasa Dan Budaya, 1(1),
53�62. https://doi.org/10.55606/jpbb.v1i1.809
Haderani, H. (2019). Peranan keluarga dalam Pendidikan Islam.
Ilmu Kependidikan Dan Kedakwahan, 12(24), 22�41.
Hasanah, H., & Fadlilah, A. (2018). Problem Religiusitas
dan Coping Spiritual pada Anak Berhadapan Hukum. Sawwa: Jurnal Studi Gender,
13(1), 67. https://doi.org/10.21580/sa.v13i1.2474
Kurniawan, M. A., Ysh, A. Y. S., & Artharina, F. P.
(2021). Penerapan Nilai-Nilai Religius Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Sdn
Jambean 01 Pati. Jurnal Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2(2),
197�204.
Mardiyah, 2015. (2022). PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA TERHADAP. III(2), 109�122.
Munip, A. (2021). Penanaman religiusitas dalam keluarga
(Issue October).
Mustaqim, M. (2023). Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan
Agama Islam Masyarkat Air Raya Kabupaten Natuna Kepulauan Riau. Research and
Development Journal of Education, 9(1), 300.
https://doi.org/10.30998/rdje.v9i1.16306
Nurdiana, A. (2023). Peran Orang Tua dalam Meningkatkan
Pendidikan Agama Islam Anak-anak Mereka. Kaipi: Kumpulan Artikel Ilmiah
Pendidikan Islam, 1(2), 52�59.
https://doi.org/10.62070/kaipi.v1i2.36
Ochita Ratna Sari, & Trisni Handayani. (2022). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar
Islam Terpadu. Jurnal Cakrawala Pendas, 8(4), 1011�1019.
https://doi.org/10.31949/jcp.v8i4.2768
Samsudin, S. (2014). Relevansi Hukuman dengan Pembelajaran
Humanis-Religius. An-Nur: Jurnal Studi Islam, 61�82.
Somad, M. A. (2021). Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam
Membentuk Karakter Anak. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama,
13(2), 171�186. https://doi.org/10.37680/qalamuna.v13i2.882
Subianto, J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat
Dalam Pembentukan Karakter Berkualitas. Edukasia : Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, 8(2), 331�354.
https://doi.org/10.21043/edukasia.v8i2.757
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D (PT Alfabet).
Tamam, A. B. (2018). Keluarga dalam Perspektif al-Qur�an:
Sebuah Kajian Tematik Tentang Konsep Keluarga. Jurnal Komunikasi Dan
Penyiaran Islam, 2(1), 7.
Yasin, M., Nilam, S., & Zahra, Z. (2024). KARAKTER
RELIGIUS SISWA DI SEKOLAH. 18(01), 1�12.
|
|