Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, April 2021, 1 (4), 341-348
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
- 341 -
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA CAKUPAN
IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI YANG BERUMUR 29 HARI
11 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JADDIH KABUPATEN
BANGKALAN
Fira Zafirah
Departemen Epidemiologi, Biostatistika Kependudukan dan Promosi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
fira.zafirah-2017@fkm.unair.ac.id
Received : 30-03-2021
Revised : 14-04-2021
Accepted : 22-04-2021
Abstract
Immunization: In Indonesia there are still many health
problems, especially in the field of complete basic
immunization, which should have been prevented by giving
complete basic immunization. Immunization is one way to
prevent and treat infectious diseases. Complete basic
immunization coverage in 2020 at Puskesmas Jaddih,
Bangkalah Regency reached 341 babies (80.6%) which means
that complete basic immunization coverage is not achieved at
Puskesmas Jaddih. This research was conducted to analyze
the factors that influence the lack of complete basic
immunization coverage for infants in the Jaddih Public Health
Center, Bangkalan Regency. Methods: This study uses
descriptive analysis research methods. Results and
discussion: According to Lawrence Green, a person's health
is influenced by two main factors, namely behavioral factors
and factors outside of behavior. To make it easier to analyze
the causes of the lack of complete basic immunization
coverage through the Lawrence Green theory, it can be seen
from several factors, namely predisposing factors, enabling
factors, and reinforcing factors. Conclusion: Several factors
that influence the lack of complete basic immunization
coverage in the Jaddih Bangkalan Community Health Center
are maternal education, maternal knowledge, immunization
information, and family support.
Keywords: immunization; lawrence green; puskesmas jaddih.
Abstrak
Imunisasi: Di Indonesia masih banyak sekali ditemukan
permasalahan kesehatan, khususnya terdapat pada bidang
imunisasi dasar lengkap, yang semestinya dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi dasar lengkap. Imunisasi
merupakan salah satu cara dalam pencegahan dan penanganan
penyakit menular. Cakupan imunisasi dasar lengkap tahun
2020 di Puskesmas Jaddih Kabupaten Bangkalan mencapai
341 bayi (80,6%) yang mengartikan bahwa cakupan imunisasi
dasar lengkap tidak tercapai di Puskesmas Jaddih. Penelitian
ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang
Fira Zafirah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 341-348
- 342 -
mempengaruhi kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap
pada bayi di wilayah Kerja Puskesmas Jaddih Kabupaten
Bangkalan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode
penelitian analisis deskriptif. Hasil dan pembahasan: Menurut
Lawrence Green, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua
faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.
Untuk mempermudah menganalisa penyebab faktor
terjadinya kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap
melalui Teori Lawrence Green dapat dilihat dari beberapa
faktor, yaitu predisposing factor, enabling factor dan
reinforcing factor. Kesimpulan: Beberapa faktor yang
mempengaruhi kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap di
wilayah kerja Puskesmas Jaddih Bangkalan yaitu pendidikan
ibu, pengetahuan ibu, informasi imunisasi dan dukungan
keluarga.
Kata kunci: imunisasi; lawrence green; puskesmas jaddih.
CC BY
PENDAHULUAN
Di Indonesia masih banyak sekali ditemukan permasalahan kesehatan, khususnya
terdapat pada bidang imunisasi dasar lengkap, yang semestinya dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi dasar lengkap. Beberapa penyakit menular yang termasuk kedalam
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti campak, difteri, pertusis,
tetanus neonatorum, tuberkolosis, hepatitis B dan polio. Apabila penyakit menular ini tidak
segera diberikan pencegahan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap kepada anak, maka
akan menyebabkan kesakitan, kecacatan, bahkan kematian pada penderita. Maka dari itu
Indonesia mewajibkan bayi/anak diberikan imunisasi dasar lengkap untuk menurunkan
angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan sebuah cara untuk meningkatkan
kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga ketika kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa tidak akan terjadi kesakitan atau penyakit (Noveriani,
2019).
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu program yang dibuat
untuk mengurangi angka kematian anak. Indonesia berkali-kali masuk kedalam kategori
yang lamban untuk mencapai SDGs. Salah satu faktor yang menjadi hambatan tersebut yaitu
masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Balita (AKB). Setiap
tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia yang meninggal diakibatkan oleh berbagai penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (Triana, 2017). Di Indonesia, setiap bayi
yang berusia 0-11 bulan diwajibkan oleh pemerintah untuk mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis
polio tetes dan 1 dosis campak/MR.
Didalam profil kesehatan Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2019 imunisasi
dasar lengkap di Indonesia sebesar 93,7%. Angka ini sudah memenuhi target Renstra tahun
2019 yaitu sebesar 93%. Sedangkan menurut provinsi, terdapat 15 provinsi yang mencapai
target Renstra tahun 2019. Telah diketahui bahwa seluruh bayi di Provinsi Bali, Nusa
Tenggara Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jambi, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah
sudah mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). Provinsi dengan capaian imunisasi
dasar lengkap paling rendah yaitu Aceh (50,9%). Capaian imunisasi dasar lengkap di
Fira Zafirah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 341-348
- 343 -
Provinsi Jawa Timur adalah 99,34%. Terdapat 14 Kabupaten/Kota dengan cakupan 100%
atau lebih. Kabupaten Bojonegoro memiliki cakupan tertinggi yaitu 112,4% dan Kabupaten
Bangkalan memiliki cakupan terendah yaitu 72,02%, khususnya di Kecamatan Socah
wilayah kerja Puskesmas Jaddih dengan capaian sebesar 341 bayi (80,6 %), yang seharusnya
dengan target 415 bayi (98%) dari total 423 bayi (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Faktor yang menjadi penentu dalam pemberian imunisasi di masyarakat adalah
perilaku masyarakat itu sendiri. Beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak terpenuhinya
pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi secara merata. Menurut dari beberapa
penelitian yang dilakukan menyebutkan beberapa hambatan yang menjadi kendala dalam
pemberian imunisasi yaitu seperti tradisi (budaya), dukungan keluarga, tingkat pendidikan
orang tua, pengetahuan ibu, pekerjaan orang tua, akses atau jangkaun pelayanan imunisasi,
sikap dan perilaku ibu, informasi terkait imunisasi, keterbatasan waktu, komposisi vaksin,
usia ibu, status imunisasi, peran petuga kesehatan, dukungan tokoh agama, kepatuhan ibu,
kehadiran balita serta pendapatan orang tua. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui secara lebih mendalam tentang faktor yang mempengaruhi kurangnya cakupan
pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Jaddih Kabupaten
Bangkalan. Dikarenakan cakupan pemberian imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja
Puskesmas Bangkalan belum mencapai target.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara,
catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya (Wahidmurni, 2017).
Analisis data dilakukan berdasarkan keinginan penulis untuk menjelaskan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap di wilayah
kerja Puskesmas Jaddih. Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data yang didapatkan dari
subyek maupun sampel penelitian terdahulu.
Teknik pengumpulan data merupakan suatu kewajiban, karena teknik pengumpulan
data ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian. Instrument
penelitian merupakan seperangkat peralatan yang akan digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data-data penelitian (Kristanto, 2018). Pengumpulan data dilakukan melalui
sumber data sekunder dan primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Nur Indrianto, 2013).
Untuk sumber data primer dilanjutkan melalui wawancara mendalam kepada narasumber
terpercaya yang berasal dari bidang Kesehatan Reproduksi dan KIA bidang imunisasi di
puskesmas Jaddih Kabupaten Bangkalan. Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya (Nur Indrianto, 2013).
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Atau secara sederhananya wawancara adalah suatu kejadian
atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau
orang yang diwawancarai (interview) melalui komunikasi langsung (M., 2014). Wawancara
sendiri pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam
tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian, atau juga disebut sebagai
proses pembuktian terhadap informasi keterangan yang telah diperoleh lewat teknik
sebelumnya. Melalui proses pembuktian inilah bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda
dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya (Yunus, 2010). Pengumpulan data yang
Fira Zafirah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 341-348
- 344 -
penulis lakukan melalui wawancara langsung kepada koor Kespro dan KIA yaitu Ibu Mas.
Wawancara dilakukan secara online melalui grup whatsapp. Proses wawancara sendiri juga
disetujui oleh pihak Puskesmas Jaddih kabupaten Bangkalan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Puskesmas Jaddih terletak di Pulau Madura tepatnya di Kabupatan Bangkalan yang
bertanggung jawab pada empat wilayah, yaitu Desa Bilaporah, Desa Jaddih, Desa Sanggra
Agung dan Desa Parseh. Lokasi Puskesmas Jaddih di Kecamatan Socah Jl. Raya Jaddih,
Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan
salah satu bagian dari unit pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Jaddih yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, ibu hamil dan ibu nifas
serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatam (bidan) baik didesa maupun di puskesmas itu sendiri.
Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok
yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Hasil evaluasi dari masalah kesehatan bayi
dengan kasus pelayanan kesehatan bayi 29 hari11 bulan dengan hambatan imunisasi dasar
lengkap yang belum tercapai dengan target di Puskesmas Jaddih Kabupaten Bangkalan.
Cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2020 di Puskesmas Jaddih Kabupaten Bangkalan
mencapai 341 bayi (80,6%) yang mengartikan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
tidak tercapai di Puskesmas Jaddih yang seharusnya dengan target 415 bayi (98%) dari
total 423 bayi.
Dikarenakan terdapat beberapa hambatan, salah satunya dampak dari pandemi
COVID-19 dari tahun 2020 yang sudah terjadi sehingga sasaran tidak datang ke pelayanan
kesehatan untuk vaksinasi dikarenakan tingginya penularan COVID-19 yang sedang terjadi
ini, serta dengan beredarnya vaksin COVID masyarakat beranggapan bahwa petugas
kesehatan akan memberikan vaksin COVID-19 kepada bayinya, masih adanya masyarakat
yang menolak untuk dilakukan vaksinasi pada bayi atau balitanya karena efek samping dari
imunisasi seperti demam, adanya adat budaya dan kepercayaan yang menolak imunisasi
dan kurangnya pengetahuan tentang imunisasi pada sebagain masyarakat, biasanya
masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang imunisasi ini merupakan
sebagian masyarakat yang tidak menghadiri penyuluhan saat dilaksanakan posyandu.
Pembahasan
Analisis penyebab faktor terjadinya kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap
pada bayi yang berumur 29 hari11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jaddih Kabupaten
Bangkalan dapat dilakukan dengan mengevaluasi program yang ada melalui Teori
Lawrence Green. Untuk mempermudah menganalisa penyebab faktor terjadinya
kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap melalui Teori Lawrence Green dapat dilihat
dari beberapa faktor, yaitu yang pertama faktor pendorong (Predisposing Factor). Faktor
predisposing adaah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku atau tindakan
masyarakat. Faktor ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu
memiliki kecenderungan untuk mendapatkan imunisasi yang berbeda-beda faktor ini terdiri
dari tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu. Hasil dari wawancara dengan beberapa
staf di Puskesmas Jaddih menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian
imunisasi campak yaitu seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu, informasi imunisasi, dan
Fira Zafirah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 341-348
- 345 -
dukungan keluarga. Beberapa staf yang terjun langsung saat melakukan penyuluhan serta
memberikan pelayanan kesehatan di posyandu dapat menilai masyarakat yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Jaddih.
Pendidikan Ibu
Konsep dasar dari pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti sebuah
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang misalnya dalam
pengembilan keputasan pada diri individu itu sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dalam
pengetahuan pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh dalam
kehidupan. Pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam penerimaan informasi, bagi
individu yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung dapat dengan mudah
menerima informasi. Begitu juga dengan penyampaian informasi tentang imunisasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan serta ibu dengan pendidikan.
Tingkat pendidikan ibu diwilayah kerja Puskesmas Jaddih masih bisa dikatakan
kurang, salah satunya di Desa Bilaporah. Hal ini dapat dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani M. (2013), yang menyatakan bahwa dari seluruh responden
menunjukan 82,1% ibu berpendidikan dasar. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang berpendidikan dasar cenderung
memperoleh pengetahuan yang sedikit dari pada seseorang dengan tingkat pendidikan
menengah maupun tinggi.
Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan sebuah hasil dari rasa keingintahuan yang diperoleh
melaui proses pengelihatan dari apa yang ia temui atau bisa dari telinga terhadap apa yang
sudah di dengar terhadap suatu objek tertentu, karena sebagian besar kita memperoleh
pengetahuan melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan juga merupakan
hasil dari pengindraan manusia dengan objek lain seperti penciuman, rasa dan perabaan.
Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting dalam pembentukan sikap dan
tindakan seseorang, karena pengetahuan mampu menimbulkan rasa percaya diri dan
menunjukan perilaku seseorang setiap harinya.
Salah satunya pengetahuan terhadap penyakit dapat mempengaruhi persepsi dan
tindakan seseorang terhadap suatu penyakit, yang nantinya dapat mempengaruhi perilaku
seseorang untuk mengurangi ancaman terhadap penyakit. Seseorang yang memiliki
pengetahuan baik tentang sesuatu hal maka ia akan menerapkan pengetahuan tersebut
kedalam kehidupan sehari-harinya. Begitu juga dengan masalah imunisasi, orang tua atau
ibu yang memahami dengan baik tentang imunisasi maka mereka akan memberikan
imunisasi dasar yang lengkap pada banyinya serta memperhatikan kapan waktu yang tepat
untuk memberikan imunisasi tersebut, dan juga sebaliknya ibu yang tidak memahami
dengan baik manfaat dan pengaruh inimunisasi terhadap anaknya maka mereka tidak akan
mengetahui apa yang seharusnya dilakuan pada bayinya terutama dalam hal memberikan
imunisasi dasar lengkap pada bayinya (Triana, 2017). Di Kabupaten Bangkalan khususnya
di daerah Bilaporah Kecamatan Socah, salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Jaddih
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu masih kurang. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fitriani M. (2013) menyebutkan bahwa hampir seluruh ibu yang menjadi responden
tidak mengerti tentang fungsi imunisasi, ibu hanya mengetahui macam-macam imunisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu yaitu seperti umur, lingkungan
dan informasi. Responden dari penelitian yang dilakukan oleh Fitriani M. (2013) berusia
antara 20-40 tahun. Semakin cukup umur seseorang maka tingkat kematangan dalam
berfikir akan lebih matang, tapi dalam penelitian ini meskipun usianya sudah cukup
matang, pengetahuan ibu tentang imunisasi masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan
tindakan dan motivasi ibu untuk memperoleh pengetahuan atau informasi masih rendah
atau terkesan acuh tak acuh.
Fira Zafirah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 341-348
- 346 -
Dalam sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa beberapa kelompok ibu pada
kasus ini cenderung memiliki keyakinan bahwa jika bayinya di imunisasi akan
menyebabkan bayinya sakit. Imunisasi juga bukan prioritas utama bagi ibu untuk bayinya
dan bahkan ada yang menyebutkan bahwa kegiatan imunisasi merupakan bukan kegiatan
yang penting dan terkadang ibu memilih untuk melakukan aktivitas lain dari pada
membawa anaknya ke pelayanan kesehatan untuk diberi imunisasi (Daman & Hargono,
2018). Kesesuaian hasil dapat dilihat pada penelitian Davies dan Wendy (2006) yang
menyatakan bahwa keyakinan sesorang terhadap manfaat yang akan diperoleh dapat
mempengaruhi individu tersebut dalam betindak.
Kedua yaitu fackor pemungkin (enabling factor). Faktor enabling merupakan
faktor-faktor yang memfasilitasi perilaku ataupun tindakan masyarakat. Faktor ini meliputi
sarana dan prasarana seperti fasilitas kesehatan atau sarana kesehatan lainnya. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Untuk
meningkatkan pemberian imunisasi kepada seluruh bayi faktor pendukungnya seperti
informasi tentang imunisasi yang didapatkan.
Informasi Imunisasi
Informasi merupakan sebuah pesan yang bisa di ungkapkan melalui ekspresi
ataupun ucapan secara langsung maupun tidak langsung. Informasi dapat dikatakan sebagai
pengetahuan yang didapatkan dari sebuah pembelajaran ataupun pengalaman. Informasi
juga dapat membantu dalam mengurangi rasa khawatir atau cemas pada seseorang.
Semakin banyak seseorang mendapatkan informasi maka seseorang tersebut dapat
dengan mudah mempengaruhi pemikirannya. Sehingga menambah pengetahuannya yang
dapat menimbulkan kesadaran yang nantinya seseorang tersebut akan berperilaku sesuai
dengan informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Salah satunya seperti informasi
kesehatan tentang imunisasi yang berkaitan dengan tempat pelayanan imunisasi, rasa aman
dan nyaman ibu pada saat bayi atau anak mengalami sakit ketika mendapatkan imunisasi,
dan anggapan ibu tentang imunisasi yang tidak dapat mencegah bahkan membuat anak
sakit.
Sikap ibu atau orang tua sangat erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikap
terhadap informasi yang didapatkan. Orang tua atau ibu yang memiliki banyak informasi
positif tentang imunisasi maka mereka akan cenderung membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan seperti posyandu atau rumah sakit untuk memberikan imunisasi dasar yang
lengkap kepada bayinya, begitu juga sebaliknya orang tua atau ibu yang memiliki sedikit
informasi tentang iminisasi maka mereka tidak akan memberikan imunisasi dasar lengkap
kepada bayinya karena banyak informasi yang kurang difahami oleh orang tua seperti anak
setelah di imunisasi akan demam (Triana, 2017).
Ketiga yaitu faktor penguat (reinforcing factor). Faktor reinforcing merupakan
faktor pendorong yang memperkuat terjadinya sebuah perilaku. Terkadang seseorang
mengetahui dan mampu untuk melakukan sebuah perilaku tetapi mereka memilih tidak
melakukannya, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dukungan keluarga.
Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan bagian terkecil yang terdapat dilingkungan masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya dan bertempat tinggal di dalam
satu rumah karena adanya hubungan darah maupun ikatan pernikahan, sehingga di dalam
keluarga terdapat interaksi antara anggota keluarga satu dengan anggota keluarga lainnya.
Keluarga juga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang paling strategis, karena keluarga
memiliki peran penting dan peran utama dalam pemeliharaan kesehatan terhadap seluruh
anggota keluarganya. Apabila salah satu dari anggota keluarga tersebut mendapatkan
permasalahan kesehatan, maka juga akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
Dengan keluarga kita juga dapat berdiskusi untuk pengambilan keputusan dalam
perawatan masalah kesehatan misalnya dalam pemberian imunisasi pada bayi atau
Fira Zafirah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 341-348
- 347 -
anaknya. Pembentukan sikap ibu dipengaruhi oleh orang lain yang dianggap penting, salah
satunya adalah keluarga (Ismet, 2013). Apabila dukungan untuk memperoleh kesehatan
pada suatu keluarga rendah, maka akan menyulitkan anggota keluarga lainnya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan (Rahmawati, 2013).
Dalam sebuah penelitian menunjukan bahwa dukungan kelurga berpengaruh
terhadap pemberian imunisasi. Terdapat penelitian yang menemukan bahwa bayi atau
balita dengan status imunisasi tidak lengkap sebagian besar tidak mendapat dukungan dari
keluarganya dan hal itu bertolak belakang dengan responden yang memilki bayi atau balita
dengan status imunisasi lengkap yang sebagian besar mendapat dukungan dari keluarga.
Namun terdapat juga keluarga didalamnya yang tidak mendukung atau menolak imunisasi,
tetapi pengetahuan ibu dari bayi tersebut tergolong baik sehingga ibu dapat memberikan
pelayanan kesehatan bagi bayi atau balitanya dan dukungan keluarga juga berkaitan dengan
tradisi, apabila tradisi dikeluarga terbiasa memberikan imunisasi maka secara otomatis
keluarga yang ada didalamnya juga mendukung untuk pemberian imunisasi (Rahmawati &
Umbul, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh (Daman & Hargono, 2018) menyebutkan
bahwa ibu cenderung mengikuti orang lain yang lebih berpengalaman. Posisi ibu sebagai
istri cenderung menuruti perintah suami, begitu pula posisi ibu sebagai anak wajib
mematuhi nasihat orang tua dalam keluarganya.
KESIMPULAN
Masalah kesehatan bayi dengan kasus pelayanan kesehatan bayi 29 hari11 bulan
dengan hambatan imunisasi dasar lengkap belum tercapai dengan target di Puskesmas Jaddih
Kabupaten Bangkalan. Cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2020 di Puskesmas Jaddih
Kabupaten Bangkalah mencapai 341 bayi (80,6%) yang mengartikan bahwa cakupan
imunisasi dasar lengkap tidak tercapai di Puskesmas Jaddih yang seharusnya dengan target
415 bayi (98%) dari total 423 bayi. Dikarenakan terdapat beberapa hambatan, salah satunya
dampak dari pandemi COVID-19 dari tahun 2020 yang sudah terjadi sehingga sasaran tidak
datang ke pelayanan kesehatan untuk vaksinasi dikarenakan tingginya penularan COVID-19
yang sedang terjadi ini, masih adanya masyarakat yang menolak untuk dilakukan vaksinasi
pada bayi atau balitanya karena efek samping dari imunisasi seperti demam, adanya adat
budaya dan kepercayaan yang menolak imunisasi, tingkat pendidikan ibu yang masih
rendah, kurangnya dukungan dari keluarga, kurangnya pengetahuan dan informasi tentang
imunisasi. Masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang imunisasi ini
merupakan sebagian masyarakat yang tidak menghadiri penyuluhan saat dilaksanakan
posyandu.
BIBLIOGRAPHY
Daman, N. jelita A., & Hargono, A. (2018). Pengaruh Sikap Dan Persepsi Ibu Terhadap
Dukungan Tokoh Agama Serta Dukungan keluarga Terhadap Status Kelengkapan
Imunisasi dasar Bayi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 6(2), 265276.
https://doi.org/10.33475/jikmh.v6i2.45
Noveriani, W. E. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Tidak Mendapat
Imunisasi Dasar Lengkap Di Desa Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), Universitas
Negeri Gorontalo, 1689-1699.
Fira Zafirah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 341-348
- 348 -
Profil Kesehatan Indonesia. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Rahmawati, A. I., & Umbul, C. (2014). Faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi
dasar di kelurahan krembangan utara. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2, 5970.
Triana, V. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Bayi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(2), 123.
https://doi.org/10.24893/jkma.v10i2.196
Wahidmurni. (2017). Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif. Pemaparan Metode
Penelitian Kualitatif, 4, 915.
Davies, Maggic dan Wendy Mcdowall., 2006. Health Promotion Theory. London School
of Higiene Medecine. New York.
Kristanto, V. H. (2018) Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
(KTI). Yogyakarta: Budi Utama.
Nur, Indriantoro, dan Bambang, Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
M., Y. A (2014). Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.
Yunus, H. S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ismet, Fitriyanti., 2013. Analisis faktorfaktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita di desa batuborani kecamatan kabila bone kabupaten bone
balango. Jurnal FIK Universitas Negeri Gorontalo.
Rahmawati, A.I., 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Di
Kelurahan Krembangan Utara Kota Surabaya Sebagai Pencegahan Penyakit PD3I.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(2): 57-70..