Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Mei 2022, 2 (5), 570-578
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v2i5.386 570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di
Negara-Negara Berpendapatan Rendah-Menengah Asia: Tinjauan
Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
Ramadhan M
Udayana University, Indonesia
dhanmahathir@gmail.com
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
03-05-2022
05-05-2022
25-05-2022
Asia memiliki angka kematian akibat penyakit kardiovaskular terbesar di
seluruh dunia, dimana hampir lebih dari 80% kematian tersebut terjadi di
negara berpenghasilan menengah ke bawah (LMIC). Masalah-masalah ini,
ditambah dengan masalah yang ada di LMIC, seperti anggaran kesehatan
yang terbatas dan akses yang tidak merata ke fasilitas kesehatan, membuat
pendekatan deteksi dini menggunakan alat canggih sulit untuk diterapkan.
Pemeriksaan fisik dengan melihat earlobe crusade (ELC), salah satu
penanda aterosklerosis, adalah jawaban dari masalah tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara ELC dan penyakit arteri
koroner yang dibuktikan dengan angiografi pada populasi Asia dengan
LMIC. Penelitian ini menggunakan protokol Preferred Reporting Items for
Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) untuk menemukan
penelitian terkait hubungan ELC dengan PJK yang dibuktikan dengan
angiografi koroner (CAD-CAG-Confirmed) pada populasi LMIC di Asia.
Berdasarkan kriteria PICO, Penelitian ini secara sistematis mencari
beberapa database ilmiah yang berbeda seperti MEDLINE, Embase,
ProQuest dan Scopus. Setelah itu, dilakukan penilaian terhadap bias dan
nilai diagnostik. Tinjauan sistematis ini menemukan enam artikel dengan
1657 sampel. Semua penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan
antara keberadaan ELC dan PJK. Nilai Diagnostik ELC untuk PJK;
sensitivitas 74% - 98% dan spesifisitas 52,5% - 91,49%. Beberapa
penelitian menggunakan multivariate regression analysis yang
menunjukkan bahwa ELC secara independen berhubungan dengan PJK.
Pemeriksaan fisik terhadap ELC adalah pendekatan yang paling ideal
untuk skrining PJK di negara-negara dengan sumber daya dan fasilitas
yang terbatas. ELC dapat diterapkan karena mudah dilakukan, lebih
murah, dan cukup efektif sebagai penanda awal terjadinya PJK.
Kata kunci: Earlobe Crease; Penyakit Jantung Koroner; Coronary
Angiography; Low-Middle Income Country
Abstract
Asia has the highest mortality rate from cardiovascular disease
worldwide, with almost more than 80% of these deaths occurring in
lower-middle income countries (LMIC). These problems, coupled with
existing problems at LMIC, such as limited health budgets and unequal
access to health facilities, make early detection approaches using
advanced tools difficult to implement. Physical examination by looking
at the earlobe crusade (ELC), a marker of atherosclerosis, is the answer
to this problem. This study aimed to investigate the association between
ELC and coronary artery disease as evidenced by angiography in an
Asian population with LMIC. This study used the Preferred Reporting
Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) protocol to
find studies regarding the association of ELC with CHD as evidenced by
coronary angiography (CAD-CAG-Confirmed) in LMIC populations in
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
571
Asia. Based on the PICO criteria, this study systematically searched
several different scientific databases such as MEDLINE, Embase,
ProQuest and Scopus. After that, an assessment of the bias and
diagnostic value was carried out. This systematic review found six
articles with a sample of 1657. All studies showed a significant
relationship between the presence of ELC and CHD. ELC Diagnostic
Value for CHD; sensitivity 74% - 98% and specificity 52.5% - 91.49%.
Several studies using multivariate regression analysis showed that ELC
was independently associated with CHD. Physical examination of the
ELC is the most ideal approach for CHD screening in countries with
limited resources and facilities. ELC can be applied because it is easy to
do, cheaper, and quite effective as an early marker of CHD.
Keywords: earlobe crease; coronary heart disease; coronary
Angiography; low-middle income country
*Correspondence Author: Ramadhan M
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular atau cardiovascular disease (CVD) masih menjadi
perhatian utama di seluruh dunia karena menyebabkan banyak kematian. Asia memiliki
tingkat kematian CVD yang lebih tinggi daripada di benua lainnya. Berdasarkan data dari
Global Burden of Disease Collaborative (GBD), pada tahun 2019, CVD menyebabkan
kematian sebanyak 10,8 juta orang di Asia (35%), lebih banyak daripada di Amerika
Serikat (AS) (23%) dan Eropa (22%), bahkan angka kematian di Asia akibat CVD lebih
tinggi dari rata-rata global (34%), dengan salah satu penyumbang kematian terbanyak
akibat CVD tersebut adalah penyakit jantung koroner (PJK) (Dong Zhao, 2021).
Meskipun angka kematian akibat CVD di Asia merupakan masalah besar, tidak
semua negara di Asia memiliki sumber daya yang memadai untuk memaksimalkan upaya
pencegahan dan diagnosis dini sesuai dengan gold standard saat ini, terutama pada negara-
negara yang berpenghasilan menengah ke bawah atau lower-middle-income countries
(LMIC) (Agyemang & van den Born, 2018).
Hal ini disebabkan berbagai faktor, antara lain terbatasnya penyediaan fasilitas
akibat dana kesehatan yang tidak mencukupi, dan sulitnya distribusi alat kesehatan,
terutama di negara kepulauan seperti Indonesia, Vietnam dan Filipina. Untuk menghadapi
tantangan di negara-negara tersebut, diperlukan pemeriksaan diagnostik dini yang dapat
dilakukan dengan biaya minimal dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
untuk deteksi dini penyakit jantung (Kahyaoglu et al., 2020).
Metode diagnostik canggih dianggap sebagai standar emas untuk diagnosis penyakit
dan prediksi prognosis. Meskipun begitu, pemeriksaan fisik masih memegang peranan
yang cukup penting terhadap deteksi penyakit dan penegakan diagnosis. Pemeriksaan fisik
dapat mendeteksi kerutan diagonal pada daun telinga atau earlobe crease (ELC), yang
merupakan salah satu tahap subklinis awal aterosklerosis (Elagha, Khaled, Gamal, Helmy,
& Kaddah, 2021).
Earlobe crease ditandai dengan adanya kerutan pada daun telinga mulai dari sudut
45 derajat dari tragus ke tepi daun telinga yang kedalamannya bervariasi. Tanda ini juga
dikenal sebagai frank’s sign (Iorgoveanu, Zaghloul, Desai, Krishnan, & Balakumaran,
2018). Dalam beberapa penelitian, ELC merupakan prediktor penyakit jantung koroner
(Więckowski, Gallina, Surdacki, & Chyrchel, 2021), penyakit cerebrovascular (Pacei,
Bersano, Brigo, Reggiani, & Nardone, 2020), dan penyakit vaskular. Sampai saat ini belum
ada kajian sistematik yang membahas hubungan ELC dengan PJK yang dibuktikan dengan
coronary angiography (CAG) pada negara Asia dengan status ekonomi LMIC, padahal
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
572
terdapat lebih dari 80% kematian akibat CVD terjadi di LMIC (Guo, Nazim, Liang, &
Yang, 2016).
Dalam penelitian ini, kami akan melihat hubungan ELC dengan PJK dan
kegunaannya sebagai alat skrining untuk diagnosis dini penyakit kardiovaskular sehingga
diharapkan dapat meminimalkan kematian terkait CVD, terutama di negara-negara Asia
berpenghasilan menengah ke bawah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini melakukan pencarian sistematis dengan mengikuti pedoman PRISMA
(Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta‑Analysis). Pencarian
dilakukan melalui MEDLINE, Embase, Scopus & ProQuest, dimana tahun terakhir
pencarian dibatasi yaitu 10 tahun terakhir (2012 hingga 2022) dan merupakan artikel
dengan bahasa inggris. Pencarian yang ditujukan pada studi observasional yang menilai
hubungan lipatan daun telinga dengan penyakit jantung koroner yang dibuktikan dengan
angiografi arteri koroner pada populasi Asia di LMIC. Kata kunci yang digunakan:
“Earlobe crease” ATAU “Frank's Sign” OR “Preauricular crease” AND “Coronary
Angiography” ATAU “coronary artery disease” ATAU” ischemic heart disease” ATAU
“coronary heart disease” OR “aterosklerosis koroner penyakit arteri”.
Pemilihan studi dilakukan setelah duplikasi telah dihapus. Kriteria inklusif pada
penelitian ini antara lain observational study yang menilai hubungan ELC dengan PJK,
dilakukan kurang dari 10 tahun yang lalu, memiliki PJK yang dibuktikan dengan coronary
angiography, penelitian dilakukan populasi Asia dengan status ekonomi LMIC. Daftar
negara dengan LMIC didapatkan dari Work Bank tahun 2021. Ekstraksi data dilakukan
berdasarkan nama penulis, tahun terbit, negara, waktu penelitian, prevalensi ELC pada
pasien PJK yang telah dilakukan coronary angiography dan karakteristik ditemukannya
ELC serta sensitivitas dan spesifisitas dari tiap penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Awal pencarian pada studi ini didapatkan sebanyak 576 artikel, yang didapatkan
melalui MEDLINE, Embase, Scopus dan ProQuest dan 6 artikel didapatkan melalui daftar
referensi. Selanjutnya penulis melakukan eksklusi terhadap 109 artikel karena duplikasi
sehingga menyisakan 467 artikel. Kemudian setelah melakukan screening pada artikel dari
judul dan abstrak, sebanyak 408 artikel dieksklusi. Artikel yang dihapus tersebut antara
lain; tidak menggunakan bahasa inggris, penelitian lebih dari 10 tahun yang lalu, bukan
merupakan penelitian observasional serta tidak membahas hubungan antara ELC dan PJK.
Tahap selanjutnya dilakukan penilaian kelayakan terhadap 39 artikel yang tersisa
dengan membaca artikel secara lengkap, Kriteria artikel yang dieksklusi pada tahap ini
antara lain; yang tidak menggunakan coronary angiography sebagai gold standard
diagnosis PJK, penelitian yang dilakukan di luar regio LMIC di Asia, merupakan studi post
mortem atau nekropsi , tidak mendeskripsikan metode penelitian dengan jelas, atau pada
populasi yang sudah memiliki kondisi penyakit tertentu diluar faktor risiko tradisional
seperti CKD terkait pasien hemodialisis (Afsar, Turkmen, Covic, & Kanbay, 2014). Hasil
dari tahapan-tahapan diatas menyisakan 6 artikel (2 case control study dan 4 cross sectional
study) yang dilakukan preview pada penelitian ini.
Sonders T. Frank, Seorang dokter Amerika, menemukan untuk pertama kalinya ELC
pada tahun 1973. ELC atau Frank’s sign adalah kerutan atau lipatan diagonal pada lapisan
daun telinga dari tragus ke tepi posteroinferior daun telinga pada sudut 45 derajat
(Hamonangan, Huspa, & Afrianti, n.d.). Beberapa penelitian mendefinisikan ELC sebagai
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
573
lipatan diagonal panjang lebih dari satu milimeter yang menghubungkan tragus ke tepi daun
telinga, mencapai setidaknya dua pertiga dari panjang daun telinga dan pada sudut sekitar
45 derajat (Hamonangan et al., n.d.). Beberapa penelitian juga mengklasifikasikan ELC
berdasarkan lateralitas dan berdasarkan jenis ELC. Berdasarkan lateralitas dibagi menjadi
unilateral dan bilateral ELC. Berdasarkan levelnya, level 1 sebagai kerutan kecil pada daun
telinga, level 2a sebagai lipatan superfisial di daun telinga, level 2b sebagai lipatan lebih
dari setengah panjang daun telinga, dan level 3 sebagai lipatan dalam. sepanjang daun
(Hamonangan et al., n.d.)
Beberapa teori menghubungkan pembentukan kerutan pada daun telinga dengan
peningkatan risiko PJK. Teori pertama adalah penuaan, yang menyebabkan kerutan pada
daun telinga lebih sering terjadi pada orang tua; Usia tua juga merupakan faktor risiko PJK
(Rodgers et al., 2019). Pada penelitian ini ditemukan bahwa ELC lebih dominan terlihat
pada usia tua yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Misra et al dan Kamal et al (Kamal
et al., 2017). Teori kedua adalah bahwa terdapat latar belakang genetik yang sama pada
ELC dan penyakit jantung iskemik. Sebuah teori lebih lanjut mengusulkan mengenai latar
belakang genetik yang sama dari ELC dan PJK atau aterosklerosis dimana ditemukan
melalui keberadaan human leukocyte antigen B-27, the CF-3 atherosclerosis gene dan
chromosome 11. Teori ketiga menghubungkan antara adanya kesamaan persarafan jantung
dan daun telinga karena sama sama melalui saraf vagus (Rodríguez-López et al., 2015).
Teori keempat berhubungan dengan suplai darah oleh arteri di daun telinga, yang
tidak memiliki arteri terminal sehingga membuat daun telinga lebih cepat terbentuk kerutan
seiring usia (Korkmaz et al., 2014). Teori kelima adalah bahwa ELC menunjukkan telah
terjadinya penyakit mikrovaskular, dengan hilangnya atau degenerasi serat elastis yang
pecah, seperti yang ditemukan pada biopsi daun telinga pada pasien penyakit jantung
koroner (Shimizu & Harada, 2020). Teori keenam yaitu berhubungan dengan adanya
perubahan anatomi yang terjadi pada pasien dengan penyakit jantung, yang dapat
menunjukkan bentuk berbaring dan tidur tertentu, menyebabkan tekanan pada daun telinga.
Teori lain, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pria di Asia dengan ELC
menunjukkan bahwa pasien tersebut memiliki telomere yang lebih pendek daripada
populasi keseluruhan, menunjukkan penuaan yang lebih cepat dan aterosklerosis (Higuchi
et al., 2009).
Pada tahun 2020, terdapat penelitian yang menyelidiki daun telinga dan jantung
dalam studi otopsi. Pemeriksaan histopatologi daun telinga pada pasien dengan ELC
menunjukkan mioelastofibrosis pada pembuluh arteri yang terletak di dasar daun telinga,
fibrosis, dan degenerasi mirip Wallerian dengan terdapatnya eosinofilik pada saraf perifer.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa telah terjadi cedera hipoksia-reoksigenasi kronis
karena aterosklerosis. Selain itu, penelitian ini juga menunjukan terjadinya peningkatan
berat jantung dan ketebalan ventrikel kiri dan kanan pada pasien dengan ELC, dan tidak
ada perbedaan usia antara kelompok. Studi ini mendukung hipotesis bahwa ELC bukanlah
temuan acak tetapi terkait langsung dengan aterosklerosis (Stoyanov, Dzhenkov, Petkova,
Sapundzhiev, & Georgiev, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa frank sign dapat terlihat
pada penderita aterosklerosis pada pembuluh darah manapun, tidak hanya pada pembuluh
jantung.
ELC pada 190 dari 241 pasien rawat inap dengan stroke akut (78,8 persen) (Nazzal,
Hijazi, Khalila, & Blum, 2017). Ada tanda-tanda nyata pada 112 pasien (73%) dengan
serangan iskemik transien (TIA) dan 78 pasien (88%) dengan kecelakaan serebrovaskular
(CVA), dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (P<0,01). Selain itu, penelitian
ini juga menemukan bahwa dari semua pasien yang mengalami stroke akut, 66 pasien juga
memiliki riwayat infark miokard sebelumnya. ELC ditemukan pada 59 pasien (89,3%)
yang memiliki kedua penyakit dengan penyebab yang mendasari aterosklerosis. Studi ini
menunjukkan bahwa pasien yang memiliki faktor risiko kardiovaskular klasik dan juga
memiliki ELC memiliki insiden CVD yang lebih tinggi (Nazzal et al., 2017).
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
574
Pada penelitian ini menunjukan nilai sensitivitas dan spesifisitas ELC untuk
mendeteksi CAD yang bervariasi. Sensitivitas yang didapatkan pada penelitian ini antara
74% - 98% sementara spesifisitas antara 52,5% - 91,49%. Dimana pada penelitian yang
dilakukan Sharma dkk, memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas tertinggi (Sharma,
Pulimood, Peter, & George, 2018). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wieckowski dkk yang menilai diagnosis ELC untuk CAD (Więckowski et al., 2021).
Menggunakan analisis sistematis terhadap 13 studi cross-sectional yang melibatkan 3951
peserta dengan tujuan menganalisis akurasi diagnostik ELC untuk mendiagnosis sindrom
koroner kronis pada orang dewasa. Menurut penyelidikan ini, sensitivitas ELC bervariasi
dari 26% hingga 90%, dan spesifisitasnya berkisar antara 32% hingga 96%. Rasio
kemungkinan positif berkisar antara 1,11 dan 7,03, sedangkan rasio kemungkinan negatif
berkisar antara 0,84 dan 0,30 (Więckowski et al., 2021). Karena hasil studi ini, kita dapat
berasumsi bahwa ELC tidak dapat diterapkan sebagai alat diagnostik utama untuk sindrom
koroner kronis atau sebagai penentu terapeutik tetapi dapat digunakan sebagai pendekatan
skrining PJK.
Tabel 2. Nilai diagnostik ELC CAD-CAG Dikonfirmasi di LMIC Asia.
Author
ears
Sensitivitas (%)
Kamal et al.
017
76
Sharma et al.
018
98.69
Ramdurg et al.
018
90
Misra et al.
020
74
Mortalitas akibat CVD terbanyak terjadi pada negara dengan LMIC (Hou et al.,
2015). Pada penelitian ini seluruh artikel menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara ELC dengan CAD yang dibuktikan dengan CAG pada populasi asia di
regio LMIC (Shmilovich et al., 2014). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh di benua lain (Amerika) dan penelitian yang dilakukan pada negara dengan
penghasilan tinggi (China) (Wang et al., 2016).
Hasil lain dari penelitian ini juga didapatkan beberapa penelitian yang melakukan
multivariate regression analysis yang menunjukan hasil adanya hubungan independent
yang signifikan terhadap ELC dengan CAD (Kamal et al., 2017) (Sharma et al., 2018). Hal
ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wang Y. et al. di Nanjing, Cina
menunjukkan bahwa ELC merupakan faktor risiko independen untuk PJK (OR, 4,861; 95
persen CI 3,093 hingga 7,642, p = 0,000) (Wang et al., 2016).
Angiografi koroner merupakan standar emas untuk mengidentifikasi adanya
aterosklerosis pada arteri koroner (Elagha et al., 2021). Sebuah studi pada 558 orang
dewasa yang menjalani angiografi koroner menunjukkan bahwa ELC ditemukan pada
88,6% pasien PJK (n=345) (Wang et al., 2016). Sementara itu, pada penelitian ini
didapatkan rata-rata prevalensi pasien dengan CAD-CAG confirmed yang memiliki ELC
sebanyak 67.52%.
Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di Asia Tenggara. Data
Pemerintah Indonesia, Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS) tahun 2013,
menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner di tanah air berdasarkan self-reported
atau wawancara dokter hanya 0,5 persen (Anand, Bradshaw, & Prabhakaran, 2020).
Sedangkan pada tahun yang sama, berdasarkan data World Health Organization (WHO),
jumlah kematian akibat PJK di Indonesia adalah 85,54 kematian per 100.000 penduduk
(Khariri & Saraswati, 2021); ini menggambarkan kesenjangan yang besar antara pasien
yang berhasil didiagnosis dan mereka yang meninggal akibat komplikasi PJK. Oleh karena
itu, pemeriksaan ELC diharapkan sangat berguna sebagai skrining awal untuk mencegah
mortalitas dan morbiditas PJK (Thilo et al., 2021).
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
575
Penelitian kasus-kontrol yang dilakukan oleh Fuzairi JA et al. pada 45 pasien PJK di
Departemen Pusat Kardiovaskular dan Otak Prof. Dr. RD Kandou Manado menemukan
hubungan yang sangat signifikan antara ELC dan penyakit jantung koroner (dengan p <
0,001). Dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 8,9 (95 persen CI: 3,4 23,3); hal ini
menunjukkan bahwa penderita ELC memiliki risiko 8,9 kali lebih besar terkena penyakit
jantung koroner dibandingkan mereka yang tidak ELC (Fuzairi, Djafar, & Panda, 2016).
Studi lain di LMIC di Asia dengan ukuran sampel yang lebih besar menemukan
kesimpulan yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Misra et al. pada 780 pasien dengan
PJK. Hal ini menunjukkan bahwa 74% (n=580) dari total sampel memiliki ELC, dengan
nilai OR 4,22 [95% confidence interval (CI): 3,18-5,61], P <0,0001). Selanjutnya, pasien
dengan ELC memiliki OR: 5,03 [95% CI: 3,61-6,90], P <0,0001) untuk terjadinya penyakit
multivessel (MVD) dibandingkan mereka yang tidak ELC (Mishra et al., 2020).
Hal ini selanjutnya dikuatkan oleh Hou et al. yang dilakukan pada negara dengan
status ekonomi tinggi yang menilai efek gabungan ELC dan risiko kardiovaskular
tradisional lainnya pada 956 pasien yang menjalani angiografi koroner di Cina. Temuan
penelitian ini mengungkapkan bahwa individu dengan DELC dan empat faktor risiko
tradisional lainnya memiliki peluang yang meningkat secara signifikan terhadap terjadinya
stenosis koroner yang lebih parah dan Gensini yang lebih tinggi. Selain itu, penelitian ini
menunjukkan bahwa individu dengan ELC dan empat faktor risiko tradisional untuk PJK
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kejadian kardiovaskular utama yang
merugikan (Hou et al., 2015).
KESIMPULAN
Benua Asia, penyakit jantung koroner merupakan masalah serius yang harus
dipecahkan, memerlukan solusi komprehensif dan tindakan pencegahan yang cepat untuk
meminimalkan kematian dan kesakitan. ELC adalah pendekatan ideal untuk skrining PJK
di negara-negara dengan sumber daya dan fasilitas terbatas, seperti negara-negara LMIC.
Meskipun mekanisme antara keberadaan ELC dan kejadian PJK secara pasti belum
dijelaskan, namun beberapa penelitian telah melaporkan hubungan yang signifikan antara
ELC dan PJK. ELC dapat diterapkan karena lebih murah, mudah, dan efektif sebagai
pendekatan skrining PJK. Oleh karena itu, diharapkan negara-negara khususnya di Asia
dengan status LMIC untuk berfokus pada pemeriksaan fisik ini sebagai bagian dari upaya
untuk menurunkan prevalensi PJK dan berpotensi menyelamatkan lebih banyak nyawa di
negara-negara LMIC.
BIBLIOGRAFI
Afsar, B., Turkmen, K., Covic, A., & Kanbay, M. (2014). An Update on Coronary Artery
Disease and Chronic Kidney Disease. International Journal of Nephrology, 2014.
https://doi.org/10.1155/2014/767424
Agyemang, C., & van den Born, B. J. (2018). Limited access to CVD medicines in low-
income and middle-income countries: poverty is at the heart of the matter. The
Lancet Global Health, 6(3), e234e235. https://doi.org/10.1016/S2214-
109X(18)30048-2
Anand, S., Bradshaw, C., & Prabhakaran, D. (2020). Prevention and management of CVD
in LMICs: Why do ethnicity, culture, and context matter? BMC Medicine, 18(1), 1
5. https://doi.org/10.1186/S12916-019-1480-9/TABLES/1
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
576
Bowry, A. D. K., Lewey, J., Dugani, S. B., & Choudhry, N. K. (2015). The Burden of
Cardiovascular Disease in Low- and Middle-Income Countries: Epidemiology and
Management. The Canadian Journal of Cardiology, 31(9), 11511159.
https://doi.org/10.1016/J.CJCA.2015.06.028
Dong Zhao, M. P. (2021). Epidemiological Features of Cardiovascular Disease in Asia.
JACC: Asia, 1(1), 113. https://doi.org/10.1016/J.JACASI.2021.04.007
Elagha, A., Khaled, W., Gamal, S., Helmy, M., & Kaddah, A. (2021). Coronary computed
tomography versus coronary angiography for preoperative coronary assessment
before valve surgery. Egyptian Heart Journal, 73(1), 110.
https://doi.org/10.1186/S43044-021-00180-7/FIGURES/3
Elawad, O. A. M. A., & Albashir, A. A. D. (2021). ‘Frank’s sign: dermatological marker
for coronary artery disease. Oxford Medical Case Reports, 2021(9), 367368.
https://doi.org/10.1093/OMCR/OMAB089
Fuzairi, J. A., Djafar, D. U., Panda, A. L., Skripsi, K., Kedokteran, F., Sam, U., Manado,
R., Kardiologi, B., & Vaskular, K. (2016). Hubungan ear lobe crease dengan
penyakit jantung koroner. E-CliniC, 4(1). https://doi.org/10.35790/ECL.V4I1.10833
Hamonangan, J. R., Huspa, F. A., & Afrianti, R. (2021). Earlobe crease as a marker of
coronary heart disease: a systematic review. Journal of the Medical Sciences
(Berkala Ilmu Kedokteran), 53(4), 385397.
https://doi.org/10.19106/JMEDSCI005304202108
Higuchi, Y., Maeda, T., Guan, J. Z., Oyama, J., Sugano, M., & Makino, N. (2009).
Diagonal earlobe crease are associated with shorter telomere in male Japanese
patients with metabolic syndrome. Circulation Journal : Official Journal of the
Japanese Circulation Society, 73(2), 274279. https://doi.org/10.1253/CIRCJ.CJ-
08-0267
Hou, X., Jiang, Y., Wang, N., Shen, Y., Wang, X., Zhong, Y., Xu, P., & Zhou, L. (2015).
The Combined Effect of Ear Lobe Crease and Conventional Risk Factor in the
Diagnosis of Angiographically Diagnosed Coronary Artery Disease and the Short-
Term Prognosis in Patients Who Underwent Coronary Stents. Medicine, 94(26).
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000000815
Iorgoveanu, C., Zaghloul, A., Desai, A., Krishnan, A. M., & Balakumaran, K. (2018).
Bilateral Earlobe Crease as a Marker of Premature Coronary Artery Disease. Cureus,
10(5). https://doi.org/10.7759/CUREUS.2616
Kahyaoglu, M., Gecmen, C., Candan, O., Gucun, M., Karaduman, A., Guner, A., Cakmak,
E. O., Bayam, E., Yilmaz, Y., Celik, M., & Izgi, I. A. (2020). Presence of ear lobe
crease may predict intermediate and high-risk patients with acute non-ST elevation
acute coronary syndrome. Journal of Cardiovascular and Thoracic Research, 12(3),
172. https://doi.org/10.34172/JCVTR.2020.30
Kamal, R., Kausar, K., Qavi, A. H., Minto, M. H., Ilyas, F., Assad, S., & Shah, S. U. (2017).
Diagonal Earlobe Crease as a Significant Marker for Coronary Artery Disease: A
Case-control Study. Cureus, 9(2). https://doi.org/10.7759/CUREUS.1013
Korkmaz, L., Aǧaç, M. T., Acar, Z., Erkan, H., Gurbak, I., Kurt, I. H., Bektas, H., Pelit, E.,
Korkmaz, A. A., & Çelik, Ş. (2014b). Earlobe crease may provide predictive
information on asymptomatic peripheral arterial disease in patients clinically free of
atherosclerotic vascular Disease. Angiology, 65(4), 303307.
https://doi.org/10.1177/0003319713479651
Mishra, V., Khanra, D., Himanshu, K., Jain, B., Tripathi, S., Aggarwal, P., Soni, S., Reddy,
N. K. K., Singla, R., Mishra, M., & Sinha, S. K. (2020). Correlation between earlobe
crease and coronary artery disease in Indian population- A multicentre experience.
Journal of Clinical and Preventive Cardiology, 9(2), 67.
https://doi.org/10.4103/JCPC.JCPC_10_20
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
577
Nazzal, S., Hijazi, B., Khalila, L., & Blum, A. (2017). Diagonal Earlobe Crease (Frank’s
Sign): A Predictor of Cerebral Vascular Events. The American Journal of Medicine,
130(11), 1324.e1-1324.e5. https://doi.org/10.1016/J.AMJMED.2017.03.059
Pacei, F., Bersano, A., Brigo, F., Reggiani, S., & Nardone, R. (2020). Diagonal earlobe
crease (Frank’s sign) and increased risk of cerebrovascular diseases: review of the
literature and implications for clinical practice. Neurological Sciences, 41(2), 257
262. https://doi.org/10.1007/S10072-019-04080-2
Peiris, D., Ghosh, A., Manne-Goehler, J., Jaacks, L. M., Theilmann, M., Marcus, M. E., ...
& Geldsetzer, P. (2021). Cardiovascular disease risk profile and management
practices in 45 low-income and middle-income countries: A cross-sectional study of
nationally representative individual-level survey data. PLoS medicine, 18(3),
e1003485.
Geldsetzer, P. (2021). Cardiovascular disease risk profile and management practices in 45
low-income and middle-income countries: A cross-sectional study of nationally
representative individual-level survey data. PLOS Medicine, 18(3), e1003485.
https://doi.org/10.1371/JOURNAL.PMED.1003485
PW, S. (2002). Popping the (PICO) question in research and evidence-based practice.
Applied Nursing Research : ANR, 15(3), 197198.
https://doi.org/10.1053/APNR.2002.34181
Rattanavipapong, W., Luz, A. C. G., Kumluang, S., Kusumawardani, N., Teerawattananon,
Y., Indriani, D., Primastuti, P. A., Rivai, L. B., Idaiani, S., Adhie, U.,
Anothaisintawee, T., Chootipongchaivat, S., Teerawattananon, K., Paliwal, P., &
Singh, D. (2016). One step back, two steps forward: An economic evaluation of the
PEN program in Indonesia. Health Systems and Reform, 2(1), 8498.
https://doi.org/10.1080/23288604.2015.1124168/SUPPL_FILE/KHSR_A_112416
8_SM7105.ZIP
Rodgers, J. L., Jones, J., Bolleddu, S. I., Vanthenapalli, S., Rodgers, L. E., Shah, K., Karia,
K., & Panguluri, S. K. (2019). Cardiovascular Risks Associated with Gender and
Aging. Journal of Cardiovascular Development and Disease, 6(2).
https://doi.org/10.3390/JCDD6020019
Rodríguez-López, C., Garlito-Díaz, H., Madroñero-Mariscal, R., Sánchez-Cervilla, P. J.,
Graciani, A., López-Sendón, J. L., & López-De-Sá, E. (2015). Earlobe crease shapes
and cardiovascular events. The American Journal of Cardiology, 116(2), 286293.
https://doi.org/10.1016/J.AMJCARD.2015.04.023
Roth, G. A., Mensah, G. A., Johnson, C. O., Addolorato, G., Ammirati, E., Baddour, L. M.,
Barengo, N. C., Beaton, A., Benjamin, E. J., Benziger, C. P., Bonny, A., Brauer, M.,
Brodmann, M., Cahill, T. J., Carapetis, J. R., Catapano, A. L., Chugh, S., Cooper, L.
T., Coresh, J., … Fuster, V. (2020). Global Burden of Cardiovascular Diseases and
Risk Factors, 19902019: Update From the GBD 2019 Study. Journal of the
American College of Cardiology, 76(25), 29823021.
https://doi.org/10.1016/J.JACC.2020.11.010
Sharma R.K., Pulimood S., Peter D., & George L. (2018). Association of The Cutaneous
Markers With Coronary Artery Disease: A Case Control Study. Indian Journal of
Clinical Dermatology, 01(01), 0611.
Shimizu, T., & Harada, Y. (2019). Preauricular Vertical Creases. Internal Medicine,
58(20), 3067. https://doi.org/10.2169/INTERNALMEDICINE.2606-19
Shmilovich, H., Cheng, V. Y., Rajani, R., Dey, D., Tamarappoo, B. K., Nakazato, R.,
Smith, T. W., Otaki, Y., Nakanishi, R., Gransar, H., Paz, W., Pimentel, R. T., Hayes,
S. W., Friedman, J. D., Thomson, L. E. J., & Berman, D. S. (2012). Relation of
diagonal ear lobe crease to the presence, extent, and severity of coronary artery
disease determined by coronary computed tomography angiography. The American
Journal of Cardiology, 109(9), 12831287.
https://doi.org/10.1016/J.AMJCARD.2011.12.024
Ramdhan M/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 559-570
Earlobe Crusade Sebagai Skrining Bermanfaat Untuk Infark Myocardial di Negara-Negara Berpendapatan
Rendah-Menengah Asia: Tinjauan Sistematik dan Implikasinya Bagi Praktik Klinis Membawa Hubungan
Tentang Telinga dan Hati
578
Stoyanov, G. S., Dzhenkov, D., Petkova, L., Sapundzhiev, N., & Georgiev, S. (2021). The
Histological Basis of Frank’s Sign. Head and Neck Pathology, 15(2), 402407.
https://doi.org/10.1007/S12105-020-01205-4
Thilo, C., Meisinger, C., Heier, M., von Scheidt, W., & Kirchberger, I. (2021). Diagonal
earlobe crease and long-term survival after myocardial infarction. BMC
Cardiovascular Disorders, 21(1). https://doi.org/10.1186/S12872-021-02425-4
Wang, Y., Mao, L. H., Jia, E. Z., Li, Z. Y., Ding, X. Q., Ge, P. C., Liu, Z., Zhu, T. B.,
Wang, L. S., Li, C. J., Ma, W. Z., & Yang, Z. J. (2016). Relationship between
diagonal earlobe creases and coronary artery disease as determined via angiography.
BMJ Open, 6(2). https://doi.org/10.1136/BMJOPEN-2015-008558
WHO. (2010). World Health Statistics 2010. World Health Organization.
Więckowski, K., Gallina, T., Surdacki, A., & Chyrchel, B. (2021a). Diagonal earlobe
crease (Frank’s sign) for diagnosis of coronary artery disease: A systematic review
of diagnostic test accuracy studies. Journal of Clinical Medicine, 10(13).
https://doi.org/10.3390/JCM10132799/S1
Więckowski, K., Gallina, T., Surdacki, A., & Chyrchel, B. (2021b). Diagonal Earlobe
Crease (Frank’s Sign) for Diagnosis of Coronary Artery Disease: A Systematic
Review of Diagnostic Test Accuracy Studies. Journal of Clinical Medicine, 10(13).
https://doi.org/10.3390/JCM10132799
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).