Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2022, 2 (3), 352-357
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v2i3.354 352
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
Fikriyyah1*, Rizky Adriansyah2
Politeknik Piksi Ganesha Bandung, Indonesia1, 2
bundafikriyyah@gmail.com1*, [email protected]2
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
31-08-2021
20-03-2022
25-03-2022
Batuk merupakan keluhan yang umum ditemui masyarakat dan tergolong
ringan. Karena itu, orang lebih suka mengobati sendiri saat
menghadapinya. Namun dalam praktiknya, pemulihan mandiri mampu
menjadi muasal kesalahan pemulihan karena keterbatasan wawasan
masyarakat mengenai obat dan pemakaiannya. Memberikan pemahaman
yang baik kepada masyarakat tentang pemulihan sendiri batuk dari
seorang apoteker. Maksud dari riset ini adalah untuk memahami seberapa
puas pelayanan swamedikasi batuk di apotek Arjasari. Jenis riset ini
memakai desain kualitatif dengan metode riset deskriptif. Melakukan
pendataan, yaitu semua data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Dari riset diperoleh hasil koefisien korelasi sperman rank sebesar (0.806)
ini memperlihatkan bahwa Variabel reliabilitas, daya tanggap, jaminan,
empati, dan berwujud secara bersama-sama atau simultan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan klien (64,9%), sedangkan variabel sisanya
(35,1%) disumbangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Berdasarkan riset yang telah saya lakukan, berdasarkan hasil riset mampu
disimpulkan bahwa mayoritas klien sangat puas dengan kinerja pelayanan
ditinjau dari kualitas pelayanan yang dirasakan klien. petugas toko obat
arjasari dalam melayani klien Swamedikasi.
Kata kunci: swamedikasi; kualitas pelayanan; kepuasan klien
Abstract
Cough is a common complaint encountered by the community and is
classified as mild. Therefore, people prefer to self-medicate when faced
with it. However, in practice, self-medication can be a source of
medication errors due to limited public knowledge about drugs and their
use. Provide a good understanding to the community about cough self-
medication from a pharmacist. The purpose of this study was to determine
how satisfied the cough self-medication service was at the Arjasari
pharmacy. This type of research uses a qualitative design with descriptive
research methods. Collecting data, namely all data that meet the
inclusion and exclusion criteria. From the research, the results of the
sperman rank correlation coefficient of (0.806) indicate that the variables
of reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangibles together
or simultaneously have a significant effect on customer satisfaction
(64.9%), while the remaining variables (35 ,1%) contributed by other
variables not examined by the authors. Based on the research that I have
done, based on the results of the study it can be concluded that the
majority of customers are very satisfied with service performance in
terms of service quality perceived by customers. Arjasari drug store clerk
in serving self-medication customers.
Keywords: self-medication; service quality;customer; satisfaction
*Correspondence Author: Fikriyyah
Fikriyyah, Rizky Adriansyah /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 352-357
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
353
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang esensial dan mendasar dalam kehidupan manusia
(Prasetyo, 2013). Selama hidup manusia membutuhkan kesehatan untuk menjalankan
aktivitasnya masing-masing (Irmawati, 2017). Pemulihan sendiri atau swamedikasi dengan
obat-obatan sederhana mampu ditawarkan secara gratis di apotek tanpa terlebih dahulu
berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan (Suherman & Febrina, 2018).
Pemulihan mandiri biasanya dipakai untuk menangani keluhan utama dan penyakit
ringan secara tepat dan efektif seperti demam, nyeri, pusing, batuk, flu, sakit maag, diare,
penyakit kulit (Harahap et al., 2017). Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS), 66% pasien di Indonesia melakukan pemulihan sendiri untuk mengobati
penyakitnya (pemulihan sendiri) (Mardiati et al., 2021).
Sementara itu, hasil Kajian Kesehatan Dasar 2013 memperlihatkan bahwa 35,2%
masyarakat Indonesia menyimpan obat-obatan di rumah, baik yang diperoleh dari resep
dokter maupun yang dibeli secara gratis (Kemenkes, 2013). 81,9% orang menyimpan obat
keras tanpa resep, termasuk antibiotik. Data ini memastikan bahwa banyak orang yang
melakukan pemulihan sendiri. Untuk itu harus diimbangi dengan informasi yang cukup
agar tidak terjadi kesalahan (Musdalipah, 2018). Batuk merupakan respon alami tubuh
terhadap gangguan eksternal pada sistem pertahanan jalan nafas. Melalui batuk, tubuh
mengeluarkan lendir atau bahan iritan lainnya untuk mengeluarkan paru-paru (Faisal,
2017). Sewaktu melaksanakan swamedikasi dengan benar, masyarakat mesti memahami
informasi yang jelas dan terpercaya mengenai obat-obat yang dipakai (Patriana, 2019).
Swamedikasi yang benar perlu memperhatikan beberapa hal yaitu mengenai kondisi Ketika
akan melakukan swamedikasi, memahami kemungkinan interaksi obat, mengetahui obat-
obat yang mampu dipakai untuk swamedikasi, mewaspadai efek samping yang mungkin
muncul, meneliti obat yang akan dibeli mengetahui cara pemakaian obat yang benar, dan
mengetahui cara penyimpanan obat yang benar (BPOM, 2014).
Sebagaimana dalam riset (Izzatin, 2016), pandangan apoteker di beberapa apotik
di Surabaya Selatan terhadap pelayanan pemulihan sendiri pasien. Teknik pengumpulan
data yang dipakai dalam riset ini tidak dilakukan dengan desain potong lintang dan
pengambilan sampel probability sampling dilakukan dengan memakai teknik continuous
sampling. Menurut hasil dalam riset tersebut, 37,88% pasien tidak memiliki kognisi
konsultasi apoteker, 682,25% pasien menganggap rekomendasi pemulihan sebagai baik,
68,2% pasien menganggap apoteker melakukan pekerjaan yang cukup baik.
Adapun dalam riset (Miharti, 2019), pengumpulan data dilakukan secara insidental
metode pengambilan sampel dan pemakaian adalah cross sectional. Hasilnya
memperlihatkan Kepuasan pasien rawat jalan terhadap hasil riset ini pelayanan
kefarmasian di apotek rawat jalan di rumah sakit Islam kratten.
Namun dalam riset (Ananda et al., 2013), hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dan perilaku pemulihan sendiri pada pasien dengan matrium diklofenak di
Apotek Arjasari belum ada riset tentang pemulihan sendiri batuk, baik obat yang benar,
tepat indikasi, tepat dosis, tepat pasien mendorong peneliti untuk melakukan riset ini agar
terapi yang dilakukan tepat sehingga menmampukan keberhasilan dalam pemulihan.
Berdasarkan diuraikan diatas, peneliti akan membahasnya Untuk mengetahui
bagaimana Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari.
METODE RISET
Riset ini tergolong riset deskriptif, yaitu riset yang menggambarkan secara
sistematis ketepatan pemulihan sendiri batuk pada masyarakat yang berkunjung ke Apotik
Arjasari (Sugiyono, 2018). Pelaksanaan riset ini dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, tahap
Fikriyyah, Rizky Adriansyah /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 352-357
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
354
persiapan adalah mengidentifikasi lokasi riset, populasi, dan sampel yang akan dipakai
untuk riset, kemudian menyusun daftar pertanyaan (kuesioner). Kedua, tahap
implementasi, meliputi pengisian kuesioner dan pengumpulan data. Ketiga adalah tahap
terakhir, di mana analisis data dilakukan dan ditarik kesimpulan dari temuan riset.
Populasi dalam riset ini adalah seluruh masyarakat yang membeli obat
Swamedikasi batuk di toko obat Arjasari Pada masyarakat dewasa yang berusia 25-45
tahun yang berkunjung di toko obat arjasari selama 1 minggu 175 orang Sampel
dalam riset ini harus memenuhi kriteria inklusi yaitu masyarakat yang berusia 26-45 tahun,
tidak cacat mental, bisa baca tulis, bersedia menjadi responden.
Dalam menetukan jumlah sampel dipakai rumus sebagai berikut:
󰇛󰇜
Keterangan
n = besar sampel yang diambil
N = besar populasi
e = penyimpanan populasi atau derajat ketetapan yang diinginkan berdasarkan
rumus diatas, dengan derajat penyimpangan 10% atau 0,1
Maka : 
󰇛󰇜 
Dari hasil yang diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam riset ini
sebanyak 64 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Akumulatif jawaban responden terhadap
variabel Pelayanan Petugas Toko Obat Arjasari (X)
No.
Indikator
Skor
1
Reliability
829
2
Responsivens
804
3
Assurance
819
4
Empathy
710
5
Tangibles
786
Berdasarkan tabel 1 mampu dilihat bahwa dari 5 indikator variabel pelayanan
Petugas Toko Obat Arjasari bahwa skor yang paling tinggi diperoleh pada indikator
Reliability yaitu 829 dan skor terendah diperoleh oleh indikator Empathy y yaitu 710.
Tabel 2. Hasil uji indikator variabel pelayanan Petugas Toko Obat Arjasari (X)
Berdasarkan tabel 2 kepuasan klien terhadap pelayanan Petugas Toko Obat
adalah :
Skor untuk 100 orang yang menjawab SS: 100 x 5 = 500
Alternatif Jawaban
Skor
SS X 5
S X 4
TS X 3
TS X 2
STS X1
445
304
69
8
3
829
370
352
72
10
0
804
435
292
75
8
3
813
415
322
63
8
1
809
310
376
90
8
2
786
1975
1646
369
42
18
4.041
48.87%
40.73%
9.13%
1.03%
0,44%
100%
Fikriyyah, Rizky Adriansyah /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 352-357
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
355
Skor untuk 76 orang yang menjawab S: 76 x 4 = 304
Skor untuk15 orang yang menjawab RG: 15 x 3 = 45
Skor untuk 1 orang yang menjawab TS: 1 x 2 = 2
Skor untuk 1 orang yang menjawab STS: 0 x 1 = 0
Total skor = 851
Untuk menmampukan hasil interpretasi, terlebih dahulu perlu diketahui skor
tertinggi (X) dan skor terendah (Y) dari item evaluasi, rumusnya sebagai berikut:
Y = Skor Likert Tertinggi x Jumlah Responden (Jumlah Tertinggi 5) “Nilai Bobot
Mengikuti” X = Skor Likert Terendah x Jumlah Responden (Angka Terendah 1) “Bobot
Skor TertinggiSkor item SS tertinggi adalah 5 x 180 = 900, sedangkan item STS memiliki
skor 1 x 180 = 180. Oleh karena itu, jika skor keseluruhan responden adalah 531, maka
penilaian kepuasan klien terhadap pelayanan petugas apotek merupakan hasil nilai yang
dihasilkan dengan memakai rumus % Index. Formula Indeks % = Total Skor/Y x 100% =
851 / 900 x 100 % = 94.5%.
Tabel 3. Kepuasan Klien
No.
Pernyataan
Alternatif jawaban
SS
S
RG
TS
STS
1
Saya tidak mengeluh terhadap pelayanan
Petugas Petugas Toko Obat Arjasari dalam
memerikan informasi swamedikasi batuk
27
37
0
0
0
2
Saya merasa puas dengan keramahan &
kesopanan Petugas Petugas Toko Obat
Arjasari sehingga saya berminat untuk
berkunjung kembali
38
23
3
0
0
3
Saya akan menyarankan teman atau kerabat
untuk berobat di Toko Obat Arjasari karena
pelayanan yang pasien mampukan sangat
memuasakan
35
16
12
1
Jumlah
100
76
15
1
0
Berdasarkan tabel 2 secara kontinum interval mampu digambarkan sebagai berikut
:
Jumlah skor ideal :
Nilai Maksimal : 5 x 15 x 64 = 4800
Interval : 4800 : 5 = 6000
Gambar 1. Interval penilaian variabel (X)
Sangat Tinggi Tinggi Sangat Rendah
4800 2000 1500 0
960
Sedang Rendah
3000
4104
Pada gambar 1 perhitungan pada variabel pelayanan customer service berada
diiposisi sangat tinggi, maka mampu disimpulkan rata-rata responden yaitu sebanyak
85,5% menyatakan puas dan setuju dan 14,5% menyatakan kurang puas dan kurang setuju
hal ini memperlihatkann bahwa variabel tsb sudah terlaksana dengan baik.
Gambar 2. Interval penilaian terhadap Dimensi Kepuasan Klien (Y)
Fikriyyah, Rizky Adriansyah /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 352-357
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
356
STS TS SSS
180 400 800 851 900600
RG
Pada gambar 2 perhitungan pada Dimensi Kepuasan Klien berada di posisi sangat
setuju. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan Petugas Toko Obat di Toko Obat Arjasari
sudah sangat memuaskan kliennya.
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
Uji korelasi Spearman Rank terhadap dua variabel dan koefisien determinasi
Korelasi Rank Spearman dipakai untuk mengukur hubungan antara dua variabel, dimana
kedua variabel tersebut berbentuk rangking atau kedua variabel tersebut berada pada skala
ordinal (Nurwicaksono & Ganggi, 2019). Maka dalam riset ini penulis memakai korelasi
Spearman Rank untuk mengetahui seberapa besar hubungan pelayanan Petugas Toko Obat
dengan kepuasan Klien. Maka penulis menghitung secara manual dengan hasil perhitungan
:

󰇛 󰇜

󰇛 󰇜

󰇛󰇜
= 0.806
Koefisien Determinasi
Kd = 0.8062 x 100%
= 64.9x 100%
= 64,9%
Artinya pelayanan Petugas Toko Obat berpengaruh terhadap 64,9% dan 35,1%
kepuasan klien dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil riset mampu disimpulkan bahwa mayoritas klien sangat puas
dengan kinerja pelayanan ditinjau dari kualitas pelayanan yang dirasakan klien petugas
toko obat arjasari dalam melayani klien Swamedikasi. Penilaian ini didasarkan pada
pelayanan yang diberikan kepada klien telah dilakukan dengan cukup baik. Kepuasan
responden terhadap pelayanan medis yang diterima diukur dari lima dimensi, yaitu
keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati, dan tampilan fisik pelayanan.
Kepuasan pasien berdasarkan dimensi kehandalan yang diberikan oleh petugas
toko obat arjasari yakni puas dengan presentasi sebesar 92%. Kepuasan pasien berdasarkan
dimensi respon pemberian pelayanan kefarmasian di petugas toko obat arjasari yakni puas
dengan presentasi sebesar 89,3%. Kepuasan pasien berdasarkan dimensi jaminan yang
diberikan oleh pelayanan kefarmasian di petugas toko obat arjasari yakni puas dengan
presentasi sebesar 90%. Kepuasan pasien berdasarkan dimensi empati yang diberikan oleh
pelayanan kefarmasian di petugas toko obat arjasari yakni puas dengan presentasi sebesar
91%. Kepuasan pasien berdasarkan dimensi berwujud yang diberikan oleh pelayanan
kefarmasian di petugas toko obat arjasari yakni puas dengan presentasi sebesar 76%.
Fikriyyah, Rizky Adriansyah /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 352-357
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
357
BIBLIOGRAFI
Ananda, D. A. E., Pristianty, L., & Rachmawati, H. (2013). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Perilaku Swamedikasi Obat Natrium Diklofenak di Apotek.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia),
10(2). https://doi.org/10.30595/pji.v10i2.795
BPOM, R. I. (2014). Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan republik
Indonesia nomor 7 tahun 2014 tentang pedoman uji toksisitas nonklinik secara In
Vivo. Jakarta: BPOM RI.
Faisal, A. (2017). Pengaruh batuk Efektif Terhadap Perubahan Derajat Sesak Napas Pada
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di Poliklinik Paru RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Harahap, N. A., Khairunnisa, K., & Tanuwijaya, J. (2017). Pengetahuan pasien dan
rasionalitas swamedikasi di tiga apotek kota Panyabungan. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 3(2), 186192. https://doi.org/10.29208/jsfk.2017.3.2.124
Irmawati, S. (2017). Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Sangurara Kecamatan
Tatanga Kota Palu. Katalogis, 5(1).
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Katalogis/article/view/7968
Izzatin, I. A. N. (2016). Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Swamedikasi Oleh Apoteker
di Beberapa Apotik Wilayah Surabaya Selatan. Calyptra, 4(2), 115.
https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/2090
Kemenkes, R. I. (2013). Riset kesehatan dasar tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Mardiati, N., Islamiyah, R., & Fitriah, R. (2021). Pengaruh Iklan Obat Flu Di Televisi
Terhadap Perilaku Swamedikasi. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 3(1), 3544.
https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.103
Miharti, I. (2019). Gambaran Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Rawat Jalan Rumah Sakit Kolonel Abundjani Bangko. Jurnal Kesehatan Dan Sains
Terapan, 5(2), 6671. https://doi.org/10.30595/pji.v10i2.795
Musdalipah, M. (2018). Pemberdayaan masyarakat tentang swamedikasi melalui edukasi
Gema Cermat dengan metode CBIA. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(1), 106112. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v2i1.1085
Nurwicaksono, D., & Ganggi, R. I. P. (2019). Kualitas Layanan Sirkulasi Terhadap
Kepuasan Pemustaka Pasca Sentralisasi di Perpustakaan Universitas Islam Nahdlatul
Ulama Jepara Pada Mahasiswa Angkatan 2015. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 8(3), 260
271.
Patriana, M. L. (2019). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Swamedikasi Di RW 01
Dan RW 02 Kelurahan Sarotari Timur Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores
Timur. Poltekkes Kemenkes Kupang.
Prasetyo, Y. (2013). Kesadaran masyarakat berolahraga untuk peningkatan kesehatan dan
pembangunan nasional. Medikora, 11(2).
https://doi.org/10.21831/medikora.v11i2.2819
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta Bandung.
Suherman, H., & Febrina, D. (2018). Pengaruh faktor usia, jenis kelamin, dan pengetahuan
terhadap swamedikasi obat. Viva Medika, 2, 94108.
https://doi.org/10.35960/vm.v10i2.449
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).