Nurul Hasanah Hali, Arifah Devi Fitriani dan Darwin Syamsul/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(4), 427-437
- 429 -
Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh oleh setiap warga secara minimal dan juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimal yang diberikan oleh badan layanan
umum kepada masyarakat (Faradillah, Mukaddas, & Diana, 2017).
Menurut PERMENKES RI No. 72 Tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit meliputi standar: pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai meliputi: pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan
administrasi (Menkes, 2016).
Manajemen logistik obat di rumah sakit memiliki fungsi yaitu perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, evaluasi dan monitoring yang
saling terkait satu sama lain, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing
dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan
mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai obat yang ada, ini juga memberikan dampak
negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis (Satrianegara, Bujawati,
& Guswani, 2018). Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam persediaan obat di
rumah sakit adalah pengontrolan jumlah stok obat untuk memenuhi kebutuhan. Jika stok
obat terlalu kecil maka permintaan untuk penggunaan seringkali tidak terpenuhi sehingga
pasien/ konsumen tidak puas, sehingga kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dapat
hilang dan diperlukan tambahan biaya untuk mendapatkan bahan obat dengan waktu cepat
guna memuaskan pasien/ konsumen. Jika stok terlalu besar maka menyebabkan biaya
penyimpanan yang terlalu tinggi, kemungkinan obat akan menjadi rusak/ kadaluarsa dan ada
resiko jika harga bahan/ obat turun (Malinggas Novianne E. R., 2015).
Masalah yang biasanya terjadi pada instalasi farmasi adalah masalah stock out dan
masalah stagnant. Stock out adalah sisa stok obat pada waktu melakukan permintaan obat
stok kosong. Obat dikatakan stagnant jika sisa obat pada akhir bulan lebih dari tiga kali rata-
rata pemakaian obat per bulan. Masalah stagnant obat dapat menyebabkan kerugian materi
pada rumah sakit karena biaya penyimpanan dan biaya pembelian obat yang tidak terpakai
hingga obat tersebut kadaluarsa, kemudian jika stock out obat terjadi maka pelayanan pasien
akan terganggu karena pasien yang membutuhkan obat akan kesulitan mencari obat yang di
anjurkan oleh dokter (Asri, 2020). Dampak negatif secara medis maupun ekonomis akan
dirasakan rumah sakit jika terjadi ketidakefektifan dalam melakukan manajemen obat.
Seperti penelitian yang telah dilakukan Mellen 2012 di RSU Haji Surabaya bahwa kondisi
stagnant dan stockout obat dapat menimbulkan kerugian cukup besar yang harus ditanggung
Rumah Sakit (Mellen & Pudjirahardjo, 2013).
Menurut penelitian Ajrina Winasari, tentang penyebab kekosongan stok obat dan
cara pengendaliannya di RSUD Kota Bekasi pada tahun 2015 menyatakan bahwa
pengelolaan obat yang dilakukan masih belum cukup efektif. Hal ini di karenakan masih ada
beberapa komponen input (sumber daya manusia, dana, kebijakan, prosedur dan distributor),
proses (perencanaan, pengadaan, pengawasan dan pengendalian), serta output (stock out,
obat kaduluarsa, stock opname) yang belum memenuhi standart sesuai dengan Permenkes
No. 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit (Kurniawati Erlin,
2017).
Rumah Sakit TK II Putri Hijau KESDAM I/BB Medan merupakan rumah sakit yang
telah berdiri lama sejak tahun 1951. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B yang
melayani setiap lapisan masyarakat. Pengelolaan sediaan farmasi obat Rumah Sakit TK II
Putri Hijau KESDAM I/BB Medan ditangani oleh Instalasi Farmasi dan dibantu oleh 3 depo
pelayanan pasien, yaitu: depo pelayanan apotik 24 jam untuk rawat jalan dan rawat inap,
depo pelayanan obat IGD serta depo pelayanan Obat Kamar Bedah (OK).