Kusno Haryanto, Liska Marlinda Sari /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 530-538
Analisa Pemberian Azitromicin Sebagai Obat COVID-19 pada Pasien Terkonformasi Positif di Indonesia
532
kemudian hari pasien COVID-19 terinfeksi oleh bakteri, maka tidak ada lagi antibiotik
yang efektif mengatasinya (Nursofwa et al., 2020).
Pemberian antibiotik kepada pasien corona dilakukan apabila dokter merasa perlu
karena pasien tersebut terinfeksi oleh bakteri tertentu (Ambarwati, 2018). Misalnya, pasien
virus COVID-19 yang terkena pneumonia bakteri. Pada kasus seperti ini, antibiotik dapat
membantu mengatasi infeksi bakteri pasien. Artinya tidak semua pasien corona dapat serta
merta diberikan antibiotik jika tidak terindikasi adanya penyakit lain yang disebabkan oleh
bakteri (Katuuk et al., 2022).
Salah satu jenis antibiotik yang beredar di pasaran adalah Azitromycin yang biasa
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, seperti infeksi telinga tengah, radang
tenggorokan, dan radang paru-paru. Dokter di Indonesia memang ada yang meresepkan
Azitromycin untuk pasien COVID-19 namun obat tersebut bukan bertindak sebagai
antibiotik (Ketaren, 2018).
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban
mengingatkan efek jangka panjang obat Azitromycin yang diberikan kepada pasien positif
virus corona (COVID-19) dengan gejala ringan. Zubairi menyebut pemberian Azitromycin
dengan dosis tak tepat bisa menimbulkan efek jangka panjang. Menurutnya, Azitromycin
sejatinya diberikan kepada pasien dengan kecurigaan ko-infeksi dan mikroorganisme
maupun bakteri. Sementara COVID-19 merupakan virus dan bukan bakteri. Dampak
jangka panjang pemberian Azithromycin suatu saat nanti jika ada bakteri yang muncul,
bakterinya tidak lagi mempan terhadap berbagai antibiotik termasuk Azitromycin
(Mujianti, 2021).
Adanya informasi pemberian antibiotik terhadap pasien corona sangat
dimungkinkan berasal dari pengalaman pasien-pasien yang telah dinyatakan sembuh
setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Informasi tersebut kemudian diceritakan pada
keluarga pasien, teman, lingkungan sekitar yang kemudian di posting melalui akun-akun
media sosial, sehingga semakin beredar luas di masyarakat. Kondisi seperti ini apabila tidak
diklarifikasi dengan bijak akan berdampak pada kecenderungan masyarakat yang
merasakan gejala terinfeksi COVID-19 enggan untuk memeriksakan diri ke pusat layanan
kesehatan, mereka merasa lebih baik untuk mencoba “resep” yang diperolehnya dari media
sosial tanpa memilahnya lagi. Jika demikian yang terjadi, maka jumlah orang yang
terinfeksi COVID-19 di Indonesia bisa jadi lebih tinggi dari yang dilaporkan secara resmi
oleh satgas COVID-19 (Sukri Palutturi et al., 2020).
Azitromycin saat ini banyak tersedia di apotek-apotek seperti halnya di daerah
Jakarta. Sangat dimungkinkan untuk menaikkan omzet penjualan para apoteker hanya
sebatas menjual obat tersebut tanpa melakukan edukasi kepada konsumen (Priaji, 2018).
Seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk apoteker untuk mengawasi
tersebarnya Azitromycin di kalangan masyarakat. Jangan sampai tanggung jawab tersebut
hanya diserahkan kepada kalangan medis atau pemerintah, bagaimanapun apoteker
merupakan bagian tidak terpisahkan dari dunia medis. Kepedulian para apoteker menjadi
mata rantai yang penting dalam penanganan COVID-19 tanpa harus mengorbankan
kesehatan para pengguna Azitromycin.
Sangat diperlukan edukasi dan keterbukaan dari semua pihak yang bersentuhan
langsung dengan penanganan COVID-19. Memutus mata rantai penyebaran COVID-19
bukan hanya melalui social distancing, memakai masker dan mencuci tangan, namun
membekali masyarakat dengan pengetahuan tentang penanganan dan penggunaan obat
yang diperlukan (Azitromycin) seharusnya menjadi strategi yang perlu dipertimbangkan
(Adni, 2021). Persepsi yang salah kaprah di masyarakat tentang penggunaan antibiotik
tertentu dalam proses penyembuhan COVID-19 akan menjadi faktor semakin panjangnya
waktu untuk mengakhiri wabah ini.
Langkah awal untuk mengatasi maraknya penjualan Azitromycin yang disinyalir
telah dijual bebas dikalangan masyarakat adalah dengan melakukan survey penyebaran
Azitromycin di apotek-apotek yang berada di DKI Jakarta yang menjadi salah satu daerah