Annisa Nurul Husna1, Isnin
Anang Marhana2
Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Indonesia1, 2
[email protected]1,
[email protected]2
|
Abstrak |
|
Received: Revised� : Accepted: |
02-09-2021 08-02-2022 10-02-2022 |
Latar Belakang:
Kanker paru-paru
merupakan salah satu kanker yang paling banyak terjadi, telah menyebabkan 1/3 kematian akibat kanker pada pria.
Merokok sebagai salah satu faktor
risiko dapat menyebabkan respon inflamasi yang kemudian meningkatkan nilai neutrofil-limfosit rasio (NLR).
Namun, tidak semua pasien memiliki riwayat perokok. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan nilai NLR pada pasien dengan riwayat perokok dan bukan perokok. Metode: Penelitian ini menggunakan Uji Mann Whitney untuk mendapatkan hasil nilai NLR secara statistik setelah dilakukan pengumpulan data sekunder berupa neutrofil dan limfosit sebagai data sekunder dari rekam medis. Hasil: Terdapat 33 pasien
dengan riwayat perokok dan bukan
perokok. 15 pasien
(22,73%), berasal dari kelompok usia 56-60 tahun. Ada 38 pasien laki-laki dan 28 pasien perempuan. Adenokarsinoma memiliki angka kejadian tertinggi (83,33%) dan semua pasien berada pada stadium IV selama pengambilan data. Sebagian besar pasien (45,45%) mengeluh mengalami nyeri dada. Nilai NLR untuk pasien dengan riwayat perokok adalah 4,94 dan 3,76 untuk bukan perokok
dengan p=0,13. Kesimpulan: Terdapat
perbedaan nilai NLR pada pasien kanker
paru dengan riwayat perokok walaupun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Kata kunci: kanker paru-paru;
merokok; NLR. |
|
|
|
|
Abstract |
|
|
Background: Lung cancer, one of the most occurring cancer, has caused 1/3 deaths
by cancer in men. Smoking, as one of the risk factors, can cause inflammatory
responses which then increase the value of neutrophil-to-lymphocyte ratio
(NLR).� However, not all patients have
the history of being smokers. Objective: The objective of this research is to compare the differences in NLR
value in patients with history as smokers and non-smokers. Methods: This research uses Mann Whitney Test to statistically get the result
of NLR value after collecting the rates of neutrophils and lymphocyte as
secondary data from medical records. Results: There are each 33 patients with history as smokers and non-smokers.
15 patients (22.73%), are from age group of 56-60 years old. There are 38
male and 28 female patients. Adenocarcinoma has the highest number (83.33%)
of incidence and all patients are on stadium IV during the data retrieval. A
great percentage of the patients (45.45%) complain about having chest pain.
NLR value for patients with the history of smokers is 4.94 and 3.76 for
non-smoker with p=0.13. Conclusion: There are differences in value of NLR on lung cancer patients with
history of being smokers although the differences are not statistically
significant. Keywords: lung cancer; smoking; NLR. |
*Correspondent Author: Annisa Nurul Husna
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Kanker
paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen
dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki (Indonesia, Indonesia,
Indonesia, Fisik, & Indonesia, 2016). Berdasarkan profil kanker WHO, insidensi kanker paru di
Indonesia memiliki pasien laki-laki sebesar 25.322 kasus dan pasien perempuan
sebesar 9.374 kasus. Kanker paru umumnya dibagi menjadi dua kategori besar,
yaitu small cell lung cancer (SCLC)
dan non-small cell lung cancer
(NSCLC) dengan persentase sekitar 85% dari semua kasus kanker paru (Organization, 2014).
Merokok
merupakan salah satu faktor risiko dari kanker paru (Organization, 2014). Merokok menyebabkan peningkatan stres oksidatif dalam
tubuh manusia. Peningkatan reactive
oxygen species dapat merusak sel epitel saluran napas dan membran sel
sekitarnya sehingga terjadi respons inflamasi (Marwan, Widjajanto, & Karyono,
2013). Terdapat beberapa penelitian yang
mengasosiasikan respons inflamasi dengan prognosis buruk pada berbagai tumor (Guthrie et al., 2013).
Salah
satu marker yang digunakan untuk evaluasi respons inflamasi sistemik adalah neutrophil-to-lymphocute ratio (NLR) (Ozyurek et al., 2017). NLR merupakan perbandingan dari absolute neutrophil count
terhadap absolute lymphocyte count (Guthrie et al., 2013). Tidak seimbangnya neutrofil dan limfosit pada darah
merepresentasikan ketidakseimbangan serupa pada tumor yang dimiliki pasien.
Peningkatan
NLR sebelum pengobatan atau operasi diidentifikasikan sebagai biomarker yang
menunjukkan prognosis buruk pada berbagai jenis kanker, diantaranya: kanker
kolorektal, kanker payudara, dan kanker esofagus (Yin et al., 2015). Terdapat berbagai mekanisme yang menyebabkan
peningkatan NLR. Peningkatan neutrophil memfasilitasi pertumbuhan tumor dan
metastasis. Limfosit, yang berguna sebagai respons
imun adaptif dan memiliki peranan antitumor, mengalami penurunan jumlah yang
relatif (Zhu et al., 2019).
Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan perbedaan nilai NLR pada pasien dengan
riwayat perokok dan bukan perokok.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini adalah penelitian dengan jenis observasional dan bersifat analitik.
Penelitian ini memiliki rancang bangun retrospektif sehingga data yang
dikumpukan adalah data sekunder dari rekam medis di Poli Onkologi Satu Atap
bagian Paru RSUD Dr. Soetomo periode Januari 2017 sampai dengan Juni 2019. Data
yang diambil dari rekam medis tersebut kemudian diteliti tanpa menggunakan
kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
dalam jumlah dan persentase neutrofil prakemoterapi pada pasien kanker paru
dengan riwayat merokok dan tidak merokok.
Populasi
penelitian ini adalah semua pasien kanker paru di Poli Onkologi Satu Atap
bagian Paru RSUD Dr. Soetomo periode kunjungan pasien Januari 2017 hingga Juni
2019. Sedangkan besar sampel yang diambil adalah masing-masing sebesar 30
sampel untuk pasien dengan riwayat merokok dan tidak merokok.
Penelitian ini membandingkan NLR yang merupakan
perbandingan jumlah absolut neutrofil terhadap jumlah absolut leukosit. Riwayat
merokok atau tidak merokok merupakan suatu data kualitatif nominal dengan 2
jumlah sampel dan 1 jumlah pengamatan. Dilakukan� uji normalitas menggunakan tes Shapiro Wilk
karena jumlah data kurang dari 2000 yang menunjukan nilai signifikansi hasil
uji normalitas sebesar 0,000 yang berarti distribusi data tidak normal sehingga
data dihitung dengan tes� nonparametrik Mann Whitney U.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat 30 data pasien
dengan riwayat merokok dan 30 data pasien dengan riwayat
tidak merokok. �
Tabel 1. Karakteristik Pasien
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kategori
Usia
Karakteristik Pasien |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin |
||
��
Laki-laki |
33 |
55 |
��
Perempuan |
27 |
45 |
Kategori Usia |
|
|
��
31-35 |
4 |
6,7 |
��
36-40 |
4 |
6,7 |
��
41-45 |
6 |
10,02 |
��
46-50 |
8 |
13,36 |
��
51-55 |
7 |
11,69 |
��
56-60 |
14 |
23,28 |
��
61-65 |
5 |
8,35 |
��
66-70 |
9 |
15,03 |
��
71-75 |
3 |
5 |
Berdasarkan Tabel 1, ditemukan bahwa distribusi jenis kelamin pasien laki-laki adalah sebanyak 33 orang (55%). Kelompok
usia terbanyak pada adalah pada
kelompok 56-60 tahun, dengan jumlah pasien
sebanyak 14 orang (23,28%) dari
60 sampel pasien yang diambil datanya. Mean usia pasien adalah
54,83 (10,94) tahun.
Tabel 2. Karakteristik Kanker
Paru
Karakteristik Kanker Paru |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Klasifikasi Histologi |
||
NSCLC |
58 |
96,67 |
Adenocarcinoma |
55 |
91,67 |
Squamous
cell carcinoma |
3 |
5,00 |
SCLC |
2 |
3,33 |
Berdasarkan tabel 2, didapatkan klasifikasi histologi pasien NSCLC yang mendominasi sebanyak 58 orang
(96,67%). Pasien NSCLC sendiri,
umumnya adalah pasien dengan klasifikasi
histologi adenocarcinoma sebanyak
55 orang (91,67%). Stadium yang ditemukan pada seluruh sampel
penelitian adalah stadium
IV.
Tabel 3. Perbandingan Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio pada Pasien Kanker Paru
dengan Riwayat Merokok dan Tidak Merokok
Riwayat Merokok |
N |
NLR |
||
Mean |
SD |
p |
||
Merokok |
30 |
4,94 |
3,63 |
0,13 |
Tidak Merokok |
30 |
3,76 |
1,86 |
����������� Berdasarkan Tabel 3, ditemukan bahwa pasien dengan riwayat
merokok memiliki nilai mean NLR sebesar 4,94
(3,63), sedangkan pasien dengan riwayat tidak merokok memiliki
nilai NLR sebesar 3,76
(1,86). Nilai p sebesar
0,13 menunjukkan bahwa perbedaan nilai NLR pada pasien kanker
paru dengan riwayat merokok dan tidak merokok
adalah insignifikan.
Mean �umur adalah 54,83
(10,94) tahun. Pada penelitian� ini, juga
didapatkan data umur termuda yaitu 33 tahun dan umur tertua 75 tahun. Hal ini
didukung oleh data dari RS Kanker Dharmais yang memiliki gambaran usia 33-86
tahun dengan mean umur 59 tahun (Sari & Purwanto, 2017). RS Persahabatan terdapat distribusi umur terbanyak
penderita kanker paru adalah pasien umur 60-69 tahun. (Wahyuni, Swidarmoko, Rogayah, & Hidayat, 2011) Perbedaan kelompok usia ini akan menentukan pertimbangan
intervensi yang bebeda-beda karena sistem respirasi secara fisiologis akan
mengalami berbagai perubahan struktural, fisiologis, dan imunologis seiring
dengan penuaan (Wahyuni
et al., 2011). Peningkatan risiko
kanker pada pasien dengan usia yang lebih tua disebabkan oleh dua proses utama:
1) kerusakan DNA sebagai akibat akumulasi paparan karsinogenik, radiasi dan
virus, serta 2) penurunan progresif pada pertahanan pasien terhadap pertumbuhan
tumor (Rossi et al., 2005).
Persentase
pasien laki-laki adalah sebesar 55%, sedangkan perempuan sebanyak 45% dengan
perbandingan pasien laki-laki terhadap perempuan adalah sebesar 1,22:1. Angka
ini memiliki persentase yang cukup berbeda dari pasien kanker paru di RS Kanker
Dharmais yaitu sebesar 66% dari sampel laki-laki dan 34% dari sampel perempuan
dengan perbandingan laki-laki terhadap perempuan sebesar 1,9:1 (Sari & Purwanto, 2017). Tingginya persentase pasien kanker paru dengan jenis
kelamin perempuan di RSUD Dr Soetomo pada penelitian ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor risiko tersebut antara lain: paparan rokok baik pada
perokok aktif maupun pasif, paparan radon, infeksi, serta kerentanan genetik
dan molekular (Kligerman & White, 2011).
�� Pasien dengan klasifikasi histologi kanker
paru terbanyak adalah pasien NSCLC dengan jumlah sebesar 58 dari 60 sampel
penelitian. Jenis adenocarcinoma
memiliki pasien dengan jumlah terbanyak sebesar 55 dari 66 pasien (91,67%)
diikuti dengan squamous cell carcinoma sebanyak
3 pasien (5,00%) dan small cell carcinoma
sebanyak 2 pasien (3,33%). Data ini didukung oleh data penelitian di RS
Persahabatan periode tahun 2000-2007. Terdapat 1227 (97,7%) pasien kanker paru
NSCLC dari 1253 sampel pasien. Pasien
dengan klasifikasi histologi adenocarcinoma
terus mendominasi dengan jumlah 760 (61,9%) pasien (Wahyuni et al., 2011). Selain itu, data ini juga didukung oleh hasil penelitian
dari Institut Onkologi Universitas Istanbul yang menyatakan bahwa mayoritas
pasien kanker paru adalah pasien dengan klasifikasi histologi NSCLC sebanyak
84% dari 110 pasien (Tas, Ciftci, Kilic, & Karabulut,
2013). Adenocarcinoma adalah
subtype klasifikasi histologi kanker paru terbanyak untuk pasien kanker paru
baik perempuan atau laki-laki yang dapat memiliki riwayat merokok ataupun tidak (North & Christiani, 2013). Small cell carcinoma merupakan tipe paling
agresif dari kanker paru yang umumnya disebabkan rokok. Squamous cell carcinoma juga merupakan tipe kanker paru yang
umumnya terjadi pada laki-laki perokok (Publishing, 2014). Kedua pasien SCLC yang diteliti pada penelitian ini memiliki
riwayat merokok. Dua dari tiga pasien squamous
cell carcinoma pada penelitian ini adalah lelaki dengan riwayat merokok.
�� Pada periode pengambilan data, seluruh data
sampel dari pasien yang diteliti merupakan pasien dengan stadium IV. Angka ini
didukung oleh hasil penelitian di RS Hasan Sadikin pada tahu 2011 yang
menunjukkan bahwa 85 dari 111 (76,5%) pasien kanker paru terdiagnosis pada
stadium IV (Emmanuela, Arianti, Kusuma,
Tobing, & Yehezkiel, 2018). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Institut
Onkologi Universitas Istanbul yang menyatakan 85% pasien kanker paru
terdiagnosis pada stadium lanjut yang terdiri dari stadium III dan IV (Tas et al., 2013). Terlambatnya diagnosis disebabkan karena kanker paru tidak
menunjukkan gejala sampai stadium lanjut. Gejala-gejala yang ditunjukan juga
dapat menyebabkan misdiagnosis seperti infeksi atau efek jangka panjang rokok (Tarver, 2012).
�� Insignifikannya perbedaan NLR prakemoterapi
pada pasien kanker paru dengan riwayat merokok dan tidak merokok didukung oleh
penelitian retrospektif yang dilakukan di Kawasaki Medical School Hospital
dengan besar sampel sebanyak 334 pasien. Berdasarkan penelitian tersebut, mean
NLR tidak berhubungan dengan usia, riwayat merokok, klasifikasi histologi,
diferensiasi tumor dan staging patologis. Mean NLR pada never smokers adalah
2.27 � 1.69, mean NLR pada former smokers adalah
2.69 � 2.41, dan mean pada current smokers adalah
2.64 � 1.99 (Shimizu et al., 2015). Berdasarkan penelitian pada 139 pasien SCLC di West China
Hospital, didapatkan perbedaan nilai NLR yang insignifikan (p = 0,375) pada
pasien dengan riwayat merokok dan tidak merokok (Liu et al., 2017).
Berdasarkan
penelitian pada 1245 pasien kanker paru stadium I-III di University of Texas MD
Anderson Cancer Center, didapatkan perbedaan nilai NLR yang insignifikan dengan
p = 0,176. Pasien kanker paru dengan riwayat sebagai never smokers memiliki
nilai NLR sebesar 3.34 � 0.22, ex-smokers sebesar 3.74 � 0.18, dan current
smokers sebesar 3.57 � 0.25 (Wang et al., 2016). Penelitian lain di Gyeongsang National University Hospital
Region Cancer Study dan Changwon Samsung Hospital yang melibatkan 187 pasien
SCLC mendapatkan perbedaan nilai NLR yang insignifikan (p = 0,671) pada pasien
dengan riwayat sebagai never smokers dan current or ex smokers (Kang
et al., 2014).
Berdasarkan data prospektif dari Rotterdam Study, didapatkan nilai NLR yang
lebih tinggi pada laki-laki yang usia lanjut dan memiliki riwayat merokok,
penyakit kardiovaskular atau terdiagnosis kanker. Pada perokok, terjadi
peningkatan leukosit dan neutrophil. Akan tetapi tidak didapat perbedaan
bermakna pada nilai NLR antara perokok dan bukan perokok (Fest et al., 2019).
Hasil
berkebalikan didapatkan pada penelitian berbeda di West China Hospital of
Sichuan University yang melibatkan 174 pasien NSCLC. Didapatkan bahwa NLR
praterapi pada perokok memiliki nilai 2.96�1.48, sedangkan pada never smokers
adalah sebesar 2.39�1.22, dengan p=0,010 yang menyatakan bahwa perbedaan NLR
tersebut adalah signifikan (Lan et al., 2017). Penelitian lain di Capital Medical University, Beijing
pada 147 pasien NSCLC menunjukkan hasil yang signifikan (p = 0,024) untuk nilai
NLR dengan batas 2,5 yang menbandingkan 56 pasien dengan riwayat minimal/ never
smokers dan 91 current/ former smokers (Ren, Zhao, Liu, & Pan, 2019).
Inflamasi
kronis merupakan predisposisi dari berbagai jenis kanker. Berbagai penelitian
telah menunjukan keterkaitan antara nilai NLR atau jumlah neutrofil dengan
prognosis pada penderita kanker (Kacan et al., 2014). Peningkatan NLR prakemoterapi dapat menunjukkan prognosis
yang buruk pada pasien kanker paru. Sulit untuk membandingkan hanya jumlah
neutrofil atau jumlah leukosit saja untuk mengetahui prognosis kanker, karena
terdapat keterbatasan dalam mengetahui progres tumor (Kos et al., 2015). Peningkatan nilai NLR dapat disebabkan oleh peningkatan
jumlah neutrofil atau penurunan jumlah limfosit. Neutrofil, yang merupakan sel
imun terbanyak dalam tubuh manusia, memiliki peranan dalam inflamasi terkait
kanker. Peningkatan jumlah neutrofil dilaporkan memiliki keterkaitan dengan
survival yang buruk pada pasien NSCLC. Penurunan jumlah limfosit berkorelasi
dengan invasi vaskular dan limfatik serta rekurensi pada NSCLC (Unal, Eroglu, Kurtul, Oguz, & Tasdemir,
2013).
NLR sendiri merupakan
suatu biomarker inflamasi yang mudah digunakan. Selain digunakan untuk
mengetahui prognosis pasien NSCLC, NLR juga dipakai untuk mengetahui prognosis
penyakit non-malignan seperti chronic kidney disease dan ST-elevated myocardial
infarction (Unal et al., 2013). Berdasarkan penelitian di Kobe University, penilaian NLR
yang membandingkan nilai NLR sebelum terapi dan sesudah terapi dengan nivolumab
dapat dijadikan sebagai marker prediksi untuk keberhasilan terapi (Kiriu et al., 2018).
Penelitian ini tidak luput dari beberapa kekurangan. Salah satunya adalah tidak mencari cut-off value dari nilai NLR dan tidak membandingkan nilai NLR berdasarkan cut-off value tersebut. Sampai saat ini tidak ada cut-off value yang sama dari berbagai penelitian (Kos et al., 2015). Selain itu, data jumlah dan persentase neutrofil hanya diamati satu kali yaitu saat pasien menjalani konsultasi selama periode penelitian karena rancang bangun penelitian ini adalah retrospektif. Pengambilan data jumlah dan persentase neutrofil juga memiliki kemungkinan untuk tidak mempertimbangkan penyakit infeksi, penyakit lain atau pun penggunaan obat yang dapat memengaruhi jumlah dan persentase neutrofil karena hanya mengandalkan data sekunder yang tertulis di rekam medis pasien. Riwayat merokok hanya diambil menjadi data nominal dengan penilaian merokok atau tidak merokok. Tidak ada pengambilan data lama merokok, lama berhenti merokok, dan jumlah konsumsi rokok serta faktor risiko lain, seperti faktor genetik, pajanan radiasi, dan paparan okupasi.
KESIMPULAN
Emmanuela, Josephine, Arianti, Chika, Kusuma, Arya, Tobing, Mika,
& Yehezkiel, Chaterine. (2018). Sengketa Bhutan-Tiongkok-India: Konflik
Doklam. Jurnal Asia Pacific Studies, 2(2), 180�189. https://doi.org/10.33541/japs.v2i2.1069.
Fest, Jesse, Ruiter, T. Rikje, Groot Koerkamp, Bas, Rizopoulos,
Dimitris, Ikram, M. Arfan, van Eijck, Casper H. J., & Stricker, Bruno H.
(2019). The neutrophil-to-lymphocyte ratio is associated with mortality in the
general population: The Rotterdam Study. European Journal of Epidemiology,
34(5), 463�470. https://doi.org/10.1007/s10654-018-0472-y.
Guthrie, Graeme J. K., Charles, Kellie A., Roxburgh, Campbell S. D.,
Horgan, Paul G., McMillan, Donald C., & Clarke, Stephen J. (2013). The
systemic inflammation-based neutrophil�lymphocyte ratio: experience in patients
with cancer. Critical Reviews in Oncology/Hematology, 88(1),
218�230. https://doi.org/10.1016/j.critrevonc.2013.03.010.
Indonesia, K. K. R., Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi
Radiasi, Indonesia, Ikatan Ahli Patologi Anatomi, Fisik, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran, & Indonesia,
Rehabilitasi. (2016). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1�3.
Kacan, Turgut, AKG�L BABACAN, NALAN, Seker, Metin, Yucel, Birsen,
Bahceci, Aykut, Eren, Ayfer, Eren, Mehmet, & Kilickap, Saadettin. (2014).
Could the neutrophil to lymphocyte ratio be a poor prognostic factor for non
small cell lung cancers? Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 15(5). https://doi.org/10.7314/apjcp.2014.15.5.2089.
Kang, Myoung Hee, Go, Se Il, Song, H. N., Lee, A., Kim, S. H.,
Kang, J. H., Jeong, B. K., Kang, K. M., Ling, H., & Lee, G. W. (2014). The
prognostic impact of the neutrophil-to-lymphocyte ratio in patients with
small-cell lung cancer. British Journal of Cancer, 111(3),
452�460. https://doi.org/10.1038/bjc.2014.317.
Kiriu, Tatsunori, Yamamoto, Masatsugu, Nagano, Tatsuya, Hazama,
Daisuke, Sekiya, Reina, Katsurada, Masahiro, Tamura, Daisuke, Tachihara,
Motoko, Kobayashi, Kazuyuki, & Nishimura, Yoshihiro. (2018). The
time-series behavior of neutrophil-to-lymphocyte ratio is useful as a
predictive marker in non-small cell lung cancer. PloS One, 13(2),
e0193018. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0193018.
Kligerman, Seth, & White, Charles. (2011). Epidemiology of lung cancer in women: risk factors, survival, and
screening. American Journal of
Roentgenology, 196(2), 287�295.
Kos, Fahriye Tugba, Hocazade, Cemil, Kos, Mehmet, Uncu, Dogan,
Karakas, Esra, Dogan, Mutlu, Uncu, Hikmet Gulsen, Ozdemir, Nuriye, &
Zengin, Nurullah. (2015). Assessment of Prognostic Value of. Asian Pacific
Journal of Cancer Prevention, 16(9), 3997�4002. https://doi.org/10.7314/APJCP.2015.16.9.3997.
Lan, Haidan, Zhou, Leng, Chi, Dongmei, Zhou, Qinghua, Tang,
XiaoJun, Zhu, Daxing, Yue, Jianmin, & Liu, Bin. (2017). Preoperative
platelet to lymphocyte and neutrophil to lymphocyte ratios are independent
prognostic factors for patients undergoing lung cancer radical surgery: A
single institutional cohort study. Oncotarget, 8(21), 35301. https://doi.org/10.18632/oncotarget.13312.
Liu, Dan, Huang, Yi, Li, Lei, Song, Juan, Zhang, Li, & Li,
Weimin. (2017). High neutrophil-to-lymphocyte ratios confer poor prognoses in
patients with small cell lung cancer. BMC Cancer, 17(1), 1�8. https://doi.org/10.1186/s12885-017-3893-1.
Marwan, Marwan, Widjajanto,
Edi, & Karyono, Setyawati. (2013). Pengaruh pemberian ekstrak biji jinten hitam (nigella sativa) terhadap
kadar GSH, MDMarwan, Marwan, Widjajanto, Edi, & Karyono, Setyawati. (2013).
Pengaruh pemberian ekstrak biji jinten hitam (nigella sativa) terhadap kadar
GSH, MDA, jumlah serta fungsi s. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 21(3), 111�121.
North, Crystal M., & Christiani, David C. (2013). Women and
lung cancer: what is new? Seminars in Thoracic and Cardiovascular Surgery,
25(2), 87�94. Elsevier. https://doi.org/10.1053/j.semtcvs.2013.05.002.
Organization, World Health. (2014). WHO�Cancer country profiles Indonesia 2014. Geneva:
World Health Organization.
Ozyurek, Berna Akinci, Ozdemirel, Tugce Sahin, Ozden, Sertac
Buyukyaylaci, Erdogan, Yurdanur, Kaplan, Bekir, & Kaplan, Tugba. (2017).
Prognostic value of the neutrophil to lymphocyte ratio (NLR) in lung cancer
cases. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention: APJCP, 18(5),
1417. https://doi.org/10.22034/APJCP.2017.18.5.1417.
Publishing, Harvard Health. (2014). How to boost your immune system.
Harvard Health Publishing Boston.
Ren, Fangping, Zhao, Tian, Liu, Bing, & Pan, Lei. (2019).
Neutrophil�lymphocyte ratio (NLR) predicted prognosis for advanced non-small-cell
lung cancer (NSCLC) patients who received immune checkpoint blockade (ICB). OncoTargets
and Therapy, 12, 4235. https://doi.org/10.2147/OTT.S199176.
Rossi, Antonio, Maione, Paolo, Colantuoni, Giuseppe, Guerriero,
Ciro, Ferrara, Carmine, Del Gaizo, Filomena, Nicolella, Dario, & Gridelli,
Cesare. (2005). Treatment of small cell lung cancer in the elderly. The
Oncologist, 10(6), 399�411. https://doi.org/10.1634/theoncologist.10-6-399.
Sari, Lenny, & Purwanto, Purwanto. (2017). Mutasi EGFR pada
Non-Small Cell Lung Cancer di Rumah Sakit Kanker �Dharmais.� Indonesian
Journal of Cancer, 10(4), 131�136. https://doi.org/10.33371/ijoc.v10i4.466.
Shimizu, Katsuhiko, Okita, Riki, Saisho, Shinsuke, Maeda, Ai,
Nojima, Yuji, & Nakata, Masao. (2015). Preoperative neutrophil/lymphocyte
ratio and prognostic nutritional index predict survival in patients with
non-small cell lung cancer. World Journal of Surgical Oncology, 13(1),
1�8. https://doi.org/10.1186/s12957-015-0710-7.
Tarver, Talicia. (2012). Cancer facts & figures 2012.
American cancer society (ACS) Atlanta, GA: American Cancer Society, 2012. 66
p., pdf. Available from. Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/15398285.2012.701177.
Tas, Faruk, Ciftci, Rumeysa, Kilic, Leyla, & Karabulut,
Senem. (2013). Age is a prognostic factor affecting survival in lung cancer
patients. Oncology Letters, 6(5), 1507�1513. https://doi.org/10.3892/ol.2013.1566.
Unal, Dilek, Eroglu, Celalettin, Kurtul, Neslihan, Oguz, Arzu,
& Tasdemir, Arzu. (2013). Are neutrophil/lymphocyte and platelet/lymphocyte
rates in patients with non-small cell lung cancer associated with treatment
response and prognosis? Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 14(9),
5237�5242. https://doi.org/10.7314/APJCP.2013.14.9.5237.
Wahyuni, Titis Dewi, Swidarmoko,
Boedi, Rogayah, Rita, & Hidayat, Heriawati. (2011). The positive Result of Cytology Brushing Al Flexible Fiberoptic
Bronchoscopy Compared with Transthoracic Needle Aspiration in Central Lung Tumor.
J Respir Indo, 32(1), 22�31.
Wang, Jun, Kalhor, Neda, Hu, Jianhua, Wang, Baocheng, Chu, Huili,
Zhang, Bicheng, Guan, Yaping, & Wu, Yun. (2016). Pretreatment neutrophil to
lymphocyte ratio is associated with poor survival in patients with stage I-III
non-small cell lung cancer. PloS One, 11(10), e0163397. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0163397.
Yin, Yongmei, Wang, Jun, Wang, Xuedong, Gu, Lan, Pei, Hao, Kuai,
Shougang, Zhang, Yingying, & Shang, Zhongbo. (2015). Prognostic value of
the neutrophil to lymphocyte ratio in lung cancer: a meta-analysis. Clinics,
70, 524�530. https://doi.org/10.6061/clinics/2015(07)10.
Zhu, Jie, Lian, Lian, Qin, Hualong, Wang, Wen‑Jie, Ren,
Rui, Xu, Meng‑Dan, Chen, Kai, Duan, Weiming, Gong, Fei‑Ran, &
Tao, Min. (2019). Prognostic evaluation of patients with resectable lung cancer
using systemic inflammatory response parameters. Oncology Letters, 17(2),
2244�2256. https://doi.org/10.3892/ol.2018.9858.
|
� 2021 by the authors. Submitted for
possible open access publication under the terms and conditions of the
Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |