Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2022, 2 (3), 364-372
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v2i3.355 364
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan
Metode Fifo dan Fefo di Gudang Farmasi Rumah Sakit X
Ghea Isna Anandani1, Rismayanti Fauziah2, Wempi Eka Rusmana3
Politeknik Piksi Ganesha Bandung1,2,3
gheaisnaaa[email protected]1, rismayantifauziah781@gmail.com2, wempiapt@gmail.com3
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
01-09-2021
08-03-2022
25-03-2022
Menurut undang-undang RI No. 40 tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Metode penyimpanan dapat dilakukan dengan
menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, tergantung pada ukuran unit dan urutan
abjad. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem penyimpanan obat
antibiotik dengan menggunakan metode FIFO dan FEFO di gudang farmasi
Rumah Sakit X. Metode yang dilakukan Pada penelitian ini adalah metode
deskriptif dan kuantitatif dengan data yang digunakan adalah data primer yang
berasal dari hasil wawancara di gudang farmasi Rumah Sakit X. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit X dari 14 responden
untuk hasil yang dikategorikan Baik sebanyak (100%) untuk hasil yang
dikategorikan Tidak Baik (86%) sedangkan untuk hasil yang dikategorikan
Kurang Baik (64%). Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan bentuk
sediaan menyatakan bahwa penyimpanan obat yang sudah sesuai dengan
bentuk sediaan dikategorikan Baik. Sedangkan untuk sediaan cair disimpan di
rak paling bawah, dikategorikan kurang baik. Berdasarkan Alfabetis
menyatakan bahwa penyimpanan antibiotik sudah sesuai alfabetis
dikategorikan Baik. Antibiotik dengan Nama Generik sudah lengkap
digudang obat di kategorikan kurang baik. Berdasarkan FIFO menyatakan
bahwa metode FIFO sangat efektif diterapkan digudang obat Farmasi
dikategorikan baik. Berdasarkan FEFO menyatakan bahwa metode FEFO
sangat penting untuk diterapkan digudang obat dikategorikan baik.
Kata kunci: sistem penyimpanan obat; antibiotik; FIFO dan FEFO
Abstract
According to RI law no. 40 of 2009, a hospital is a health service institution
that provides complete individual health services that provide inpatient,
outpatient, and emergency services. Storage methods can be carried out by
applying the FEFO and FIFO principles, depending on the unit size and
alphabetical order. This study was conducted to determine the antibiotic drug
storage system using the FIFO and FEFO methods in the pharmacy
warehouse of Hospital X. The method used in this study was a descriptive and
quantitative method with the data used were primary data derived from
interviews in the hospital pharmacy warehouse. X. Based on the results of
research that has been carried out at Hospital X from 14 respondents for
results categorized as Good (100%) for results categorized as Bad (86%)
while for results categorized as Poor (64%). So it can be concluded that based
on the dosage form, it states that the storage of drugs that are in accordance
with the dosage form is categorized as Good. Meanwhile, liquid preparations
stored on the bottom shelf are categorized as poor. Based on the alphabet, it
states that the storage of antibiotics is in accordance with the alphabet,
categorized as Good. Antibiotics with generic names are complete in the drug
warehouse and are categorized as poor. Based on FIFO, it is stated that the
FIFO method is very effective in being applied in the pharmaceutical drug
warehouse, which is categorized as good. Based on FEFO, it is stated that the
FEFO method is very important to be applied in a good category of drug
warehouse.
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
365
Keywords: drug storage system; antibiotics; FIFO and FEFO
*Correspondence Author : Ghea Isna Anandani
Email : gheaisnaaa18@gmail.com
PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian adalah pemberian pelayanan yang berhubungan dengan
sediaan farmasi secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien untuk mencapai
hasil yang nyata dalam meningkatkan kualitas hidup pasien (Novaryatiin et al., 2018).
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan produk konsumen harus mematuhi
peraturan perundang-undangan mengenai perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pembuangan dan pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan (Menkes, 2016).
Penyimpanan adalah proses menyimpan dan menyimpan obat yang diterima di
tempat yang dianggap aman (Lasar, 2021). Tujuan penyimpanan adalah untuk menjaga
mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, serta mempermudah pencarian dan pengendalian (Pasaribu, 2019). Metode
penyimpanan dapat diterapkan dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, tergantung
pada ukuran unit pemrosesan dan urutan abjad (Depkes, 2010).
Obat merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan dan oleh karena itu
memerlukan pengelolaan yang benar, efektif dan efisien secara berkelanjutan (Laili, 2021).
Pengelolaan obat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan penggunaan obat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Tujuan
utama pengelolaan obat adalah menyediakan obat yang bermutu, merata, dan jenis serta
jumlah yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan esensial (BPOM, 2014). Untuk
memantau dan mengevaluasi efektivitas hasil yang dicapai oleh sistem manajemen obat,
diperlukan indikator. Hasil tes dapat digunakan untuk meninjau strategi atau tujuan yang
lebih tepat (Posangi, 2017).
Antibiotik adalah zat biokimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain dalam jumlah kecil
(Indonesia, 2010). Metode FIFO (First In First Out): Barang yang dibeli di muka dijual di
muka. Oleh karena itu, harga pembelian barang yang dibeli terlebih dahulu dianggap
sebagai harga barang yang dijual terlebih dahulu (Nurkhoiri et al., 2019).
Metode FEFO (First Expired First Out) juga menggunakan sistem FEFO untuk
pengelolaan persediaan, diluar first expired first out. Artinya kadaluarsa harus dicabut
terlebih dahulu. Hal ini biasanya dapat dilakukan di apotek (terutama apotek) atau eceran
(misalnya makanan kaleng) atau minuman kadaluarsa. Oleh karena itu, apakah barang
tersebut datang lebih awal atau tidak, barang tersebut harus sudah terjual pada tanggal
tersebut (Ferdiansyah, 2018).
Gudang farmasi adalah tempat penerimaan dan pendistribusian obat, perbekalan
kesehatan, alat kesehatan sebelum didistribusikan ke rumah sakit. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat mendesain gudang adalah kemudahan bergerak, ventilasi yang baik, rak
dan palet, kondisi penyimpanan khusus, proteksi kebakaran. Selain itu, obat disiapkan
dalam dosis dan urutan abjad (Depkes, 2007).
Adapun dalam penelitian (Putra, 2020) bahwa berdasarkan observasi awal,
ditemukan bahwa petugas apotek tidak menerapkan sistem dispensing FIFO dan FEFO.
Juga diamati bahwa Apotek Kimia Farma GKB memiliki rentang hasil yang sangat baik
untuk penerapan penyimpanan obat, 81% - 100% dengan nilai 100%. Hal ini menunjukkan
bahwa Apotek Kimia Farma GKB telah memenuhi standar penyimpanan berdasarkan
Permenkes No. 2016 No. 73 Standar Pelayanan Obat Apotek.
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
366
Namun dalam penelitian (Febrina & Yuswantina, 2021) dijelaskan bahwa
penyimpanan obat di beberapa Puskesmas telah memenuhi persyaratan. Untuk kondisi
gudang, Puskesmas ditemukan dalam Pasal 4 tidak memenuhi persyaratan areal. Sediaan
obat berdasarkan bentuk sediaan dan urutan abjad serta menggunakan metode FEFO dan
FIFO telah diterapkan, meskipun metode FEFO dan FIFO tidak diterapkan dalam Pasal 5.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berjudul “Evaluasi Apotek Rumah Sakit X
Sistem Penyimpanan Antibiotik Menggunakan Metode FIFO dan FEFO”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sistem penyimpanan antibiotik dengan metode FIFO dan
FEFO di apotek RS X.
METODE PENELITIAN
Metode deskriptif dan numerik digunakan dalam metode penelitian, dan data yang
digunakan adalah hasil angket dan wawancara yang dilakukan di gudang farmasi RS X
(Sugiyono, 2017). Teknik Pengambilan Sampel Probabilitas Teknik pengambilan sampel
untuk keperluan teknik pengambilan sampel, yaitu teknik pengambilan sampel yang
ditentukan oleh mereka yang mengetahui populasi yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis melalui kuesioner Evaluasi
Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Metode FIFO dan FEFO di gudang farmasi
Rumah Sakit X dengan menggunakan lima indikator yaitu Bentuk Sediaan, Alfabetis,
Nama Generik, FIFO, dan FEFO. Berikut ini merupakan hasil kuesioner yang telah
dilakukan :
a. Berdasarkan Bentuk Sediaan
Diagram 1. Penyimpanan Obat Sudah Sesuai dengan Bentuk Sediaan
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 1, menunjukan bahwa
penyimpanan obat sudah sesuai dengan bentuk sediaan dengan total responden yang
menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% dikategorikan Baik.
Diagram 2. Sediaan Cair Sudah Disimpan di Rak Paling Bawah
100%
Apakah penyimpanan obat sudah
sesuai dengan bentuk sediaan?
Ya
Tidak
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
367
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 2, menunjukan bahwa sediaan
cair disimpan di rak paling bawah memiliki total responden yang menjawab Ya
sebanyak 2 orang dengan persentase 14% dan total responden yang menjawab Tidak
sebanyak 12 orang dengan persentase 86% dikategorikan Tidak Baik.
b. Berdasarkan Alfabetis
Diagram 3. Penyimpanan Obat Antibiotik Sudah Sesuai Alfabetis
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 3, menunjukan bahwa
penyimpanan obat antibiotik sudah sesuai alfabetis dengan total responden yang
menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang dikategorikan
Baik.
Diagram 4. metode alfabetis sangat efektif digunakan di gudang obat
(Sumber : data hasil kuesioner)
14%
86%
Apakah sediaan cair sudah
disimpan di rak paling bawah?
Ya
Tidak
100%
Apakah penyimpanan obat
antibiotik sudah sesuai alfabetis?
Ya
Tidak
100%
Apakah metode alfabetis sangat
efektif digunakan di gudang obat
Ya
Tidak
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
368
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 4 menunjukan bahwa metode
alfabetis sangat efektif digunakan di gudang obat, dengan total responden yang
menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang dikategorikan
Baik.
c. Berdasarkan Nama Generik
Diagram 5. Obat Antibiotik Generik Ditempatkan sesuai di Rak Obat Generik
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 5 menunjukan bahwa obat
antibiotik generik sudah ditempatkan sesuai di rak obat generik dengan total responden
yang menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang
dikategorikan Baik.
Diagram 6. Antibiotik dengan Nama Generik Sudah Lengkap di Gudang Obat
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 6 menunjukan bahwa antibiotik
dengan nama generik sudah lengkap di gudang obat, memiliki total responden yang
menjawab Ya sebanyak 3 orang dengan persentase 36% dan total responden yang
menjawab Tidak sebanyak 11 dengan persentase 64% yang dikategorikan Kurang Baik
d. Berdasarkan FIFO
Diagram 7. Metode FIFO Sangat Efektif Diterapkan di Gudang Obat Farmasi
100%
Apakah obat antibiotik generik
sudah ditempatkan sesuai di rak
obat generik?
Ya
Tidak
36%
64%
Apakah antibiotik dengan nama
generik sudah lengkap di gudang
obat?
Ya
Tidak
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
369
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 7 menunjukan bahwa metode
FIFO sangat efektif diterapkan di gudang obat farmasi dengan total responden yang
menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang dikategorikan
Baik.
e. Berdasarkan FEFO
Diagram 8. Metode FEFO Sangat Penting Untuk Diterapkan di Gudang Obat
Farmasi
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 8, menunjukan bahwa metode
FEFO sangat penting untuk diterapkan di gudang obat dengan total responden yang
menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase sebanyak 100% yang
dikategorikan Baik.
Diagram 9 menunjukan bahwa penyimpanan obat antibiotik sudah sesuai
dengan metode FEFO
100%
Apakah metode FEFO sangat
penting untuk diterapkan di gudang
obat farmasi?
Ya
Tidak
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
370
(Sumber : data hasil kuesioner)
Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram 9 menunjukan bahwa
penyimpanan obat antibiotik sudah sesuai dengan metode FEFO, dimana obat yang
mendekati masa kadaluarsa diletakan di paling depan, dengan total responden yang
menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang dikategorikan
Baik. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data observasi dan kuesioner, dalam
penelitian ini populasi yang diambil sebanyak 14 orang yang terdapat di instalasi
farmasi Rumah Sakit X. Pada penelitian ini dilihat dari sistem penyimpanan obat
berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, nama generik, FIFO, dan FEFO.
Berdasarkan bentuk sediaan data yang diperoleh dari Diagram 1 menunjukan
bahwa penyimpanan obat sudah sesuai dengan bentuk sediaan dengan total responden
yang menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang
dikategorikan Baik. Penyimpanan obat harus sesuai dengan bentuk sediaan dikarenakan
ada bermacam-macam bentuk obat seperti tablet, sirup dan lain-lain. Hal itu dilakukan
agar mempermudah dan mempercepat pelayanan. Sedangkan data yang diperoleh pada
Diagram 2 menunjukan bahwa sediaan cair disimpan di rak paling bawah memiliki total
responden yang menjawab Ya sebanyak 2 orang dengan persentase 14% dan total
responden yang menjawab Tidak sebanyak 12 orang dengan persentase 86% yang
dikategorikan Tidak Baik, dengan alasan di Gudang Farmasi Rumah Sakit X setiap
sediaan sudah memiliki rak masing-masing seperti rak sediaan tablet, sirup, dan sediaan
lainnya.
Berdasarkan alfabetis data yang diperoleh dari Diagram 3 menunjukan bahwa
penyimpanan obat antibiotik sudah sesuai alfabetis dengan total responden yang
menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang dikategorikan
Baik. Penyimpanan obat harus sesuai alfabetis bertujuan untuk mempermudah
pengambilan obat dan untuk penyimpanan berdasarkan alfabetis ini juga harus
berdasarkan bentuk sediaan. Sedangkan data yang diperoleh dari Diagram 4
menunjukan bahwa metode alfabetis sangat efektif digunakan di gudang obat, dengan
total responden yang menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100%
yang dikategorikan Baik. Selain sangat efektif metode alfabetis juga sangat
memudahkan dalam pengambilan obat saat pelayanan karena dengan metode alfabetis
sediaan obat sudah tersusun rapih berdasarkan abjad dan sangat memudahkan untuk
mencari sediaan obat yang dibutuhkan.
Berdasarkan nama generik data yang diperoleh dari Diagram 5 menunjukan
bahwa obat antibiotik generik sudah ditempatkan sesuai di rak obat generik dengan total
responden yang menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang
dikategorikan Baik. Obat antibiotik generik di tempatkan di rak obat generik bertujuan
untuk memudahkan dalam pengambilan obat. Dan pada Diagram 6 menunjukan bahwa
100%
Apakah penyimpanan obat antibiotik
sudah sesuai dengan metode FEFO,
dimana obat yang mendekati masa
kadaluarsa diletakan di paling depan
Ya
Tidak
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
371
antibiotik dengan nama generik sudah lengkap di gudang obat, memiliki total responden
yang menjawab Ya sebanyak 3 orang dengan persentase 36% dan total responden yang
menjawab Tidak sebanyak 11 dengan persentase 64% yang dikategorikan Kurang Baik,
dengan alasan di Gudang Farmasi Rumah Sakit X hanya menyediakan beberapa jenis
obat Antibiotik yaitu Amoxicillin 500 mg, Azythromycin 500 mg, Cotrimoxazole,
Cotrimoxazole forte, Cefixime 100 mg, Cefixime 200 mg, Cefadroxil 500 mg,
Chloroquin 150 mg, Clindamycin 150 mg, Clindamycin 300 mg, Ciprofloxacin 500 mg,
Erytromycin 500 mg, Isoniazid 300 mg, Levofloxacin 500 mg, Metronidazole 500 mg,
Ofloxacin 500 mg, Rifampicin 300 mg, Rifampicin 450 mg, Rifampicin 600 mg,
Tetracyline 500 mg, dan Urotractin 400 mg.
Berdasarkan FIFO data yang diperoleh dari Diagram 7 menunjukan bahwa
metode FIFO sangat efektif diterapkan di gudang obat farmasi dengan total responden
yang menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase 100% yang
dikategorikan Baik. Metode FIFO (First In First Out) yaitu barang yang datang terlebih
dahulu, dikeluarkan pertama. Biasanya digunakan untuk penyimpanan obat tanpa
memperhatikan tanggal kadaluarsa. Dan metode ini memiliiki kekurangan dalam
penyimpanan obat yaitu apabila obat datang belakangan dan yang memiliki ED (tanggal
kadaluarsa) lebih dekat daripada obat yang datang lebih dulu maka obat yang ED tidak
dapat diketahui sebelum sempat digunakan. Maka dari itu metode FIFO harus di
gabungkan dengan metode FEFO agar obat-obat yang ada di penyimpanan tidak akan
berbuang karena kadaluarsa.
Berdasarkan FEFO data yang diperoleh dari Diagram 8 Dari data yang
diperoleh pada diagram 8 menunjukan bahwa metode FEFO sangat penting untuk
diterapkan di gudang obat dengan total responden yang menjawab Ya sebanyak 14
orang dan memiliki persentase sebanyak 100% yang dikategorikan Baik. Metode FEFO
(First Expiry First Out) yaitu barang yang lebih dahulu kadaluarsa (ED), yang akan
dikeluarkan terlebih dahulu. Obat dengan masa kadaluarsa lebih pendek di tempatkan
di depan obat yang kadaluarsanya lebih lama. Sedangakan data yang diperoleh dari
Diagram 9 menunjukan bahwa penyimpanan obat antibiotik sudah sesuai dengan
metode FEFO, dimana obat yang mendekati masa kadaluarsa diletakan di paling depan,
dengan total responden yang menjawab Ya sebanyak 14 orang dan memiliki persentase
100% yang dikategorikan Baik. Metode FEFO digunakan pada obat yang memiliki
tanggal kadaluarsa yang lebih pendek maka obat tersebut di tempatkan di depan obat
yang masa kadaluarsanya lebih lama. Tetapi apabila terdapat obat yang memiliki
tanggal kadaluarsa sama, maka tempatkan obat yang baru diterima di belakang obat
yang sudah berada di atas rak.
KESIMPULAN
Berdasarkan bentuk sediaan menyatakan bahwa penyimpanan obat yang sudah
sesuai dengan bentuk sediaan memiliki total persentase yang menjawab Ya (100%)
dikategorikan Baik. Sedangkan untuk sediaan cair disimpan di rak paling bawah, dengan
total persentase yang menjawab Ya (14%) dan Tidak (86%) dikategorikan Tidak Baik.
Berdasarkan Alfabetis menyatakan bahwa penyimpanan antibiotik sudah sesuai alfabetis
memiliki total persentase yang menjawab Ya (100%) dikategorikan Baik. Sedangkan
metode alfabetis sangat efektif digunakan di gudang obat dengan total persentase yang
menjawab Ya (100%) dikategorikan Baik. Berdasarkan Nama Generik menyatakan obat
antibiotik generik ditempatkan sesuai di rak obat generik memiliki total persentase yang
menjawab Ya (100%) dikategorikan Baik. Sedangkan Antibiotik dengan Nama Generik
sudah lengkap digudang obat dengan total persentase yang menjawab Ya (36%) dan Tidak
(64%) dikategorikan kurang baik. Berdasarkan FIFO menyatakan bahwa metode FIFO
sangat efektif diterapkan digudang obat Farmasi dengan total persentase yang menjawab
Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
372
Ya (100%) dikategorikan Baik. Berdasarkan FEFO menyatakan bahwa metode FEFO
sangat penting untuk diterapkan digudang obat memiliki total persentase yang menjawab
Ya (100%) dikategorikan Baik. Sedangkan penyimpanan obat antibiotik sudah sesuai
dengan metode FEFO, dimana obat yang mendekati masa kadaluarsa diletakkan di paling
depan dengan total persentase yang menjawab Ya (100%) dikategorikan Baik.
BIBLIOGRAFI
BPOM, R. I. (2014). Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan republik
Indonesia nomor 7 tahun 2014 tentang pedoman uji toksisitas nonklinik secara In
Vivo. Jakarta: BPOM RI.
Depkes. (2007). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes, R. I. (2010). Laporan nasional riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Febrina, N., & Yuswantina, R. (2021). Analisis Penyimpanan Obat di Puskesmas.
Universitas Ngudi Waluyo. http://repository2.unw.ac.id/1878/
Ferdiansyah, M. (2018). Perancangan Sistem Informasi Persediaan Barang Menggunakan
Metode Fefo Studi Kasus: PT. Nutrifood Indonesia Bandar Lampung. Techno
Preneurship Jurnal Ilmiah, 5(1), 1837.
Indonesia, R. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010Tentang.
Laili, N. (2021). Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan dengan Metode End User
Computing Satisfaction di Puskesmas Kunir Lumajang. Politeknik Negeri Jember.
https://sipora.polije.ac.id/id/eprint/5143
Lasar, G. S. E. (2021). Gambaran Sistem Penyimpanan Obat Lasa (Look Alike Sound
Alike) Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Poltekkes Kemenkes Kupang.
Menkes, R. I. (2016). Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Kemenkes: Jakarta.
Novaryatiin, S., Ardhany, S. D., & Aliyah, S. (2018). Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap
Pelayanan Kefarmasian di RSUD Dr. Murjani Sampit. Borneo Journal of Pharmacy,
1(1), 2226.
Nurkhoiri, N. M., Purwatiningsih, P., & Rihastuti, S. (2019). Sistem Informasi Akuntansi
Persediaan Obat Pada Apotek Jaya Farma Sudimoro Teras Boyolali. EKA CIDA, 3(1).
Pasaribu, A. (2019). Gambaran Pengelolaan Logistik Obat Di Puskesmas Batang Beruh
Kab. Dairi Tahun 2019. Institut Kesehatan Helvetia.
Posangi, J. (2017). Analisis Manajemen Penyimpanan dan Pendistribusian Obat di Instalasi
Farmasi Chasan Boesoirie Ternate. PARADIGMA SEHAT, 5(3).
http://repository.poltekeskupang.ac.id/367/
Putra, A. S. S. (2020). Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat di Apotek Kimia Farma GKB.
Universitas Muhammadiyah Gresik. http://eprints.umg.ac.id/id/eprint/3798
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).