Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, Juni 2022, 2 (6), 620-629
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v2i6.396 620
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam
Pemberian MP-ASI Terlau Dini pada Bayi Berusia 0-6 Bulan
Dessy Rahelia Siagian1*, Dwi Febriani Hayuningtyas2, Ester Rina Sitorus3, Ridha
Syahputri Pasaribu4
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Prima Indonesia1, 2, 3, 4
dessyraheliia@gmail.com1, dwifebrianityas@gmail.com2, rinasitorus117@gmail.com3,
ridhasyahputri11@gmail.com4
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
04-06-2022
25-06-2022
25-06-2022
Status gizi anak menjadi satu dari kemajuan suatu bangsa
yang dipengaruhi serta ditentukan dari taraf kesehatannya.
MP-ASI merupakan makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia >
6 - 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.
Akan tetapi, pada reaitanya pemberian ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan tengah sulit dilakukan oleh ibu.
Sedangkan, ha ini bisa bertimbun pemicu dari masaah
kesehatan terhadap bayi yang diakibatkan pemberian MP-
ASI terlau dini. Bayi menjadi lebih mudah sakit, mulai dari
sakit batuk, pilek, demam, sembelit, atau diare. Penelitian
ini dilaksanakan di Posyandu Anjelir Desa Sei Semayang
pada bulan April 2022 dan sampel yang diambil adaah ibu
yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan sebanyak 31
responden. Desain penelitian yang dilakukan adaah cross
sectiona anaitic dengan jenis penelitian adaah kuantitatif.
Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner,
penilian, anaisis data univariat dan bivariat. Hasil penelitian
yang dilakukan dengan uji statistik Chi-Square ditemukan
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dan faktor yang mempengaruhi (pendidikan,
pekerjaan, paritas, dan dukungan keluarga) daam
pemberian MP-ASI terlau dini dengan nilai yang diperoleh
p-value (< 0,05). Saran yang dapat dibagikan untuk petugas
kesehatan yang bekerja di Posyandu iaah dapat diharapkan
mampu terus memberikan bimbingan dan wawasan
mengenai ASI Eksklusif dan MP-ASI di waktu yang tepat.
Dengan ini, ibu dan keluarga tidak mendapatkan informasi
yang saah untuk kesehatan ibu dan bayinya.
Kata kunci: MP-ASI; bayi; masaah kesehatan.
Abstract
The nutritiona status of children becomes one of the
progress of a nation that is influenced and determined by
the level of heath. Breast milk companion food is a food or
drink containing nutrients, given to infants or children aged
> 6-24 months to meet nutritiona needs other than breast
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
621
milk. However, in reaity the exclusive breastfeeding until
the age of 6 months is difficult for mothers to do.
Meanwhile, this can be a hoard of triggers from heath
problems for babies caused by the provision of
complementary food breast milk too early. Babies become
more easily sick, ranging from cough, runny nose, fever,
constipation, or diarrhea. This study was conducted in
Posyandu Anjelir Desa Sei Semayang in April 2022 and the
sample taken was a mother who had a baby aged 0-6
months as many as 31 samples. The design of the research
carried out is cross sectiona anaitic with the type of
research is quantitative. Data capture using questionnaires,
research, univariate and bivariate data anaysis. The results
of research conducted with the Chi-Square statistica test
found a significant relationship between the level of
knowledge and influencing factors (education, employment,
parity, and family support) in the provision of breast milk
companion food too early with the value obtained p-value
(< 0.05). Advice that can be shared for heath workers
working in Posyandu is that it can be expected to continue
to provide guidance and insight into Exclusive Breast Milk
and MP-ASI in a timely manner. With this, the mother and
family do not get the wrong information for the heath of the
mother and the baby.
Keywords: breast milk companion food; babies; heath
problem.
*Correspondence Author: Dessy Rahelia Siagian
PENDAHULUAN
Status gizi anak menjadi satu dari kemajuan suatu bangsa yang dipengaruhi serta
ditentukan dari taraf kesehatannya. Untuk memenuhi hal tersebut, maka Global Strategy
for Infant and Young Child Feeding, World Health Organization (WHO) dan UNICEF
mempromosikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu, pertama menyediakan air
susu ibu pada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua mengungkapkan
bahwa hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai
bayi berusia 6 bulan, ketiga menyampaikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
saat bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan dan keempat melangsungkan pemberian ASI
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Listyaningrum & Vidayanti, 2016).
MP-ASI merupakan makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan
pada bayi atau anak usia > 6 - 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI
(Mutiara & Astri, 2016). MP-ASI berupa makanan padat atau cair yang diberikan secara
sedikit demi sedikit sesuai dengan usia serta kemampuan pencernaan bayi atau anak (Data,
2016). Akan tetapi, pada reaitanya pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tengah
sulit dilakukan oleh ibu. Sedangkan, ha ini bisa bertimbun pemicu dari masalah kesehatan
terhadap bayi tersebut.
Pemberian MP-ASI mesti diawali ketika bayi berusia 6 bulan karena, jika sebelum
usia 6 bulan, enzim pencernaan dari bayi belum sempurna sehingga bayi tidak mampu
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
622
mencerna zat tepung serta tidak sempurna mencerna protein (Haflaha, 2018). Akhirnya,
enzim yang berperan melapisi protein makanan penyebab alergi belum cukup diproduksi,
lalu protein yang masuk ke dalam sel usus bahkan merangsang reaksi alergi serta
intoleransi. Di bawah usia 6 bulan, daya imunitas bayi masih belum sempurna.
Kondisi ini tentu beresiko terhadap bayi karena menyimpan banyak kuman-kuman
untuk masuk ke dalam tubuhnya yang berawal dari makanan tersebut. Bayi menjadi lebih
mudah sakit, mulai dari sakit batuk, pilek, demam, sembelit, atau diare. Ketika kejadian ini
selalu terjadi maka akan mengakibatkan buruk pada pertumbuhan dan perkembangan bayi,
selain itu orang tua juga mesti mengeluarkan biaya untuk perawatan bayinya yang sakit
(Pujiati et al., 2017). Salah satu faktor risiko yang menjadi penyebab utama kematian pada
balita diare (25,2%) dan ISPA (15,5%) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
adalah pemberian MP- ASI dini (KemenKes, 2013).
Menurut penelitian (Riksani, 2013) memberitahukan bahwa perilaku ibu sangat
mempengaruhi tingginya pemberian MP-ASI dini salah satunya disebabkan kurangnya
pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI. Pengetahuan para ibu juga berhubungan
dengan sumber informasi yang ibu dapatkan dari mitos dan media massa. ibu menyatakan
bahwa penyebab pemberian MP-ASI dini pada bayi mereka dikarenakan adanya kebiasaan
ibu pada memberikan MP-ASI turun temurun dari orang tuanya seperti pemberian bubur
nasi dan bubur pisang dengan alasan bayi masih menangis meskipun sudah diberikan ASI.
Ada beberapa faktor pendorong yang mengakibatkan ibu nifas dalam pemberian
MP-ASI terlalu dini yaitu berdasarkan pendidikan, sosial budaya, petugas kesehatan,
pekerjaan, dan pengalaman. Efek negatif tersebut searah dengan riset yang dilakukan oleh
pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan makanan sewaktu 21 bulan diketahui, bayi
ASI parsial lebih banyak yang terserang diare, batuk-pilek, dan panas ketimbang bayi ASI
predominan. Penelitian (Organization, 2013), mengemukakan bahwa hanya 40% bayi di
dunia yang memperoleh ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata sudah
menerima MP- ASI saat usianya < dari 6 bulan.
Dari hal ini dapat mendefinisikan bahwa terdapat hubungan dari segi pengetahuan
dan faktor pendorong tersebut yang menjadi dampak pada pemberian MP-ASI dini
sehingga bayi yang berusia < dari 6 bulan beresiko dapat menyandang penyakit dalam
jangka pendek sampai jangka panjang. Pemberian MP-ASI dini di Indonesia mengikuti
survei (Kemenkes, 2012) bayi yang memperoleh makanan pendamping ASI usia 0-1 bulan
sejumlah 9,6% pada usia 2-3 bulan sejumlah 16,7% dan usia 4-5 bulan sejumlah 43,9%.
Hasil studi pendahuluan tangga 14 Januari 2019 dengan 10 orang ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan pada saat kunjungan ke Posyandu Desa Kawu wilayah Kerja
Puskesmas Gemarang, diketahui 6 diantaranya sudah memberikan MP-ASI di saat usia
bayi kurang dari 6 bulan. Tiga dari sepuluh ibu lainnya memberikan ASI Eksklusif. Ketika
ditanya kapan menurut ibu waktu yang benar saat memberi MP-ASI kepada bayi, 3 dari 10
orang ibu menyebutkan waktu yang benar memberikan MP-ASI > 6 bulan sebaiknya ibu
lainnya mengutarakan MP-ASI dapat diberikan saat usia 5 bulan dengan argumen bayi
yang selalu menangis lantaran lapar. Dan salah satu ibu menyatakan sudah memberikan
susu formula sejak lahir.
Berlandaskan pernyataan yang ada di atas tentang pengetahuan dan faktor
pemberian MP-ASI secara dini kepada bayi yang berusia <6 bulan dan disertai dengan
penelitian yang terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Mengenal tentang hubungan yang
berkaitan antara pengetahuan dan faktor yang mempengaruhi ibu nifas dalam pemberian
MP-ASI terlalu dini pada bayi 0-6 bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022.
METODE PENELITIAN
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
623
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan diikuti desain penelitian
yang merancang analitik korelasional dengan jenis cross sectional (Sugiyono, 2013).
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Anjelir, Desa Sei Semayang, Kecamatan
Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mendapatkan MP-ASI terlalu dini
dan bayi yang mendapatkan Asi Eksklusif di Posyandu Anjelir. Sampel penelitian ini
adalah seluruh ibu yang memiliki bayi memperoleh MP-ASI terlalu dini dan bayi yang
memperoleh ASI Eksklusif pada bulan Januari 2022 di Posyandu Anjelir sebanyak 33
responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dari analisis Univariat yang telah terlaksana di wilayah Posyandu
Anjelir Sei Semayang di bulan April 2022 dengan jumlah responden sebesar 31 orang
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi MP-
ASI Terlau Dini
Faktor-Faktor yang mempengaruhi MP-
ASI
Tota
N
1. Pendidikan:
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. Perguruan tinggi
jumlah
1
6
21
3
31
2. Pekerjaan :
a. IRT
b. Pegawai Swasta
c. Pedagang
d. Petani
e. PNS
jumlah
20
8
2
1
0
31
3. Kesehatan :
a. ASI tidak keluar
b. Payudara membengkak
c. Puting lecet
jumlah
18
9
4
31
4. Paritas
a. Primipara
b. Multipara
c. Grandepara
jumlah
16
9
6
31
5.Dukungan keluarga (ASI Eksklusif) :
a. Tidak mendukung
b. Mendukung
jumlah
17
14
31
6. Tingkat Pengetahuan :
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
4
10
17
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
624
jumlah
31
Berdasarkan dari tabel 1, terdapat mayoritas pendidikan Ibu adalah SMA/SMK
sebesar 21 responden (67,8%), mayoritas pekerjaan Ibu adalah IRT sebesar 20 responden
(64,5%), mayoritas ASI tidak keluar sebesar 18 responden (58%), mayoritas paritas Ibu
adalah primipara sebesar 16 responden (51,6%), mayoritas yang tidak mendukung adaah
17 responden (54,8%), dan mayoritas tingkat pengetahuan yang kurang sebesar 17
responden (54,8%). Sedangkan dari bentuk analisis Bivariat dari hasil penelitian yang telah
terlaksana di wilayah Posyandu Anjelir Desa Sei Semayang yaitu:
Tabel 2. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas dan
Dukungan Keluarga terhadap Pemberian MP-ASI
Tingkat
pengetahuan
Pemberian MP-ASI
Tota
p-
value
Diberi (f)
Persentase
(%)
Tidak
diberi
(f)
Persentase
(%)
F
P
Baik
4
19%
0
0%
4
12,9%
0,049
Cukup
4
19%
6
60%
10
32,3%
Kurang
13
61,9%
4
40%
17
54,8%
Tota
21
100%
10
100%
31
100%
Faktor-Faktor
yang
mempengaruhi
MP-ASI
Pemberian
MP-ASI
Tota
p-value
Diberi (f)
Persentase
(%)
Tidak
diberi
(f)
Persentase
(%)
f
p
1. Pendidikan:
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. Perguruan
tinggi
1
1
17
2
4,8%
4.8%
81%
9,5%
0
5
4
1
0%
50%
40%
10%
1
6
21
3
3,2%
19,3%
67,8%
9,6%
0,025
2. Pekerjaan :
a. IRT
b. Buruh
c. Pedagang
d. Petani
e. PNS
17
2
1
1
0
81%
9,5%
4,8%
4,8%
0%
3
6
1
0
0
30%
60%
10%
0%
0%
20
8
2
1
0
64,5%
25,8%
6,4%
3,2%
0,017
3. : Paritas;
-. Primipara
-. Multipara
-. Grandepara
16
0
5
76,2%
0%
23,8%
0
9
1
0%
90%
10%
16
9
6
51,6%
29%
19,3%
0,000
4.Dukungan
keluarga (ASI
Eksklusif) :
a. Tidak
mendukung
b. Mendukung
17
4
81%
19%
0
10
0%
100%
17
14
54,8%
45,1%
0,000
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
625
Berdasarkan tabel 2 dari hasil uji statistik yang diperoleh pada tabel 2 diketahui
bayi yang mendapatkan MP-ASI dini dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 13
orang (61,9%), bayi yang mendapatkan MP-ASI dini dengan pendidikan SMP sebanyak 17
orang (81%), bayi yang mendapatkan MP-ASI dini dengan pekerjaan IRT sebanyak 17
orang (81%), bayi yang mendapatkan MP-ASI dini dengan pengalaman ibu berdasarkan
paritas primipara sebanyak 16 orang (76,2%), dan bayi yang mendapatkan MP-ASI dini
dengan tidak ada dukungan keluarga terhadap ASI Eksklusif sebanyak 17 orang (81%).
Pengetahuan
Berdasarkan tabel 2, dari 31 responden terdapat ibu yang memberikan MP-ASI
terlalu dini dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 13 orang (61,9%). Dari hasil
perhitungan korelasi, diketahui nilai dari p-value 0,049 lebih kecil dari nilai α 0,05 (ρ < α)
yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP-
ASI terlalu dini di Posyandu Anjelir Sei Semayang tahun 2022.
Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (Widyastuti, 2019) mengenai hubungan
pengetahuan dengan pemberian MP-ASI dini di Puskesmas Ciruas Kabupaten Serang
terdapat hasil bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian MP-ASI
dini. Penelitian tersebut sejalan dengan (Aldriana, 2015) mengenai hubungan pengetahuan
dengan pemberian MP-ASI dini di Desa 2 Dayo wilayah kerja Puskesmas Tandun II,
menyatakan hasil penelitian terdapat ibu yang pengetahuan kurang memberikan MP-ASI
dini sebanyak 16 orang (66,7%) dengan hasil uji statistik p-value 0,048, yang berarti adanya
hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan pengetahuan.
Menurut (Sandy, 2018), menyatakan bahwa sumber informasi seperti mitos dan
media massa yang ibu dapatkan adanya hubungan terhadap pengetahuan ibu. Tidak itu saja,
bahkan ibu juga tertarik terhadap iklan susu formula yang dilakukan oleh produsen susu
tersebut.
Maka asumsi dari peneliti mengenai pengetahuan ini adaah rendahnya sumber
informasi yang didapatkan oleh ibu baik dari media massa maupun dari petugas
kesehatannya secara langsung. Sehingga, ibu yang memiliki bayi di usia 0 6 bulan lebih
memberikan MP-ASI daripada ASI Eksklusif dengan beranggapan bahwa MP-ASI tersebut
membuat perut bayinya menjadi kenyang sehingga tidak rewel lagi dan mencukupi gizinya.
Ha tersebut menjadikan sebuah budaya/kebiasaan yang sudah turun-temurun.
Pendidikan
Berdasarkan dari tabel 2, dari 31 responden terdapat ibu yang memberikan MP-
ASI terlalu dini dengan pendidikan terakhirnya yaitu SMA/SMK sebanyak 17 orang (81%).
Dari hasil perhitungan korelasi, diketahui nilai dari p-value 0,025 lebih kecil dari nilai α
0,05 (ρ < α) yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
pemberian MP-ASI terlalu dini di Posyandu Anjelir Sei Semayang tahun 2022.
Penelitian yang dilakukan oleh (Nababan & Widyaningsih, 2018), menyatakan
bahwa adanya hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini
terhadap bayi berusia < 6 bulan yang dimana p-value 0,003. Hasil ini sejaan dengan
penelitian (Yulianto et al., 2019), yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara pendidikan Ibu terhadap pemberian MP-ASI dini dengan p-value 0,002 di wilayah
Kelapa Dua Kota Depok.
Rendahnya tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam menerima suatu informasi dengan ini cara berpikirnya sulit untuk diubah, seperti
saat bayi (usia dibawah 6 bulan) menangis sesudah diberikan ASI, ha ini dianggap bahwa
bayi masih lapar, sehingga ibu berusaha untuk memberikan makanan tambahan (MP-ASI)
seperti bubur, buah, dan lainnya (Arum et al., 2017).
Menurut asumsi peneliti adalah pendidikan membantu seseorang untuk lebih dapat
menerima informasi terkait perkembangan dan pertumbuhan bayi, salah satunya
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
626
memberikan Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) pada saat usia bayi memasuki 6 bulan.
Karena, pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terutama dalam
menerima informasi sedangkan berpendidikan yang rendah belum tentu mau menerimanya.
Terkadang, jika memiliki pendidikan yang rendah, tetapi ibu tersebut rajin melihat
informasi ataupun mendengarkan informasi terkait MP-ASI, tidak menutup kemungkinan
tingkat pengetahuan mereka lebih baik.
Pekerjaan
Berdasarkan tabel 2, dari 31 responden terdapat ibu yang memberikan MP-ASI
terlalu dini dengan pekerjaannya yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 17 orang (81%).
Dari hasil perhitungan korelasi, diketahui nilai dari p-value 0,017 lebih kecil dari nilai α
0,05 (ρ < α) yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan
pemberian MP-ASI terlalu dini di Posyandu Anjelir Sei Semayang tahun 2022.
Penelitian yang dilakukan (Mayasari, 2021) mengenai hubungan antara pekerjaan
dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini pada bayi di Puskesmas Kenai
Besar kota Jambi dengan hasil penelitian dari uji statistik didapatkan p-value (0,002) < α
(0,05) bahwa terdapat adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
pemberian MP-ASI dini. Penelitian selanjutnya dari Kumalasari, dkk (2014) mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini didapatkan ρ-value
(0.005) < α (0,05) terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan
pemberian MP-ASI Dini pada bayi.
Menurut teori (Septiani, 2014) yaitu status pekerjaan ibu terbukti dapat
mempengaruhi dalam pemberian MP-ASI dini. Ibu yang tidak bekerja atau Ibu Rumah
Tangga (IRT) lebih berisiko dalam pemberian MP-ASI dini. Dikarenakan ibu-ibu hanya
berdiam diri dirumah sehingga mereka tidak mendapatkan informasi mengenai kesehatan
sehingga pengaruh sosia budaya yang masih kental dalam hal bayi yang cepat diberi makan
akan gemuk, dan gemuk pertanda sehat.
Berdasarkan asumsi dari peneliti adalah ibu yang melakukan pekerjaan yang hanya
bekerja di rumah dan mempunyai banyak waktu di rumah justru memberikan MP-ASI dini
sebelum waktu yang dianjurkan terhadap bayinya terbukti dari hasil penelitian. Bahkan ibu
juga mengkombinasikan ASI dengan makanan tambahan seperti bubur instan, pisang
kerok, dan lainnya walaupun bayi belum layak diberikan. Ha ini dapat terjadi disebabkan
ibu yang kurang mendapatkan informasi mengenai pemberian MP-ASI tepat waktu.
Paritas Berdasarkan tabel 2, dari 31 responden terdapat ibu yang memberikan MP-ASI
terlalu dini dengan jumlah paritas yaitu primipara sebanyak 16 orang (76,2%). Dari hasil
perhitungan korelasi, diketahui nilai dari p-value 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05 (ρ < α)
yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemberian MP-ASI
terlalu dini di Posyandu Anjelir Sei Semayang tahun 2022.
Penelitian dari (Kardiani & Santosa, 2012), mengenai gambaran karakteristik dan
pengetahuan ibu yang mempengaruhi makanan pendamping ASI terlalu dini di Desa
Ciborelang Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka menyatakan hasil uji chi-square
didapat p-value value = 0,015 yang berarti adanya hubungan antara paritas terhadap
pemberian MP-ASI dini. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Maryani, N.N tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang laut Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon
dari bulan Desember 2014 s.d Januari 2015 dengan jumlah responden sebanyak 204 orang,
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan paritas 2 sebagian besar
memberikan MP-ASI dini yaitu sebesar 71,6%.
Menurut teori yang dikemukakan oleh (Afriyani et al., 2016) menyebutkan bahwa
ibu paritas primipara cenderung memanfaatkan segala informasi untuk menambah
pemahaman terkait komposisi asupan makanan yang kompleks untuk bayi, ha ini
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
627
disebabkan karena ibu tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang mengasuh
bayinya. Asumsi dari peneliti adalah pemberian MP-ASI dini lebih cenderung terjadi pada
ibu yang memiliki jumlah paritas rendah ( 2). Yang disebabkan karena kurangnya
pengalaman dan pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI. Sehingga, ibu merasa
takut jika bayinya kekurangan gizi jika hanya ASI saja yang diberikan. Maka, pentingnya
pemberian informasi/edukasi sejak awa dalam pemberian MP-ASI dengan tepat
berdasarkan ketentuan yang berlaku demi tumbuh kembang bayi secara norma dan
mengurangi masalah kesehatan bayi.
Dukungan Keluarga (ASI Eksklusif)
Berdasarkan tabel 2, dari 31 responden terdapat ibu yang mendapat dukungan
keluarga dalam pemberian MP-ASI sebanyak 17 responden (81%) dengan hasil uji statistik
diperoleh nilai p-value = 0,000 lebih kecil dari α 0,05 (p < α) yang berarti adanya hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI terlalu dini di
Posyandu Anjelir Sei Semayang tahun 2022.
Penelitian yang dilakukan oleh (Mustika, 2017) menyatakan hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI
dini dengan p-value = 0,001. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Setyawati et
al., 2015) mengungkapkan hasil uji chi-square yang diperoleh nilai p-value = 0,001 (<
0,05) berarti terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
pemberian MP-ASI dini.
Setiap bayi yang baru lahir ke dunia sejatinya dikelilingi oleh sebuah keluarga, baik
keluarga dengan keluarga besar ataupun keluarga dengan orang tua tungga. Dan keluarga
adalah salah satu institusi masyarakat yang paling penting. Keluarga mewakili kelompok
sosial primer yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh individu dan institusi lain
(Dompas, 2021).
Menurut asumsi peneliti adalah jika adanya dukungan keluarga dalam pemberian
MP-ASI terlalu dini merupakan peran atau dukungan yang tidak baik untuk ibu dan bayi
(Heryanto, 2017). Banyak keluarga yang kurang memahami pemberian MP-ASI pada bayi
di usia yang tepat dikarenakan adanya pengaruh budaya/kebiasaan yang dilakukan secara
turun-temurun. Untuk itu, petugas kesehatan seharusnya memberikan informasi mengenai
MP-ASI bukan hanya untuk ibu namun suami/keluarga berhak mendapatkan informasi
tersebut. Agar membantu dan mencegah ibu untuk tidak memberikan MP-ASI terlalu dini
pada bayinya.
KESIMPULAN
Hasil uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dengan pemberian MP-ASI dini (ρ value= 0,49) terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan pemberian MP-ASI dini value= 0,025), terdapat hubungan yang
signifikan antara paritas dengan pemberian MP-ASI dini value= 0,000), ada hubungan
signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI dini (ρ value= 0,00), dan
terdapat yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini value= 0,017).
BIBLIOGRAFI
Afriyani, R., Halisa, S., & Rolina, H. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Nurtila Palembang. Jurnal
Kesehatan, 7(2), 260265. https://doi.org/10.26630/jk.v7i2.198
Aldriana, N. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini di
Desa 2 Dayo Wilayah Kerja Puskesmas Tandun II Kabupaten Rokan Hulu tahun
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
628
2013. Jurnal Martenity and Neonatal, 3(2), 19.
Arum, N., TA, L., & Dyah Wulan, S. R. W. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan,
Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) pada Bayi di Bawah Usia 6 Bulan di Desa Braja Sakti, Kecamatan Way
Jepara, Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Agromedicine, 4(2).
Data, P. (2016). Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi Dan
Analisis ASI Eksklusif. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Dompas, R. (2021). Peran Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Deepublish.
Haflaha, E. L. A. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Secara
Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Kota Matsum Tahun 2018. Institute
Kesehatan Helvetia.
Heryanto, E. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan
pendamping ASI dini. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 141152.
Kardiani, R., & Santosa, U. (2012). Susanti.(2012). Gambaran Karakteristik Dan
Pengetahuan Ibu Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pendamping ASI.
Kemenkes, R. I. (2012). Survei kesehatan dasar Indonesia. Jakarta: KementrianKesehatan
Republik Indonesia.
KemenKes, R. I. (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Listyaningrum, T. U., & Vidayanti, V. (2016). Tingkat pengetahuan dan motivasi ibu
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. JNKI (Jurnal Ners
Dan Kebidanan Indonesia)(Indonesian Journal of Nursing and Midwifery), 4(2), 55
62. https://doi.org/10.21927/jnki.2016.4(2).55-62
Mayasari, R. (2021). Hubungan antara Pengetahuan dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Pada Bayi di Puskesmas Kenali Besar
Kota Jambi Tahun 2021. Jurnal Kebidanan, 11(1).
Mustika, I. (2017). Determinan Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Menyusui. Journal Of
Health Science and Prevention, 1(1), 25492919.
Mutiara, H., & Astri, N. (2016). Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi yang Diberi Air
Susu Ibu (ASI) Eksklusif dengan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Dini.
Jurnal Majority, 5(1), 8185.
Nababan, L., & Widyaningsih, S. (2018). Pemberian MPASI dini pada bayi ditinjau dari
pendidikan dan pengetahuan ibu Early Breastfeeding Supplemental Food In Baby
Viewed From Maternal Education and Knowledge. Jurnal Keperawatan Dan
Kebidanan Aisyiyah ISSN, 14(1), 3239.
Organization, W. H. (2013). Country implementation of the international code of marketing
of breast-milk substitutes: status report 2011.
Pujiati, K., Dian, S. A., & Indra, D. (2017). Identifikasi kasus kekurangan gizi pada anak
di bawah usia lima tahun di kota Makassar. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat,
11(2), 140145.
Riksani, R. (2013). Dari Rahim Hingga Besar. Elex Media Komputindo.
Sandy, D. M. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan ibu dan pendidikan dengan
pemberian makanan pendamping asi di puskesmas 23 Ilir Palembang. Masker
Medika, 6(2), 569575.
jmm.ikestmp.ac.id/index.php/maskermedika/article/view/276
Septiani, W. (2014). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini dengan Status
Gizi Bayi 0-11 Bulan di Puskesmas Bangko Rokan Hilir. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 2(4), 148153. https://doi.org/10.25311/keskom.Vol2.Iss4.63
Setyawati, N., Pranowowati, P., & Widodo, G. G. (2015). Hubungan hukungan keluarga
dengan pemberian MP-ASI (makanan pendamping air susu ibu) dini di Desa Beji
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Jurnal Keperawatan.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabetha.
Dessy Rahelia Siagian, Dwi Febriani Hayuningtyas, Ester Rina Sitorus, Ridha Syahputri Pasaribu/Cerdika:
JurnalIlmiah Indonesia, 2(6), 620-629
Hubungan Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas dalam Pemberian MP-ASI Terlau Dini
pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Posyandu Anjelir Sei Semayang Tahun 2022
629
Widyastuti, S. (2019). Pengaruh Intervensi Edukasi MP-ASI Komprehensif Terhadap
Frekuensi Pemberian Makan, Asupan Energi dan Pertambahan Berat Badan Anak
Usia 6-12 Bulan di Kabupaten Kulon Progo. Universitas Gadjah Mada.
Yulianto, B. J., Prasetyo, D., Pratama, Y., Firmansyah, F., & Andini, T. N. (2019).
Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi). Jurnal Ilmiah Kesehatan, 18(3), 82
87. https://doi.org/10.33221/jikes.v18i3.363
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).