Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2021, 1 (3), 267-273
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
- 267 -
PERAN ILMU PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN
JARAK JAUH DI KELAS 4 SDN PANCAR BUDAYA
Nabila Bilqis
1
, Pujianti
2
, Silvia Nur Hasanah
3
dan Ina Magdalena
4
Universitas Muhammadiyah Tanggerang, Indonesia
andrybilqis1@gmail.com, pujianti0125@gmail.com, silvianurhasanah65@gmail.com,
inapgsd@gmail.com
Received : 26-02-2021
Revised : 22-03-2021
Accepted : 24-03-2021
Abstract
The importance of knowledge about psychology is required
by the world of Education because the world of educators
faces unique learners in terms of behavioral characteristics,
personalities, attitudes, interests, motivations, attention,
perceptions, thinking power, intelligence, fantasy, and
various psychological, cognitive and other aspects that differ
from one student to another. This type of research is
descriptive research with qualitative approach. The results
of this study explain that the differences in psychological
characteristics possessed by the students must be known and
understood by every teacher or instructor who acts as an
educator and teacher in the classroom, if they want the
learning process to be successful.
Keywords: education; psychology; cognitive.
Abstrak
Pentingnya pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh
dunia Pendidikan karena dunia pendidik menghadapi peserta
didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku,
kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya
pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis,
kognitif dan lainnya yang berbeda antara peserta didik yang
satu dengan peserta didik yang lainnya. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perbedaan
karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik
harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau
instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di
kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil.
Kata kunci: pendidikan; psikologi; kognitif .
CC BY
Nabila Bilqis, Pujianti, Silvia Nur Hasanah dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(3), 267-273
- 268 -
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan untuk kehidupan yang manusiawi (Sudjoko,
2014). Karena itu, pendidikan pada manusia yang membuat dirinya manusiawi bukanlah
semata- mata pendidikan tekhnologi, melainkan pendidikan agama, filsafat, ilmu seni dan
budaya.hal ini sesuai dengan rumusan pendidikan Nasional yaitu “Pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.yang berakar pada nilai- nilai Agama,kebudayaan
indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman (Safitri & Sos, 2019).
Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa depan agar
hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga
masyarakat, bangsa maupun antarbangsa (Dewi, 2017). Melihat begitu pentingnya
pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan
merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan (Aziz, 2015) guna
menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat
berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sementara
ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-
cara lama dalam penyampaian materinya (Darmadi & PD, 2019). Di masa sekarang banyak
orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasilnya saja.
pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan
mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga
dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari
kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan hasil temuan awal yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pancar
Budaya, pertama proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi sekarang ini dengan
pembelajaran jarak jauh masih banyak siswa -siswi yang masih kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran tersebut, dikarnakan terkendala dengan perekonomian keluarga
siswa/siswi, seperti tidak memiliki laptop, hp dan lain-lain yang membuat mereka kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Setelah mengetahui latar belakang masalah
yang tengah dihadapi, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Pancar Budaya dengan cara mempelajari
psikologi pendidikan peserta didik. Selain itu tujuan penelitian ini juga adalah untuk
memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman dan penguasaan
siswa terhadap pembelajaran jarak jauh (PJJ ). Perbaikan ini penulis menggunakan alat
bantu untuk meringankan pembelajaran siswa/siswi yang sangat membutuhkan bantuan
dalam kegiatan belajar mereka, agar pembelajaran lebih aktif.
Penulis berharap dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan pembaca khususnya
para guru sebagai pendidik untuk dapat meningkatkan proses pembelajarannya bukan
hanya pemahaman soal materi yang diajarkan, melainkan harus juga memahami bagaimana
psikologi peserta didik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pancar Budaya. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian adalah jenis pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menafsirkan fenomena yang terjadi berdasarkan dari subjek yang diteliti
baik berupa tingkah laku, tindakan, persepsi maupun lainnya secara keseluruhan yang
dituangkan dalam bentuk kata atau kalimat berupa deskripsi (Anggito & Setiawan, 2018).
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah fenomenologi. Fenomenologi
Nabila Bilqis, Pujianti, Silvia Nur Hasanah dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(3), 267-273
- 269 -
merupakan metode kualitatif yang menggambar sesuatu secara apa adanya, melihat objek
sebagai kesatuan utuh yang saling berhubungan dengan objek lainnya (Helaluddin, 2018).
Pengumpulan data peneliti dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sumber data diperoleh peneliti dari informan yaitu wali kelas kelas I A Sekolah Dasar
Negeri Panca Budaya. Teknik analisis data menggunakan teknik model hubermen mulai
dari reduksi data, penyajian data kemudian penarikan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Siswa SD
1. Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar
Masa akhir (late childhood) anak anak berlangsung antara usia kurang lebih 6
sampai dengan kurang lebih 13 tahun. Masa ini sering disebut sebagai masa
elementary school age atau masa usia sekolah dasar karena selama masa ini anak
anak sudah berada di sekolah dasar. Sebutan lain untuk masa ini adalah gang age
atau usia berkelompok karena pada masa inin anak anak suka hidup
berkelompok. Selain itu, masa anak anak akhir ini disebut sebagai play age atau
usia bermain karena pada masa ini sebagian besar waktunya untuk bermain. Masa
ini merupakan periode pertumbuhan yang lambat (slow) dibandingkan dengan
masa sebelumnya. (Latifah, 2017) mengatakan bahwa pada masa usia SD
pertumbuhan fisik cenderung lambat, tidak seperti pada masa masa bayi dan
kanak kanak , bahkan pada masa remaja. Lefrancois (1986) dalam bukunya Of
Children mengemukakan bahwa menjelang usia 6 sampai 12 tahun, anak menjadi
lebih tinggi dan berat.
2. Perkembangan Psikologis Anak Usia Sekolah Dasar
a. Perkembangan Kognitif
Beberapa tokoh teori belajar kognitif yang teorinya banyak diterapkan
dalam praktik pendidikan antara lain Max werthemeir, Wolfgang Kohler, Kurt
Koffka, Kurt Lewin, dan Jean Piaget (Wiiliam C. Crain, 1980). Jean Piaget
merupakan seorang teoriwan tahap. Ian mengemukakan tahap perkembangan
kognitif individu, yaitu periode sensori motorik, periode praoperasional,
periode operasional konkret, dan periode opersional formal.
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan Prancis ini melakukan penelitian
tentang perkembangan kognitif individu sejak tahun 1920 sampai 1964
(Wiiliam C. Crain, 1980 :73-75). Berdasarkan hasil penelitianya, Piaget
membagi proses perkembangan fungsi fungsi dan perilaku kognitif ke dalam
empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapah memunculkan
karekteristik yang berbeda beda. Tahapan kognitif itu sebagai berikut.
1) Periode sensori motor (0;0-2;0)
Periode ini ditandai oleh penggunaan sensori motorik (dalam pengamatan
dan penginderaan) yang intensif dalam dunia sekitarnya.
2) Periode praoperasional (2;0-7;0)
Periode ini terbagi atas dua tahapan, yaitu prakonseptual (2;0-4;0) dan
intuitif (4;0-7;0). Periode konseptual ditandai dengan cara berpikir
transduktif (menarik kesimpulan) tentang suatu yang khusus (sapi juga
disebut kerbau). Periode intuitif ditandai oleh dominasi pengamatan yang
bersifat egosentris (belum memahami cara orang lain memandang objak
yang sama) seperti searah (selancar).
Nabila Bilqis, Pujianti, Silvia Nur Hasanah dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(3), 267-273
- 270 -
3) Periode operasional konkret (7;0-11 atau 12;0)
Tiga kemampuan dan kecakapan baru yang menandai periode ini adalah
mengklasifikasikan angka angka atau bilangan. Dalam periode ini anak
mulai pula mengkonservasi pengetahuan tertentu.
4) Periode operasional formal (1;0 atau 12;0-14 atau 15;0)
Periode ini ditandai dengan kemempuan untuk mengoperasikan kaidah
kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek objek yang
bersifat konkret.
B. Peran Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah PIOrEv, yaitu Planner, Organizer,
Evaluator, ditambah peran sebagai pembimbing. Apabila dipaparkan sebagai berikut:
a. Planner, berkaitan dengan peran guru dalam merancang /mendesain kegiatan
pembelajaran.
b. Organizer, berkaitan dengan peran guru dalam mengorganisasikan fasillitas dan
media pembelajaran yang digunakan untuk memudahkan siswa dalam belajar
(director of learning dan fasilitas belajar )
c. Evaluator, berkaitan dengan peran guru dalam melakukan penilaian, baik
terhadap kegiatan pembelajaran maupun terhadap kemampuan siswa.
d. Sedangkan sebagai pembimbing berkaitan dengan peran guru dalam memberikan
arahan, bimbingan, dan bantuan kepada siswa untuk dapat mencapai hasil belajar
yang optimal, baik melalui kegiatan pengayaan maupun kegiatan remedial.
Prinsip prinsip umum dalam yang dijadikan pegangan guru dalam
melaksanakan pembelajran adalah sebagai berikut :
(a) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
(b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
(c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
(d) Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar.
(e) Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa.
(f) Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.
C. Pengertian Prestasi / Hasil Belajar
Berikut ini akan paparan definisi tentang prestsi menurut pendapat para ahli:
a. Menurut Kamus Umum W.J.S Poerwadarminta, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
b. Dalam Kamus Edisi Ketiga (2000) didefinisikan bahwa prestasi adalah hasil yang
telah diperoleh (dicapai dan lain-lain) ataupun pencapaian terhadap sesuatu.
c. L.W.Rue (1993) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil pencapaian tugas yang
merujuk kepada kerja bagi setiap individu.
d. Philip Ricciardi (1996) menyatakan pula bahwa prestasi merupakan hasil yang
berhasil dicapai dengan kuantitas tertentu atau nilai kerja yang dilakukan
terhadap pelajaran atau hasil belajar. Menurut beliau juga, prestasi merupakan
suatu kebolehan untuk menghasilkan sesuatu yang benar dengan cara yang benar
dan dilakukan pada saat yang tepat dalam suatu usaha yang bersesuaian.
Menurut
1
Tuty Haryati definisi dari prestasi adalah suatu hasil luar
biasa/dahsyat yang telah dicapai. Menurutnya pula prestasi merupakan sebuah
keberhasilan berstandar tinggi yang citranya hanya diperoleh segelintir orang.
Dengan kemampuan berfikir dan menilai, prestasi diasumsikan sebagai kesuksesan
dengan ukuran yang ditentukan sendiri berdasrakan hasil penilaian yang eksternal.
Dengan nilai yang tinggi, beliau juga memaknai prestasi sebagai barang mewah
Nabila Bilqis, Pujianti, Silvia Nur Hasanah dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(3), 267-273
- 271 -
dimana hanya sedikit orang saja yang sanggup menyandangnya. Dari beberapa
definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Prestasi adalah hasil pencapaian terhadap tugas yang diberikan kepada individu
maupun organisasi.
b. Prestasi tidak mengandung konotasi negatif, artinya keberhasilan dalam
kebaikan, karena semua orang selalu mngharapkannya.
Jadi istilah prestasi lebih terkesan pada sebuah hasil yang dicapai setelah
melalui upaya yang sungguh-sungguh. Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai
sesuatu yang telah dicapai seseorang setelah ia mengalami proses belajar, dengan
terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan atau yang
dilaluinya. Penilaian hasil belajar perlu dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh
mana tujuan untuk instruksional yang telah diajarkan dalam kegiatan pembelajaran
yang telah dikuasai siswa. Dalam istilah yang lebih umum hasil belajar disamakan
dengan sebuah prestasi. Baik hasil/prestasi yang dimaksudkan merupakan hasil yang
bersifat kuantitatif daupun kualitatif.
Sedangkan kata belajar berasal dari kata dasar “ajar” yang mendapat awalan
ber- menjadi belajar, yang berarti “berusaha supaya memperoleh kepandaian, ilmu
dan sebagainya.”
2
Agoes Soejanto mendefinisikan belajar adalah sebagai
berikut: “Belajar adalah suatu proses perubahan yang terus menerus pada diri
manusia karena usaha untuk mencapai ke arah kehidupan atas bimbingan tentang
cita-citanya dan sesuai dengan cita-cita dan falsafahnya”.
Berbeda dengan Agoes Soejanto, Prof. Dr. Nasution dalam bukunya
mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat syaraf ….. Definisi lain
belajar adalah penambahan atau pengetahuan …… Definisi ketiga merumuskan
bahwa belajar adalah sebagi perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan sebuah prestasi yang diraih oleh seseorang atas usahan
ya mengalami proses perubahan secara terus menerus dalam hidupnya sesuai dengan
cita-cita dan falsafahnya.
D. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Proses
(Nashrullah, 2015) menyampaikan pentingnya keterampilan proses yaitu : 1)
dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tidak terpisahkan
dari metode penyelidikan; 2) keterampilan proses IPA merupakan keterampilan
belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan bukan saja untuk mempelajari berbagai
macam ilmu tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
bahasan berikut akan dibahas tentang beberapa keterampilan proses sains yang
meliputi:
1. Observasi dan Inferensi
Keterampilan mengobservasi merupakan keterampilan yang dikembangkan
dengan menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi serta
mengidentifikasi dan memberi nama karakteristik dari objek atau kejadian.
Sedangkan keterampilan mengiferensi menurut (Hisbullah & Selvi, 2018) dapat
dikatakan sebagai keterampilan untuk membuat kesimpulan sementara.
2. Merumuskan Masalah
Rumusan masalah yang tepat akan sangat menentukan jalannya penyelidikan
dengan baik. Bila masalah yang dibuat tidak jelas maka akan menyulitkan kita
dalam membuat prediksi, membuat hipotesis, maupun dalam melakukan
penyelidikan.
Nabila Bilqis, Pujianti, Silvia Nur Hasanah dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(3), 267-273
- 272 -
3. Melakukan Prediksi dan Membuat Hipotesis
Keterampilan memprediksi adalah keterampilan untuk menduga memperkirakan,
meramalkan beberapa kejadian/keadaan yang akan datang berdasarkan dari
kejadian/keadaan yang terjadi sekarang. Keterampilan untuk membuat hipotesis
melibatkan keterampilan untuk menduga sesuatu yang menunjukkan hubungan
sebab akibat atara dua variabel.
4. Merancang Penyelidikan
Melakukan eksperimen (percobaan) biasanya dilakukan untuk menguji kebenaran
dari teori yang telah dipelajari atau untuk membuktikan bahwa hipotesis yang
telah dibuat sebelumnya benar atau tidak.
5. Membuat Interpretasi
Membuat hasil pengamatan atau hasil observasi menjadi bermakna disebut
dengan interpretasi data. Interpretasi data ini penting karena makna dan
pengertian yang diperoleh dapat dikomunikasikan dengan baik. Bila kita melihat
keterampilan proses dalam IPA, perlu kita ingat bahwa IPA dimulai dengan
mengajukan pertanyaan.
6. Komunikasi Ilmiah
Keterampilan mengkomunikasikan menurut (Nurhasanah, 2016) adalah
keterampilan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau menyampaikan hasil
penyelidikan. Definisi operasional adalah metode untuk memberi definisi,
mengukur, atau mendeteksi adanya variabel. Misalnya untuk membuat definisi
operasional dari mencelupkan mengangkat dan menuang.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara lebih dari pikiran guru kesiswa,
namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Belajar sains
merupakan konstruktif yang menghendaki partisipatif aktif dari siswa sehingga peran
guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator
belajar siswa.
KESIMPULAN
Dengan diadakan penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa dalam setiap
kegiatan pembelajaran jarak jauh hendaknya guru membimbing siswa dalam menjawab
soal-soal latihan atau mengerjakan tugas-tugas, tersebut benar-benar dapat dipahami dan
dijawab oleh siswa dengan hasil belajar merupakan sebuah prestasi bagi siswa -siswi
dengan sangat baik dan diharapkan dapat memenuhi standar kompetrensi yang sudah
ditetapkan.
BIBLIOGRAPHY
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak
Publisher).
Aziz, A. (2015). Peningkatan mutu pendidikan. Jurnal Studi Islam, 10(2), 113.
DARMADI, D. R. H., & PD, M. (2019). Pengantar Pendidikan Era Globalisasi: Konsep
Dasar, Teori, Strategi dan Implementasi dalam Pendidikan Globalisasi. An1mage.
Nabila Bilqis, Pujianti, Silvia Nur Hasanah dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
1(3), 267-273
- 273 -
Dewi, N. (2017). Meningkatkan Kualitas Guru untuk Pendidikan yang lebih baik.
Pendidikan Universitas Ganesha,(March), 11.
Helaluddin, H. (2018). Mengenal lebih dekat dengan pendekatan fenomenologi: sebuah
penelitian kualitatif. Article: UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Hisbullah, S. P., & Selvi, N. (2018). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah
Dasar. Penerbit Aksara TIMUR.
Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan
perkembangannya. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2), 185196.
Nashrullah, A. (2015). Keefektifan Metode Praktikum Berbasis Inquiry Based Learning
(IBL) Pada Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI
Materi Larutan Penyangga. Semarang: UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
Nurhasanah, N. S. (2016). Meningkatkan Keterampilan Intelektual, Sosial Dan Fisik
Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran Ipa Kelas IV
Sekolah Dasar. FKIP UNPAS.
Safitri, D., & Sos, S. (2019). Menjadi Guru Profesional. PT. Indragiri Dot Com.
Sudjoko, S. (2014). Perkembangan dan konsep dasar pendidikan Lingkungan Hidup.
Pendidikan Lingkungan Hidup, 141.