Ghea Isna Anandani, Rismayanti Fauziah, Wempi Eka Rusmana /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3),
364-372
Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Antibiotik dengan Menggunakan Metode Fifo dan Fefo di Gudang
Farmasi Rumah Sakit X
365
Keywords: drug storage system; antibiotics; FIFO and FEFO
*Correspondence Author : Ghea Isna Anandani
Email : gheaisnaaa18@gmail.com
PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian adalah pemberian pelayanan yang berhubungan dengan
sediaan farmasi secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien untuk mencapai
hasil yang nyata dalam meningkatkan kualitas hidup pasien (Novaryatiin et al., 2018).
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan produk konsumen harus mematuhi
peraturan perundang-undangan mengenai perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pembuangan dan pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan (Menkes, 2016).
Penyimpanan adalah proses menyimpan dan menyimpan obat yang diterima di
tempat yang dianggap aman (Lasar, 2021). Tujuan penyimpanan adalah untuk menjaga
mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, serta mempermudah pencarian dan pengendalian (Pasaribu, 2019). Metode
penyimpanan dapat diterapkan dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, tergantung
pada ukuran unit pemrosesan dan urutan abjad (Depkes, 2010).
Obat merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan dan oleh karena itu
memerlukan pengelolaan yang benar, efektif dan efisien secara berkelanjutan (Laili, 2021).
Pengelolaan obat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan penggunaan obat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Tujuan
utama pengelolaan obat adalah menyediakan obat yang bermutu, merata, dan jenis serta
jumlah yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan esensial (BPOM, 2014). Untuk
memantau dan mengevaluasi efektivitas hasil yang dicapai oleh sistem manajemen obat,
diperlukan indikator. Hasil tes dapat digunakan untuk meninjau strategi atau tujuan yang
lebih tepat (Posangi, 2017).
Antibiotik adalah zat biokimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain dalam jumlah kecil
(Indonesia, 2010). Metode FIFO (First In First Out): Barang yang dibeli di muka dijual di
muka. Oleh karena itu, harga pembelian barang yang dibeli terlebih dahulu dianggap
sebagai harga barang yang dijual terlebih dahulu (Nurkhoiri et al., 2019).
Metode FEFO (First Expired First Out) juga menggunakan sistem FEFO untuk
pengelolaan persediaan, diluar first expired first out. Artinya kadaluarsa harus dicabut
terlebih dahulu. Hal ini biasanya dapat dilakukan di apotek (terutama apotek) atau eceran
(misalnya makanan kaleng) atau minuman kadaluarsa. Oleh karena itu, apakah barang
tersebut datang lebih awal atau tidak, barang tersebut harus sudah terjual pada tanggal
tersebut (Ferdiansyah, 2018).
Gudang farmasi adalah tempat penerimaan dan pendistribusian obat, perbekalan
kesehatan, alat kesehatan sebelum didistribusikan ke rumah sakit. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat mendesain gudang adalah kemudahan bergerak, ventilasi yang baik, rak
dan palet, kondisi penyimpanan khusus, proteksi kebakaran. Selain itu, obat disiapkan
dalam dosis dan urutan abjad (Depkes, 2007).
Adapun dalam penelitian (Putra, 2020) bahwa berdasarkan observasi awal,
ditemukan bahwa petugas apotek tidak menerapkan sistem dispensing FIFO dan FEFO.
Juga diamati bahwa Apotek Kimia Farma GKB memiliki rentang hasil yang sangat baik
untuk penerapan penyimpanan obat, 81% - 100% dengan nilai 100%. Hal ini menunjukkan
bahwa Apotek Kimia Farma GKB telah memenuhi standar penyimpanan berdasarkan
Permenkes No. 2016 No. 73 Standar Pelayanan Obat Apotek.