Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, April 2022, 2 (4), 491-496
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v2i4.363 491
Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Typhoid Fever Pada Rekam Medis
Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Karawang Tahun 2020
Deta Nurfena1, Laela Indawati2, Deasy Rosmala Dewi3, Puteri Fannya4
Universitas Esa Unggul Jakarta, Indonesia1, 2, 3, 4
nurfenadeta@student.esaunggul.ac.id1, rosmaladewide[email protected]aunggul.ac.id2,
fannyaputeri@student.esaunggul.ac.id3
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
01-01-2021
08-04-2022
25-04-2022
Rekam medis merupakan arsip yang berisi catatan serta dokumen
berkenaan dengan identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
serta pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam hal ini
salah satu pelayanan yang disediakan yaitu manajemen dokumen rekam
medis pasien yang memuat pengodean diagnosis serta tindakan yang
diberikan pada pasien. Pelaksanaan diagnosis penyakit kedalam
pengodean diagnosis penyakit yang kemudian diklasifikasikan kedalam
beberapa kelompok untuk kepentingan laporan merupakan agenda
penting yang dilakukan oleh Rumah Sakit setiap bulanya. baik untuk
laporan internal maupun laporan eksternal serta berperan penting dalam
sistem pembiayaan pada Rumah Sakit itu sendiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keakuratan kode diagnosis typhoid fever pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit Islam Karawang. Metodologi penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, populasi
nya sejumlah 200 rekam medis pasien kasus typhoid fever pada tahun
2020, dengan total sampel sebanyak 67 sampel. Teknik pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling. Cara pengumpulan data
dilakukan dengan observasi secara langsung. Ketepatan kode yang
didapat sebesar 31 (46%) kode yang tepat dan 36 (54%) kode yang tidak
tepat, ketidaktepatan kode disebabkan oleh tenaga profesi rekam medis
yang bertugas dibagian koding masih belum fokus dan tidak teliti pada
hasil laboratorium untuk menentukan hasil kodefikasi yang tepat dan
hanya mengkode titer H, sedangkan dalam penetapan diagnosis typhoid
fever dilihat dari titer O. Saran untuk pengodean diagnosis yang
dilakukan di Rumah Sakit Islam Karawang diharapkan agar pengodean
yang dilakukan tepat sesuai dengan diagnosis, anamnase, dan hasil
laboratorium.
Kata kunci: Ketepatan kode, Typhoid fever, Ketepatan koding, rekam
medis
Abstract
Medical record is a file containing records and documents regarding
patient identity, examination, treatment, actions and other services that
have been provided to patients. where one of the services provided is the
management of patient medical record documents that contain coding of
diagnoses and actions given to patients. The implementation of coding
disease diagnoses in hospitals is a very important activity, namely by
classifying disease diagnoses into several groups for the benefit of
reports that the hospital does every month, both for internal reports and
external reports and plays an important role in the financing system at
the hospital itself. The purpose of this study was to determine the
accuracy of the diagnosis code for typhoid fever in inpatients at the
Karawang Islamic Hospital. The research methodology was carried out
using quantitative descriptive methods, the population was 200 medical
records of typhoid fever patients in 2020, with a total sample of 67
samples. The sampling technique used is simple random sampling. How
to collect data is done by direct observation. The accuracy of the code
Deta Nurfena, Laela Indawati, Deasy Rosmala Dewi, Puteri Fannya /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4),
491-496
Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Typhoid Fever pada Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Islam
Karawang Tahun 2020
492
obtained is 31 (46%) correct codes and 36 (54%) incorrect codes, the
inaccuracy of the code is caused by the medical record professional staff
in charge of the coding section who are still not focused and not careful
with laboratory results to determine the results of the coding. It is correct
and only codes for the H titer, while in determining the diagnosis of
typhoid fever, it is seen from the O titer. Suggestions for coding the
diagnosis carried out at the Karawang Islamic Hospital are expected that
the coding is carried out correctly according to the diagnosis, history,
and laboratory results.
Keywords: Accuracy code, typhoid fever, coding accuracy, medical
record
*Correspondence Author: Deta Nurfena
PENDAHULUAN
Rekam medis adalah Arsip yang berisi catatan dan dokumen yang berkaitan dengan
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan
kepada pasien, salah satunya adalah pengelolaan dokumen rekam medis yang berisi kode
diagnosis dan tindakan yang diberikan kepada pasien. (Kemenkes RI, 2008).
Proses pengodean diagnosis pasien di rumah sakit merujuk pada buku ICD-10
(International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems Tenth
Revision) yang pemberlakuannya dilaksanakan semenjak diterbitkannya Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50/MENKES/SK/I/1998 tentang klasifikasi
statistik internasional mengenai penyakit (Pemerintah Indonesia, 2008).
Demam tifoid (typoid fever) adalah penyakit infeksi sistemik akut yang menyerang
sistem retikuloendotelial, kelenjar getah bening gastrointestinal, dan kandung empedu.
Penyebab utama penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhi serotipe (S. typhi), yang dapat
ditularkan secara oral melalui feses. Demam tifoid adalah penyebab utama kematian dan
kesakitan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Melarosa et al., 2019).
Keakuratan kode diagnosis utama pada rekam medis mendapat pengaruh terhadap
sejumlah hal salah satunya ialah anamnase, hasil pemeriksaan laboratorium serta diagnosis
utama (Nurhaidah et al., 2016). Dimana hal tersevut mengharuskan petugas koding supaya
berkemampuan guna membaca diagnosis dengan benar, memahami terminologi medis,
serta Menjalin komunikasi yang efektif dan efisien dengan berbagai pihak, terutama dokter
yang bertanggung jawab terhadap pasien dan staf laboratorium yang mendukung
pemeriksaan.
Pencatatan yang spesifik akan mempermudah personel koding dalam memberikan
kode diagnosis, Memfasilitasi petugas analisis(analising) dan pelaporan (reporting) dalam
membuat laporan pernyataan ulang penyakit untuk digunakan sebagai bahan dasar
pengelompokan CBG (cased based groups). sistem penagihan untuk pembayaran biaya
layanan, pengindeksan catatan dan tindakan penyakit fasilitas medis, dan meningkatkan
akses manajemen rumah sakit ke informasi membuat keputusan yang terinformasi. benar.
Rincian informasi yang dibutuhkan menurut ICD-10 dapat berupa penyakit akut/kronis,
detail lokasi anatomis, stadium penyakit atau komplikasi atau penyakit penyerta. Penulisan
diagnosis yang tidak spesifik seringkali menyulitkan pembuat kode untuk memilih kode
penyakit yang benar dan menyebabkan kesalahan pengkodean. salah kode)(Melin Novita,
2016). Berlandaskan World Health Organization (WHO) setidaknya terdapat 17 juta
kasus typhoid fever di seluruh dunia pada tahun 2016. Sementara menurut data survey
Deta Nurfena, Laela Indawati, Deasy Rosmala Dewi, Puteri Fannya /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4),
491-496
Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Typhoid Fever pada Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Islam
Karawang Tahun 2020
493
terbaru, diperkirakan terdapat 600 ribu - 1,3 juta kasus tiap tahunnya dengan angka
kematian mencapai lebih dari 20.000 kasus. Rata-rata orang Indonesia yang berusia 3-19
tahun terhadap kasus typhoid sebanyak 91% (WHO, 2016).
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi Rahmat, prevalensi typhoid
fever di negara Indonesia tercatat sebesar 1,60%, dengan kelompok usia 514 tahun
menjadi kelompok pengidap yang paling tinggi, hal tersebut terjadi lantaran minimnya
perhatian yang diberikan anak pada kebersihan dirinya serta terbiasa membeli jajan
sembarangan yang secara mendasar bisa menjadi sebab penularan penyakit TF. Prevalensi
berdasarkan tempat tinggal di perkotaan kasusnya lebih sedikit dibanding di pedesaan
(Wahyudi Rahmat, 2019).
Hal itu sesuai berdasarkan penelitian oleh Imelia Risa yang didapat hasil angka
kasus demam tifoid paling tinggi pada masa kanak-kanak, yaitu dalam usia 610 tahun
lantaran pada usia tersebut anak banyak beraktivitas fisi dan tidak memperhatikan pola
makannya, hal tersebut mengakibatkan anak bertendensi guna makan di luar rumah ataupun
makan di tempat lain, Bakteri salmonella typhi tentu kerap berkembang biang khususnya
dalam makanan yang kebersihanya kurang terjaga (Imelia Risa et al., 2019).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Septina Multisari, Hasil penelitian
memperlihatkan bahwasannya pelaksanaan pengodean Diagnosis utama demam tifoid
dibuat sesuai dengan prosedur rumah sakit yang didukung oleh pedoman ICD-10. Tingkat
keakuratan kode diagnosis tifoid adalah 78 (97,44%) dokumen rekam medis, dan tingkat
ketidaktepatan kode diagnosis utama adalah 2 (2,56%) dokumen rekam medis.
Ketidaktepatan kode diagnostik ini muncul karena petugas kurang hati-hati saat mengkode
penyakit tifus karena ada rekam medis yang berisi informasi tambahan yang tidak dibaca
petugas. tanggal 8 (Multisari et al., 2012).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Rahmah, Berlandaskan hasil survei
pendahuluan yang dilaksanakan pada 10 berkas rekam medis diagnosis demam Tifoid
(typhoid fever) memperlihatkan bahwasanya ketidak akuratan penulisan terminologi medis
mencapai 90%, sedangkan keakuratan kode diagnosis yang tidak akurat sebesar 20%.
Penelitian ini mempunyai tujuan guna mengetahui korelasi antara ketepatan Terminologi
Medis Penulisan Kode Diagnosis Tifoid Yang Akurat Pada Pasien Rawat Inap RS Panti
Waluyo Surakarta Tahun 2018(Rahmah, 2020).
Dari penelitian yang dilakukan (Panggabean, 2017), 56 dokumen rekam medis
yang diteliti terdapat 50 dokumen lengkap dengan presentase 89,28 % dan 6 dokumen yang
tidak lengkap dengan presentase 10,71 %. Ketidaktepatan dalam penentuan kode diagnosis
typhoid fever disebabkan oleh hasil pemeriksaan uji serologi widal yang bernilai negatif
sehingga tidak mendukung ketepatan penegakan diagnosis. Berdasarkan data hasil
penelitian dapat diperoleh persentase ketepatan sebanyak 89,28 % dokumen rekam medis
tepat dan 10,71% dokumen rekam medis tidak tepat. Dalam mengukur kualitas kinerja
pengodean, berlandaskan indikator ketepatan pengodean diagnosis typhoid fever pada
rekam medis pasien rawat inap di RSUD Gambiran Kota Kediri masuk dalam kategori 89-
84 % tepat yaitu sesuai harapan (Retnowati, 2017).
Dampak dari kode yang tidak tepat yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
merugikan secara keuangan (financial) yang cukup parah bagi rumah sakit. Jika kode
diagnosa tidak lengkap, maka pembayarannya juga tidak sesuai dengan tindakan yang
diberikan oleh tenaga medis yang bersangkutan (Mardiawati & Leonard, 2018).
Hasil observasi awal penulis di RSI Karawang dengan sampel 20 rekam medis
pasien typhoid fever di bulan Februari 2020, terdapat 12 (60%) kode diagnosis pasien
typhoid fever yang tidak tepat dan 8 (40%) kode diagnosa pasien typhoid fever yang tepat.
Ketidaktepatan ini dikarenakan petugas koder salah membaca diagnosa dokter dan hasil
laboratorium.
Rumah Sakit Islam Karawang merupakan rumah sakit umum yang menyediakan
pelayanan kesehatan yang bersifat spesilistik sampai bersifat umum, rumah sakit ini
dilengkapi pula pelayanan penunjang medis 24 jam seperti instalasi gawat darurat,
Deta Nurfena, Laela Indawati, Deasy Rosmala Dewi, Puteri Fannya /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4),
491-496
Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Typhoid Fever pada Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Islam
Karawang Tahun 2020
494
laboratorium, radiologi, ambulance dan lain sebagainya, memiliki pelayanan rawat inap
dengan jumlah bed 104 tempat tidur serta rata-rata kunjungan pasien rawat inap perhari
sejumlah 45 pasien. RSI Karawang adalah rumah sakit tipe C yang bernaung di bawah
pengelola Yayasan Singaperbangsa Karawang.
Alasan penulis mengambil judul “Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Typhoid
Fever Pada Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Karawang” dikarenakan
penulis mengobservasi masih adanya kesalahan pengodean yang tidak sesuai dengan ICD-
10. Dalam penegakan kode diagnosis ditentukan melalui hasil penunjang seperti
catatan pemberian obat ataupun hasil laboratorium yang menjelaskan pemeriksaan
antibodi, bakteri, atau virus yang menyerang pasien.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kuantitatif (Sugiyono,
2012). Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan kepala unit rekam medis,
petugas koding, dan petugas assembling serta melakukan observasi terhadap ketepatan
pengodean pada rekam medis rawat inap kasus typhoid fever bulan Januari Desember
2020 berjumlah 200, dengan sampel penelitian menggunakan rumus slovin berjumlah 67
sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SPO Pemberian Kode Penyakit Pada Pasien Rawat Inap RSI Karawang.
Prosedur operasi standar adalah seperangkat instruksi atau langkah standar untuk
menyelesaikan proses kerja harian tertentu (Wulandari & Fidiana, 2017). Standar Prosedur
Operasional memberikan langkah-langkah yang benar dan optimal berdasarkan
kesepakatan bersama untuk melakukan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang
dilakukan oleh organisasi kesehatan sesuai standar profesi. (Kemenkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis di unit rekam medis RSI
Karawang, dengan kepala rekam medis diketahui bahwa di unit rekam medis telah
memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai pemberian kode ICD-10. SPO
tersebut telah mengalami revisi sebanyak tiga kali. Dari hasil wawancara diketahui bahwa
pemberian kode ICD-10 sudah diberlakukan sejak awal unit rekam medis berdiri.
Ketepatan Pengodean Diagnosis Typhoid Fever Pasien Rawat Inap di RSI Karawang.
Dari penelitian dengan menganalisis pengodean diagnosis penyakit Typhoid Fever
menggunakan teknik observasi dari rekam medis pasien rawat inap menunjukan bahwa
masih banyak kode yang tidak tepat.
Tabel 1. Hasil Persentase Ketepatan Kode Diagnosis Kasus Typhoid Fever
Ketepatan Kode
Jumlah
Jumlah
Tepat
31
46
Tidak Tepat
36
54
Jumlah
67
100
Sumber data : Data Rekam Medis Tahun 2020
Berdasarkan tabel 1, dari 67 sampel rekam medis diperoleh hasil persentase
ketepatan kode diagnosa pasien Typhoid Fever sebesar 31 (46%) rekam medis dan
ketidaktepatan kode diagnosa Typhoid Fever sebesar 36 (54%) rekam medis.
Deta Nurfena, Laela Indawati, Deasy Rosmala Dewi, Puteri Fannya /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4),
491-496
Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Typhoid Fever pada Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Islam
Karawang Tahun 2020
495
Tabel 2. Hasil Persentase Pengodean yang Tidak Tepat Berdasarkan Hasil
Laboratorium
Hasil Lab
Jumlah
%
S.Typhi O
3
8
Paratyphi A
7
19
Paratyphi B
15
42
Paratyphi C
11
31
Jumlah
36
100
Sumber data: Data Rekam Medis Tahun 2020
Berdasarkan tabel 2, ketidaktepatan kode terbanyak adalah pada diagnosa
Paratyphi B. Hal ini dikarenakan bahwa dalam pemberian kode diagnosa Typhoid Fever di
RSI Karawang hanya memakai kode A01.0 (S. Typhi O) pada titer O dari hasil laboratorium
uji widal.
Hambatan Pengodean Typhoid Fever Pada Rekam Medis Rawat Inap di RSI
Karawang.
Petugas rekam medis bertanggung jawab atas keakuratan kode diagnostik yang
diberikan. Jika ada yang tidak rinci dan tidak spesifik, direktur rekam medis berhak dan
berkewajiban untuk bertanya atau berkomunikasi dengan tenaga medis yang terkait.
(Retnowati, 2017). Teknis pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapat data
observasi salah satunya adalah wawancara untuk mengetahui apa hambatan yang dialami
oleh petugas dalam melakukan pengodean pada kasus diagnosis.
Tenaga profesi rekam medis yang bertugas dibagian koding masih belum fokus
dan tidak teliti pada hasil laboratorium untuk menentukan hasil kodefikasi yang tepat dan
hanya mengkode titer H, sedangkan dalam keputusan kode diagnosis Typhoid Fever dilihat
dari titer O. Saat melakukan pengodean, hambatan yang dialami oleh koder adalah ketika
ada tulisan dokter yang tidak terbaca atau jika ada pasien rujukan dari rumah sakit lain tidak
disertakan dengan hasil penunjang yang sudah diberikan pada pasien, hal itu akan
membingungkan koder saat untuk menentukan kode apakah sesuai dengan diagnosis serta
hasil penunjang yang diberikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai ketepatan pengodean diagnosis
Typhoid Fever yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Karawang tahun 2020 maka dapat
disimpulkan bahwa: 1) Dari penelitian yang dilakukan penulis di RSI Karawang didapat
hasil bahwa Standar Prosedur Operasional pengodean diagnosis sudah ada, tetapi dalam isi
SPO tersebut tidak ada bagian tentang melihat dari hasil laboratorium dan hasil penunjang,
koder hanya mengkode dari hasil diagnosa dokter. 2) Berdasarkan hasil dari 67 rekam
medis yang diteliti bahwa ketepatan kode diagnosis Typhoid Fever diperoleh hasil 31
(46%) yang tepat dan 36 (54%) yang tidak tepat. Dapat disimpulkan bahwa dalam
melakukan pengodean diagnosis Typhoid Fever belum 100% melakukan pengodean
dengan tepat.
Penyebab dari ketidaktepatan pengodean diagnosis Typhoid Fever adalah kurang
ketelitian dari petugas rekam medis yang melakukan pengodean dan tidak double check
kembali diagnosis yang dikode apakah sudah sesuai dengan anamnase, hasil penunjang,
dan diagnosis yang sudah tertera pada rekam medis pasien.
Deta Nurfena, Laela Indawati, Deasy Rosmala Dewi, Puteri Fannya /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4),
491-496
Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Typhoid Fever pada Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Islam
Karawang Tahun 2020
496
BIBLIOGRAFI
Imelia Risa, M., Sofia, H., Garna, H., Studi Pendidikan Dokter, P., Parasitologi, B., Islam
Bandung, U., Ilmu Kesehatan Masyarakat, B., Ilmu Kesehatan Anak, B., & Al-Ihsan
Bandung, R. (2019). ARTIKEL PENELITIAN Pengaruh Kebiasaan Buang Air Besar
(BAB) terhadap Kejadian Demam Tifoid di RSUD Al-Ihsan Bandung Periode Maret-
Mei Tahun 2018. 1(1), 1620. https://doi.org/10.29313/jiks.v1i1.4214
Kemenkes RI. (2007). Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. In Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 (pp. 119).
Kemenkes RI. (2008). permenkes ri 269/MENKES/PER/III/2008. In Permenkes Ri No
269/Menkes/Per/Iii/2008 (Vol. 2008, p. 7).
Mardiawati, D., & Leonard, D. (2018). Analisis Pelaksanaan Pengodean Tindakan Medis
Pasien JKN Di RSI Siti Rahmah Padang. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan, 3(3), 624634. https://doi.org/10.22216/jen.v3i3.2764
Melarosa, P. R., Ernawati, D. K., & Mahendra, A. N. (2019). Pola Penggunaan Antibiotika
Pada Pasien Dewasa Dengan Demam Tifoid Di Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2016-
2017. E-Jurnal Medika Udayana, 8(1), 12. https://doi.org/10.24922/eum.v8i1.45224
Melin Novita. (2016). Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosis Berdasarkan Spesifikasi
Penulisan Diagnosis Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2016. III(2), 2016.
Multisari, S., Sugiarsi, S., & Awaliah, N. M. (2012). Analisis Keakuratan Kode Diagnosis
Utama Typhoid Fever Berdasarkan ICD-10 Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011. Rekam Medis, 6(2), 39.
Nurhaidah, N., Harijanto, T., & Djauhari, T. (2016). Faktor-Faktor Penyebab
Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(3), 258264.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2016.029.03.4
Panggabean, H. W. A. (2017). Perlindungan Hukum Kepada Bidan Pembimbing Klinik
dan Mahasiswa Praktik Klinik Kebidanan Terhadap Risiko Tindakan Kebidanan di
Rumah Sakit. Unika Soegijapranata Semarang.
Pemerintah Indonesia. (2008). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang
Kesehatan Tahun 2007-2008.
Rahmah, L. (2020). Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis Dengan
Keakuratan Kode Diagnosis Typhoid Fever Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta Tahun 2018.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Alfabeta.
Wahyudi Rahmat, K. A. M. S. (2019). Demam Tifoid dengan Komplikasi Sepsis :
Pengertian, Epidemiologi, Patogenesis, dan Sebuah Laporan Kasus. Jurnal Medical
Profession, 3(3), 220225.
WHO. (2016). International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems Tenth Revision.
Wulandari, T., & Fidiana, F. (2017). Peranan Audit Internal Terhadap Kepatuhan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Pada PT X. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA),
6(7).
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).