ANALISIS PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS TERHADAP PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA PERIODE JANUARI-MARET 2021

 

 

Inata Sari Ester Natalia1, Wempi Eka Rusmana2

Program Studi Farmasi, Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia1

Program Studi Farmasi, Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia2

[email protected]1, [email protected]2

 

 

 

Abstrak

Received:

Revised :

Accepted:

15-09-2021

08-02-2022

10-02-2022

 

Latar Belakang: Tuberkulosis semakin tidak terkendali di banyak negara berkembang hingga sepertiga penduduk dunia saat ini terinfeksi. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya yang paling efisien untuk mencegah penyebaran kuman TB lebih lanjut.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan obat TB, data demografi pasien (umur, jenis kelamin, status pengobatan, dll) dan untuk mengetahui kepatuhan pasien dalam pengobatan TB di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengambil data primer dari resep dokter yang menggandung obat antituberculosis di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur. Setelah pengumpulan data selesai, data dianalisa mengunakan metode analisa deskriptif univariat.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian peresepan Obat Antituberkulosis dalam bentuk kombinasi dari beberapa obat terhadap Pedoman Penanggulangan Nasional Tuberkulosis tahun 2016 dari Kementrian Kesehatan RI. Sejumlah 182 orang penderita dengan persentase sebesar 92,86 % dinyatakan mengikuti pengobatan secara lengkap. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah penderita yang patuh dalam melaksanakan pengobatan sangat tinggi.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peresepan obat-obatan Tuberkulosis telah sesuai dengan Pedoman Penanggulangan Nasional Tuberkulosis tahun 2016 dari Kementrian Kesehatan RI, dengan jumlah penderita laki-laki lebih besar dibandingkan dengan penderita perempuan dengan range usia 46-55 tahun, dengan kepatuhan pasien sebesar 92,86%.

Kata kunci: tuberkulosis paru; obat antituberkulosis, OAT;

�������������������� resep; rawat jalan.

 

 

 

 

Abstract

 

Background: Tuberculosis is getting out of control in many developing countries until one third of the world's population is currently infected. TB treatment is one of the most efficient efforts to prevent the further spread of TB germs.

Objective: This study aims to determine the suitability of TB drug use, patient demographic data (age, gender, treatment status, etc.) and to determine patient compliance in TB treatment at Mitra Keluarga Hospital, East Bekasi.

Methods: This study used a quantitative descriptive method, namely by taking primary data from doctor's prescriptions containing antituberculosis drugs at Mitra Keluarga Hospital, East Bekasi. After the data collection was completed, the data were analyzed using the univariate descriptive analysis method.

Results: The results showed that there was a suitability of prescribing Antituberculosis Drugs in the form of a combination of several drugs against the 2016 National Tuberculosis Management Guidelines from the Indonesian Ministry of Health. A total of 182 patients with a percentage of 92.86% were declared to have followed the complete treatment. This number shows that the number of patients who are obedient in carrying out treatment is very high.

Conslusion: From the results of the study, it can be concluded that the prescription of tuberculosis drugs is in accordance with the 2016 National Guidelines for Tuberculosis Management from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, with more male patients than female patients with an age range of 46-55 years, with patient compliance of 92.86 %.

Keywords: pulmonary tuberculosis; antituberculosis

medication; OAT; prescription outpatient.

*Correspondence Author : Inata Sari Ester Natalia

Email : [email protected]

 

 

PENDAHULUAN

 

Tuberkulosis (TB) tetap menjadi pembunuh menular utama secara global. TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebabkan infeksi (Organization, 2020). Jika tidak diobati atau diobati dengan tidak tepat, TB menyebabkan kerusakan jaringan yang progresif dan akhirnya kematian. TB tidak terkendali di banyak negara berkembang sampai pada titik di mana sepertiga populasi dunia saat ini terinfeksi (Munawarah et al., 2019).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan ke individu yang rentan melalui semprotan dahak (dorplet) dari pasien TB (Rohman et al., 2019). Kebanyakan Mycobacterium tuberculosis menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ lain, seperti pleura, intima, kulit, kelenjar getah bening, tulang, persendian, usus, sistem genitourinari, dan sebagainya (Rosyid & Roshani, 2019).

Bakteri ini berbentuk batang dan memiliki sifat khusus pewarnaan tahan asam, sehingga disebut juga basil tahan asam (BTA) (Depkes, 2008a). Jika tidak ditangani secara menyeluruh, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya dan kemungkinan kematian (Kemenkes, 2015). Pada tahun 2016, 1,7 juta orang meninggal karena TB secara global. Secara global, diperkirakan ada 10,4 juta kasus baru TB, termasuk 6,7 juta pada pria, 3,2 juta pada wanita dan 1 juta pada anak-anak (Organization, 2017).

Seiring meningkatnya resistensi obat, sangat penting bahwa upaya besar dilakukan untuk mengendalikan TB sebelum obat yang paling ampuh tidak lagi efektif. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sendiri sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (Asauri, 2021). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TB tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan (Azwar et al., 2017).

Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan, begitu juga yang terjadi di negara-negara lain (Depkes, 2008b). Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko TB misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan obat TB, data demografi pasien (umur, jenis kelamin, status pengobatan) dan untuk mengetahui kepatuhan pasien dalam pengobatan TB di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.

 

 

METODE PENELITIAN

 

Metode penelitian yang di gunakan adalah dengan menggunakan metode deskripsi kuantitatif yaitu dengan mengambil data primer dari resep dokter yang menggandung obat antituberkulosis di unit Rawat Jalan Rumah sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur periode Januari-Maret 2021 (Sugiyono, 2017). Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data dari tim pengendali TB di Instalasi Farmasi RS Mitra Keluarga Bekasi Timur yang dikelompokan berdasarkan usia, jenis kelamin dan kesesuaian obat OAT diresepkan. Data yang telah diproses dalam pengumpulan data akan di ubah dalam bentuk tabel , kemudian data diolah menggunakan program komputer yang terdiri dari editing, coding, entry, verifikasi, output komputer. Setelah pengumpulan data selesai, data dianalisa mengunakan metode analisa deskriftif univariat.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Data yang diperoleh dari resep penderita TB paru di rawat jalan dewasa yang mengandung OAT di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur periode Januari-Maret 2021 adalah 196 lembar.

 

Tabel 1. Jumlah Resep Rawat Jalan

No.

Bulan

Frekuensi

Persentase

1

Januari

70

35.71%

2

Februari

57

29.08%

3

Maret

69

35.20%

 

Total

196

100.00%

 

Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh :

1.   Pengelompokkan data berdasarkan Kategori OAT

Resep yang mengandung Obat Antituberkulosis (OAT) pada penderita kategori satu sebanyak 137 pasien dengan persentse 69,90%, sedangkan resep penderita paru yang mengikuti Obat Antituberkulosis (OAT) kategori dua sebanyak 59 pasien dengan persentase 30,10 %.

 

Tabel 2. Jumlah Pasien Berdasarkan Kategori OAT

No.

Kategori

Frekuensi

Persentase

1

OAT I

137

69.90%

2

OAT II

59

30.10%

 

Total

196

100.00%

 

Berdasarkan tabel 2 dari 196 pasien yang merupakan pasien yang termasuk OAT kategori I intensif (R/H/Z/E) sebanyak 31 pasien dengan persentase 15,82% dan OAT kategori I fase lanjutan (R/H) sebanyak 106 pasien dengan persentase 54,08%, sedangakan untuk OAT kategori II fase intensif (R/H/Z/E/S) sebanyak 5 pasien dengan persentase 2,55% dan OAT kategori II fase lanjutan (R/H/E) sebanyak 54 pasien dengan persentase 27,55%.

 

Tabel 3. Distribusi OAT Berdasarkan Jumlah OAT kategori I dan II

Fase Intensif dan Lanjutan

No.

Usia

Frekuensi

Persentase

1

OAT I Intensif

31

15.82%

2

OAT I Lanjutan

106

54.08%

3

OAT II Intensif

5

2.55%

4

OAT II Lanjutan

54

27.55%

 

Total

196

100.00%

 

2.   Pengelompokkan data berdasarkan Jenis Kelamin

Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin pada penderita TB Paru di poliklinik tersebut diperoleh sejumlah 103 orang penderita laki laki dengan persentase 52,55% dan sejumlah 93 orang penderita perempuan dengan persentase sebesar 47,45%.

 

Tabel 4. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

No.

Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase

1

Laki-Laki

103

52.55%

2

Perempuan

93

47.45%

 

Total

196

100.00%

 

3.   Pengelompokkan data berdasarkan Usia

Jumlah usia penderita TB Paru yang berobat di poliklinik tersebut dengan range usia diatas 15 sampai 25 tahun yaitu sejumlah 21 penderita dengan persentase 10,71%, range usia antara diatas 26 tahun sampai 35 tahun sejumlah 57 penderita dengan angka persentase sebesar 29,08%, range usia diatas 36 tahun sampai 45 tahun yaitu sejumlah 45 penderita adalah 22,96%, range usia di atas 46 sampai 55 tahun yaitu sejumlah 64 penderita adalah 32,65% dan usia penderita diatas 55 sampai 65 tahun sejumlah 9 penderita dengan angka persentase adalah 4,59%.

 

Tabel 5. Jumlah Pasien Berdasarkan Usia

No.

Usia

Frekuensi

Persentase

1

15-25 Tahun

21

10.71%

2

26-35 Tahun

57

29.08%

3

36-45 Tahun

45

22.96%

4

46-55 Tahun

64

32.65%

5

56-65 Tahun

9

4.59%

 

Total

196

100.00%

 

4.   Pengelompokkan data berdasarkan Status Pengobatan

Jumlah penderita TB Paru di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur dibagi menjadi tiga kategori yaitu penderita yang Drop Out dan Pengobatan Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 14 orang penderita Drop Out / DO dengan persentase sebesar 7,14%, sejumlah dan sejumlah 182 orang penderita yang mengikuti pengobatan lengkap dengan persentase 92,86% adalah penderita TB Paru dengan persentase terbesar yang berobat di poliklinik tersebut.

 

Tabel 6. Jumlah Pasien Berdasarkan Status Pengobatan

No.

Status Pengobatan

Frekuensi

Persentase

1

Pengobatan Lengkap

182

92.86%

2

DO

14

7.14%

 

Total

196

100.00%

 

Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian peresepan Obat Antituberkulosis (OAT) dalam bentuk kombinasi dari beberapa obat terhadap Formularium di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur Edisi tahun 2020, dan Pedoman Penanggulangan Nasional Tuberkulosis tahun 2016 dari Kementrian Kesehatan RI. Dari data diatas diperoleh Obat Antituberkulosis kategori I adalah sebesar 69,90% yang termasuk kategori satu fase intensif R / H / Z / E dan kategori satu fase lanjutan R / H. Sedangkan pada perolehan Obat Antituberkulosis (OAT) kategori II adalah 30,10%, termasuk kategori dua fase intensif R / H / Z/ E/ S dan kategori dua fase lanjutan 2R / H / Z / E. (Pada tabel 2) Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh Obat Antituberkulosis (OAT) yang telah dikombinasi dari beberapa obat yang ada telah sesuai dengan beberapa pedoman yang berlaku di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.

Dari hasil perolehan data tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa penggunaan obat - obat generik seperti yang terdapat pada program DOTS / kombinasi obat pada tiap - tiap kategori baik kategori satu maupun dua adalah secara keseluruhan termasuk ke dalam kategori obat generik seperti Rifampisin (R), Streptomicin (S), Ethambutol (E), Pirazinamid (Z) dan Isoniazidum (I). Kombinasi obat tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi kuman pada penderita TB Paru, dan bertujuan untuk membantu mempermudah pelaksanaaan pengobatan TB Paru bagi para petugas kesehatan (dokter, apoteker, dan sebagainya) khususnya bagi kesembuhan penderita TB Paru itu sendiri (Yuyun, 2019).

Berdasarkan jenis kelamin penderita TB Paru diperoleh bahwa sejumlah 86 orang penderita TB Paru laki � laki dengan angka persentase sebesar 52,55 % adalah penderita terbanyak dibandingkan penderita TB Paru perempuan sejumlah 93 orang dengn angka persentase sebesar 47,45 % (Pada tabel 4). Hasil demikian disebabkan karena hampir pada sebagian besar laki � laki cenderung lebih banyak bekerja di luar ruangan dan juga lebih sering mengkonsumsi rokok bila dibandingkan dengan perempuan (Elista, 2016).

Berdasarkan usia penderita TB Paru rawat jalan dewasa dengan usia 15 sampai dengan 65 tahun diperoleh bahwa sejumlah 64 orang penderita yang berusia diatas 46 sampai dengan 55 tahun adalah penderita dengan persentase terbesar yaitu 32,65 % (Pada tabel 5). Data tersebut menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap karakteristik biografis individu, usia dewasa lebih dapat mengambil keputusan dengan optimal dan mandiri dalam menentukan suatu pilihan terutama pilihan akan sadar pentingnya berobat dan minum obat (Susilawati, 2019).

Hasil penelitian diperoleh bahwa sejumlah 182 orang penderita dengan persentase sebesar 92,86 % yang dinyatakan mengikuti pengobatan secara lengkap merupakan jumlah penderita terbesar (Pada tabel 6). Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah penderita yang patuh dalam melaksanakan pengobatan dapat diketahui dengan melihat jumlah yang mengikuti pengobatan secara lengkap (pemeriksaan BTA (-) atau rontgen (-).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah penderita yang mengikuti pengobatan lengkap maka, seakin besar pula jumlah penderita yang patuh dalam mengikuti program pengobatan secara lengkap. Dari data tersebut dapat diketahui masih adanya penderita yang memiliki kesadaran yang kurang akan pentingnya pemeriksaan laboratorium pada akhir pengobatan (BTA atau rontgen). Selain itu dari hasil penelitian ini juga diperoleh persentase penderita yang drop out (DO) atau gagal dalam melaksanakan pengobatan sebesar 7,14 %. Hasil demikian menunjukkan bahwa masih terdapat penderita yang belum memiliki kesadaran dalam melaksanakan pengobatan secara lengkap dan juga adanya kasus � kasus seperti � Multi Drug Resistance (MDR).

 

 

KESIMPULAN

 

Sebagaimana pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Peresepan Obat - obatan Tuberkulosis (OAT) telah sesuai dengan Formularium di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur Edisi tahun 2020, dan Pedoman Penanggulangan Nasional Tuberkulosis tahun 2016 dari Kementrian Kesehatan RI adalah untuk penderita kategori satu fase intensif dan lanjutan adalah sebesar 69,90% dan kategori dua fase intensif dan lanjutan adalah sebesar 30,10%. Penderita TB Paru laki � laki, yakni sebesar 52,55% lebih besar dibandingkan dengan penderita TB Paru perempuan sebesar 47,45%. Penderita TB Paru rawat jalan dewasa dengan usia diatas 46 sampai dengan 55 tahun adalah penderita dengan persentase terbesar yaitu 32,65 %. Penderita TB Paru dengan persentase 92,86% merupakan persentase terbesar, yang terdiri dari penderita dengan Pengobatan Lengkap. Semakin banyak jumlah penderita TB Paru mengikuti pengobatan lengkap maka semakin besar pula jumlah penderita yang patuh dalam mengikuti pengobatan secara lengkap. Meskipun demikian masih adanya penderita TB Paru yang memiliki kesadaran yang kurang akan pentingnya pemeriksaan laboratorium pada akhir pengobatan (BTA atau rontgen).

 

 

BIBLIOGRAFI

Asauri, K. (2021). Evalusi rasionalitas penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru periode tahun 2019-2020 di Puskesmas Bululawang Kabupaten Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Azwar, G. A., Noviana, D. I., & Hendriyono, F. X. (2017). Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru dengan Multidrug-Resistant Tuberculosis (Mdr-Tb) di RSUD Ulin Banjarmasin. Berkala Kedokteran, 13(1), 23�32.

Depkes, R. I. (2008a). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes. SK/IV/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit. www. depkes. go. id.

Depkes, R. I. (2008b). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 18.

Depkes RI. (2018). InfoDatin Tuberculosis 2018. Kementerian Kesehatan RI.

Elista, R. (2016). Gambaran paparan asap rokok pada ibu hamil berdasarkan usia kehamilan di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal Sistem Kesehatan, 2(1).

Kemenkes, R. I. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Munawarah, M., Djide, M. N., Santoso, A., Wahyudin, E., Sartini, S., & Djabir, Y. Y. (2019). Pengaruh Penggunaan Sediaan Fixed Dose Combination (FDC) Dibandingkan Dengan Tablet Lepas Obat Anti-Tuberkulosis Terhadap Peningkatan Nilai Sgpt dan Sgot Pada Pasien Tuberkulosis di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. Majalah Farmasi Dan Farmakologi, 23(1), 32�34.

Organization, W. H. (2017). Cardiovascular Disease, World Heart Day 2017. Who.

Organization, W. H. (2020). WHO consolidated guidelines on tuberculosis. Module 4: treatment-drug-resistant tuberculosis treatment. World Health Organization.

Rohman, R., Arif, N. M., Kep, M., Arif, N. M., Kep, M., Zulfa, N., KMB, M. K. S., Zulfa, N., & KMB, M. K. S. (2019). Penerapan Terapi Batu Efektif dalam Asuhan Keperawatam TN I dengan TB Paru di Ruang Rawat Inap Paru RSAM Bukittinggi Tahun 2019. STIKes Perintis Padang.

Rosyid, A., & Roshani, D. F. (2019). Gambaran pharmacovigilance dan hubungan faktor yang mempengaruhi reaksi obat yang tidak diinginkan (rotd) pada pasien peresepan obat tuberculosis di rumah sakit islam sultan agung semarang. Jurnal Farmasi Indonesia, 16(1), 56�63.

Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Susilawati, S. R. I. (2019). Gambaran Kesesuaian Penulisan Resep Obat Psikotropika di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSU. Haji Medan. Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Yuyun, A. (2019). Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas Iii Di Sd Aisyiyah 1 Mataram Tahun Ajaran 2018/2019. Universitas Muhammadiyah Mataram.

� 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).