HUBUNGAN PENGOLAHAN AIR MINUM DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN BATURAJA BARAT TAHUN 2021

 

 

Nency Agustia

Prodi DIII Kebidanan, STIKES AL-Ma�arif Baturaja

[email protected]

 

 

 

Abstrak

Received:

Revised :

Accepted:

06-02-2022

08-02-2022

10-02-2022

Latar Belakang: Diare pada balita merupakan penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun. Setiap tahun sekitar 1,7 miliar kasus yang disebabkan oleh diare pada anak-anak dengan membunuh sekitar 525000 anak balita.

Tujuan: Riset ini bermaksud mengetahui hubungan Pengolahan Air Minum dan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021.

Metode: penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dimana data variable dependen (Diare) dan variable Independen (pengolahan air minum, pendapatan keluarga) dengan Point Time Approach dan tiap subjek penelitian diukur sekali saja.

Hasil: Responden pengolahan air minum tidak dimasak lebih banyak mengalami diare yaitu 28 responden(50,0%) di bandingkan dengan responden yang di masak dan mengalami diare yaitu 2 responden(11,8%), dan responden pendapatan keluarga <3.000.000 lebih banyak mengalami kejadian diare yaitu 28 responden (50,0%), dibandingkan dengan pendapatan keluarga yang >3.000.000 dan mengalami diare yaitu 2 responden (11,8%). Analisa Chi-square di dapat adanya hubungan pengolahan air minum (p value= 0,012), pendapatan keluarga (p-value= 0,012) dengan kejadian Diare Pada Balita.

Kesimpulan: Hubungan pengolahan air minum (p-value=0,012), pendapatan keluarga (p-value=0,012) dengan kejadian diare pada balita. Hipotesa terbukti.

Kata kunci: kejadian diare pada balita; pengolahan air

minum; pendapatan keluarga.

 

 

 

 

Abstract

 

Background: Diarrhea in children under five is the second leading cause of death in children under five years of age. Every year about 1.7 billion cases are caused by diarrhea in children by killing around 525000 children under five.

Objective: To find out the relationship between drinking water treatment and family income with the incidence of diarrhea in children under five in Baturaja Barat sub-district in 2021.

Methods: this research is an analytical survey research with a cross sectional approach. Where the data of the dependent variable (diarrhea) and the independent variable (drinking water treatment, family income) with the Point Time Approach and each research subject is measured only once.

Results: Respondents who treated untreated drinking water experienced more diarrhea, namely 28 respondents (50.0%) compared to respondents who were cooked and experienced diarrhea, namely 2 respondents (11.8%), and respondents with family income <3,000,000 more experienced diarrhea, namely 28 respondents (50.0%), compared with family income >3,000,000 and experienced diarrhea, namely 2 respondents (11.8%). Chi-square analysis shows that there is a relationship between drinking water treatment (p value = 0.012), family income (p-value = 0.012) with the incidence of diarrhea in children under five.

Conclusion: The relationship between drinking water treatment (p-value = 0.012), family income (p-value = 0.012) with the incidence of diarrhea in children under five. The hypothesis is proven.

Keywords: incidence of diarrhea in toddlers; drinking

water treatment; family income.

*Correspondence Author : Nency Agustia

Email : [email protected]

 

 

PENDAHULUAN

 

Diare adalah buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam sehari. Menurut Word Health Organization (WHO) (2017) diare pada balita merupakan penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun. Setiap tahun sekitar 1,7 miliar kasus yang disebabkan oleh diare pada anak-anak dengan membunuh sekitar 525000 anak balita (Organization, 2017).

Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian khusus (KLB) pada pasien dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Namun, dengan penanganan diare yang cepat, tepat dan berkualitas tinggi, angka kematian dapat diminimalisir (Meliyanti, 2016). Diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak di bawah usia lima tahun di dunia. Penyakit ini dapat dicegah dan diobati, dan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun, dengan tingkat kematian tahunan 3-4 juta dan 1 miliar kasus per tahun. Diare seringkali dianggap masalah sepele, meski di tingkat global dan nasional ternyata tidak demikian (WHO), 2011).

Satu dari lima orang di Inggris menderita diare infeksi, insiden diare yang tinggi Barat ini karena infeksi bawaan makanan dan infeksi yang ditularkan melalui air yang disebabkan oleh Salmonella, Proteus Jejunum, Staphylococcus aureus, Bacillus Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Data UNICEF (UNICEF) mengatakan 1,5 Jutaan anak meninggal karena diare Tetapi hanya 39% pasien mendapat perawatan serius. Di Amerika Serikat Peringkat Serikat Pengaduan Diare Nomor tiga pada daftar keluhan pasien Klinik. di negara berkembang, Diare menular menyebabkan sekitar 3 juta orang per tahun. di Afrika Diare menular pada anak 7 kali Per tahun. dibandingkan dengan domestic Perkembangan lain sedang diserang Diare 3 kali setahun (R. I. Depkes, 2010).

Diare masih mendominasi di Indonesia Kematian bayi. Hal ini karena masih tingginya tingkat rasa sakit dan menyebabkan banyak kematian, terutama pada bayi dan anak kecil. berbasis data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Diperkirakan ada 31.200 anak di bawah usia lima tahun di Indonesia Meninggal karena diare setiap tahun. Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti indonesia karena Morbiditas dan mortalitas tetap ada Tinggi. survei morbiditas Cabang Diare Kementerian Kesehatan Dari tahun 2000 hingga 2010 Insiden terus meningkat. di tahun ini 2000 IR Penyakit diare 301/1000 penduduk, 374/1000 pada tahun 2003 populasi, yang meningkat menjadi 423/1000 penduduk dan 2010 menjadi 411/1000 penduduk. terjadi di luar Diare biasa (KLB) masih sering terjadi Angka kematian kasus masih tinggi. Ledakan pada tahun 2008 pada usia 69 Jalan dengan nomor kasus 8133. 239 orang meninggal (case fatality rate 2,94%). Wabah di 24 jalan pada tahun 2009. 5.756 kasus, di antaranya. 100 kematian (CFR 1,74%), Wabah diare tahun 2010 Jumlah korban bencana di 33 wilayah 4204 kematian 73 (CFR 1,74%.) (RI Depkes, 2013)

Data yang dicatat oleh Departemen Kesehatan Sumatera Selatan, jumlah kasus Jumlah penderita diare sebanyak 49.898 orang. Sebagian besar berusia di bawah 1 tahun Sekitar 700 anak kecil, usia 1-4 1175 balita dan 5+ 1728 balita (Dinkes, 2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 di Indonesia memiliki sebesar 8.0% kasus diare berdasarkan semua umur. Provinsi Sumatera Selatan tertinggi adalah Kota Palembang terdapat sebanyak 41.957 kasus di tahun 2017 (RI, 2018).

Jumlah penderita diare pada balita berdasarkan data Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) tahun 2018 sebesar 39%. Angka kesakitan diare balita 843/1.000 balita (Sulistina, 2020). Sedangkan angka kesakitan diare untuk semua umur sebesar 15,4/1.000 angka ini masih dibawah target nasional sebesar 270/1.000 penduduk. Faktor-faktor penyebab kejadian diare diantaranya sumber air minum, cara pengolahan air, lingkungan, pendapatan keluarga (Aprilyadi, 2016).

Berdasarkan penelitian (Laila Lamentira, 2020) terdapat hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare karena salah satu media transmisi penyakit yang berkaitan dengan kejadian diare yang di tularkan melalui jalur fecal oral atau air minum yang tercemar oleh bakteri. Sedangkan menurut penelitian (Khairani, Suryani, & Juniarti, 2020) terdapat hubungan antara status pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita. Berbeda dengan penelitian (Christy, 2014) dan (Aprilyadi, 2016) tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita.

Berdasarkan data dari penjelasan diatas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai �hubungan pengolahan air minum dan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pengolahan Air Minum dan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021.

 

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana variabel independen (pengolahan air minum dan pendapatan keluarga) dan variable dependen (diare pada anak balita) dikumpulkan pada waktu sekaligus (Notoatmodjo, 2016).

Populasi penelitian ini adalah seluruh balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021 dengan Dengan Kriteria Insklusi sampel: Bersedia menjadi responden, Memiliki Balita 0-5 Tahun, Bab Lebih Dari 4 kali/ hari dan Balita yang pernah mengalami buang air besar (diare) pada 3 bulan terakhir. Sampel pada penelitian ini berjumlah 73 balita pada bulan Desember 2021.

Data yang diperoleh dengan menggunakan wawancara secara langsung dengan ibu responden menggunakan kuesioner. Analisa menggunakan analisa univariat dan bivariat. Uji statistik chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 dan derajat kepercayaan 95 %. Dikatakan adanya hubungan bermakna bila p value≤0,05 dan apabila p value> 0,05 maka kedua variabel tersebut dikatakan tidak ada hubungan bermakna.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Analisa Univariat

Diketahuinya distribusi frekuensi dari variabel independen (pengolahan air minum dan pendapatan keluarga ) dan variabel dependen (Diare).

 

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021

Diare

Frekuensi

%

Iya

30

41,1

Tidak

43

58,9

Jumlah

73

100,0

 

Dari Tabel 1 dapat di ketahui bahwa dari 73 responden yang mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 30 responden (41,1%) dan yang tidak mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 43 responden (58,9%).

 

Table 2. Distribusi Frekuensi Pengolahan Air Minum dengan kejadian diare di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021

Pengolahan air minum

Frekuensi

%

Tidak di masak

56

76,7

Di masak

17

23,3

Jumlah

73

100,0

 

Dari tabel 2 dapat di ketahui bahwa pengolahan air minum yang tidak di masak lebih besar dari pada air minum yang di masak yaitu sebanyak 56 responden (76,7%).

 

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021

Pendapatan Keluarga

Frekuensi

%

Kurang dari 3jt

56

76,7

Lebih dari 3jt

17

23,3

Jumlah

73

100,0

 

Dari Tabel 3 dapat di ketahui bahwa pendapatan keluarga < 3.000.000 lebih banyak dari pada > 3.000.000 per bulan yaitu 56 responden (76,7%).

Analisa Bivariat

Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variable independen (Pengolahan Air Minum dan Pendapatan Keluarga) dan variable dependen (Diare ).

 

Tabel 4. Hubungan Pengolahan Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021

Pengolahan Air Minum

Diare pada Balita

Jumlah

 

Tingkat kemaknaan

Ya

Tidak

N

%

N

%

N

%

0,012

bermakna

Tidak dimasak

28

50,0 %

28

50,0 %

56

100,0 %

Di masak

2

11,8 %

15

88,2 %

17

100,0 %

Jumlah

30

41,1 %

43

58,9 %

73

100,0 %

 

Berdasarkan tabel 4 diketahui responden pengolahan Air Minum Tidak di Masak lebih banyak mengalami Kejadian Diare yaitu 28 responden (50,0%), dibandingkan dengan responden Pengolahan Air Minum Yang Di Masak dan mengalami Diare yaitu 2 responden (11,8%).

Dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,012 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pengolahan Air Minum dengan Kejadian Diare di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021.

Tabel 5. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021

Pendapatan Keluarga

Diare pada Balita

Jumlah

 

Tingkat kemaknaan

Ya

Tidak

 

�����������

N

%

N

%

N

%

0,012

bermakna

< 3.000.000

28

50,0 %

28

50,0 %

56

100,0 %

> 3.000.000

2

11,8 %

15

88,2 %

17

100,0 %

Jumlah

30

41,1 %

43

58,9 %

73

100,0 %

 

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui responden Pendapatan Keluarga <3.000.000 lebih banyak mengalami Kejadian Diare yaitu 28 responden (50,0%), dibandingkan dengan responden Pendapatan Keluarga yang >3.000.000 dan mengalami Diare yaitu 2 responden (11,8%).

Dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,012 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Diare di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021.

Hubungan Pengolahan Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021

Pada penelitian ini variabel pengolahan air minum dikategorikan tidak di masak dan di masak. Dari hasil penelitian di dapatkan hasil Tidak di Masak lebih banyak mengalami Kejadian Diare yaitu 28 responden (50,0%), dibandingkan dengan responden Pengolahan Air Minum Yang Di Masak dan mengalami Diare yaitu 2 responden (11,8%).

Dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,012 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pengolahan Air Minum dengan Kejadian Diare di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rita Sulistina, 2020, hasil penelitian menunjukan bahwa pengolahan air minum berhubungan dengan kejadian diare pada balita dengan p value= 0,005.

����������� Pada penelitian ini menunjukan adanya hubungan bermakna pengolahan air minum dengan kejadian diare ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat terutama keluarga yang terkadang enggan untuk memasak air atau merebus sebelum diminum atau diberikan pada balitanya. Sebagian besar responden dalam penelitian menggunakan air galon untuk dikonsumsi.dan kebanyakan responden beranggapan bahwa air galon sudah bersih dan tidak perlu dimasak kembali.

 

Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021

Pada penelitian ini variable Pendapatan Keluarga dikategorikan <3.000.000 Dan >3.000.000. Dari hasil penelitian di dapatkan hasil pendapatan <3.000.000 lebih banyak mengalami Kejadian Diare yaitu 28 responden (50,0%), dibandingkan dengan responden pendapatan keluarga Yang >3.000.000 dan mengalami Diare yaitu 2 responden (11,8%).

Dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,012 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Diare di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021.

����������� Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Karuniawati, Hapsari, Arum, Aurora, & Wahyono, 2016) yang menunjukan bahwa pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian diare pada balita dengan p value=0,008.

����������� Pada hasil penelitian ini tingkat pendapatan pada keluarga yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari terutama dibidang Kesehatan. Saat anak terkena diare mereka tidak tahu cara membuat cairan oralit. Sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka membawa anak mereka ke bidan Ketika sakit dan ada juga responden yang membiarkan anaknya tidak berobat ke tenaga Kesehatan karna mereka yakin akan sembuh dengan sendirinya. Keadaan ekonomi merupakan penentu status Kesehatan keluarga.

 

 

KESIMPULAN

 

Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita sebanyak 30 (41,1%) responden, dan yang tidak mengalami Diare sebanyak 43(58,9%) responden. Distribusi Frekuensi Pengolahan Air Minum dengan Kejadian Diare Pada Balita yang tidak di masak sebanyak 56 (76,7 %) responden, dan Pengolahan Air Minum yang di masak sebanyak 17 (23,3 %) responden. Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita yang pendapatannya <3.000.000 sebanyak 56 responden (76,7%) dan sisanya 17 responden (23,3%) yang pendapatannya >3.000.000. Ada hubungan antara pengolahan air minum dan pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada anak balita dengan  value = 0,012 di Kecamatan Baturaja Barat tahun 2021.

 

 

BIBLIOGRAFI

(WHO), World Health Organization. (2011). Tentang Penyakit Diare dan Penularannya.

Aprilyadi, Nadi. (2016). Hubungan Pengetahuan, Lingkungan dan Pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian Diare pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Taba Kota Lubuklinggau Tahun 2015. Masker Medika, 4(2), 264�272.

Christy, Meivi Yusinta. (2014). Faktor yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(3), 297�308.

Depkes, R. I. (2010). Laporan nasional riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

Depkes, RI. (2013). Sistematika pedoman pengendalian penyakit demam tifoid.

Dinkes, O. K. U. (2010). Profil Dinkes Kab. OKU. SP2TP LB-I, 10.

Karuniawati, Hidayah, Hapsari, Ika Gilar, Arum, Marwiani, Aurora, Adiva Tantyas, & Wahyono, Nungky Asmaraning. (2016). Evaluasi pelaksanan standar pelayanan minimal (SPM) farmasi kategori lama waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di RSUD Kota Salatiga. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(1), 20�25. http://dx.doi.org/10.26874/kjif.v4i1.53

Khairani, Nurul, Suryani, Suryani, & Juniarti, Desi. (2020). Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dan Kejadian DIare Dengan Status Gizi Pada Balita yang Berkunjung ke Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Journal of Nursing and Public Health, 8(1), 87�96. https://doi.org/10.37676/jnph.v8i1.1007

Laila Lamentira, Alief. (2020). Hubungan Sumber Air Bersih dan Jamban Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita: Systematic Review.

Meliyanti, Fera. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), Hal-09. 10.30604/jika.v1i2.15

Notoatmodjo. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Organization, World Health. (2017). Cardiovascular Disease, World Heart Day 2017. Who.

RI, Kemenkes. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sulistina, Rita. (2020). Hubungan Sumber Air Minum dan Cara Pengolahan Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Beriwit Wilayah Kerja Upt Puskesmas Puruk Cahu Tahun 2020. Universitas Islam Kalimantan MAB.

 

� 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).