Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2022, 2 (3), 379-383
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v2i3.357 379
Profil Peresepan Antipsikosis di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Mitra
Keluarga Bekasi Timur Periode April Mei 2021
Wempi Eka Rusmana1, Yuliyanti2
Program Studi Farmasi, Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia1, 2
wempiapt@gmail.com1, yuliantii@gmail.com2
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
07-09-2021
10-03-2022
25-03-2022
Salah satu beban global yang sedang melanda di dunia saat ini adalah
pandemi COVID-19. Tetapi sebelum COVID-19 ditetapkan sebagai
pandemik oleh WHO, dunia sedang berjuang menghadapi beban global
ganggguan jiwa. WHO menyatakan bahwa depresi dan kecemasan
merupakan gangguan jiwa yang frekuensinya paling tinggi. Gangguan
jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang seringkali luput dari
perhatian. Untuk menangani penyakit gangguan jiwa dibutuhkn terapi
dengan antipsikosis yang bisa didapatkan di berbagai fasilitas kesehatan
salah satunya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur yang melayani
pasien dengan gangguan jiwa. Antipsikosis bermanfaat pada terapi terapi
psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa seperti impian dan
pikiran khayali (halusinasi) serta menormalkan perilaku yang tidak
normal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil
peresepan antipsikosis di unit rawat jalan farmasi Rumah Sakit Mitra
Keluarga Bekasi Timur periode April Mei 2021. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan mengambil data primer
dari resep dokter yang mengandung antipsikosis. Hasil yang diperoleh
dapat melihat profil peresepan antipsikosis yang paling banyak digunakan
berdasarkan zat aktif, golongan obat, obat yang digunakan bersamaan
dengan obat antipsikosis dan penggunaan obat antipsikosis yang paling
banyak digunakan berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis akhir yang
diperoleh dapat membantu dalam pengadaan obat antipsikosis di fasilitas
kesehatan.
Kata kunci: profil; peresepan; antipsikosis; unit rawat jalan; Rumah Sakit
Mitra Keluarga Bekasi Timur.
Abstract
One of the global burdens currently engulfing the world is the COVID-
19 pandemic. But before COVID-19 was declared a pandemic by the
WHO, the world was struggling with the global burden of mental
disorders. WHO states that depression and anxiety are mental disorders
with the highest frequency. Mental disorders are one of the health
problems that often go unnoticed. To treat mental disorders,
antipsychotic therapy is needed which can be obtained at various health
facilities, one of which is the Mitra Keluarga Hospital, East Bekasi,
which serves patients with mental disorders. Antipsychotics are useful in
the therapy of acute and chronic psychosis, a mental disorder such as
dreams and imaginary thoughts (hallucinations) and normalize
abnormal behavior. The purpose of this study was to determine the
profile of antipsychotic prescribing in the pharmacy outpatient unit at
Mitra Keluarga Hospital, East Bekasi for the period April May 2021.
This study was conducted using a quantitative descriptive method by
taking primary data from doctor's prescriptions containing
antipsychotics. The results obtained can see the profile of the most widely
used antipsychotic prescribing based on the active substance, drug class,
drugs used concurrently with antipsychotic drugs and the most widely
used antipsychotic drugs by gender. The final analysis results obtained
can assist in the procurement of antipsychotic drugs in health facilities.
Wempi Eka Rusmana, Yuliyanti /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 379-383
Profil Peresepan Antipsikosis di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur Periode April
Mei 2021
380
Keywords: profile; prescription; antipsychotics; outpatient unit; East
Bekasi Mitra Keluarga Hospital.
*Correspondence Author: Wempi Eka Rusmana
PENDAHULUAN
Salah satu beban global yang sedang melanda di dunia saat ini adalah pandemi
COVID-19. Tetapi sebelum COVID-19 ditetapkan sebagai pandemik oleh WHO, dunia
sedang berjuang menghadapi beban global ganggguan jiwa (Nabila, 2021). Di negara
berkembang, penyakit tidak menular seperti penyakit mental dan penyakit jantung
mengendalikan penyakit yang menyebabkan kematian dan kekurangan gizi (Oktariyanda,
2021). WHO mengatakan depresi dan gangguan kecemasan adalah gangguan mental yang
paling sering terjadi (Organization, 2017b). Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah
kesehatan yang seringkali luput dari perhatian. Untuk menangani penyakit gangguan jiwa
dibutuhkn terapi dengan antipsikosis yang bisa didapatkan di berbagai fasilitas kesehatan
(Aprianti, 2020).
Menurut WHO depresi dan kecemasan adalah penyakit mental yang paling umum.
Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari total populasi) menderita kecemasan.
Sementara itu, 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari total populasi) dan sekitar
setengahnya berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat (Organization, 2017a).
Skizofrenia adalah sindrom heterogen penyakit kronis yang ditandai dengan
keadaan pikiran Disorganisasi, delusi, halusinasi, perubahan kesalahan dan gangguan
fungsi psikososial (Dipiro et al., 2014). Skizofrenia biasanya menyerang pasien berusia 15-
35 tahun. Secara global, diperkirakan 50% dari 50 juta pasien tidak mendapatkan
pengobatan, 90% pasien tidak mendapatkan pengobatan yang memadai di negara
berkembang (Holloway & Dijk, 2011). Data (RI, 2013) Penyakit mental meningkat Selama
lebih dari 15 tahun, depresi dan kecemasan telah mempengaruhi 14 juta orang, atau 6
persen dari populasi Indonesia. Namun, prevalensi penyakit jiwa berat seperti skizofrenia
diperkirakan mencapai 400.000 orang atau 1,7 per 1.000 orang.
Menurut Riskesdas, depresi adalah penyebab utama kematian akibat bunuh diri,
menyebabkan hampir 800.000 kasus bunuh diri setiap tahun (Riskesdas, 2019). Obat yang
dapat mengatasi depresi dan kecemasan dengan penggunaan antipsikotik. Antipsikotik
digunakan untuk mengobati psikosis akut dan kronis, gangguan mental seperti mimpi dan
imajinasi (halusinasi), dan untuk menormalkan perilaku abnormal (Penyusun et al., 2016).
Sebagaimana dalam riset (Aryani & Sari, 2016) bahwa modus penggunaan obat
antipsikotik yang paling banyak digunakan adalah penggunaan kombinasi, terhitung
95,08%, dan penggunaan tunggal, terhitung 4,92%. Kombinasi antipsikotik yang paling
umum adalah haloperidol dan klorpromazin sebesar 37,03%, dan haloperidol dan
risperidone saja masing-masing sebesar 2,46%. Kategori pengobatan yang paling banyak
adalah penggunaan obat tipikal yaitu 56,8%, atipikal 3,7% dan tipikal-atipikal 39,5%.
Adapun dalam hasil penelitian (Fahrul et al., 2014) dijelaskan bahwa pengobatan
rasional adalah sebagai berikut: ketepatan angka indikasi 100%, angka benar obat 90,4%,
angka benar pasien 87,8%, angka benar frekuensi penggunaan obat antipsikotik 81,6%, dan
tingkat frekuensi penggunaan yang benar adalah 90,4%. Penggunaan antipsikotik pada
pasien skizofrenia tidak dapat dibenarkan oleh Departemen Kesehatan Jiwa RS Madani
Sulawesi Tengah.
Namun dalam hasil penelitian (Ratnasari, 2018) analisis data menyimpulkan
bahwa DRP yang terjadi merupakan kombinasi antipsikotik dan kombinasi antara
Wempi Eka Rusmana, Yuliyanti /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 379-383
Profil Peresepan Antipsikosis di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur Periode April
Mei 2021
381
antipsikotik dan non antipsikotik yang menimbulkan interaksi (62,50%), pemilihan obat
yang tidak tepat karena kebutuhan yang sebenarnya (19,44%), benar pilihan kontraindikasi
obat yang menyebabkan ROTD (11,11%), adanya beberapa obat untuk indikasi yang sama
(4,17%), kebutuhan obat yang tidak diresepkan meskipun obat ini sinergis, dan adanya obat
yang tidak diminum ( 1,39%).
Sebagaimana literatur yang diambil dapat ditarik hipotesis dimana peresepan obat
antipsikosis yang paling banyak digunakan adalah obat-obatan yang bersifat penenang
seperti Haloperidol. Untuk golongan yang yang paling banyak digunakan adalah golongan
tipikal dimana golongan tipikal mempunyai afinitas yang tinggi. Untuk golongan obat lain
yang digunakan bersama dengan obat antipsikosis adalah obat-obatan yang dapat
mengurangi efek samping dari antipsikosis seperti obat antiparkinson dan penggunaan obat
antipsikosis paling banyak digunakan oleh laki-laki dikarenakan laki-laki memiliki beban
stress yang lebih dibandingkan dengan perempuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil peresepan antipsikosis di
unit rawat jalan farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur periode April Mei
2021.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan adlah dengan menggunakan metode deskripsi
kuantitatif yaitu dengan mengambil data primer dari resep dokter yang menggandung
antipsikosis di unit Rawat jalan di Rumah sakit Mitra keluarga Bekasi Timur periode April
Mei 2021 (Sugiyono, 2017). Tahapan dalam pengolahan data yaitu mengumpulkan data
dan mencatat resep antipsikosis, mengklasifikasikan antipsikosis berdasarkan golongan
obat, mengklasifikasikan obat lain yang digunakan bersama antipsikosis dan
mengklasifikasikan resep antipsikosis berdasarkan jenis kelamin. Setelah data selesai
diambil akan dianalisis dan dilakukan perhitungan kemudian hasil akan dijabarkan dalam
bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa terdapat perbedaan yaitu pada
modus penggunaan obat antipsikotik yang paling banyak digunakan adalah
penggunaan kombinasi, terhitung 95,08%, dan penggunaan tunggal, terhitung
4,92%. Kategori pengobatan yang paling banyak adalah penggunaan obat tipikal
yaitu 56,8%, atipikal 3,7% dan tipikal-atipikal 39,5%.
Penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia tidak dapat dibenarkan
oleh Departemen Kesehatan Jiwa RS Madani Sulawesi Tengah. Sedangkan
penelitian ini bahwa peresepan antipsikosis berdasarkan zat aktif yang paling
banyak digunakan adalah Haloperidol sebanyak 838 R/ (36.50%), sedangkan yang
paling sedikit adalah Aripiprazole sebanyak 5 R/ (0.21%).
Peresepan antipsikosis berdasarkan penggolongan yang paling banyak
adalah antipsikosis golongan tipikal 1428 R/ (62.17%) dan antipikal sebanyak 869
R/ (37.83%). Golongan obat lain yang paling banyak diresepkan bersama
antipsikosis adalah golongan antiparkinson sebanyak 613 R/ (65.35%). Pasien
gangguan jiwa berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah pasien laki-
laki sebanyak 690 orang (55.70%) dan pasien perempuan sebanyak 549 orang
(44.30%).
Wempi Eka Rusmana, Yuliyanti /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 379-383
Profil Peresepan Antipsikosis di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur Periode April
Mei 2021
382
Penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2018), bahwa pasien laki-laki
(62%) paling besar pengaruhnya terhadap karakteristik pasien, dengan rentang usia
18-45 tahun (71,39%), dengan jenis skizofrenia paranoid terbanyak (47,24%).
Deskripsi resep antipsikotik berdasarkan kelas obat yang banyak digunakan adalah
antipsikotik atipikal (39,63%) dan kombinasi atipikal-tipikal (33,88%). Obat
antikolinergik (Trihexyphenidil) paling banyak digunakan sebagai terapi adjuvan
(88,71%). Menurut kelompok atipikal, risperidone-clozapine digunakan pada
16,27% dibandingkan dengan kelompok tipikal haloperidol-klorpromazin (4,99%).
Kombinasi obat atipikal-tipikal yang paling banyak digunakan adalah kombinasi
risperidon dan klorpromazin sebesar 6,82%. Tingkat pemanfaatan obat generik
sebesar 59,62%, dan tingkat pemanfaatan gabungan obat generik dan obat non
generik sebesar 34,91%.
KESIMPULAN
Peresepan antipsikosis berdasarkan zat aktif yang paling banyak digunakan adalah
Haloperidol, untuk peresepan antipsikosis berdasarkan penggolongan yang paling banyak
adalah antipsikosis golongan tipikal, golongan obat lain yang paling banyak diresepkan
bersama antipsikosis adalah golongan antiparkinson dan pasien gangguan jiwa berdasarkan
jenis kelamin yang paling banyak adalah pasien laki-laki.
BIBLIOGRAFI
Aprianti, P. (2020). Hubungan Kekambuhan pada Klien Skizofrenia dengan Tingkat
Kecemasan Keluarga di Rsud Majalaya Kabupaten Bandung.
Aryani, F., & Sari, O. (2016). Gambaran pola penggunaan antipsikotik pada pasen
skizofrenia di ruang rawat inap rumah sakit jiwa. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan
Farmasi (Journal of Management and Pharmacy Practice), 6(1), 3540.
https://doi.org/10.22146/jmpf.236
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2014).
Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach, ed. McGraw-Hill Medical, New
York.
Fahrul, F., Mukaddas, A., & Faustine, I. (2014). Rasionalitas penggunaan antipsikotik pada
pasien skizofrenia di instalasi rawat inap jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah
periode Januari-April 2014. Natural Science: Journal of Science and Technology,
3(2). https://doi.org/10.22487/25411969.2014.v3.i2.2981
Holloway, K., & Dijk, L. van. (2011). Rational use of medicines.
Lestari, I. P. (2018). Gambaran Karakteristik Pasien dan Peresepan Obat Antipsikotik
pada Pasien Schizophrenia di Poli Jiwa Rawat Jalan RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang Periode Juni-Desember 2017. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Magelang.
Nabila, M. (2021). Stress Masyarakat di Masa Pandemi COVID19.
Oktariyanda, T. A. (2021). Kualitas Pelayanan Program Posyandu Jiwa Terhadap Pasien
Odgj (Orang Dengan Gangguan Jiwa) di Desa Mojotamping Kabupaten Mojokerto.
Organization, W. H. (2017a). Cardiovascular Disease, World Heart Day 2017. Who.
Organization, W. H. (2017b). Depression and other common mental disorders: global
health estimates. World Health Organization.
Penyusun, T., Budisetyani, I. G. A. P. W., Suarya, L. M. K. S., Widiasavitri, P. N., Lestari,
M. D., Marheni, A., Vembriati, N., Tobing, D. H., Wilani, N. M. A., & Astiti, D. P.
Wempi Eka Rusmana, Yuliyanti /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 379-383
Profil Peresepan Antipsikosis di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur Periode April
Mei 2021
383
(2016). Bahan Ajar Psikologi Abnormal. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Ratnasari, I. D. (2018). Analisis Drug Related Problems Penggunaan Antipsikotik Pada
Penderita Schizophrenia Dewasa Di Rumah Sakit Jiwa X Surabaya. CALYPTRA,
7(1), 721735. journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/1192
RI, B. K. (2013). Riset kesehatan dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI,
2013, 110119.
Riskesdas. (2019). Prevalensi Psikosis di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
2018. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 916.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).