Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, April 2021, 1 (4), 438-447
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
- 438 -
PENGARUH MESIN PRODUKSI TERHADAP KUALITAS PRODUK
TENUN PADA KELOMPOK USAHA AWAYERAS DI KABUPATEN
KEPULAUAN TANIMBAR
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Saumlaki, Maluku, Indonesia
Received : 03 April 2021
Revised : 14 April 2021
Accepted : 23 April 2021
Abstract
This study aims to explain the effect of the production machine
on the quality of the typical Tanimbar woven products in the
Kepualauan Tanimbar Regency, in which the sample used is
the Awayeras Business group with a total sample of 30 people.
The research method used to get more accurate results, the
researchers used simple linear regression, using validity and
reliability tests first to explain the state of the data. Based on
the results found, the validity test is at a significant level and
the reliability test is at 84.3%, because the data used is valid
and reliable, the researcher continues to test the hypothesis
with the result that H0 is rejected and H1 is accepted. Because
it is a suggestion because there is a strong influence to explain
the production machines that are used, but the magnitude of
the influence is not so large that in subsequent studies to use
other variables in the production factors.
Key words: production machine; product quality; weaving.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh mesin
produksi terhadap kualitas produk tenun khas Tanimbar di
Kabupaten Kepualauan Tanimbar, yang mana sampel yang
digunakan adalah kelompok Usaha Awayeras dengan jumlah
sampel sebanyak 30 orang. Metode penelitian yang digunakan
untuk mendapat hasil yang dapat lebih akurat maka peneliti
menggunakan regresi linear sederhana, dengan menggunakan
test validitas dan reliabilitias terlebih dahulu untuk
menjelaskan keadaan data. Berdasarkan hasil yang ditemukan
maka uji validitas berada pada tingkat signifikan dan uji
reliabilitas berada pada angka 84,3%, karena data yang
dipergunakan valid dan reliabel maka peneliti melanjutkan
pada uji hipotesis dengan hasil bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Karena itu sebagai saran karena ada pengaruh yang
kuat untuk menjelaskan mesin produksi yang pergunakan,
namun besaran pengaruh yang tidak begitu besar sehingga
pada penelitian berikutnya untuk menggunakan variabel lain
dalam faktor produksi.
Kata kunci: mesin produksi; kualitas produk; tenun.
CC BY
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 439 -
PENDAHULUAN
Kelompok usaha “Awayeras” merupakan kelompok usaha penyedia jasa kain tenun
jenis kain ikat dengan kekhasan dari Tanimbar (Altintas et al., 2011). Dalam aktifitas
produksi kain tenun Tanimbar, pengrajin hanya dimodali dengan keterampilan dan
kelengkapan tenun seadanya yaitu mesin tenun tradisional dan masih tergolong sangat
sederhana serta aktivitas produksi yang juga terbatas. Pengrajin membutuhkan waktu dua
sampai tiga hari untuk memproduksi satu lembar kain tenun Tanimbar. Di Kabupaten
Kepulauan Tanimbar terdapat banyak kelompok usaha yang juga memproduksi kain tenun
Tanimbar (Dasmasela, 2020). Usaha produksi kain tenun Tanimbar merupakan kekayaan
budaya yang telah ada sejak lama dan diwariskan secara turun temurun, akan tetapi
perkembangan mulai mengikis warisan budaya tersebut sehingga hanya segelintir orang
yang mampu memproduksi kain tenun Tanimbar. Kelompok Usaha “Awayeras” hanya
menyediakan kain tenun dalam bentuk kain sarung bermotif tenunan sehingga apabila ada
masyarakat yang ingin memperoleh varian bentuk produk dengan bahan dasar kain tenun
Tanimbar, maka masyarakat sendirilah yang harus mendesain dan menjahit sendiri varian
bentuk yang diinginkan (Ngilawajan, 2015).
Kain tenun Tanimbar dari segi harga yang lebih mahal disebabkan karena produksi
kain tenun Tanimbar rumit, mulai dari proses ikatan benang membentuk desain gambar atau
motif, pewarnaan, pengeringan, pemisahan benang, penggulungan, penyusunan desain
gambar atau motif, menenun sampai pada produk jadi dalam bentuk sarung, sehingga dari
keseluruhan proses tersebut, membutuhkan keuletan dan pembiayaan produksi yang tidak
sedikit. Dari kerumitan tersebut, maka jumlah pengrajin kain tenun Tanimbar terus
berkurang memilih untuk beralih profesi selain itu peralatan tenun yang juga kurang
memadai, bahkan rusak serta disisi lain persaingan produk kain yang harganya lebih murah
serta termasuk produk impor. Menurut (Malindar & Oratmangun, 2021), menyatakan bahwa
faktor ekonomi dan non-ekonomi memiliki memiliki pengaruh yang besar terhadap kain
tenun di Tanimbar. Di sisi lain pengrajin juga belum mampu melahirkan varian baru sesuai
dengan keinginan masyarakat sebagai peminat kain tenun Tanimbar dan pada kenyataannnya
terdapat peminat produk kain tenun Tanimbar dalam bentuk yang bervariasi, namun
keterbatasan pengetahuan, keahlian dan keterampilan serta peralatan sebagai sarana
penunjang produksi kain tenun Tanimbar maka permintaan pasar tersebut belum dapat
dipenuhi. Untuk menghasilkan produk tenun yang memenuhi harapan pelanggan diperlukan
perbaikan kualitas yang dapat dilakukan melalui suatu pengendalian proses produksi.
Aplikasi pengendalian proses pada suatu industri bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
proses yang dilakukan perusahaan dengan standar yang telah ditentukan (Nastiti, 2014).
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk untuk mengadakan
penelitian dengan judul: Pengaruh Mesin Produksi terhadap Kualitas Produk Tenun pada
Kelompok Usaha Awayeras di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Menurut laporan Data Bridge Market Research (2021) bahwa:
“The machine tool market is attaining a significant growth in developing economies
during the forecast period of 2020-2027 due to factors such as increase in the
demand for machine tools across the industries, rising demand for high quality, high
productivity and reduced cycle time, rising demand in the
industrial automation which will likely to create positive growth of the market.”
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 440 -
Atau dalam artian lebih lanjut bahwa mesin produksi mengalami pertumbuhan dan
peningkatan salama masa peramalan 2020-2027, hal ini terjadi karena meningkatnya
permintaan antar industri, peningkatan permintaan pada kualitas produk, tingginya
produktifitas, menurunkan siklus waktu produksi dan meningkatnya otamatisasi pada mesin.
Sumber: American Machinist, 08 Maret 2021
Dari data diatas dapat dijabarkan bahwa angka pertumbuhan peningkatan pada
mesin produksi dunia mengalami pertumbuhan yang yang signifikan yang berasal dari
Amerika, peningkatan dari tahun ke tahun terlihat di Tenggara (+ 30,6% selama Januari 2020
untuk semua pesanan teknologi manufaktur) dan Timur Laut Tengah-Timur (+ 29,6%), serta
Timur Laut (+ 14,9%) dan Tengah Selatan (+ 13,2%). Total pesanan baru wilayah Barat naik
+ 3,7% dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa betapa pentingnya perusahaan
memandang mesin sebagai satu dari beberapa faktor produksi yang memiliki peran yang
sangat signifikan terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. Namun dalam faktanya
bahwa mesin yang digunakan untuk memproduksi sebuah kain tenun masih sangat
tradisional dan sebabnya waktu produksi yang relatif lama dalam membuat satu kain tenun
yang di pesan oleh pelanggan.
Menurut (Prasetya et al., 2018), produk yang berkualitas tinggi merupakan produk
yang unggul dalam bersaing untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut (Setiawan,
2020), ada lima macam perspektif kualitas yang berkembang. Perspektif kualitas yaitu
pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan kualitas suatu produk/jasa. Kelima macam
perspektif inilah yang bisa menjelaskan mengapa kualitas bisa diartikan secara beraneka
ragam oleh orang yang berbeda dan dalam situasi yang berlainan. Adapun kelima macam
perspektif kualitas tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Transcendental approach
Kualitas dalam pendekatan ini, dipandang sebagai innate excellence, yaitu kualitas dapat
dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalisasikan. Sudut
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 441 -
pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni musik, seni drama, seni
tari dan seni rupa. Meskipun demikian, suatu perusahaan dapat mempromosikan
produknya melalui pernyataan-pernyataan maupun pesan-pesan komunikasi seperti
tempat berbelanja yang menyenangkan (supermarket), elegan (mobil), kecantikan wajah
(kosmetik), kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan lain-lain. Dengan
demikian, fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit sekali
menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas.
2) Product-based approach
Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang
dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur secara pasti. Perbedaan dalam kualitas
mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki
produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan
dalam selera, kebutuhan dan preferensi individual dalam menentukan kualitas produksi.
Tetapi telah ada standar ukuran yang ditentukan untuk mengetahui kualitas barang atau
jasa yang diproduksi.
3) User based approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang
memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang
(misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
Perspektif yang subjektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan
yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas
bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya.
4) Manufacturing based approach
Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian/
sama dengan persyaratan (conformance to requirements). Dalam sektor jasa, dapat
dikatakan bahwa kualitasnya bersifat operations-driven. Pendekatan ini fokus pada
penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal yang seringkali didorong
oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi yang menentukan
kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan oleh perusahaan, bukan konsumen yang
menggunakannya.
5) Value based approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai
affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk
yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan
tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy).
Menurut Kotler dan Armstrong (2014: 354) “kualitas produk merupakan
kemampuan suatu produk dalam melaksanakan fungsi dan kinerjanya yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan”. Kualitas produk menjadi hal penting yang harus
dimiliki oleh sebuah produk, sehingga produsen dituntut untuk menghasilkan produk yang
berkualitas agar dapat menarik perhatiaan konsumen dan memenangkan pasar. Menurut
Tjiptono (2015: 25), ada delapan dimensi kualitas produk yang dikembangkan dan dapat
digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis. Dimensi-dimensi tersebut
adalah:
1) Kinerja (Performance)
2) Keistimewaan Tambahan (Features)
3) Kehandalan (Reliability)
4) Kesesuaian (Conformance)
5) Daya Tahan (Durability)
6) Kemampuan Pelayanan (Serviceability)
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 442 -
7) Estetika (Aestheties)
8) Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality)
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dalam penelitian ini yakni pendekatan kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2014:7), metode kuantitatif merupakan metode yang menghasilkan data-data
berupa angka atau data kualitatif yang diangkakan, serta jenis penelitian yang digunakan
yakni penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang mencari
hubungan atau pengaruh antara suatu variabel dengan variabel lain. Lokasi pada penelitian
ini adalah pada Kelompok Usaha Kain Tenun Awayerasberalamat pada Jalan RT/RW
06/10 Kelurahan II Saumlaki Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Bila menentukan data yang akan diteliti
teknik pengambilan sampel digunakan adalah dengan non probability sampling yaitu dengan
teknik pengambilan sampling yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap
unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sugiyono (2010) Untuk menentukan
ukuran sampel, dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan rumus. Muhammad
(2008), memberikan rumus perhitungan jumlah sampel sebagai berikut:
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Populasi
e = Tingkat kesalahan
Jumlah populasi adalah 300 dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 15%,
penulis menggunakan tingkat kesalahan 15%, agar lebih mudah dalam melakukan
perhitungan dalam penelitian, maka jumlah sampel adalah:









Perhitungan berdasarkan rumus Slovin di atas, maka jumlah sampel yang digunakan
adalah 38,70 dan dibulatkan menjadi 39 orang. Sehingga sampel tetap dalam penelitian ini
berjumlah 39 orang.
Sampel yang digunakan dalam penelitian harus dapat mewakili keseluruhan
populasi.
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 443 -
Teknik sampling yang digunakan yakni:
1. Teknik purposive sampling, yakni penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
yang ditujukan kepada para penenun dan dan para pendamping 8 orang.
2. Teknik simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana tanpa
melihat strata yang ada pada masyarakat, dimana setiap masyarakat memiliki peluang
atau kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel dengan acak
sederhana dibatasi pada penduduk usia 17-50 tahun, karena dinilai bisa
bertanggungjawab.
Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
mengkuantitatifkan data dari suatu variabel penelitian (Anggara, 2015). Skala yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert yang dikembangkan oleh Rensis
Likert. Skala likert tersebut merupakan skala untuk mengukur kepribadian. Menurut
(Thobias, 2013) skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang dijumpai dalam
penelitian dan diinterpetasikan dalam kuantitatif. Skala likert yang digunakan, memuat lima
(5) pilihan jawaban mulai dari yang paling positif sampai pada yang paling negatif, yaitu:
1. Sangat setuju diberi bobot nilai = 5
2. Setuju diberi bobot nilai = 4
3. Ragu-ragu diberi bobot nilai = 3
4. Tidak setuju diberi bobot nilai = 2
5. Sangat tidak setuju diberi bobot nilai = 1
Untuk menganalisa data hasil penelitian, maka digunakan rumus regresi linear
sederhana. Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu
variabel bebas dengan satu variabel terikat.
Menurut (Sholikhah, 2016), analisa data dengan teknik statistik regresi digunakan
oleh peneliti bila peneliti bermaksud melakukan prediksi seberapa jauh nilai variabel terikat
bila nilai variabel bebasnya dimanipulasi atau diubah-ubah. Persamaan regresi linear
sederhana sebagai berikut :
Y = a + bX
Dimana :
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Validitas
Berdasarkan fungsinya maka, uji validitas bertujuan untuk menjelaskan sejauh
mana ketepatan dan kecermatan data yang dipergunakan. Untuk menguji validitas
maka peneliti menggunakan aplikasi SPSS versi 21, teknik pengujian yang digunakan
adalah korelasi bivariate person (produk momen Pearson). Jika r hitung lebih besar
dari r tabel (uji 2 sisi dengan sig.0,05) maka data berkorelasi signifikan terhadap total
skor, dengan hasil uji validitas pada penelitian ini sebagai berikut:
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 444 -
Tabel 1. Uji Validitas Mesin Produksi
Correlations
Faktor Produksi
Pearson Correlation
,922**
Sig. (2-tailed)
0,000
N
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 1 Uji Validitas Mesin Produksi mesin produksi tingkat
signifikan sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 dengan pengaruh sebesar 92,2%,
berdasarkan hasil ini maka dipat disimpulkan bahwa mesin produksi dalam hal ini
adalah alat-alat tradisional yang dipergunakan untuk memproduksi kain tenun menjadi
faktor yang sangat diperhatikan dalam membuat kain tenun tradisional Tanimbar.
Tabel 2. Uji Validitas Kualitas Produk
Correlations
Kualitas Produk
Kinerja
Pearson Correlation
,493**
Sig. (2-tailed)
0,01
N
30
Keistimewaan Tambahan
Pearson Correlation
,498**
Sig. (2-tailed)
0,01
N
30
Kehandalan
Pearson Correlation
,589**
Sig. (2-tailed)
0,00
N
30
Kesesuaian
Pearson Correlation
0,279
Sig. (2-tailed)
0,14
N
30
Daya Tahan
Pearson Correlation
,662**
Sig. (2-tailed)
0,00
N
30
Kemampuan Pelayanan
Pearson Correlation
,532**
Sig. (2-tailed)
0,00
N
30
Eastetika
Pearson Correlation
,524**
Sig. (2-tailed)
0,00
N
30
Kualitas
Pearson Correlation
,607**
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 445 -
yang Dipersepsikan
Sig. (2-tailed)
0,00
N
30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari data pada tabel 2 Uji Validitas Kualitas Produk diatas dapat dilihat bahwa
kinerja memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05 dengan
pengaruh sebesar 49,3%, selanjutnya keistimewaan tambahan dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05 dengan pengaruh sebesar 49,8%,
terhadap kehandalan produk 0,00 dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 dengan
pengaruh sebesar 58,9%, tetapi untuk tingkat kesesuaian produk tingkat signifikannya
ada pada 0,14 lebih besar dari 0,05 dengan pengaruh hanya sebesar 27,9%. Lebih lanjut
daya tahan produk memiliki pengaruh sebesar 0,00 atau lebih kecil dari 0,05 dengan
pengaruh sebesar 66,2%, kemampuan pelayanan 0,00 atau lebih kecil dari 0,05 dengan
pengaruh sebesar 53,2%, estetika sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 dengan pengaruh
sebesar 52,4% dan yang terakhir kualitas yang dipersepsikan dengan nilai signifikan
0,00 lebih kecil dari 0,05 dengan pengaruh sebesar 60,7%.
Dari data hasil diatas dapat disimpulkan bahwa untuk membuat suatu produk
yang berkualitas para pengrajin tidak selalu memperhatikan kesesuaian produk yang
diharapkan dan produk yang diproduksi namun lebih memilikirkan terkait dengan
kualitas yang dipersepsikan yang dalam artian bahwa para pengarajin lebih peduli pada
produk yang terlihat seolah-olah berkualitas yang menjadi persepsi dari para pembeli.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas atau uji keajekan data adalah indeks pengukuran sejauh mana
suatu data dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Tingginya data reliabilitas secara
empirik ditunjukan oleh angka koefisien reliabiitas, secara umum reliabilitas yang
dianggap sudah cukup memuaskan jika angka mencapai 0,70 (70%) dengan Melihat
pada rumus alpha cronbach.
Tabel 3. Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha
N of Items
,843
16
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Alpha Cronbach sebesar 0,843 atau
84,3% dengan pengertian bahwa tingkat penerimaan terhadap data adalha sebesar
84,3% dimana keseluruhan variabel memiliki tingkat Penerimaan yang tinggi, untuk
itu data yang dipergunakan oleh penelitian ini dapat dipergunakan untuk selanjutnya
mendapat perlakuan yang dibuat.
Hasil
“Apakah mesin produksi berpengaruh pada kualitas produk kain tenun tradisional
Tanimbar?”
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 446 -
Tabel 4. Tabel Coefficient Hasil
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
(Constant)
3,924
,133
29,501
,000
Mesin
Produksi
,126
,032
,597
3,933
,001
a. Dependent Variable: Kualitas Produk
Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta unstandardized coefisien
3,924 yang berarti bahwa Jika tidak ada faktor mesin produksi maka nilai konstan dari
kualitas produk adalah 3,924. Sedang nilai b (beta) coefisien regresi adalah sebesar 0,267
(variabel bebas) mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% pada mesin produksi maka
kualitas produk akan meningkat sebesar 0,126. Karena nilai koefisien regresi bernilai
positif (+), maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai produksi berpengaruh
secara positif terhadap kualitas produk sehingga persamaan regresinya adalah Y=3,924 +
0,126 X. Dengan uji hipotesis atau uji pengaruh pada penelitian ini yang diajukan adalah;
H0 = tidak ada pengaruh mesin produksi terhadap kualitas produk;
Ha = ada pengaruh mesin produksi terhadap kualitas produk;
Berdasarkan output diketahuai nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,001 lebih kecil
dari < probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima,
yang berarti bahwa “Ada pengaruh mesin produksi terhadap kualitas produk.” Lebih lanjut
dapat disampaikan bahwa para pengrajin dalam membuat suatu produk kain tenun sangat
memperhatikan mesin yang digunakan untuk membuat produk yang berkualitas.
KESIMPULAN
Pengaruh mesin produksi terhadap kualitas produk tenun khas Tanimbar di
Kabupaten Kepualauan Tanimbar, berdasarkan hasil yang ditemukan maka uji validitas
berada pada tingkat signifikan dan uji reliabilitas berada pada angka 84,3%, oleh karena itu
sebagai saran karena ada pengaruh yang kuat untuk menjelaskan mesin produksi yang
pergunakan, namun besaran pengaruh yang tidak begitu besar sehingga pada penelitian
berikutnya untuk menggunakan variabel lain dalam faktor produksi.
BIBLIOGRAPHY
Altintas, Y., Verl, A., Brecher, C., Uriarte, L., & Pritschow, G. (2011). Machine tool feed
drives. CIRP Annals, 60(2), 779796.
Anggara, S. (2015). Metode Penelitian Administrasi. CV Pustaka Setia.
Polikarpus Lalamafu dan Rendy Oratmangun /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4), 438-447
- 447 -
Dasmasela, D. R. S. (2020). Tradisi Patah Pena dalam Masyarakat Desa Latdalam
Kabupaten Kepulauan Tanimbar. NYIUR: Jurnal Humaniora Dan Ilmu Sosial,
1(1), 4053.
Malindar, B., & Oratmangun, R. (2021). Analisis faktor Ekonomi Dan Non Ekonomi Yang
Mempengaruhi Produksi Kerajinan Kain Tenun di desa tumbur. 1(3).
Nastiti, H. (2014). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical
Quality Control (Studi Kasus: pada PT “X” Depok). Sustainable Competitive
Advantage (SCA), 4(1).
Ngilawajan, D. A. (2015). Konsep Geometri Fraktal dalam Kain Tenun Tanimbar.
BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika Dan Terapan, 9(1), 3339.
Prasetya, E. G., Yulianto, E., & Sunarti, S. (2018). Pengaruh Brand Image Terhadap
Keputusan Pembelian (Survei Pada mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis
Progam Studi Administrasi Bisnis angkatan 2014 konsumen Air Mineral Aqua).
Jurnal Administrasi Bisnis, 62(2), 214221.
Setiawan, J. J. (2020). Pengaruh Perceived Usefulness, Perceived Ease Of Use, Subjective
Norm, Dan Customer Experience Terhadap Intention To Use Mytelkomsel (Studi
Kasus Pada Mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya). Jurnal Strategi
Pemasaran, 7(1), 12.
Sholikhah, A. (2016). Statistik deskriptif dalam penelitian kualitatif. KOMUNIKA: Jurnal
Dakwah Dan Komunikasi, 10(2), 342362.
Thobias, E. (2013). Pengaruh modal sosial terhadap perilaku kewirausahaan (suatu studi
pada pelaku usaha mikro kecil menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten
Kepulauan Talaud). ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 2(2).