Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Januari 2020, 1 (1), 47-56
DOI:
p-ISSN: xxxx-xxxx e-ISSN: xxxx-xxxx
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
-47-
ANALISIS KEBIJAKAN PENGGUNAAN E-LEARNING
DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya
Ilmu Komunikasi Universitas Muhamadiyah Cirebon (UMC),
AMIK Bumi Nusantara Cirebon
[email protected], abisurya74@gmail.com
Received : 05-12-2020
Revised : 22-12-2020
Accepted : 28-12-2020
Abstracks:
This study aims to examine the e-Learning policy at the
Muhammadiyah University of Cirebon, in terms of the
quality of e-learning information used and how it impacts on
student learning motivation. The research used quantitative
descriptive method. The sample consisted of 80 people from
6 faculties. Data were collected using a questionnaire, and
processed using SEM-PLS statistics. From the research
results it is known that (1) the quality of e-learning
information has a positive influence and relationship on the
use of e-learning by students (2) the use of e-learning has a
positive influence and relationship on student learning
motivation, (3) the quality of e-learning information has an
influence and a relationship which is negative on student
learning motivation. This research is expected to be taken
into consideration by policy makers at the Muhammadiyah
University of Cirebon in maximizing the use of e-learning by
students so that it can have a positive impact on student
motivation in learning.
Keywords: Quality of Information, Use of E-Learning,
Motivation to Learn, SEM-PLS
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan e-
Learning di Universitas Muhammadiyah Cirebon,
ditinjau dari Kualitas informasi e-learning yang
digunakan dan bagaimana dampaknya terhadap
motivasi belajar mahasiswa. Penelitian menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, Sampel berjumlah
sebanyak 80 orang yang berasal dari 6 Fakultas. Data
dikumpulkan dengan kuesioner, dan diolah dengan
menggunakan statistic SEM-PLS. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa (1) Kualitas Informasi elearning
memiliki pengaruh dan hubungan positif terhadap
penggunaan e-learning oleh mahasiswa(2) Penggunaan
e-laerning memiliki pengaruh dan hubungan positif
terhadap motivasi belajar mahasiswa, (3) Kualitas
informasi elearning memiliki pengaruh dan hubungan
yang negatif terhadap motivasi belajar mahasiswa.
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-48-
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
pertimbangan oleh pengambil kebijakan di Universitas
Muhammadiyah Cirebon dalam memaksimalkan
penggunaan e-learning oleh mahasiswa sehingga bisa
berdampak positif terhadap motivasi mahasiswa dalam
belajar.
Kata kunci : Kualitas Informasi, Penggunaan E-
Learning, Motivasi Belajar, SEM- PLS
CC BY
PENDAHULUAN
E-learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi
masalah pendidikan dan pelatihan, baik di negara-negara maju maupun di negara
yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Banyak orang menggunakan
istilah yang berbeda-beda untuk e-learning namun pada prinsipnya e-learning
adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronik sebagai alat bantunya.
Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak
pakar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang.
(Garrison, 2011) menyatakan bahwa e-learning menawarkan peluang baru
bagi instruktur dan peserta didik untuk memperkaya pengalaman pembelajaran
dan mengajar melalui lingkungan virtual yang mendukung tidak hanya dalam
penyampaiannya saja tetapi juga penjelajahannya dan penerapan informasi.
(Khairudin et al., 2019) menyebut e-learning dengan istilah online learning yang
mendefinisikan pembelajaran online sebagai lingkungan pembelajaran terbuka
dan terdistribusi alat-alat pedagogik, internet, teknologi berbasis jaringan, untuk
memfasilitasi pembelajaran dan membangun ilmu pengetahuan melalui aksi dan
interaksi. E-learning merupakan pembelajaran yang dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja, tergantung pada kebutuhan sumber daya manusia (pengajar,
dosen, instruktur, dan peserta didik) yang melakukan kegiatan pembelajaran e-
learning tersebut. Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa e- learning adalah pendekatan inovatif untuk mendistribusikan desain yang
baik, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, interaktif, dan pembelajaran
untuk setiap orang, kapan saja dengan menggunakan atribut-atribut dan sumber-
sumber dari bermacam teknologi digital selama materi pembelajaran tersebut
cocok untuk pembelajaran terbuka, fleksibel, dan lingkungan pembelajaran.
(Khan, 2005) menggambarkan beberapa komponen yang harus diketahui bila
suatu lembaga ingin menerapkan e- learning, yaitu (1) desain pembelajaran; (2)
komponen multimedia; (3) peralatan internet; (4) komputer dan penyimpanan
alat; (5) penyambungan dan layanan providers; (6) power/program manajemen,
merencanakan sumber perangkat lunak, dan standar-standarnya; serta (7) layanan
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-49-
dan aplikasi sambungan. Selanjutnya menurut (Khan, 2005), strategi
pembelajaran kombinasi (blended learning) yang dapat diterapkan di lembaga
pendidikan dan lembaga nonkependidikan, diantaranya (1) kombinasi offline dan
online learning, yaitu model yang paling sederhana dimana mengkombinasikan
antara pembelajaran konvensional dengan online learning. Pengertian online di
sini adalah belajar melalui inter atau intranet. Perkuliahan tatap muka tetap
berjalan seperti biasa. Peserta didik mempelajari materi kuliah dan mengirimkan
serta menyimpan tugas dalam blog tersebut. Pengumuman dan tugas- tugas
diinformasikan kepada peserta didik secara privat atau umum via email.
Presentasi kelompok, diskusi dalam tatap muka tetap berjalan seperti biasa; (2)
kombinasi antara belajar mandiri (self paced) dengan live and collaborative
learning, model yang satu ini mungkin sesuai untuk pelatihan dimana peserta
pelatihan dapat tetap belajar tanpa harus meninggalkan pekerjaannya. Seperti
contoh pada pelatihan jarak jauh untuk meningkatkan kualifikasi pengajar, bahan
belajar dirancang dan dikembangkan sedemikian rupa agar dapat dipelajari secara
mandiri oleh peserta, dalam bentuk modul cetak, video (VCD/DVD), atau
multimedia (CD-ROM). Peserta dapat mempelajarinya kapan saja, dimana saja
sesuai dengan kebutuhan, kecepatan belajar dan kondisi masing-masing.
Pertemuan reguler, seperti untuk diskusi kelompok, pengerjaan tugas-tugas secara
kolaboratif atau diskusi dengan instruktur dilakukan secara langsung (live) yang
dimoderasi oleh instruktur atau ketua kelompok melalui media komunikasi baik
synchronous maupun asynchronous seperti chatting, video conference, telepon
seluler (call or sms), forum diskusi, milis, email, dan lain-lain; (3) kombinasi
antara pembelajaran terstruktur dan tidak terstruktur. Proses pembelajarannya
tidak selamanya terstruktur, artinya sesuai apa yang telah direncanakan dengan
urutan pembelajaran yang sudah terurut. Ada kalanya pembelajaran terjadi secara
tidak terstruktur, di mana peserta belajar mengalami suatu situasi tertentu yang
relevan dengan apa yang sedang dipelajari dan pada saat itu pula harus
ditindaklanjuti.
Universitas Muhammadiyah Cirebon sebagai salah satu Universitas yang
memiliki kebijakan mendorong penggunaan e- learning, dimana dosen boleh
menggunakan e-learning maksimal 50% dari total petemuan. Kebijakan ini
bertujuan agar mutu pembelajaran yang ada bisa ditingkatkan, membangun
budaya student center learning dan mengubah kebiasaan dan budaya belajar
menjadi independent learning (buku panduan e-learning Universitas
Muhammadiyah Cirebon). E-learning memberikan manfaat bagi mahasiswa dan
dosen. Bagi mahasiswa, e-learning merupakan alternatif belajar dibandingkan
pembelajaran konvensional dosen, dimana pembelajaran dapat berlangsung di
luar ruang kuliah, membentuk kemandirian belajar, membantu menjadikan belajar
sebagai belajar sepanjang hayat dan mendorong untuk berinteraksi antara siswa
satu dengan yang lain. Sedangkan bagi dosen, e-learning mengubah gaya
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-50-
mengajar yang berdampak pada profesionalitas kerja, memberi peluang menilai
siswa dan mengevaluasi pembelajaran setiap siswa dan mengeksplorasi diri
secara efisien (Abou El-Seoud et al., 2014) Peran teknologi pendidikan
merupakan efek dari perkembangan teknologi yang mempengaruhi akademisi
untuk mengubah pembelajarannya (Donnelly, 2008).
Hasil observasi awal menunjukka beberapa permasalahan dalam
penerapan E-learning di Universitas Muhammadiyah Cirebon. Motivasi
mahasiswa membuka portal e- learning masih kurang, sehingga informasi yang
diberikan di luar waktu online jarang diketahui oleh mahasiswa, mahasiswa
kurang aktif dalam diskusi forum, merasa keberatan dengan tugas-tugas online
yang diberikan dosen, ditemukan beberapa jawaban yang copy paste jawaban
teman, jawaban sekedarnya, melakukan posting hanya untuk memenuhi syarat
absensi kehadiran, dan lain sebagainya. Hal ini bertentangan dengan hasil
penelitian sebelumnya (Hartanto, 2016) bahwa mahasiswa cukup termotivasi
untuk mengikuti aktivitas belajar dengan menggunakan metode pembelajaran e-
learning dan kualitas pembelajaran dan hasil belajar semakin baik. Menurut
walker (Fatmawati & Fauzi, 2019) ketersediaan teknologi yang digunakan secara
interaktif dengan diskusi dan panduan dapat menjadi alat untuk pengembangan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini sangat sesuai dengan bentuk
pembelajaran dengan menggunakan e-learning, dalam e-learning mahasiswa
mempunyai banyak kesempatan untuk menggali informasi lebih dalam melalui
diskusi dan panduan materi yang diberikan oleh dosen. Hasil penelitian (Lim,
2007) menunjukkan tiga aspek kehadiran yaitu kognitif, pengajaran, dan
kehadiran sosial dapat dicapai secara online. , (Johnson & Graham, 2015) The
American Society for Training and Developnment identified blended learning as
one of the top ten trends to emerge in the knowledge delivery industry,
mengidentifikasi enam alasan perlu menggunakan blended learning yang
merupakan salah satu bentuk dari e- learning: (1) kekayaan pedagogis, (2) akses
terhadap pengetahuan, (3) interaksisosial, (4)kenyamanan pribadi, (5) efektivitas
biaya, dan (6) kemudahan revisi materi.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
kebijakan e-Learning di Universitas Muhammadiyah Cirebon, ditinjau dari
Kualitas informasi e- learning yang digunakan dan bagaimana dampaknya
terhadap motivasi belajar mahasiswa
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, Populasi
dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Cirebon,. Sampel berjumlah 80 orang, yang berasal dari 6 fakultas yang berbeda
dan terdiri dari berbagai tahun masuk, yaitu angkatan 2014, 2015, 2016, 2017
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-51-
dan 2018. Teknik Pengumpulan data menggunakan Kuesioner. Variabel dalam
penelitian ini terdiri atas Variabel Kualitas Informasi (X) adalah variabel eksogen
dan variabel Penggunaan E-Learning (Y) dan Motivasi belajar (Z) adalah variabel
endogen. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan smart-PLS. Ada dua
model dalam smart-PLS: model pengukuran dan model struktural
(Khairudin,2018). Empat kriteria yang digunakan untuk model pengukuran: (i)
keandalan indikator, (ii) konsistensi internal, (iii) validitas konvergen, dan (iv)
validitas diskriminan. Indikator validitas ditunjukan oleh nilai outer Loading harus
lebih besar dari 0,60. Selain itu, konsistensi internal menggunakan reliabilitas
komposit dan Cronbach alpha dan nilai harus lebih dari 0,70. Dengan demikian,
validitas konvergen memanfaatkan AVE dan harus lebih besar dari 0,50.
Akhirnya, validitas diskriminan menggunakan kriteria Fornell-Lacker dan harus
lebih dari cross loadingnya. Sementara itu, model struktural menggunakan dua
kriteria: Daya prediksi, dan relevansi prediktif. Selain itu, daya prediksi
menggunakan R-square dan lebih tinggi nilainya makin baik. Dengan demikian,
relevansi prediktif menggunakan Q-square dan itu harus lebih besar dari 0. Untuk
menjawab hipotesis penelitian ini yaitu menggunakan signifikansi koefisien jalur
struktural.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada empat kriteria yang digunakan untuk analisis model pengukuran.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Yang menunjukkan analisis Pertama yaitu
tidak ada outer loading yang bernilai kurang dari 0,60. Kriteria kedua adalah
konsistensi internal dengan hasil menunjukkan bahwa reliabilitas komposit dan
Cronbach alpha dipenuhi, yaitu masih lebih besar dari 0,5 dan juga memiliki
reliabilitas komposit yang tinggi. Kriteria ketiga adalah validitas konvergen dan
menggunakan AVE. Nilai AVE untuk semua variabel lebih besar dari 0,5 dan
sesuai dengan yang diinginkan
Tabel 1. Model pengukuran
Konstruk
Item
Loading
CR
AVE
Kualitas Informasi (X)
X4
0,666
0,889
0,501
X7
0,750
X8
0,730
X10
0,676
X13
0,724
X14
0,724
X15
0,699
X16
0,688
Penggunaan E-Learning (Y)
Y4
0,700
0,890
0,537
Y6
0,765
Y10
0,709
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-52-
Y13
0,684
Y16
0,774
Y17
0,811
Y22
0,678
Motivasi Belajar (Z)
Z11
0,680
0,878
0,510
Z12
0,600
Z14
0,668
Z15
0,740
Z16
0,730
Z17
0,811
Z18
0,750
Sumber : Data Olahan 2019
Tabel 1 memperlihatkan validitas diskriminan menggunakan kriteria Fornel-
Lacker dan hasilnya memenuhi persyaratan (Tabel 2). Koefisien korelasi diperoleh
melalui akar kuadrat dari AVE (nomor tebal). Nilai koefisien korelasi harus lebih
besar dari nilai koefisien korelasi dari konstruk lainnya. Sebagai contoh, koefisien
korelasi antara Kualitas Informasi(X) adalah 0,708 dan nilai ini lebih besar dari
koefisien korelasi antara variabel dibawahnya(0,694 dan 0,207), Penggunaan E-
Learning (Y) adalah 0,733, dan Motivasi belajar (Z) 0,714. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa konstruk memiliki validitas diskriminan yang baik. Penjelasan
yang sama juga diterapkan untuk konstruksi lainnya.
Tabel 2. Kriteria Forner-Larcker
Konstruk
X
Y
Z
X
0,708
Y
0,694
0,733
Z
0,207
0,419
0,714
Analisis model struktural dapat dilihat hasilnya pada Tabel 3. Ada dua
kriteria dalam model analisis struktural: kekuatan(daya) prediksi, dan relevansi
prediktif. Daya prediksi dengan menggunakan R-square dan nilainya harus lebih
tinggi, makin tinggi makin baik. Sementara relevansi prediktif menggunakan Q-
square dan nilai cut-off harus lebih dari nol, demikian juga nilai f-square. Nilai
koefisien jalur struktural diterapkan untuk melihat apakah ada hubungan yang
signifikan antara variabel independen dan variabel dependen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa R-square adalah 0,234 dan 0,078 yang berarti bahwa
masing-masing variabel endogen dipengaruhi variabel eksogen dalam penelitian
ini. relevansi predikatif juga ditunjukan oleh nilai 0,234 dan 0,078 yang lebih
besar dari nol dan oleh karena itu sudah memenuhi kebaikan model.
Tabel 3. Analisis Model Struktural
Konstruk
Endogen
R-
Square
f-Square
Q-
Square
Int
0,481
0,0
0,234
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-53-
17
0,189
0,1
8
0,078
Relasi
Path
Koefisie
n
T-Value
P-Value
X Y
0,694
11.077
0,000
X Z
-0,162
0,8
22
0,411
Y Z
0,531
4,1
96
0,000
Sumber : Data Olahan : 2019
Gambar 1. Model Struktural
Kualitas Informasi (X) sangat berpengaruh terhadap penggunaan E-
Learning(Y), dan Penggunaan E-Learning (Y) sangat berpengaruh terhadap
Motivasi belajar (Z), namun Kualitas Informasi (X) kurang berpengaruh terhadap
Motivasi belajar (Z). Tampak dari dilihat dari nilai- T dan koefisien jalur.
Kualitas Informasi memiliki hubungan negatif terhadap Motivasi Belajar (Z),
Namun penggunaan E-Learning memiliki hubungan positif terhadap Motivasi
belajar (Z). Meskipun Kualitas Informasi mempunyai hubungan tidak langsung
melalui Y lebih besar dari 1,96 = 1%). Dengan demikian, itu berarti bahwa
semakin tinggi penggunaan E-Learning maka semakin tinggi motivasi belajar
mahasiswa seperti ditunjukkan oleh gambar 1.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat (Lin & Fu, 2012) menyatakan
bahwa informasi dengan kualitas terbaik akan meningkatkan kegunaan persepsi
pengguna dan meningkatkan penggunaan sistem informasi. (Lin & Fu, 2012) juga
menambahkan bahwa penerimaan atau penolakan pengguna atas sebuah sistem
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-54-
disebabkan oleh kualitas yang diberikan oleh sebuah sistem. Kualitas Informasi
sering merupakan dimensi kunci menyangkut instrumen kepuasan pengguna
(Petter et al., 2013) menunjukkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi
berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna sistem informasi.
Kualitas Informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan persepsi
pemakai mengenai kualitas informasi yang dihasilkan oleh internet yang
digunakan oleh mahasiswa guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Temuan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Ritonga & Yanto, 2013)
bahwa ukuran kepuasan pemakai pada sistem komputer dicerminkan oleh kualitas
sistem yang dimiliki. Kepuasan pemakai terhadap suatu sistem informasi adalah
bagaimana cara pemakai memandang sistem informasi secara nyata, bukan pada
kualitas sistem secara teknik (Guimaraes et al., 2006).
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa system e-learning akan
digunakan ketika informasi yang disediakan oleh perguruan tinggi berkualitas dan
bermanfaat bagi penggunanya. Seorang pengguna akan menggunakan e-learning
jika e-learning memberikan kejelasan tentang materi perkuliahan, e-learning
memberikan kerincian mengenai materi perkuliahan, e-learning memberikan
ketepatan waktu dan kejelasan dalam penyajian informasi, dan se-learning
menggunakan penilaian yang akurat. Sehingga mahasiswa merasa e-learning
bermanfaat bagi mereka. Sebaliknya ketika kualitas informasi yang diberikan
semakin buruk/rendah maka akan semakin rendah maka penggunaan e-learning di
perguruan tinggi juga tidak akan maksimal. Temuan penelitian yang ke dua yang
menunjukkan adanya pengaruh dan hubungan positif antara penggunaan e-
learning terhadap motivasi belajar, temuan penelitian ini senada dengan pendapat
(Husamah, 2015) dimana proses pembelajar an yang mengggunkan e-learning,
membuat siswa menjadi antusias dan mandiri dalam pembelajaran sehingga
banyak mempero leh hal yang baru yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
belajarnya.
KESIMPULAN
Perguruan tinggi sebaiknya mengandalkan e-learning untuk memfasilitasi
proses pembelajaran. Karena dapat miningkatkan motivasi belajar mahasiswa,
khususnya di Universitas Muhammadiyah Cirebon. Oleh karena itu, studi ini
mengkaji pengaruh Kualitas Informasi (X) dan Penggunaan E- Learning (Y)
terhadap Motivasi belajar (Z) mahasiswa UNP. Dengan menggunakan Delapan
puluh responden dan SEM-PLS, ditemukan bahwa Penggunaan E-Learning oleh
dosen sangat berpengaruh terhadap Motivasi belajar mahasiswa. Praktis, temuan
ini dapat digunakan oleh institusi pendidikan tinggi untuk merumuskan
penggunanan e- learning dengan mempertimbangkan kualitas informasi yang ada
saat ini. Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah, Pertama, ukuran sampel
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-55-
terlalu kecil. Kedua, penelitian ini menggunakan objek dalam satu lembaga
pendidikan tinggi.
BIBLIOGRAPHY
Abou El-Seoud, M., Taj-Eddin, I., Seddiek, N., El-Khouly, M., & Nosseir, A.
(2014). E-learning and students’ motivation: A research study on the effect
of e-learning on higher education. International Journal of Emerging
Technologies in Learning (IJET), 9(4), 2026.
Donnelly, R. (2008). Applied e-learning and e-teaching in higher education. IGI
Global.
Fatmawati, D., & Fauzi, A. (2019). STATISTICS MASTERING PROFILE OF
STUDENTS IN BIOLOGY EDUCATION STUDY PROGRAM. Unnes
Science Education Journal, 8(1).
Garrison, D. R. (2011). E-learning in the 21st century: A framework for research
and practice. Taylor & Francis.
Guimaraes, T., Armstrong, C., & O’Neal, Q. (2006). Empirically testing some
important factors for expert systems quality. Quality Management Journal,
13(3), 722.
Hartanto, W. (2016). Penggunaan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi
Dan Ilmu Sosial, 10(1).
Husamah, H. (2015). Blended project based learning: Metacognitive awareness of
biology education new students. Journal of Education and Learning
(EduLearn), 9(4), 274281.
Johnson, M. C., & Graham, C. R. (2015). Current status and future directions of
blended learning models. In Encyclopedia of Information Science and
Technology, Third Edition (pp. 24702480). IGI Global.
Khairudin, K., Rahmi, E., Rahmidani, R., Rusdinal, R., & Gistituati, N. (2019).
ANALISIS KEBIJAKAN PENGGUNAAN E-LEARNING DI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora,
8(2), 97104.
Khan, B. H. (2005). Managing e-learning: Design, delivery, implementation, and
evaluation. IGI Global.
Zidnal Falah dan Abi Surya Wijaya/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 47-56
-56-
Lim, H. L. (2007). Community of inquiry in an online undergraduate information
technology course. Journal of Information Technology Education: Research,
6(1), 153168.
Lin, S.-W., & Fu, H.-P. (2012). Uncovering critical success factors for business-
to-customer electronic commerce in travel agencies. Journal of Travel &
Tourism Marketing, 29(6), 566584.
Petter, S., DeLone, W., & McLean, E. R. (2013). Information systems success:
The quest for the independent variables. Journal of Management Information
Systems, 29(4), 762.
Ritonga, F., & Yanto, F. F. (2013). Pengaruh Kualitas Sistem Informasi, Kualitas
Informasi, Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pengguna Sistem
Informasi pada Bank Umum di Bandung. Prosiding Industrial Research
Workshop and National Seminar, 4, 915.