Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2021, 1 (3), 274-283
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
- 274 -
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN REMITAN
KE DAERAH ASAL OLEH PEKERJA MIGRAN NONPERMANEN
DI KOTA DENPASAR
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia
Universitas Udayana Bali, Bali, Indonesia.
desymas15@gmail.com, sudibia@gmail.com
Received : 26-02-2021
Revised : 23-03-2021
Accepted : 25-03-2021
Abstract
The purpose of this study was to analyze the direct effect of
migrant income, family presence in the area of origin and
employment status on the expenditure of non-permanent
migrant workers; to analyze the direct effect of income,
family presence in the area of origin, employment status and
expenditure on the number of remittances for non-permanent
migrant workers; and to analyze whether the expenditure
variable mediates the effect of income, employment status
and family presence on the amount of remittances for non-
permanent migrant workers. The research method used is
quantitative research in associative form. The data were
obtained by distributing questionnaires processed with SPSS
version 24. The results of the study found that income had a
positive and significant effect on expenditure, the existence
of a family in the area of origin had a greater expenditure
compared to the absence of a family in the area of origin,
migrant workers with formal employment status had more
expenses, greater than the informal employment status,
income has a positive and significant effect on remittances
sent by migrant workers to the area of origin, the existence
of a family in the area of origin causes the provision of more
remittances compared to the absence of a family in the area
of origin, formal employment status has a greater influence
the size of remittances sent from Denpasar City to the area
of origin is compared to the informal employment status and
expenditures mediate the effect of income and family
existence in the area of origin while expenditure does not
mediate the effect of employment status, against remittances
provided by non-permanent migrant workers.
Keywords: income; family of origin; occupation; expenses;
remittances.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh langsung pendapatan migran, keberadaan keluarga
di daerah asal dan status pekerjaan terhadap pengeluaran
pekerja migran nonpermanen; untuk menganalisis pengaruh
langsung pendapatan, keberadaan keluarga di daerah asal,
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 275 -
status pekerjaan dan pengeluaran terhadap jumlah remitan
pekerja migran nonpermanen; dan untuk menganalisis
apakah variabel pengeluaran memidiasi pengaruh
pendapatan, status pekerjaan dan keberadaan keluarga
terhadap jumlah remitan pekerja migran nonpermanen.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif berbentuk asosiatif. Data diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner diolah dengan SPSS versi 24. Hasil
penelitian menemukan bahwa, pendapatan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengeluaran, keberadaan
keluarga di daerah asal memiliki pengeluaran lebih besar
dibandingan dengan tidak adanya keluarga di daerah asal,
pekerja migran dengan status pekerjaan formal memiliki
pengeluaran lebih besar dibandingan dengan status pekerjaan
informal, pendapatan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap remitan yang dikirimkan oleh pekerja migran ke
daerah asal, keberadaan keluarga di daerah asal
menyebabkan pemberian remitan lebih besar dibandingan
dengan tidak adanya keluarga di daerah asal, status pekerjaan
formal memiliki pengaruh yang lebih besar pada remitan
yang dikirimkan dari Kota Denpasar ke daerah asal
dibandingan dengan status pekerjaan informal, serta
pengeluaran memediasi pengaruh pendapatan dan
keberadaan keluarga di daerah asal sementara itu
pengeluaran tidak memediasi pengaruh status pekerjaan
terhadap remitan yang diberikan oleh pekerja migran
nonpermanen.
Kata kunci: pendapatan; keluarga asal; pekerjaan;
pengeluaran; remitan.
CC BY
PENDAHULUAN
Keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun
jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah
pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang
sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seperti yang dikutip dari (Rustariyuni,
2013) “Angka pengangguran yang meningkat pesat disebabkan oleh terbatasnya
permintaan tenaga kerja, adanya ketimpangan perkembangan pembangunan diantara
kabupaten lainnya serta adanya hubungan positif antara pembangunan dengan arah
mobilitas penduduk merupakan faktor lain menyebabkan semakin derasnya arus mobilitas
penduduk menuju daerah yang lebih maju untuk mencari pekerja”.
(Sari, 2016) menyebutkan “Kondisi ketenagakerjaan merupakan salah satu topik
yang selalu hangat dibicarakan oleh pemerintah seperti halnya kemiskinan. Selain angka
pengangguran, peningkatan kualitas pekerjaan juga menjadi fokus perhatian pemerintah.
“Menurunnya jumlah pengangguran mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi telah
dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya
dalam perekonomian dikendalikan oleh kekuatan penawaran dan permintaan, namun pasar
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 276 -
tenaga kerja berbeda dari sebagian besar pasar lainnya karena permintaan tenaga kerja
merupakan permintaan turunan (derived demand) dimana permintaan akan tenaga kerja
sangat tergantung dari permintaan akan output yang dihasilkannya.
Secara garis besar mobilitas penduduk dibedakan menjadi mobilitas penduduk
permanen dan mobilitas penduduk nonpermanen. Sesuai yang dikutip dari (Mantra, 1994)
bahwa “Mobilitas penduduk nonpermanen dapat dibagi menjadi dua yaitu: mobilitas
ulang-alik atau harian dan mobilitas penduduk yang mondok/menginap atau mobilitas
penduduk sirkuler. Mobilitas ulang-alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju
daerah tujuan dalam batas waktu enam jam atau lebih meninggalkan daerah asal dan
kembali pada hari yang sama. Mondok/menginap adalah gerak penduduk dari daerah asal
menuju daerah tujuan dalam batas waktu lebih dari satu hari, tetapi kurang dari enam
bulan. Pada umumnya seseorang yang melakukan mobilitas nonpermanen akan
dipengaruhi oleh adanya perbedaan upah antara daerah asal dengan daerah tujuan. Pada
penelitian ini akan difokuskan untuk mengkaji migran nonpermanen di Kota Denpasar.
Kota Denpasar di samping berperan sebagai pusat pemerintahan pada tingkat
kabupaten/Kota, juga sebagai ibu kota Provinsi Bali. Sebagai akibatnya, berbagai aktivitas
seperti pemerintahan, pendidikan, pariwisata, termasuk aktivitas ekonomi menumpuk di
Kota Denpasar. Kondisi seperti ini tidak hanya memberikan daya tarik kepada migran
permanen, tetapi migran nonpermanen juga banyak mengadu nasib ke Kota Denpasar.
(Mantra, 1994) dalam mengkaji mobilitas penduduk nonpermanen mengemukakan
adanya dua kekuatan yang menyebabkan terjadinya mobilitas sirkuler. Dua kekuatan ini
dapat dibedakan menjadi kekuatan sentrifugal dan kekuatan sentripetal yang terdapat di
daerah asal. Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk
meninggalkan daerah asalnya. Sementara itu, kekuatan sentripetal adalah kekuatan yang
bersifat mengikat seseorang untuk tetap tinggal di daerah asalnya. Misalnya keterikatan
kekerabatan, adanya istri dan anak, dan adanya tempat pemujaan leluhur di daerah asal.
Untuk mencari jalan keluar dari dua kekuatan yang saling bertentangan di atas adalah
dengan melakukan mobilitas nonpermanen atau mobilitas sirkuler.
Kemandirian pekerja migran nonpermanen dapat dilihat dari keuletan mereka
bekerja untuk memperbaiki taraf hidupnya. Pendapatan yang diperoleh para pekerja migran
nonpermanen tentu saja tidak dihabiskan untuk pengeluaran di tempat tujuan, melainkan
sebagian dikirim/dibawa pulang ke daerah asalnya untuk membantu biaya hidup
keluarganya di daerah asal. (Mantra, 1994) menyebutkan perilaku migran nonpermanen
tersebut diibaratkan seperti “semut”. Bahwa makanan tersebut tidak dihabiskan semuanya,
melainkan sebagian dibawa ke sarangnya bersama temantemannya inilah yang disebut
dengan istilah remitan. Besarnya aliran remitan ke daerah asal tidak hanya ditentukan oleh
pengeluaran di daerah tujuan tetapi juga tergantung pada pendapatan, keberadaan keluarga
di daerah asal dan status pekerjaan formal dan informal. Dalam hal ini Kubo (2017)
menyebutkan “remitan pekerja migran merupakan instrumen potensial untuk pengentasan
kemiskinan di negaranegara berkembang, karena keluarga yang ditinggalkan memiliki
harapan tinggi akan menerima uang dari migran yang berada di daerah tujuan (Kubo,
2017).
Kecenderungan penduduk memilih melakukan mobilitas nonpermanen salah
satunya adalah tersedianya fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang memadai,
sehingga meskipun tempat kerjanya di luar daerah asal, namun pekerja migran
nonpermanen tetap memilih untuk menetap di daerah asalnya. Kondisi ini tentu saja dirasa
sangat menguntungkan, antara lain dapat menghambat laju urbanisasi yang berlebihan
(over urbanization) di daerah perkotaan pada khususnya, sehingga daerah perkotaan akan
tidak mampu dalam menyediakan fasilitas pelayanan pokok dan kesempatan kerja yang
memadai (K. A. Purwanto, Sudibia, & Yuliarmi, 2016).
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 277 -
Penelitian ini bertujuan untuk “menganalisis pengaruh langsung pendapatan
migran, keberadaan keluarga di daerah asal, dan status pekerjaan terhadap pengeluaran
pekerja migran nonpermanen; untuk menganalisis pengaruh langsung pendapatan,
keberadaan keluarga di daerah asal, status pekerjaan dan pengeluaran terhadap jumlah
remitan pekerja migran nonpermanen; untuk menganalisis apakah variabel pengeluaran
memidiasi pengaruh pendapatan, status pekerjaan, keberadaan keluarga terhadap jumlah
remitan pekerja migran nonpermanen dan penelitian ini bermanfaat bagi daerah yang
memiliki banyak penduduk migran agar para migran yang berada disana lebih diperhatikan
serta berkualias baik bagi daerah tujuan maupun daerah asal dari migran tersebut.
Dalam penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis yaitu: “pendapatan
berpengaruh positif terhadap pengeluaran migran nonpermanen di Kota Denpasar, status
pekerjaan formal berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan status pekerjaan informal
terhadap pengeluaran migran nonpermanen yang berada di Kota Denpasar, pendapatan
berpengaruh langsung secara positif terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh migran
nonpermanen yang berada di Kota Denpasar.”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakam penelitian analisis kuantitatif berbentuk asosiatif
(Anshori & Iswati, 2019). Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan
menguji teori dengan menggunakan analisis jalur terhadap variabelvariabel yang dibahas
dalam penelitian ini meliputi variabel eksogen, variabel intervening, dan variabel endogen.
Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah Kota Denpasar berdasarkan pada tingginya
arus mobilitas penduduk menuju Kota Denpasar, baik yang bersifat permanen maupun
nonpermanen. Pada penelitian akan difokuskan pada pembahasan tipe mobilitas
nonpermanen dan pelakunya disebut migran nonpermanen. Populasi penelitian adalah
jumlah seluruh pekerja migran nonpermanen yang ada di Kota Denpasar dengan
mengambil sampel 154 dari 9.746 orang. Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan tiga cara, yaitu: observasi, wawancara terstruktur dan wawancara
mendalam.Teknik analisis data yang digunakan dalam memecahkan permasalahan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis jalur (path analysis) dengan menggunakan program
SPSS (Sarwono, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Jumlah Responden Pekerja Migran Nonpermanen
di Kota Denpasar Berdasarkan Klasifikasi Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Responden Remitan Migran Nonpermanen
Persentase
1.
Laki-Laki
50,00
2.
Perempuan
50,00
Jumlah
100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa komposisi responden menurut jenis
kelamin menunjukkan angka yang berimbang. Artinya, bahwa responden penelitian ini
separuhnya adalah laki-laki dan separuhnya lagi adalah perempuan.
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 278 -
Tabel 2. Jumlah Responden Pekerja Migran Nonpermanen
di Kota Denpasar Berdasarkan Klasifikasi Agama
No.
Agama
Responden Remitan Migran Nonpermanen
Persentase
1.
Hindu
53,9
2.
Islam
37,7
3.
Katolik
4,5
4.
Kristen
3,2
5.
Konghuchu
0,6
Jumlah
100
Meskipun agama yang dianut oleh responden sangat beragam, namun yang
menonjol adalah Agama Hindu dan Agama Islam. Responden yang menganut agama
lainnya kurang dari 10 persen.
Tabel 3. Jumlah Responden Pekerja Migran Nonpermanen
di Kota Denpasar Berdasarkan Klasifikasi Pendidikan Terakhir
yang Ditamatkan
No.
Pendidikan Terakhir
Responden Remitan Migran
Nonpermanen
Jumlah (Orang)
Persentase
1.
Tidak Sekolah
1
0,6
2.
Tamat SD
15
9,7
3.
Tamat SMP
21
13,6
4.
Tamat SMA
104
67,5
5.
Diploma/Perguruan Tinggi
13
8,4
Jumlah
154
100
Menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh responden sangat beragam,
namun yang paling dominan adalah tingkat pendidikan pada jenjang tamat SMA dan
tamat SMP. Untuk jenjang pendidikan lainnya berada di bawah 10 persen.
Tabel 4. Jumlah Responden Pekerja Migran Nonpermanen
di Kota Denpasar Berdasarkan Klasifikasi Status Perkawinan
No.
Status Perkawinan
Responden Pekerja Migran Nonpermanen
Persentase (%)
1.
Kawin
72,7
2.
Belum Kawin
26
3.
Cerai Hidup
1,3
Jumlah
100
Dari beragamnya status perkawinan yang dimiliki oleh responden dapat dilihat
bahwa yang dominan adalah status kawin yang mencakup lebih dari 70 persen responden.
Sementara itu, yang belum kawin mencapai sekitaran seperempat dari seluruh responden.
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 279 -
Tabel 5. Jumlah Responden Pekerja Migran Nonpermanen
Di Kota Denpasar Berdasarkan Klasifikasi Pendapatan
No.
Pendapatan
(Rp Jutaan/Bulan)
Persentase
1.
< 1,0
3,3
2.
1,0 - 1,9
18,8
3.
2,0 2,9
33,7
4.
3,0 3,9
22,1
5.
4,0 4,9
5,2
6.
5,0 5,9
5,2
7.
≥ 6,0
11,7
Jumlah
100
Dari hasil pengamatan di lapangan dapat di lihat pada enam pengelompokan
pendapatan terdapat yang palinga dominan yakni yang memiliki pendapatan antara 2,0
2,9 juta rupiah per bulan sebanyak 33,7 persen lalu pada tempat terbanyak kedua adalah
pendapatan responden antara 3,0 3,9 juta per bulan adalah sebanyak 22,1 persen.
Tabel 6. Jumlah Responden Pekerja Migran Nonpermanen
di Kota Denpasar Berdasarkan Klasifikasi Pengeluaran
No.
Pengeluaran
(Rp Jutaan/Bulan)
Persentase
1.
< 1,0
8,4
2.
1,0 - 1,9
35,7
3.
2,0 -2,9
31,2
4.
3,0 - 3,9
11,7
5.
4,0 4,9
3,3
6.
≥ 5,0
9,7
Jumlah
100
Pengelompokan pengeluaran yang dilakukan pada responden terdapat
pengelompokan yang dominan dari keenam pengelompokkan, diantaranya pengeluaran
antara 1,0 1,9 juta rupiah per bulan yaitu sebanyak 35,7 persen dan yang nomer dua
pengeluaran antara 2,0 2,9 juta rupiah per bulan, yaitu sebanyak 31,2 persen dan
sisanya berada di bawah 15 persen.
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 280 -
Tabel 7. Jumlah Responden Pekerja Migran Nonpermanen
di Kota Denpasar Berdasarkan Klasifikasi Remitan
No.
Remitan
(Rp Jutaan/Bulan)
Persentase
1.
0
20,1
2.
< 1,0
1,3
3.
1,0 1,9
50,7
4.
2,0 2,9
15,6
5.
3,0 3,9
5,2
6.
4,0 4,9
3,9
7.
5,0 5,9
0,6
8.
≥ 6,0
2,6
Jumlah
100
Dari pengelompokan remitan yang disajikan pada Tabel 4.7, yang paling
menonjol adalah migran yang mengirimkan remitan antara 1,0 1,9 juta rupiah per bulan,
yaitu lebih dari separuh responden (50,7 persen). Sebaliknya responden yang menyatakan
tidak mengirim remitan adalah sebanyak 20,1 persen. Hal ini disebabkan oleh situasi
yang tidak memungkinkan (Covid-19) responden untuk mengirimkan remitan ke daerah
asalnya.
Pembahasan
Hipotesis pertama penelitian menyatakan bahwa variabel pendapatan (X
1
)
berpengaruh positif terhadap variabel pengeluaran (Y
1
). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel pendapatan (X
1
) terhadap variabel pengeluaran (Y
1
) memiliki nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 dengan hasil uji t sebesar 0,960 yang mempunyai arti apabila
setiap kenaikan satu Rupiah pendapatan menyebabkan peningkatan terhadap tingkat
pengeluaran sebesar 0,960 Rupiah, dengan asumsi variabel lainnya konstan (ceteris
paribus). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya dari Antari (2008),
menyatakan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengeluaran pekerja migran nonpermanen di Kabupaten Badung, dimana dari hasil
regresi menunjukkan bahwa variabel pendapatan memiliki nilai beta yang dibakukan
tertinggi yaitu sebesar 0,412 yang berarti bahwa variabel pendapatan berpengaruh
dominan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kabupaten
Badung daripada variabel pendidikan dan remitan.
Hipotesis kedua penelitian menyatakan bahwa variabel keberadaan keluarga di
daerah asal (X
2
) berpengaruh positif terhadap variabel pengeluaran (Y
1
). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keberadaan keluarga di daerah asal (X
2
) terhadap variabel
pengeluaran (Y
1
) yang memiliki nilai signifikansi 0,028 < 0,05 dengan hasil uji t sebesar
0,042 yang mempunyai arti apabila setiap kenaikan satu orang dalam variabel keberadaan
keluarga di daerah asal menyebabkan peningkatan terhadap tingkat pengeluaran sebesar
0,042 Rupiah, dengan asumsi variabel lainnya konstan (ceteris paribus). Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian sebelumnya dari Purwanto (A. Purwanto & Taftazani, 2018)
yang menyatakan bahwa keberadaan keluarga akan mempengaruhi tingkat pengeluaran
suatu keluarga, mengingat kebutuhan akan konsumsi perharinya akan bertambah seiring
banyaknya jumlah tanggungan.
Hipotesis ketiga penelitian menyatakan bahwa variabel status pekerjaan (X
3
)
berpengaruh positif terhadap variabel pengeluaran (Y
1
). ). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel status pekerjaan (X
3
) terhadap variabel pengeluaran (Y
1
) yang memiliki
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 281 -
nilai signifikansi 0,049 < 0,05 dengan hasil uji t sebesar 0.038 yang mempunyai arti
apabila setiap kenaikan satu orang dalam variabel keberadaan keluarga di daerah asal
menyebabkan peningkatan terhadap tingkat pengeluaran sebesar 0,042 Rupiah, dengan
asumsi variabel lainnya konstan (ceteris paribus). Koefisien dari variabel dummy sebesar
142859,844 mempunyai arti bahwa masyarakat yang bekerja di sektor formal (D=1)
mempunyai jumlah pengeluaran rata-rata lebih tinggi sebesar 142859,844 Rupiah
dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja di sektor informal (D=0). Hasil dari
penelitian ini di dukung pada teori pendapatan yang menyatakan bahwa jumlah
penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang
dihitung setiap tahun atau setiap bulan, dengan demikian pendapatan merupakan
gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan pekerja
formal memiliki nilai pendapatan sementara pekerja informal belum tentu penghasilannya
atau tidak stabil, sehingga sesuai hukum pendapatan, semakin tinggi pendapatan maka
pengeluaran semakin tinggi.
Hipotesis keempat penelitian menyatakan bahwa variabel pengeluaran (Y
1
)
berpengaruh positif terhadap variabel remitan (Y
2
). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel pengeluaran (Y
1
) terhadap variabel remitan (Y
2
) yang memiliki nilai signifikansi
0,000 < 0,05 dengan hasil uji t sebesar 0,473 yang mempunyai arti apabila setiap
kenaikan satu Rupiah pengeluaran menyebabkan peningkatan terhadap tingkat remitan
sebesar 0,473 Rupiah, dengan asumsi variabel lainnya konstan (ceteris paribus).
Penelitian ini di dukung oleh teori konsumsi Keynes yang menyatakan tingkat konsumsi
tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol atau bisa disebut
dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel
meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi
tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
Hipotesis kelima penelitian menyatakan bahwa variabel pendapatan (X
1
)
berpengaruh positif terhadap variabel remitan (Y
2
). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel pendapatan (X
1
) terhadap variabel variabel remitan (Y
2
) yang memiliki nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 dengan hasil uji t sebesar 0,421 yang mempunyai arti apabila
setiap kenaikan satu Rupiah pendapatan menyebabkan peningkatan terhadap tingkat
remitan sebesar 0,421 Rupiah, dengan asumsi variabel lainnya konstan (ceteris paribus).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya dari (Ardana, Sudibia, &
Wirathi, 2011) mengemukakan bahwa pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang asal
Kabupaten Jembrana.
Hipotesis keenam penelitian menyatakan bahwa variabel keberadaan keluarga di
daerah asal (X
2
) berpengaruh positif terhadap variabel remitan (Y
2
). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel keberadaan keluarga di daerah asal (X
2
) terhadap variabel
remitan (Y
2
) yang memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan hasil uji t sebesar
0,160 yang mempunyai arti apabila setiap kenaikan satu orang dalam variabel X
2
menyebabkan peningkatan terhadap tingkat remitan sebesar 0,160 Rupiah, dengan asumsi
variabel lainnya konstan (ceteris paribus). Penelitian ini di dukung oleh penelitian
sebelumnya yang di lakukan oleh Ardana (2011) menyatakan bahwa jumlah anggota
keluarga di daerah asal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengiriman remitan ke daerah asal oleh tenaga kerja magang (Ardana et al., 2011).
Hipotesis ketujuh penelitian menyatakan bahwa variabel status pekerjaan (X
3
)
berpengaruh nyata terhadap variabel remitan (Y
2
). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel status pekerjaan (X
3
) terhadap variabel remitan (Y
2
) yang memiliki nilai
signifikansi 0,026 < 0,05 dengan hasil uji t sebesar 0,049 yang mempunyai arti apabila
setiap kenaikan satu orang dalam variabel keberadaan keluarga di daerah asal
menyebabkan peningkatan terhadap tingkat remitan sebesar 0,049 Rupiah, dengan asumsi
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 282 -
variabel lainnya konstan (ceteris paribus). Koefisien dari variabel dummy sebesar
167563,993 mempunyai arti bahwa masyarakat yang bekerja di sektor formal (D=1)
mempunyai jumlah pemberian remitan rata-rata lebih tinggi sebesar 167563,993 Rupiah
dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja di sektor informal (D=0), yang dimana
dalam hasil perhitungan adalah masyarakat yang bekerja di sektor formal lebih
berpengaruh besar mengirimkan remitan di bandingan masyarakat yang bekerja di sektor
informal. Hasil dari penelitian ini di dukung oleh teori mobilitas penduduk sirkuler dari
Mantra yang menyatakan pelaku migran berusaha mempergunakan waktu bekerja
sebanyak mungkin agar mendapatkan upah yang sebanyak mungkin untuk dikirimkan ke
daerah asal. Jika di bandingkan penelitian ini dengan teori mobilitas sirkuler dari Mantra,
dimana hasil dari penelitian ini adalah pengaruh status pekerjaan terhadap remitan yang
dikirimkan berpengaruh positif dan signifikan sedangkan untuk teori mobilitas penduduk
sirkuler adalah pelaku migran berusaha mempergunakan waktu bekerja sebanyak
mungkin agar mendapatkan upah yang sebanyak mungin untuk dikirimkan ke daerah
asal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai
berikut: pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran; keberadaan
keluarga di daerah asal memiliki pengeluaran lebih besar dibandingan dengan tidak adanya
keluarga di daerah asal; pekerja migran dengan status pekerjaan formal memiliki
pengeluaran lebih besar dibandingan dengan status pekerjaan informal; pendapatan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitan yang dikirimkan oleh pekerja migran
ke daerah asal; keberadaan keluarga di daerah asal menyebabkan pemberian remitan lebih
besar dibandingan dengan tidak adanya keluarga di daerah asal; status pekerjaan formal
memiliki pengaruh yang lebih besar pada remitan yang dikirimkan dari Kota Denpasar ke
daerah asal dibandingan dengan status pekerjaan informal; Pengeluaran memediasi
pengaruh pendapatan dan keberadaan keluarga di daerah asal sementara itu pengeluaran
tidak memediasi pengaruh status pekerjaan terhadap remitan yang diberikan oleh pekerja
migran nonpermanen.
BIBLIOGRAPHY
Anshori, M., & Iswati, S. (2019). Metodologi penelitian kuantitatif: edisi 1. Airlangga
University Press.
Ardana, I. K., Sudibia, I. K., & Wirathi, I. G. A. P. (2011). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Besarnya Pengiriman Remitan Ke Daerah Asal Studi Kasus
Tenaga Kerja Magang Asal Kabupaten Jembrana Di Jepang. PIRAMIDA.
Kubo, K. (2017). Evolving informal remittance methods among Myanmar migrant
workers in Thailand. Journal of the Asia Pacific Economy, 22(3), 396413.
Mantra, I. B. (1994). Mobilitas sirkuler dan pembangunan daerah asal. Warta Demografi,
3, 3340.
Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati dan I Ketut Sudibia/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(3),
274-283
- 283 -
Purwanto, A., & Taftazani, B. M. (2018). Pengaruh jumlah tanggungan terhadap tingkat
kesejahteraan ekonomi keluarga pekerja k3l Universitas Padjadjaran. Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial, 1(2), 3343.
Purwanto, K. A., Sudibia, I. K., & Yuliarmi, N. N. (2016). Pengaruh Faktor Ekonomi,
Sosial, Dan Demografi Terhadap Pendapatan Dan Remitan Yang Dikirim Ke
Daerah Asal Oleh Migran Non Permanen Di Kecamatan Denpasar Barat. E-
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.
Rustariyuni, S. D. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat migran melakukan
mobilitas non permanen ke kota Denpasar. PIRAMIDA.
Sari, N. P. (2016). Transformasi Pekerja Informal ke Arah Formal: Analisis Deskriptif
dan Regresi Logistik. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan.
Sarwono, J. (2011). Analisis Jalur (Path Analysis). Jakarta: Gramedia.