Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Januari 2022, 2 (1), 108-116
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v2i1.322 http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN TERAPI INSULIN
KOMBINASI DAN INSULIN TUNGGAL PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2
Ni Nyoman Wahyu Udayani1, Putu Mesi Dian Adnyani2
Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar1, 2
udayani.wahyu@unmas.ac.id1, mesi.dian@gmail.com2
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
29-09-2021
19-01-2022
21-01-2022
Latar Belakang: Diabetes Melitus merupakan penyakit
kronis dimana terapi pengobatannya dilakukan seumur hidup
dan membutuhkan biaya besar. Tersedianya berbagai jenis
insulin yang diterima pasien baik tunggal maupun kombinasi
dengan efektivitas terapinya menimbulkan variasi biaya baik
biaya medis langsung, nonmedis langsung maupun nonmedis
tidak langsung.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis
terapi insulin yang paling Cost Effective baik tunggal
maupun kombinasi sehingga diperlukan suatu penelitian
mengenai analisis efektivitas biaya terapi insulin dengan
menggunakan subjek penelitian pasien DM tipe 2 rawat jalan
di salah satu rumah sakit Kabupaten Gianyar.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang
dilakukan secara retrospektif dari unit catatan rekam medis
pasien DM tipe 2 rawat jalan di di salah satu rumah sakit
Kabupaten Gianyar.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan jenis terapi insulin
kombinasi atau insulin tunggal yang digunakan untuk pasien
DM tipe 2 beserta total biaya medis langsung tiap bulannya
yaitu glargine 437.195 dan aspart 738.263. Sedangkan
kombinasi insulin aspart dengan glargine 1.028.79,
kombinasi lispro dengan glargin dan insulin glulisine dengan
glargine menunjukkan biaya yang sama sebesar 738.246,
kombinasi insulin aspart dengan detemir sebasar 835.106.
Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan ACER, terapi insulin
yang paling cost-effective adalah insulin kombinasi yaitu
insulin glulisine dengan insulin glargine 11.07 persentase
efektivitas terapi.
Kata kunci: biaya medis langsung; cost-effective; diabetes
melitis tipe 2; gula darah puasa.
Abstract
Background: Diabetes Mellitus is a chronic disease where
treatment therapy is carried out for life and requires large
costs. The availability of various types of insulin received
by patients, either singly or in combination with the
effectiveness of their therapy, causes variations in costs,
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
109
both direct medical costs, direct non-medical and indirect
medical costs.
Objective: The purpose of this study was to determine the
most Cost Effective type of insulin therapy, either singly or
in combination, so that a study on cost-effectiveness
analysis of insulin therapy was needed using outpatient type
2 DM patients at a Gianyar district hospital.
Methods: This study used a descriptive method which was
carried out retrospectively from the outpatient medical
record unit of type 2 DM patients in one of the hospitals in
Gianyar Regency.
Results: The results showed that the type of combination
insulin therapy or single insulin used for type 2 DM patients
along with the total monthly direct medical costs were
437,195 and aspart 738,263. While the combination of
insulin aspart with glargine was 1,028.79, the combination
of lispro with glargine and insulin glulisine with glargine
showed the same cost of 738,246, the combination of insulin
aspart with detemir was 835,106.
Conclusion: Based on ACER calculations, the most cost-
effective insulin therapy is combination insulin, namely
insulin glulisine with insulin glargine 11.07 percentage of
effectiveness of therapy.
Keywords: direct medical costs; cost-effective; type 2 DM;
fasting blood sugar.
*Correspondent Author: Ni Nyoman Wahyu Udayani
Email: udayani.wahyu@unmas.ac.id
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis dimana terapi pengobatannya
dilakukan seumur hidup dan membutuhkan biaya besar. Berdasarkan data International
Diabetes Federation (IDF) Tahun 2015 terdapat 415 juta penduduk di dunia yang
menyandang DM dan diprediksi tahun 2040 mendatang akan meningkat menjadi 642 juta
jiwa atau 55% dari jumlah penduduk di dunia tahun 2015, angka penderita diabetes pada
orang dewasa di tahun 2015 berjumlah 415 juta dan diprediksi akan meningkat menjadi
642 juta orang di tahun 2040 ini. Indonesia menempati urutan ke-7 dari 10 negara yang
menderita diabetes melitus (DI, 2019).
Tersedianya berbagai jenis insulin yang diterima pasien baik tunggal maupun
kombinasi dengan efektivitas terapinya menimbulkan variasi biaya baik biaya medis
langsung, nonmedis langsung maupun nonmedis tidak langsung. Misalnya, di Amerika
pada tahun 2007 mencapai total biaya sebesar $174 juta yang meliputi $116 juta biaya
medis langsung dan $58 juta biaya medis tidak langsung (Control & Preparedness, 2011).
Bervariasinya penggunaan terapi obat (terapi insulin tunggal atau kombinasi
insulin dengan antidiabetik oral) akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam biaya dan
luaran terapinya. Jadi, untuk mengetahui efektivitas biaya penggunaan terapi insulin
tunggal dan kombinasi insulin diperlukan suatu analisis efektivitas biaya (metode yang
menilai atau mencari cara yang paling murah dan efektif dalam mencapai target atau suatu
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
110
tujuan yang sama dengan membandingkan hasil suatu kegiatan dengan biayanya) (Putra,
Udayani, & Meriyani, 2017).
Upaya terapi non farmakologi dan farmakologi telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes melitus. Terapi farmakologi untuk diabetes
melitus tipe 2 meliputi antidiabetik oral dan terapi insulin (Putra et al., 2017). Insulin
diberikan untuk pasien yang memiliki nilai HbA1c 7,5% dengan kadar glukosa darah
puasa > 250 mg/dL, atau pasien yang gagal dengan terapi antidiabetik oral. Penggunaan
insulin dapat dikombinasikan dengan antidiabetik oral apabila kadar glukosa darah tidak
terkontrol dengan baik (HbA1c >7,5%) dalam jangka waktu tiga bulan dengan dua
antidiabetik oral (Udayani, Meriyani, & Wardani, 2018), sedangkan berdasarkan
PERKENI pemberian insulin dapat diberikan pada pasien dengan kadar HbA1c lebih dari
9% (Perkeni, 2011).
Cost Effective Analysis (CEA) atau Analisis Efektivitas Biaya merupakan bentuk
analisis ekonomi yang komprehensif, dilakukan dengan mendefinisikan menilai,
membandingkan sumber daya yang digunakan (input) dengan konsekuensi pelayanan
(output) antara dua atau lebih alternatif. CEA mengukur outcome dalam unit natural
(misalnya, kadar gula darah dalam mg/dl) (Yuswantina & Dyahariesti, 2018). Dengan
menggunakan metode ini, bisa dihitung insulin tunggal/kombinasi apa yang paling cost-
effective.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif yang dilakukan secara retrospektif, yaitu diambil dari penelusuran dokumen
rekam medis pasien dan rincian biaya obat didapatkan di bagian Instalasi Farmasi, dan
biaya laboratorium, biaya pemeriksaan dokter serta biaya administrasi di salah satu rumah
sakit Kabupaten Gianyar (Sugiyono, 2014). Subjek penelitian adalah pasien Diabetes
Melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di salah satu rumah sakit Kabupaten Gianyar
yang mendapatkan insulin kombinasi dan insulin tunggal yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
1. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Pasien berumur diatas 17 tahun.
b. Pasien yang mendapat terapi insulin tunggal atau terapi kombinasi insulin di salah
satu rumah sakit Kabupaten Gianyar.
2. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini :
a. Pasien dengan data rekam medis yang tidak lengkap atau hilang
b. Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang tidak teratur melakukan terapi
Dari data diperoleh sampel pasien DM tipe 2 sebanyak 70 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode metode
dokumentasi, yang merupakan data yang diperoleh dari rekam medis pasien mengenai
nama, umur, jenis kelamin, jenis obat, kadar GDP. Data laboratorium mengenai kadar GDP
hasil pemeriksaan laboratorium setelah penggunaan obat antidiabetik oral dan kombinasi
selama 3 bulan periode terapi pasien, serta data mengenai biaya obat dan administrasi
diperoleh dari Instalasi Farmasi dan bagian kasir/keuangan di salah satu rumah sakit
Kabupaten Gianyar.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi:
a. Demografi subjek penelitian
Karakteristik pasien meliputi gambaran distribusi berdasarkan jenis kelamin, umur,
serta berdasarkan tercapainya target GDP 90-130 mg/dL.
b. Gambaran jenis terapi
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
111
Analisis data distribusi jenis obat berdasarkan pemakaian insulin kombinasi dan insulin
tunggal yang diresepkan pada pasien.
c. Perhitungan biaya medis langsung
Dilakukan perhitungan total biaya medis langsung tiap bulannya yang meliputi biaya
obat, biaya pemeriksaan dokter, biaya laboratorium, dan biaya administrasi.
d. Penilaian efektivitas terapi
Efektivitas terapi penggunaan obat antidiabetik oral tunggal dan kombinasi yang
diresepkan dilihat dari pencapaian target GDP 90-130 mg/dL.
e. Perhitungan efektivitas biaya terapi
Dilakukan analisis efektivitas biaya dengan metode ACER. Efektivitas biaya
merupakan rasio total biaya medis langsung terhadap % efektivitas terapi. Penilaian
cost effective dengan metode ACER.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang didapatkan dari rekam medis rumah sakit tentang
analisis efektivitas biaya penggunaan terapi insulin kombinasi dan insulin tunggal
pada pasien DM tipe 2 rawat jalan didapatkan subjek penelitian sebanyak 70 pasien
yang memenuhi kriteria inklusi.
Tabel 1. Karakteristik Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Insulin Tunggal
(orang)
Insulin Kombinasi
(orang)
Insulin
Tunggal
Insulin
Kombinasi
Laki-laki
21
28
80,77
63,64
Perempuan
5
16
19,23
36,36
Jumlah
26
44
100,00
100,00
Sesuai tabel 1 diatas bahwa karakteristik pasien DM tipe 2 dilihat dari jenis
kelamin, menunjukkan bahwa DM tipe 2 yang menggunakan insulin tunggal lebih banyak
laki-laki yaitu sebesar 80,77% dengan jumlah 21 orang. Sedangkan pasien DM tipe 2 yang
menggunakan insulin kombinasi lebih banyak perempuan sebesar 36,36% sebanyak 16
orang. Pada laki-laki mempunyai tingkat stress lebih besar dibandingkan dengan
perempuan. Stress yang akut cenderung meningkatkan kadar glukosa darah (Jumari,
Waluyo, Jumaiyah, & Natashia, 2019). Stres emosional dapat mempengaruhi gula darah
dalam beberapa cara. Manifestasi stres yang paling sering adalah diakibatkan oleh kenaikan
hormon stres dalam darah (Jumari et al., 2019). Hormon stres seperti epineprin atau
adrenalin dan kortisol, melepaskan glukosa yang disimpan dalam darah, akibatnya adalah
kenaikan kadar gula darah yang sering menyebabkan peningkatan insulin (Yulian Istiawati,
2020).
Tabel 2. Karakteristik Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Usia
Umur
Insulin Tunggal
(orang)
Insulin
Kombinasi
(orang)
Persentasi (%)
Insulin
Tunggal
Insulin
Kombinasi
17-25
0
0
0
0
26-35
0
2
0
4,35
36-45
4
4
16,67
8,70
46-55
15
19
62,5
41,30
56-65
5
13
20,83
28,26
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
112
>65
0
8
0
17,39
Jumlah
24
46
100,00
100,00
Sesuai tabel 2 di atas bahwa karakteristik Pasien DM Tipe 2 berdasarkan usia, hasil
penelitian menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 baik yang menggunakan insulin tunggal
maupun kombinasi lebih banyak terjadi pada usia 46-55 tahun. Usia di atas 45 tahun lebih
mudah menderita DM tipe 2 dikarenakan dengan bertambahnya usia maka akan terjadi
penurunan aktivitas fisik. Penurunan aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya
abnormalitas metabolisme glukosa yang nantinya mempengaruhi induksi glukosa terhadap
sekresi insulin dan resistensi insulin. Resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung
meningkat pada lansia (40-65), riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan (Yuswantina
& Dyahariesti, 2018). Semakin tua usia seseorang, insulin yang dikeluarkan juga
semakin berkurang dan kemampuan tubuh mempertahankan diri juga semakin
berkurang sehingga daya tahan tubuh menurun. Hal ini mempermudah masuknya
virus dan dapat merusak pankreas sebagai penghasil insulin (Udayani et al., 2018).
Dalam buku Usada Kencing Manis, menyebutkan bahwa penyakit DM tipe 2 ini
juga disebabkan oleh pola dan gaya hidup yang salah, penyakit infeksi, disamping
faktor keturunan dan sebab lainnya (Fransiska, 2016).
Karakteristik Pasien DM tipe 2 Berdasarkan tercapainya GDP
GDP (90-130 mg/dL)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tercapai
34
48,57
Tidak tercapai
36
51,43
Total
70
100
Karakteristik Pasien DM tipe 2 berdasarkan tercapainya GDP, menunjukkan
bahwa dari 70 orang pasien DM tipe 2, hanya 34 orang atau 48,57% yang mencapai target
(GDP 90-130 mg/dL). Hal ini menunjukan bahwa masih banyak pasien yang memiliki
kadar GDP lebih tinggi dari parameter yang telah ditetapkan. Tingginya kadar gula yang
dapat memicu terjadinya diabetes melitus disebabkan oleh faktor-faktor gaya hidup dan
lingkungan (peningkatan berat badan dan tidak melakukan olahraga secara cukup) (Imelda,
2019).
Gambaran Jenis Terapi
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
Insulin Tunggal
Insulin Kerja
Cepat
Insulin aspart
Novorapid®FlexPen®
13
18,57
Insulin Kerja
Panjang
Insulin Glargine
Lantus®FlexPen®
11
15,71
Kombinasi
Insulin Kerja
Cepat +
Insulin Kerja
Panjang
Insulin aspart +
Insulin glargine
Novorapid®FlexPen®
+ Lantus®FlexPen®
37
52,85
Insulin lispro +
insulin glargine
Humalog®FlexPen® +
lantus®FlexPen®
5
7,14
Insulin glulisine +
Insulin glargine
Apidra®FlexPen® +
lantus®FlexPen®
3
4,28
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
113
Insulin aspart +
Insulin detemir
Novorapid®FlexPen®
+ levemir®FlexPen®
1
1,43
Salah satu cara untuk membantu menurunkan kadar gula darah yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan terapi farmakologi pada pasien DM tipe 2 (Rifdayu
Hartatik, 2021). Pemberian terapi farmakologi untuk pasien DM tipe 2 dapat diberikan
insulin tunggal maupun insulin kombinasi yang tepat sangat menentukan keberhasilan
terapi diabetes. Pada tabel menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi insulin kerja cepat
(insulin aspart) dengan insulin kerja panjang (insulin glargine) paling banyak digunakan
yaitu sebanyak 37 pasien dengan persentase sebesar 52,85%. Terapi insulin yang diberikan
diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis (Perkeni, 2011). Insulin
glargine merupakan insulin analog kerja panjang yang diindikasikan untuk memperbaiki
kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2 (Putra et al., 2017). Insulin glargine
memberikan fleksibilitas dalam penyesuaian dosis sesuai dengan kebutuhan penderita.
Perhitungan Biaya Medis Langsung
Jenis
Obat
B1 (Rp)
R1 (Rp)
B2 (Rp)
B3 (Rp)
B4 (Rp)
B2+B3+
B4 (Rp)
R2 (Rp)
T (Rp)
Insulin
aspart
1.774.791
591.597
120.000
150.000
170.000
440.000
146.666
738.263
Insulin
Glargine
871.587
290.529
120.000
150.000
170.000
440.000
146.666
437.195
Insulin
aspart +
Insulin
glargine
2.646.378
882.126
120.000
150.000
170.000
440.000
146.666
1.028.792
Insulin
lispro +
insulin
glargine
1.774.740
591.580
120.000
150.000
170.000
440.000
146.666
738.246
Insulin
glulisine
+ Insulin
glargine
1.774.740
591.580
120.000
150.000
170.000
440.000
146.666
738.246
Insulin
aspart +
Insulin
detemir
2.065.320
688.440
120.000
150.000
170.000
440.000
146.666
835.106
Keterangan:
B1= biaya obat B2= biaya laboratorium
B3= biaya pemeriksaan dokter B4= biaya administrasi
R1= rata-rata biaya obat R2= rata-rata penjumlahan (B2+B3+B4)
T= total biaya medis langsung tiap bulannya (R1+R2)
Biaya medis langsung penggunaan obat insulin kombinasi dan insulin tunggal pada
pasien DM tipe 2 rawat jalan di salah satu rumah sakit Kabupaten Gianyar ini meliputi
biaya obat, biaya laboratorium, biaya pemeriksaan dokter, dan biaya administrasi. Dalam
tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya laboratorium (B2), biaya pemeriksaan dokter (B3)
dan biaya administrasi (B4) tiap pasien sama, hanya saja biaya obat (B1) yang dikeluarkan
tiap pasien berbeda. Dengan demikian, besar kecilnya total biaya medis langsung yang
dikeluarkan oleh pasien ditentukan oleh besarnya biaya obat. Semakin besar biaya obat
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
114
maka semakin tinggi pula total biaya medis langsungnya (Getol, 2014). Pada tabel
menunjukkan bahwa total biaya medis langsung terendah yaitu penggunaan insulin tunggal
glargine sebesar Rp 437.195,00. Dalam tabel dapat dilihat bahwa biaya laboratorium
(B2), Biaya pemeriksaan dokter (B3) dan biaya administrasi (B4) tiap pasien sama,
hanya saja biaya obat (B1) yang dikeluarkan tiap pasien berbeda. Dengan demikian,
besarnya semakin besar biaya obat maka semakin tinggi pula biaya total medis
langsung. Pada tabel juga menunjukkan bahwa total biaya medis langsung terendah
yaitu penggunaan insulin tunggal glargine sebesar Rp 738.263. Sedangkan total
biaya medis langsung tertinggi yaitu penggunaan insulin kombinasi antara insulin
aspart dengan insulin glargine sebesar Rp 1.028.792. Hal ini disebabkan karena
penggunaan kombinasi obat akan menambah biaya obat sehingga semakin tinggi
total biaya medis langsungnya.
Penilaian Efektivitas Terapi
Jenis terapi
Efektivitas terapi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Insulin aspart
6
46,15
Insulin Glargine
4
36,36
Insulin aspart + Insulin
glargine
20
54,05
Insulin lispro + insulin
glargine
2
40
Insulin glulisine +
Insulin glargine
2
66,66
Sesuai Efektivitas terapi pada penelitian ini dilihat dari pencapaian target terapi
GDP 90-130 mg/dL. Penilaian GDP dilakukan dengan tes kadar GDP (Gula Darah Puasa)
di laboratorium. Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi insulin
glulisine dan insulin glargine mempunyai efektivitas terapi paling tinggi yaitu 66,66%.
Insulin kerja panjang (long acting) yang dikombinasi dengan insulin kerja cepat
(rapid acting) telah menunjukkan kontrol glikemik yang efektif dan menurunkan
kejadian hipoglikemia pada nokturnal (Dalimartha & Adrian, 2012)
.
Perhitungan efektivitas biaya terapi
Jenis Terapi
Total Biaya
Medis Langsung
(Rp)
Efektivitas
Terapi (%)
ACER
(Rp/%efektivitas)
Insulin aspart
738.263
46,15
15,99
Insulin Glargine
437.195
36,36
12,02
Insulin aspart +
Insulin glargine
1.028.792
54,05
19,03
Insulin lispro +
insulin glargine
738.246
40
18,45
Insulin glulisine +
Insulin glargine
738.246
66,66
11,07
Efektivitas biaya merupakan analisis efektivitas biaya dengan menggunakan
perhitungan ACER, dimana ACER diperoleh dari total biaya medis langsung dibagi dengan
efektivitas terapi obat tersebut. Efektivitas terapi dilihat dari persentase jumlah pasien yang
berhasil mencapai target GDP. Semakin kecil nilai ACER maka obat itu semakin cost
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
115
efektif (Yuswantina & Dyahariesti, 2018). Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
penggunaan antidiabetik oral glimepiride dengan metformin memiliki nilai ACER terkecil
yaitu Rp 11,07 persentase efektivitas terapi. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa
penggunaan insulin kombinasi yang paling cost efektif adalah kombinasi insulin glulisine
dengan insulin glargine (Rifdayu Hartatik, 2021).
Hasil dari perhitungan efektivitas biaya apabila diinterpretasikan ke dalam kuadran
penilaian, penggunaan insulin kombinasi glulisine dan glargine terdapat pada kuadran no I
yang berarti biaya pengobatan lebih mahal dengan efektivitas yang lebih tinggi, sedangkan
penggunaan insulin tunggal glargine terdapat pada kuadran no III yang berarti biaya
pengobatan lebih murah dengan efektivitas yang lebih kecil. Dari hal tersebut dapat dilihat
bahwa penggunaan obat kombinasi glulisine dan glargine akan mengeluarkan biaya
pengobatan yang lebih tetapi sebanding dengan efektivitas yang diperoleh.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis terapi insulin
tunggal yang digunakan pada pasien DM tipe 2 adalah aspart maupun glargine.
Sedangkan jenis terapi kombinasi insulin yang digunakan pada pasien DM tipe 2
adalah insulin aspart dengan insulin glargine, insulin lispro dengan glargine, insulin
glulisine dengan glargine, dan insulin aspart dengan detemir. Total biaya langsung
tiap bulan untuk insulin tunggal glargine sebesar Rp 437.263. Sedangkan total biaya
medis langsung tiap bulan untuk kombinasi insulin glulisine dan Insulin glargine
sebesar Rp 738.246. Terapi insulin yang paling cost-effective berdasarkan ACER
adalah insulin glulisine dengan nsulin glargine 11.07%.
BIBLIOGRAFI
Control, Centers for Disease, & Preparedness, Prevention (US). Office of Public Health.
(2011). Public health preparedness: 2011 state-by-state update on laboratory
capabilities and response readiness planning. Centers for Disease Control and
Prevention, Office of Public Health
Dalimartha, Setiawan, & Adrian, Felix. (2012). Makanan dan herbal untuk penderita
diabetes mellitus. Penebar Swadaya Grup.
DI, DIABETES MELITUS D. M. (2019). Karya Tulis Ilmiah Gambaran TB Paru Pada
Penderita Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
Fransiska, Mellia. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe II Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Kota
Bukittinggi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan, 7(2).
Getol, Gunadi. (2014). Management Miracle Series: Accepted Leader. Elex Media
Komputindo.
Imelda, Sonta Imelda. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes
melitus di Puskesmas Harapan Raya tahun 2018. Scientia Journal, 8(1), 2839.
Jumari, Jumari, Waluyo, Agung, Jumaiyah, Wati, & Natashia, Dhea. (2019). Pengaruh
Ni Nyoman Wahyu Udayani, Putu Mesi Dian Adnyani /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1),
108-116
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Kombinasi dan Insulin Tunggal
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
116
Akupresur terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Persadia
RS Islam Jakarta Cempaka Putih. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 3850.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus Pengendalian dan
Pengetahuan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Perkeni.
Putra, I. Made Agus Sunadi, Udayani, Ni Nyoman Wahyu, & Meriyani, Herleeyana.
(2017). Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin dan Insulin Kombinasi
pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di Rsup Sanglah. Jurnal Ilmiah
Medicamento, 3(2), 97103.
Rifdayu Hartatik, Rifdayu. (2021). pengaruh terapi wudhu terhadap kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas sibela kota
surakarta. Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (12th, Cetaka ed.).
Bandung: CV Alfabeta.
Udayani, Ni Nyoman Wahyu, Meriyani, Herleeyana, & Wardani, I. Gusti Agung Ayu
Kusuma. (2018). Analisis Efektivitas Biaya Medis Langsung Penggunaan Insulin dan
Insulin Kombinasi Oho pada Pasien Dm Tipe 2 Rawat Jalan di Rsup Sanglah
Denpasar. Jurnal Ilmiah Medicamento, 4(1), 1824.
Yulian Istiawati, N. U. R. (2020). Literature Review: Pengaruh Senam Yoga Terhadap
Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus II.
Yuswantina, Richa, & Dyahariesti, Niken. (2018). Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan
Antidiabetes Oral Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien BPJS Penderita Diabetes
Millitus Tipe 2 di Rumah Sakit X. Media Farmasi Indonesia, 13(1).
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and
conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).