Muhamad Yusuf 1, Reni Dian Anggraini 2
UIN sjeh M. Djamil Djambeck21w
Bukittinggi, Indonesia
E-mail : :[email protected], [email protected]
�
� Kata Kunci |
Abstrak |
Estetika Barat Dan Timur |
Estetika Barat
dan Estetika Timur memiliki
perbedaan dalam pendekatan dan konsepnya terhadap keindahan. Yang mana Estetika Barat ini memiliki akar sejak kebudayaan Yunani dan
sangat dipengaruhi oleh filsafat
Yunani klasik. Estetika
Barat cenderung berfokus
pada rasionalitas dan penekanan
pada individu manusia sebagai penakluk alam. Estetika Barat juga menekankan pada pemahaman keindahan melalui analisis rasional dan kritik terhadap karya seni. Di sisi lain, Estetika Timur sering dikaitkan dengan filsafat Budhisme dan ajarannya. Estetika Timur melihat keindahan sebagai sesuatu yang abstrak dan simbolik
yang dianggap sebagai suatu realitas. Estetika Timur ini lebih menekankan pada harmoni antara manusia dan alam serta manfaat filsafat untuk memahami budaya asli. Perbedaan lainnya antara Estetika Barat dan Timur
adalah dalam pendekatan terhadap seni. Estetika Barat cenderung menghargai karya seni yang menonjolkan keunikan dan individualitas, sementara Estetika Timur lebih menghargai keharmonisan dan keselarasan dalam seni |
Keywords |
�Abstract |
Western and Eastern Aesthetics |
Western aesthetics and eastern
aesthetics have differences in their approaches and concepts towards beauty.
Which oneThis Western aesthetic has its roots in Greek culture and is heavily
influenced by classical Greek philosophy. Western aesthetics tends to focus
on rationality and emphasize the human individual as conqueror of nature.
Western aesthetics also emphasizes understanding beauty through rational
analysis and criticism of works of art.On the other hand, Eastern Aesthetics
is often associated with Buddhist philosophy and its teachings. Eastern
aesthetics sees beauty as something abstract and symbolic that is considered
a reality. This Eastern aesthetic places more emphasis on harmony between
humans and nature and the benefits of philosophy for understanding native
culture.Another difference between Western and Eastern Aesthetics is in the
approach to art. Western aesthetics tends to appreciate works of art that
emphasize uniqueness and individuality, while Eastern aesthetics values
harmony and harmony in art |
*Correspondence Author: Muhamad Yusuf
Email: @[email protected] ��
PENDAHULUAN
Berkenalan dengan keindahan dimulai dengan
merumuskan bahwa keindahan dapat diartikan dengan berbagai cara. Secara luas
estetika diartikan sebagai pandangan dari bangsa Yunani dengan tokohnya,
seperti Plato dan Aristoteles yang memiliki pemikiran bahwa watak, hukum, dan
kebiasaan sebagai hal yang bersifat indah (Budianto, 2007). Pemikiran tentang indah biasanya akan
nampak pada keindahan yang tersentuh secara indrawi atau disebut sebagai
symmetria (Kartikasari, 2019). Dalam pengertian yang terbatas, keindahan
hanya tertuju pada benda yang terserap melalui penglihatan, yaitu berupa bentuk
dan warna. Pandangan lainnya, keindahan diartikan sebagai estetika murni yang berusaha
mengungkapkan pengalaman estetis dari seseorang dalam keterkaitannya dengan
segala sesuatu yang diserapnya Melalui tiga cara tersebut agaknya penjelajahan
estetika dikembangkan dengan bertitik tolak pada pandangan yang bersifat
teoretis dan aplikatif (Setyabudi &
Hasibuan, 2017).
Cara pandang filosofis dipaparkan secara
sistematis dengan melihat bahwa ada hubungan antara estetika, filsafat, ilmu
dan seni. Hubungan estetika dan filsafat harus nampak ketika muncul pertanyaan
filosofis, seperti misalnya adanya persoalan metafisis, epistemologis,
metodologi (Kurniawan &
Hidayatullah, 2016). Persoalan tentang seni selalu
dikaitkan dengan pengalaman seni. Seni tidak
sebatas dengan penciptaan benda seni melainkan munculnya nilai (value)
sebagai respon estetis dari publik melalui pengalaman seni. Kajian tentang ini tidak
terlepas dari konteks pembahasan filsafat seni. Upaya refleksi kritis terhadap seni
membuahkan pemikiran bahwa filsafat seni harus memiliki landasan dasar (Kartika &
Ganda, 2004).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pemecahan permasalahan termasuk metode analisis. Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini. Penulisan dilakukan dengan menggunakan format Chiago, yaitu menggunakan kutipan dengan footnote
HASIL DAN PEMBAHASAN
Estetika Barat
Dalam
sejarah Filsafat Barat abad pertengahan adalah masa timbulnya filsafat baru.
Hal ini dikarenakan kefilsafatan itu dilakukan oleh bangsa Eropa Barat dengan
para filosofnya yang umumnya pemimpin gereja atau penganut Kristiani yang taat.
Filsafat abad pertengahan ini dikenal dengan sebutan Filsafat Skolastik. Dalam
abad pertengahan ini masalah theologia mendapat perhatian utama dari para
filosof. Masalah estetika dikemukakan oleh Thomas Aquinas: 1225-1274. Beliau
ini adalah pengagum Aristoteles.
Menurut
Thomas Aquinas keindahan itu terdapat dalam 3 kondisi, yaitu :
a)
Integrity or perfection (keutuhan atau kesempurnaan)
b)
Proportion or harmony (perimbangan atau keserasian)
c)
Brightness or clarity (kecermelangan atau kejelasan)
Menurut
Thomas Aquinas, hal-hal yang cacat (tidak utuh, tidak sempurna) adalah jelek,
sedangkan hal-hal yang berwarna cemerlang atau terang adalah indah. Tiga unsur
keindahan itu oleh para ahli modern disebut kesatuan, perimbangan dan
kejelasan.
Estetika
adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang
membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan
fi losofi seni. Esetetika berasal dari Bahasa Yunani, dibaca aisthetike.
Pertama kali digunakan oleh fi lsuf Alexander
Gottlieb
Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan
lewat perasaan (Kartika & Ganda,
2004).
Estetika Timur
Berbeda
dengan perkembangan estetika barat, perkembangan estetika di negara-negara
timur tampaknya sudah berkembang mulai zaman primitif hingga munculnya berbagai
agama besar sampai era modern. Estetika pada dasarnya sangat dinamis dengan
filosofis dan pemikiran baru, tetapi di timur sangat statis dan dogmatis,
sehingga lambat dan bahkan tidak berkembang. Meskipun demikian sulit mengatakan
keunggulan masing-masing pihak. Hal tersebut karena pijakan dan latar belakang
yang berbeda.
a) Estetika Cina
Cina
memiliki suatu peradaban besar di Asia. filsafat Konfusianisme, Budhisme,
Taoisme, dan pemujaan leluhur telah memberikan warna yang khas dalam kebudayaan
cina termasuk berbagai bentuk ekspresi seninya. Seni lukis dan kaligrafi telah
memiliki daya Tarik tersendiri dengan nilai estetisnya sendiri. Filsuf Cina
pada akhir abad V, Hsieh Ho menyusun enam prinsip dasar bagi para seniman
(kemudian terkenal dengan istilah canon estetika Cina), prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
1)
Ch�i yun sheng tung. Chi (kunci), konsep energi
spiritual yang mewujudkan kesatuan harmonis atas segala sesuatu.
2)
Ku fa yung pi. Ku fa artinya seni membaca karakter
orang dengan melihat struktur tulangnya.
3)
Ying wu hsiang hsing. Berarti merefl eksikan objek
dengan menggambarkan bentuknya, setiap
objek memiliki bentuk yang tepat, seniman harus menyesuaikan antara tema pokok dan ekspresi yang
memerlihatkan visi pengamatan identitas objek yang dilukiskan di dalam semua
keterpisahan dan kekongkritan.
4)
Sui lei fu ts�ai yang berarti suatu tipe
hubungannya dengan penggunaan warna dalam seni lukis Cina tidak bersifst
fungsional, tetapi lebih bersifat simbol.
5)
Ching ting wei chih, adalah kesatuan dan rencana
yang melibatkan tentang susunan
dan
penempatan.
6)
Chuan mo I hsieh, adalah memindahkan model yang
melibatkan reproduksi dan duplikatisasi.
Prinsip ini adalah menduplikat karya master terdahulu.
Estetika Timur Tengah
Estetika
yang berkembang di negara-negara timur tengah berbeda dengan perkembangan
estetika di belahan Negara lain. Hal ini karena masyarakat timur tengah sebelum
Islam menyembah patung berhala yang berwujud makhluk hidup dan bentuk keindahan
lainnya.
Namun
setelah Islam masuk, mereka yang menyembah patung berhala dianggap bertentangan
dengan agama, demikian juga semua yang berkaitan dengan hal tersebut seperti
patung dan gambar yang melukiskan makhluk hidup.
Akibatnya
suatu bentuk yang mirip dengan berhala, atau suatu bentuk yang bernyawa hampir
tidak terdapat di Negara-negara ini. Tetapi ketatnya larangan tersebut justru
memunculkan dimensi estetik simbolik yang non-naturalis. Karya-karya semacam
kaligrafi, ornament geometric,
arsitektur, masjid, permadani bemotif tumbuh-tumbuhan yang di stilisasi dan sejenisnya tumbuh subur serta
memberi ciri khas kesenian timur Tengah (Bahasa, n.d.)
Estetika India
Konsep
dasar estetika adalah naturalisme-spiritualis, bahwa pusat dan sumber keindahan
terletak pada alam semesta, dan seniman harus mampu berkontemplasi untuk
memahami kebesaran dan kedahsyatan alam untuk meraih nilai keindahannya.
mengatakan
bahwa secara fi losofis, kemajuan filsafat sebagai dasar estetika India tidak
sesubur di Barat dikarenakan manusianya lebih menyukai laku daripada ilmu.
Pikiran-pikarannya
ditujukan untuk memasuki pengalaman transenden, yaitu menyatu dengan Tuhan. Ada
tiga karakter konsep estetika India, yaitu:
a)
Spiritualistik, semua karya seni melambangkan nilai
keagamaan dan mencintai alam sebagai kesatuan kosmos. Apa yang diciptakan bukan
menggambarkan sesuatu apa adanya, tetapi menggambarkan sifat-sifat ketuhanan
yang melingkupi dirinya. Oleh karena itu representasi tubuh Budha dipandang
sebagai gumpalan masa yang cemerlang yang tidak ada bedanya dengan pikiran.
b)
Simbolistik, setiap bentuk yang hadir memiliki
nilai-nilai. Adanya makna-makna dan sifat sugestif yang melebihi ungkapan
artistik atau anatomis, seperti patung Budha dengan sikap mudra yang penuh
per-lambang, dewa Syiwa atau Wishnu, semuanya menyimbolkan adanya supra-human,
energi spiritual, kekuasaan atau visi-visi ilahi.
c)
Naturalistik, keindahan adalah alam, maka penggambaran
dewa� atributnya di ambil dari benda-enda
yang terdapat pada alam, seperti gunung, matahari, binatang, dan sebagainya.
Estetika Islam
Pergulatan
pemahaman atas estetika Islam melampaui batas-batas kebangsaan dan kebudayaan
suatu bangsa. Dengan manifestasi seninya yang memiliki kesamaan visi dan
bentuknya, mengandaikan adanya prinsip-prinsip yang harus menjadi pegangan.
Pemahaman terhadap seni dan keindahan harus berlandaskan dengan apa yang ada
dalam Alqur�an dan Hadist, adalah suatu yang tidak bisa di tawar lagi (Dharsono, 2004).
Adanya
beberapa Hadist yang memberikan sikap negatif terhadap seni, diartikan sebagai
sinyal agar aktifitas khas ini tidak membawa manusia pada jalan yang dilarang
agama (seperti kemusrikan, kemaksiatan, dan kehancuran moral). Berikut adalah
beberapa visi estetika Islam :
a)
Keindahan alam pada hakekatnya merupakan cerminan dari
cahaya keindahan Illahi. Hadist Nabi yang mengatakan �Tuhan Maha indah, dan
menyukai keindahan�. Mengandaikan penghayatan kepada keindahan alam merupakan
kesadaran atas kesadaran transenden.
b)
Segala ciptaan Tuhan, selalu ada tanda-tanda
kebesarannya yang ada dan dapat diabadikan manusia melalui karya-karya kreatif
didasarkan pada adanya dimensi spiritual yang kemudian tercermin adanya
komitmen moral dalam aktualisasinya.
c)
Karya kemanusiaan yang berusaha mengungkapkan
tanda-tanda kebesaran tuhan, baik yang tersembunyi dalam realitas kehidupan
manusia maupun dalam alam semesta,pada hakekatnya merupakan perpanjangan
aya-ayat Tuhan itu sendiri.
d)
Seni itu halal diciptakan, tetapi tidak berarti setiap
bentuk ekspresi kesenian dan setiap unsur
kesenian halal. Seni sebagai saluran fitrah manusia adalah halal, tetapi bahan
atau muatan yang dimasukkan ke dalam saluran bisa saja haram hukumnya, karena
membawa kepada kemusyrikan, kemunafikan, dan kemaksiatan.
e)
Inspirasi yang mengagumkan dari ekspresi seni rupa
islam adalah ketika para seniman islam merespon secara kreatif atas hadist
larangan menggambarkan makhluk hidup. Visualitas artistic dari bentuk-bentuk
geometris yang didasarkan ilmu pasti dalam bentuk arasbek dan kaligrafi merupakan imajinasi awal atas seni
abstrak yang telah mengangkat derjat seni rupa Islam (Kurniawan &
Hidayatullah, 2016).
Perbedaan Estetika Barat Dan Timur
Sesuatu
yang menarik antara Barat dan Timur adalah pola pemikirannya. Corak pemikiran
Barat dan Timur menimbulkan perbedaan perbedaan yang signifikan. Tinjauan Barat
dan Timur persepektif sejarah filsafat dibagi menjadi dua diskursus yakni
filsafat barat (oriental) dan filsafat timur (occidental)". Berdasarkan
sejarahnya filsafat barat bersumber dari para filsuf Yunani pada abad ke 5 SM.
Di antara para filsuf tersebut adalah Plato 427-348 SM, Aristoteles 382-322 SM
dan lainnya. Sedangkan filsafat timur sumbernya di antaranya adalah India dan
Cina.
Filsafat
Timur identik dengan negara Asia. Ada tiga agama besar yang mempengaruhi
peradaban Asia yakni agama Konghucu, agama Tao dan agama Budha (Ridwan, 2014). Ketiga agama
tersebut berbeda satu sama lain, namun memiliki ciri dominan yakni unsur harmoni
atau "jalan tengah." Agama Konghucu mengajarkan jalan tengah antara
manusia dan masyarakat; agama Tao menekankan jalan tengah antara manusia dan
alam, sedangkan agama Budha mengajarkan jalan tengah antara manusia dan Yang Mutlak. Dalam falsafah
agama yang menekankan harmoni, manusia hanya dilihat sebagai bagian integral
dari keseluruhan. Keseluruhan lebih utama daripada bagian. Betapa pun
pentingnya manusia, ia tetap bagian dan oleh karenanya, bukan yang utama. Maka
manusia tidak pernah boleh hidup untuk dirinya sendiri. Orang Timur dididik
untuk memiliki tenggang rasa yang kuat (Uno, 2022).
Diajar
untuk ramah dengan orang lain dan menjaga hubungan baik. Tidak boleh ada
dorongan untuk menjadi orang nomor satu di dunia. Kalau perlu hak-hak pribadi
dilepaskan demi menjaga kadar toleransi yang tinggi ini (Takwin, 2009).
Demi
menjaga tenggang rasa ini, maka lebih terpuji apabila seseorang tidak
memperlihatkan apa yang dipikir dan dirasakannya pada suatu saat, menekan
perasaan-perasaannya yang mengganggu seperti marah, benci atau tak setuju. Ia
harus bisa mengontrol diri sedemikian rupa sehingga perasaannya tidak boleh
menjadi begitu kuat dan menguasai seluruh kesadarannya. Orang yang mengumbar
perasaannya malah akan dikatakan sebagai orang yang tidak bijaksana.
Filsafat
timur ditinjau dari aspek geografis dan topologis merupakan filsafat berpikir
orang-orang yang bertempat di sebelah timur dunia. Corak pemikirannya
berpangkal dari
pandangan-pandangan
religius dan moral etis serta pola tingkah laku orang timur. Sehingga filsafat
timur pada umumnya mempunyai sifat religius, mistis-magis, kosmis dan sosial
serta moral-etis. Filsafat barat merupakan cara berpikir orang-orang yang bertempat
di sebelah barat dunia. Seperti Eropa, Asia Barat, dunia Anglo-Saxon (Inggris,
Irlandia, Skotlandia, Amerika Serikat dan Kanada) dan Amerika pada umumnya.
Sebagaimana
penjelasan di atas permasalahan filsafat timur, yang menjadi sumber dari
Filsafat
timur adalah dari india dan cina. Secara sederhana dapat dijelaskan cara
berpikir filsafat india berpangkal pada kepercayaan adanya kesatuan yang
fundamental diantara manusia dan alam. Harmonisasi antara individu dan kosmos.
Sehingga secara praktis kehidupan orang india tidak akan menguasai dunia namun
bagaimana bisa harmonisasi dengan dunia. Berbeda dari kebudayaan timur, budaya
barat modern meletakkan martabat individu di atas segala-galanya.
Manusia
diakui sebagai makhluk yang unik dan tak tergantikan oleh apapun. Oleh karena
itu, nilai-nilai lain bergantung pada manusia. Dari sini lahirlah penghargaan
yang tinggi atas hak- hak asasi manusia, yang bagi masyarakat Barat merupakan
hak-hak dasar yang tak bisa diganggu gugat. Kebebasan individu amat dijunjung
tinggi. Anak-anak kecil sudah biasa berbicara tanpa tedeng aling-aling di depan
orang dewasa untuk mengungkapkan ketidaksukaannya (Bonggaminanga, 2023).
Para
remaja selepas sekolah menengah sudah dibiarkan hidup sendiri di apartemen.
Orang tua membiarkan mereka memilih jalan hidupnya sendiri. Itu sebabnya orang
Barat lebih berani menjadi dirinya sendiri, lebih spontan, lebih terus terang,
lebih kreatif dan lebih percaya diri. Sejak kecil mereka sudah dibiarkan untuk
menjadi dirinya sendiri dan menjadi pribadi yang otonom.
Budaya
demokrasi juga tumbuh subur di Barat, walaupun pada awalnya Eropa seperti
halnya Asia, menganut paham monarki di mana pemimpin negara merupakan orang
yang khusus dikaruniai Allah untuk memerintah. Dalam pemerintahan monarkhis
seperti ini berlaku slogan the king can
do no wrong. Raja selalu benar, tidak pernah dan juga tidak bisa keliru.
Yang salah selalu rakyat. Maka penguasa berlaku absolute.
Filsafat
barat yang berkembang di Yunani berbeda dengan filsafat yang berkembang di
timur. Titik letak perpedaannya adalah pada dasar lingkup cakupannya. Filsafat
barat� berdasarkan lingkup ilmu
pengetahuan manusia. filsafat timur berdasarkan lingkup keterkaitan di antara
agama, kesenian dan filsafat.
Di
anatara filsafat barat dan filsafat timur walaupun terlihat perbedaannya yakni
pada taraf tujuan yang di capai, filsafat timur tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh filsafat barat. Barat dan Timur hanyalah letak geografis yang
memisahkan dan membedakan corak pemikirannya. Dari letak geografis ini
membentuk corak pemikiran yang berbeda namun saling melengkapi. Antara Barat
dan Timur bukan suatu dikotomi ada jurang pemisah diantaranya (Israr, 1979).
KESIMPULAN
Estetika Barat Cenderung lebih terfokus pada
pemikiran rasional, konsep-konsep seperti keindahan, kebenaran, dan keindahan
sering dianalisis secara filosofis dan abstrak. Estetika Timur� Lebih terkait dengan spiritualitas, kesadaran
diri, dan harmoni dengan alam. Pemahaman tentang keindahan sering kali
terhubung dengan konsep-konsep seperti kesederhanaan, kesempurnaan, dan
keseimbangan.
Estetika Barat Mencakup keindahan yang lebih
individualistik, sering kali berfokus pada aspek visual dan estetika yang
menonjol.�� Estetika Timur Memiliki
pandangan yang lebih holistik terhadap keindahan, yang mencakup aspek
spiritual, moral, dan emosional dalam pengalaman estetis..
REFERENSI
Bahasa, T. E. F. (n.d.). Seni Universitas Negeri Jakarta.
2008. Estetika Sastra, Seni Dan Budaya.
Bonggaminanga, P. I. (2023). Perspektif Estetika Timur
terhadap Ritual Rambu Solo�Suku Toraja. EKSPRESI: Indonesian Art Journal,
12(2).
Budianto, I. M. (2007). Memahami Seni Dan Estetika. Wacana,
Journal of the Humanities of Indonesia, 9(1), 10.
Dharsono, S. K. (2004). Seni rupa modern. Bandung:
Rekayasa Sains, 42.
Israr, C. (1979). Sejarah Kesenian Islam, Jilid I dan 2. Jakarta:
Bulan Bintang.
Kartika, D. S., & Ganda, N. (2004). Memahami Seni dan
Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Kartikasari, H. (2019). Kertas Sebagai Bahan Pembuatan Kostum
Pertunjukan Naskah the Piramus and Tisbi Karya Shakespeare Terjemahan Suyatna
Anirun. TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater Dan Sinema, 16(2),
103�111.
Kurniawan, A., & Hidayatullah, R. (2016). Estetika Seni. Yogyakarta:
Arttex.
Ridwan, H. R. (2014). Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Setyabudi, M. N. P., & Hasibuan, A. A. (2017). Pengantar
studi etika kontemporer: Teoritis dan terapan. Universitas Brawijaya Press.
Takwin, B. (2009). Filsafat Timur. Yogyakarta &
Bandung: Jalasutra.
Uno, H. B. (2022). Landasan pendidikan. Bumi Aksara.
|
|