Fikriyyah, Rizky Adriansyah /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 352-357
Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari
353
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang esensial dan mendasar dalam kehidupan manusia
(Prasetyo, 2013). Selama hidup manusia membutuhkan kesehatan untuk menjalankan
aktivitasnya masing-masing (Irmawati, 2017). Pemulihan sendiri atau swamedikasi dengan
obat-obatan sederhana mampu ditawarkan secara gratis di apotek tanpa terlebih dahulu
berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan (Suherman & Febrina, 2018).
Pemulihan mandiri biasanya dipakai untuk menangani keluhan utama dan penyakit
ringan secara tepat dan efektif seperti demam, nyeri, pusing, batuk, flu, sakit maag, diare,
penyakit kulit (Harahap et al., 2017). Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS), 66% pasien di Indonesia melakukan pemulihan sendiri untuk mengobati
penyakitnya (pemulihan sendiri) (Mardiati et al., 2021).
Sementara itu, hasil Kajian Kesehatan Dasar 2013 memperlihatkan bahwa 35,2%
masyarakat Indonesia menyimpan obat-obatan di rumah, baik yang diperoleh dari resep
dokter maupun yang dibeli secara gratis (Kemenkes, 2013). 81,9% orang menyimpan obat
keras tanpa resep, termasuk antibiotik. Data ini memastikan bahwa banyak orang yang
melakukan pemulihan sendiri. Untuk itu harus diimbangi dengan informasi yang cukup
agar tidak terjadi kesalahan (Musdalipah, 2018). Batuk merupakan respon alami tubuh
terhadap gangguan eksternal pada sistem pertahanan jalan nafas. Melalui batuk, tubuh
mengeluarkan lendir atau bahan iritan lainnya untuk mengeluarkan paru-paru (Faisal,
2017). Sewaktu melaksanakan swamedikasi dengan benar, masyarakat mesti memahami
informasi yang jelas dan terpercaya mengenai obat-obat yang dipakai (Patriana, 2019).
Swamedikasi yang benar perlu memperhatikan beberapa hal yaitu mengenai kondisi Ketika
akan melakukan swamedikasi, memahami kemungkinan interaksi obat, mengetahui obat-
obat yang mampu dipakai untuk swamedikasi, mewaspadai efek samping yang mungkin
muncul, meneliti obat yang akan dibeli mengetahui cara pemakaian obat yang benar, dan
mengetahui cara penyimpanan obat yang benar (BPOM, 2014).
Sebagaimana dalam riset (Izzatin, 2016), pandangan apoteker di beberapa apotik
di Surabaya Selatan terhadap pelayanan pemulihan sendiri pasien. Teknik pengumpulan
data yang dipakai dalam riset ini tidak dilakukan dengan desain potong lintang dan
pengambilan sampel probability sampling dilakukan dengan memakai teknik continuous
sampling. Menurut hasil dalam riset tersebut, 37,88% pasien tidak memiliki kognisi
konsultasi apoteker, 682,25% pasien menganggap rekomendasi pemulihan sebagai baik,
68,2% pasien menganggap apoteker melakukan pekerjaan yang cukup baik.
Adapun dalam riset (Miharti, 2019), pengumpulan data dilakukan secara insidental
metode pengambilan sampel dan pemakaian adalah cross sectional. Hasilnya
memperlihatkan Kepuasan pasien rawat jalan terhadap hasil riset ini pelayanan
kefarmasian di apotek rawat jalan di rumah sakit Islam kratten.
Namun dalam riset (Ananda et al., 2013), hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dan perilaku pemulihan sendiri pada pasien dengan matrium diklofenak di
Apotek Arjasari belum ada riset tentang pemulihan sendiri batuk, baik obat yang benar,
tepat indikasi, tepat dosis, tepat pasien mendorong peneliti untuk melakukan riset ini agar
terapi yang dilakukan tepat sehingga menmampukan keberhasilan dalam pemulihan.
Berdasarkan diuraikan diatas, peneliti akan membahasnya Untuk mengetahui
bagaimana Tingkat Kepuasan Pelayanan Swamedikasi Batuk di Toko Obat Arjasari.
METODE RISET
Riset ini tergolong riset deskriptif, yaitu riset yang menggambarkan secara
sistematis ketepatan pemulihan sendiri batuk pada masyarakat yang berkunjung ke Apotik
Arjasari (Sugiyono, 2018). Pelaksanaan riset ini dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, tahap