Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2021, 1 (3), 313-320
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
- 313 -
STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN KWALITAS MENGAJAR
DI MASA PANDEMI COVID-19
Syarifah Farhana
1
, Agustini Safitri
2
dan Ina Magdalena
3
Universitas Muhammadiyah Tangerang, Indonesia
hanaassa12@gmail.com, gustinisafitri2@gmail.com dan inapgsd@gmail.com
Received : 26-02-2021
Revised : 20-03-2021
Accepted : 23-03-2021
Abstract
This study aims to determine the teacher's strategy in
improving the quality of teaching during the COVID-19
Pandemic at MTS AL-Mubarok, Panunggangan. This
research was conducted using qualitative methods,
descriptive and employing a qualitative naturalistic
approach, data was collected through observation,
interviews and documentation. the topics were the principal
and therefore the teacher. The results showed that online
learning made it easier for teachers to transfer information
in various situations and conditions, because online learning
was supported by various platforms starting from
discussions to face-to-face virtually. However, this must be
evaluated and adjusted to local conditions, given the power
of oldsters to supply different online learning facilities. The
key's to maximise the power of scholars to find out in a very
pandemic like this.
Keywords: COVID-19; online; teachers; performance.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi guru
dalam meningkatkan kualitas mengajar selama masa
pandemi COVID-19 di MTS AL-Mubarok, Panunggangan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, deskriptif
dan menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik, data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Subjeknya adalah kepala sekolah dan guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran online
memudahkan guru dalam melakukan transfer informasi pada
berbagai situasi dan kondisi, karena pembelajaran online
didukung oleh berbagai platform mulai dari diskusi hingga
tatap muka secara virtual. Namun, hal ini perlu di evaluasi
dan disesuaikan dengan kondisi setempat, mengingat
kemampuan orang tua memberikan fasilitas pembelajaran
online berbeda. Kuncinya adalah memaksimalkan
kemampuan peserta didik belajar dalam kondisi pandemi
seperti ini.
Kata kunci: COVID-19; daring; guru; kinerja.
CC BY
Syarifah Farhana, Agustini Safitri dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1),
313-320
- 314 -
PENDAHULUAN
Saat ini dikejutkan dengan mewabahnya suatu penyakit yang disebabkan oleh
sebuah virus yang yang bernama Corona atau dikenal sebagai istilah COVID-19 (Corona
Virus Diseases 19). Virus yang mulai mewabah 31 Desember 2019 di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemic global
(Organization, 2020). Pandemi COVID-19 membawa dampak besar pada semua bidang,
salah satunya yaitu bidang pendidikan. Saat ini proses pembelajaran dilakukan dengan
sistem pembelajaran jarak jauh atau daring.
Keputusan pemerintah yang mendadak dengan meliburkan atau memindahkan dari
sekolah menjadi di rumah, membuat kebingungan banyak pihak. Ketidaksiapan sekolah/
madrasah melaksanakan pembelajaran daring menjadi faktor utama kekacauan ini,
walaupun sebenarnya pemerintah memberikan alternatif solusi dalam memberikan
penilaian terhadap siswa sebagai syarat kenaikan atau kelulusan dari lembaga pendidikan
disaat situasi darurat seperti ini.
Peralihan cara pembelajaran ini memaksa bagai pihak untuk mengikuti alur yang
sekiranya bisa ditempuh agar dapat berlangsung dan yang menjadi pilihan adalah dengan
pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran daring Praktiknya mengharuskan
pendidik maupun peserta didik untuk berinteraksi dan melakukan transfer pengetahuan
secara online. Pembelajaran online dapat memanfaatkan platform berupa aplikasi, website,
jejaring sosial maupun learning management system. Berbagai platform tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mendukung transfer pengetahuan yang didukung berbagai teknik
diskusi dan lainnya.
Pembelajaran online didefinisikan sebagai pengalaman transfer pengetahuan
menggunakan video, audio, gambar, komunikasi teks, perangkat lunak dan dengan
dukungan jaringan internet (Zhu & Liu, 2020). Permasalahan mengajar dalam masa
pandemi COVID-19 menjadi permasalahan serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Indonesia juga berusaha untuk mengatasi permasalahan ini sebagai suatu prioritas utama.
Semua bentuk kegiatan yang menyebabkan keramaian, kerumunan dan interaksi secara
langsung.
Korban akibat wabah COVID-19, tidak hanya pendidikan ditingkat Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Stanawiyah dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, tetapi juga perguruan tinggi. Seluruh jenjang
pendidikan dari sekolah dasar/ibtidaiyah sampai Perguruan Tinggi (Universitas) baik yang
berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun yang berada
dibawah Kementerian Agama RI semuanya memperoleh dampak negatif karena pelajar,
siswa dan mahasiswa “dipaksa” belajar dari rumah karena pembelajaran tatap muka
ditiadakan untuk mencegah penularan COVID-19. Padahal tidak semua pelajar, siswa dan
mahasiswa terbiasa belajar melalui online. Apalagi guru dan dosen masih banyak belum
mahir mengajar dengan menggunakan teknologi internet atau media sosial terutama di
berbagai daerah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan review artikel dengan tujuan
penelitian untuk memberikan tinjauan umum terkait pembelajaran online pada masa
pandemi COVID-19 di MTS Al-MUBAROK.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan
pendekatannya menggunakan metode studi kasus (Arnot, Gray, James, Rudduck, &
Duveen, 1998). Eksplorasi yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai
Syarifah Farhana, Agustini Safitri dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1),
313-320
- 315 -
strategi guru dalam masa pandemi COVID-19 terhadap kegiatan proses belajar mengajar di
sekolah menengah pertama di MTS Al-Mubarok. Dalam penelitian ini, responden
sebanyak 3 orang guru (Vangrieken, Meredith, Packer, & Kyndt, 2017). Wawancara semi-
terstruktur dilakukan dan daftar pertanyaan disusun untuk wawancara dikembangkan
berdasarkan literatur terkait.
Bersumber pada hasil observasi serta wawancara yang dilakukan peneliti dapat
disimpulkan kalau penerapan evaluasi di masa pandemi COVID-19 ini dicoba dengan
evaluasi fortofolio ialah dengan menganalisis tugas- tugas yang diberikan guru sebab pada
dikala ini evaluasi yang guru jalani cuma berfokus pada evaluasi kognitif partisipan didik
sehingg guru mempunyai metode dalam melaksanakan evaluasi ialah dengan mengoreksi
tugas yang sudah diberikan tiap harinya, evaluasi yang dicoba bersumber pada dari
rajinnya partisipan didik dalam mengumpulkan tugas yang sudah diberikan tiap minggunya
dengan didata dibuku rekap tugas yang sudah terbuat oleh tiap- tiap guru, tugas yang
diberikan dikumpulkan tiap hari sabtu oleh orang tua partisipan didik. Evaluasi pula dicoba
secara langsung oleh guru dengan membagi partisipan didik kedalam sebagian kelompok
yang mana tiap kelompok optimal 7 orang dalam satu kelas dengan kata lain partisipan
didik dipecah persesi dengan jumlah tersebut buat mengetahui keahlian sesungguhnya dari
partisipan didik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Undang- undang Guru dan Dosen Nomor.14 Tahun 2005 Bab I pasal I
melaporkan kalau guru merupakan pendidik handal dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, memusatkan, melatih,menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan resmi, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (Guru & No, 14AD). Guru adalah jabatan profesional yang harus dilihat dengan
kompetensi- kompetensi yang menunjang dalam melaksanakan profesinya. Profesi guru
mempunyai standar kompetensi yang wajib di tempuh( Susanto, 2016). Peran penting guru,
terutama dalam menanamkan pengetahuan akademik sangat susah digantikan. Hal ini
begitu kentaraterlihat manakala pembelajaran daring dicoba. Timbul bermacam hambatan
yang disebabkan sebab minimnya uraian siswa ataupun orang tua yang membimbing
terhadap materi ajar yang terdapat. Masalah ini tentu bukan menjadi sebuah hal yang perlu
diperdebatkan untuk memastikan siapayang salah, namun menjadi diskusi yang butuh
dicarikan pemecahan buat bisa menunjang anak selaku siswa yang sanggup menuntaskan
proses belajarnya ditengah masa pandemi.
Mengingat bahwa perubahan dalam pembelajaran online secara tidak langsung
berpengaruh pada daya serap peserta didik. Terutama yaitu komunikasi antara orang tua
dan pendidik yang akan mewujudkan dalam kemandirian belajar peserta didik selama masa
pandemic COVID-19, tidak hanya itu dari sistem pembelajaran jarak jauh juga memiliki
beberapa kendala di antaranya yaitu wilayah di Indonesia yang beragam menyebabkan
tidak semua wilayah terjangkau oleh layanan internet dan sebaran jaringan internet yang
lambat sewaktu-waktu.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan itu pemerintah melalui Peraturan
Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu (1) proses
pembelajaran pada satu satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik; (2) dalam proses
pembelajaran pendidik dituntut dapat memberikan teladan; (3) setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
Syarifah Farhana, Agustini Safitri dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1),
313-320
- 316 -
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang aktif dan dinamis. Dari peraturan pemerintah tersebut jelas
digambarkan bahwa sebuah pembelajaran di sekolah merupakan suatu proses yang
terencana, yang dilaksanakan dengan manajemen yang efektif dan melalui pengawasan
untuk dilakukan tindak lanjut.
Diera pandemi ini juga mengakibatkan perubahan kebijakan secara mendasar
dalam dunia pendidikan seperti yang tercatat dalam Kebudayaan RI, Nadiem Anwar
Makarim telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatur kegiatan pembelaran
selama masa pandemi ini. Hal tersebut dikeluarkan melalui Surat edaran Nomor 4 Tahun
2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19), tertanggal 24 Maret 2020, ilmu pendidikan harus di
jadikan sebagai dasar bagi pendidik untuk membangun serta menyelenggarakan subtansi
propesinya (Nazurty, Priyanto, Anggia Pratiwi, & Mukminin, 2019).
Secara positif pembelajaran online di era pandemi ini sangat membantu
keberlangsungan pembelajaran, guru dan siswa akan tetap aman berada pada tempat atau
rumahnya masing-masing tanpa harus keluar rumah dan bertatap muka secara langsung,
tetapi ada beberapa perubahan secara signifikan misalnya, guru dan siswa sangat
mengandalkan perangkat komputer dan jaringan internet, dengan demikian dalam istilah
“mengajar” pengajaran atau menempatkan guru sebagai pemeran utama memberikan
informasi maka dalam pembelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator (Wina
senjaya , 2008:79).Kedua, Guru dan siswa harus mampu merubah gaya, strategi atau
metode mengajar dan belajar,karna pembelajaran beriorentasi pada pencapaian tujuan
(Wina senjaya,2008:79). Ketiga, guru dan siswa harus mampu merubah gaya
komunikasinya selama pembelajaran online.
Banyak guru yang tidak memperhatikan bagiaan yang ketiga ini, yaitu kurangnya
pemahaman dan penerapan guru dalam berkomunikasi dengan siswanya. Guru biasanya
berkomunikasi satu atau dua arah di sekolah, dengan bertatap muka secara secara langsung
melakukan diskusi dan latihan secara bersama-sama. Guru akan lebih mudah memberikan
pemaparan dan penjelasan suatu materi, sedangkan siswa akan lebih mudah dalam
memahami dan berdiskusi langsung kepada gurunya karna tersedianya fasilitas pengajaran
yang berbeda-beda baik secara kuantitas maupun secara kualitas (Zuhairini & Ghofur,
2000). Dengan kejadian pandemi ini, hal ini menjadi sangat sulit untuk tetap
mempertahankan kebiasaan gaya komunikasi guru tersebut. Komunikasi yang dipakai
tentunya, yang bersifat jarak jauh dalam hal ini dikenal sebagai komunikasi daring.
Komunikasi ini, memungkinkan guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan
melakukan komunikasi melalui jaringan internet atau dunia maya. Keputusan yang di buat
guru sebelum mempelajari aspek-aspek prosedur belajar mengajar yang terpisah, kita
seharusnya mengerti variable-variabel lain yang lebih luas mengidentifikasi model
pembelajaran yang tepat sebagai diagnosis sebagai berikut: 1) mengidentifikasi
kemampuan kognitif siswa; 2) menunjuk tujuan instruksional yang tepat untuk tingkat
kemampuan kognitif, cara atau gaya belajar siswa; 3) menyelesaikan masalah hasil dari
aktivitas pengajaran (Lembo & Vacca, 2012).
Tujuannya ialah, bisa dikendalikan secara jarak jauh, efisiensi waktu jadi bisa
dilakukan kapan saja dan dimana saja. Sangat mendukung kebijakan pemerintah dalam
menaggulangi penyebaran pandemi ini. Di samping itu terdapat hal positif lainnya yang
bisa didapatkan, seperti efisiensi biaya, sumber belajar yang luas, pengelolaan yang mudah
dan integrasi data. Namun, masih banyak yang belum menyadari kemudahan komunikasi
daring ini. Ada dua jenis komukasi daring bisa dilakukan oleh guru dan siswa.
Guru sebagai fasilitator informasi semestinya mampu membangun komunikasi
daring yang efektif. Komunikasi yang efektif di sini adalah komunikasi yang senantiasa
terjalin antara guru dan siswa sehingga nantinya dapat menimbukan perubahan sikap atau
Syarifah Farhana, Agustini Safitri dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1),
313-320
- 317 -
karater kearah yang lebih baik bagi siswa. Ketepatan informasi menjadi kunci dalam
menciptakan komunikasi yang efektif. Hal ini terjadi jika persamaan pengertian, sikap dan
bahasa. Pesan atau informasi dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana
yang dimaksud oleh (guru). Pesan yang disampaikan dapat disetujui oleh komunikan
(siswa). Tidak adanya hambatan yang berarti dalam menndaklanjuti pesan atau informasi
(Rismi & Juni, 2014) ketiga hal tersebut adalah unsur terjadinya komunikasi yang efektif.
Maka dari itu, untuk memenuhi unsur-unsur komunikasi efektif dalam pembelajaran daring
ini, karakteristik pengalaman belajar yang efektif dalam mencapai tujuan: a) pengalaman-
pengalaman belajar mengembangkan kemampuan berfikir: b) pengalaman belajar
mendapatkan informasi: c) pengembangan belajar bermanfaat mengembangkan sikap
sosial: d) pengalaman belajar bermanfaat mengembangkan minat (Tyler, 2013), guru harus
melakukan bebagai hal. Pertama, membuat aturan kelas daring, termasuk waktu dan
aplikasi yang digunakan. Kedua, membangun suasana yang baik dalam berdiskusi dalam
kelas daring, walaupun agak susah dilakukan namun usahakan diskusi dilakukan baik
secara sinkron atau asinkron. Jangan sampai siswa yang bertanya atau membutuhkan
penguatan tidak dilayani. Ketiga, walaupun dalam pembelajaran daring, guru semestinya
tetap menggunakan ekpresi-ekpresi verbal maupun non-verbal dalam memberikan
feedback, reward dan punishment. Bisa menggunakan emoticon, sticker atau kalimat yang
memotivasi siswa. Keempat, guru harus mampu mengaitkan materi dengan situasi terkini
atau kekinian, sehingga akan mudah dipahami oleh siswa. Kelima, menggunakan video
atau animasi yang yang mendukung materi sehingga tidak membosankan dan (R.Gagne
1985) menunjukan bahwa tidak semua pengajar adalah sama dan guru membutuhkan cara
mengajar yang baik yang akan berpengaruh terhadap pengajaran.
Komunikasi perlu dibangun dengan memperhatikan beberapa hal seperti berikut.
Pertama, menggunakan bahasa yang simple, yang mudah dipahami dan juga dapat
memotivasi psikis siswa. Kedua, guru harus mampu memahami kondisi atau keadaan
siswanya. Ketiga, makna dari pesan atau informasi haruslah jelas dan bermanfaat.
Keempat, guru harus mampu menanamkan sifat respect dan saling menolong apabila ada
siswa lain yang mengalami kesulitan. Bisa saja dalam situasi ini siswa yang menolong guru
dalam berbagai hal, misalnya kesulitan dalam menggunakan aplikasi. Kelima, guru juga
harus menanamkan jiwa demokratis kepada siswanya. Demokratis ditunjukkan dengan
memberikan kebebasan saling memberikan masukan selama pembelajaran daring, saling
mendengar atau mengerti dengan keadaan dan mampu memberikan solusi dari setiap
masalah yang dialami dalam pembelajaran daring, saat pandemi Ini juga memungkinkan
penggunaan internet yang tinggi berpengaruh pada kesehatan peserta didik. Kendala lain
yang ditemukan yakni kemampuan orang tua untuk memberikan fasilitas pendidikan online
seperti penggunaan jaringan internet yang membutuhkan biaya, bahwa terdapat tiga
kompenen utama yang harus bekerja sama dan tiga kompenen itu harus menjalankan
fungsi-fungsi secara baik dan benar, ketiga kompenen tersebut adalah 1) guru: 2) konselor:
3) orang tua (Sari & Prayitno, 2021).
Tinjauan literatur saat ini telah menemukan bahwa ada banyak penelitian tentang
implementasi teknologi dalam pendidikan online berkaitan dengan penghematan biaya dan
efisiensi, bahwa peningkatan kualitas dan efektivitas pendidikan online memerlukan
kerangka kerja yang harus diterapkan di sekolah. Kerangka yang diusulkan memberikan
panduan praktis kepada para penerima kepentingan dalam penilaian kualitas pengajaran
dan pembelajaran. Menurut Chakraborty dan Nafukho (2014) mengungkapkan beberapa
faktor yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang menarik bagi pembelajaran
online. Faktor utama adalah sebagai berikut: menciptakan dan memelihara lingkungan
belajar yang positif; membangun komunitas belajar; memberikan umpan balik yang
konsisten secara tepat waktu; dan menggunakan teknologi yang tepat untuk mengirimkan
konten yang tepat (Chakraborty & Nafukho, 2014).
Syarifah Farhana, Agustini Safitri dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1),
313-320
- 318 -
Pembelajaran dengan menggunakan media komputer dinilai tepat
karena mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: (l) dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa,(2) memberikan infomasi tentang kesalahan dan jumlah waktu belajar
serta waktu untuk mengerjakan soal-soal kepada siswa, (3) mengatasi kelemahan
pada pembelajaran kelompok, (4) melatih siswa untuk terampil memilih bagian-
bagian isi pelajaran yang dikehendaki, (5) bermanfaat bagi siswa yang biasanya
kurang dapat mengikuti metode pembelajaran konvensional, (6) mengurangi rasa
malu dalam proses pembelajaran, (7) mendukung pembelajaran individual, (8)
memungkinkan siswa untuk lebih mengenal dan terbiasa dengankomputer, (9)
menciptakan pembelajaran yang enjoy, dan (10) komputer merupakan
media penyampaian pembelajaran yang efektif. (Fuad, Moch dan Anik Ghufron:
2014) Dalam mempraktekan teori mengajar ini, seorang guru diharapkan mampu
mendekati, mengenali, menggali dan mengembangkan potensi-potensi belajar peserta
didik. Dasar teori tersebut mengajar menggunakan pendekatan “discovery inquiry” akan
lebih efektif dan mendorong peserta didik mandiri dalam belajar dan berfikir tentang
sesuatu sehingga peserta didik memiliki pemahaman berdasarkan pola pikir yang dia
alami.
Watkinds (2007) mengemukakan bahwa seiring dengan meningkatnya peluang
pembelajaran online dalam masyarakat saat ini, pustakawan perlu mempertimbangkan
cara-cara tambahan untuk merancang instruksi online secara efektif (Kahn, Everington,
Kelm, Reid, & Watkins, 2017). Mengembangkan strategi yang diperlukan untuk mengajar
dan belajar secara online dengan sukses membutuhkan pemahaman tentang gaya belajar
dan bagaimana mereka dapat ditangani dengan baik di lingkungan online. Seperti halnya di
kelas tatap muka, pembelajaran yang terjadi di sekolah hakikatnya adalah merupakan
rangkaian proses komunikasi antara guru dan peserta didik atas dasar minat kemampuan
bakat peserta didik masing-masing (Arifin, 2017), penggunaan gaya mengajar tertentu atau
serangkaian gaya harus diperluas untuk mengatasi gaya belajar yang berbeda saat mengajar
online. Pengajaran dan pembelajaran yang sukses tergantung pada semua peserta yang
memiliki sikap yang diperlukan untuk berhasil di lingkungan online. Penelitian ini
memberikan informasi tentang gaya belajar dan mengajar, dan membahas bagaimana
mengajar dengan berbagai gaya belajar dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan
sumber daya online yang tersedia (Absari, 2020). Pembelajaran pada masa pandemi
COVID-19, permasalahan tersebut tentu harus tetap di evaluasi guna memperoleh
pembelajaran yang lebih baik. Kuncinya adalah untuk melakukan pembelajaran online
sesuai dengan kondisi setempat. Hal terpenting untuk menciptakan kemandirian dan
keterampilan belajar peserta didik di tengah pandemi COVID-19.
KESIMPULAN
Kompetensi guru dalam menggunakan teknologi akan mempengaruhi kualitas
program belajar mengajar oleh karena itu sebelum diadakan program belajar online para
guru wajib untuk diberikan pelatihan terlebih dahulu. Fasilitas ini sangat penting untuk
kelancaran proses belajar mengajar, untuk pembelajaran online di rumahnya seharusnya
disediakan dulu fasilitasnya seperti laptop, komputer ataupun handphone yang akan
memudahkan guru untuk memberikan materi belajar mengajar secara online. Pembelajaran
online memberikan kemudahan dalam memberikan transfer informasi pada berbagai situasi
dan kondisi. Ragam manfaat dari kemudahan pembelajaran online didukung berbagai
platform mulai dari diskusi hingga tatap muka secara virtual. Namun, hal ini perlu di
evaluasi dan disesuaikan dengan kondisi setempat, mengingat kemampuan orang tua
Syarifah Farhana, Agustini Safitri dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1),
313-320
- 319 -
memberikan fasilitas pembelajaran online berbeda. Kuncinya adalah memaksimalkan
kemampuan peserta didik belajar dalam kondisi pandemi.
BIBLIOGRAPHY
Absari, S. A. N. (2020). Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Di
Sekolah Berbasis Pesantren (Studi Kasus Di Smp Ya Bakii 1 Kesugihan Cilacap
Tahun Pelajaran 2020/2021).
Arifin, Z. (2017). Mengembangkan instrumen pengukur critical thinking skills siswa pada
pembelajaran matematika abad 21. Jurnal THEOREMS (The Original Research
of Mathematics), 1(2).
Arnot, M., Gray, J., James, M., Rudduck, J., & Duveen, G. (1998). Recent research on
gender and educational performance. London: Ofsted.
Chakraborty, M., & Nafukho, F. M. (2014). Strengthening student engagement: what do
students want in online courses? European Journal of Training and Development.
Guru, U.-U., & No, D. (14AD). Tahun 2005. Jakarta: Kementerian Hukum Dan HAM.
Kahn, P., Everington, L., Kelm, K., Reid, I., & Watkins, F. (2017). Understanding student
engagement in online learning environments: The role of reflexivity. Educational
Technology Research and Development, 65(1), 203218.
Lembo, D., & Vacca, M. (2012). Project Based Learning+ Agile Instructional Design=
EXtreme Programming based Instructional Design Methodology for
Collaborative Teaching. Department of Computer and System Sciences Antonio
Ruberti Technical Reports, 4(8).
Nazurty, R., Priyanto, N., Anggia Pratiwi, S., & Mukminin, A. (2019). Learning
Strategies in Reading: The Case of Indonesian Language Education Student
Teachers. Universal Journal of Educational Research, 7(11), 25362543.
Organization, W. H. (2020). Coronavirus disease ( COVID-19)
Rismi, S., & Juni, P. D. (2014). Manajemen Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Sari, A. K., & Prayitno, Y. K. (2021). Pelayanan Profesional Guru Bimbingan Konseling
Dalam Meminimalisir Kesalahpahaman Tentang Bimbingan Konseling Di
Sekolah. Journal Of Education And Teaching Learning (JETL), 3(1), 3649.
Tyler, R. W. (2013). Basic principles of curriculum and instruction. University of
Chicago press.
Vangrieken, K., Meredith, C., Packer, T., & Kyndt, E. (2017). Teacher communities as a
context for professional development: A systematic review. Teaching and
Teacher Education, 61, 4759.
Syarifah Farhana, Agustini Safitri dan Ina Magdalena/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1),
313-320
- 320 -
Zhu, X., & Liu, J. (2020). Education in and after Covid-19: Immediate responses and
long-term visions. Postdigital Science and Education, 2(3), 695699.
Zuhairini, S. A. S., & Ghofur, A. (2000). Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam.
Surabaya: Usaha Nasional.