����������������������������������������������������������������������������������������������
Twowenti Fitri Marpaung
Program
Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Malinau, Kalimantan Utara
|
Abstrak |
|
Received: Revised� : Accepted: |
11-01-2022 18-01-2022 21-01-2022 |
Latar Belakang:
Perkembangan batik yang ada di Kabupaten Malinau memang dikatakan sudah
berkembang, namun masih menemukan kendala yang di hadapi oleh pelaku Usaha
Mikro Kecil Menengah khususnya pada kerajinan batik yaitu terkait dengan
modal usaha, bahan baku yang masih diproduksi dari luar daerah, terbatasnya
tenaga pembatik, sumber daya manusia yang masih dikatakan minim dan masih
butuh pembinaan. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
strategi pengembangan usaha perajin batik berbasis Maltese Registry. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Metode: Jenis penelitian ini bersjenis deskriptif kualitatif
dengan teknik analisis data yaitu analisis data interaktif yang menyajikan deskripsi spesifik berdasarkan
hasil observasi dan wawancara serta dokumentasi dengan Metode Analisis SWOT. Hasil: Berdasarkan kondisi internal SWOT IFAS dan kondisi
eksternal EFAS, hasil akhir IFAS adalah 2,55 dan EFAS 0,3 yang berarti
keuntungan lebih besar daripada kerugian, peluang lebih besar daripada
risiko, dan berdasarkan analisis SWOT diagram, kita semua tahu kondisi
internal dan eksternal.Strategi yang menyertainya adalah untuk mendukung
strategi yang kuat, yaitu penerapan strategi SO dan peluang untuk mendapatkan
peluang (O) dengan kekuatan (S) untuk mendukung profesional batik. Teruslah memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada.
Lanjutkan untuk lebih sukses. Kesimpulan: Menurut analisis SWOT, kekuatan lebih besar dari
kelemahan dan peluang lebih besar dari risiko, dan strategi yang disesuaikan
dengan kondisi internal dan eksternal adalah strategi pendukung. Kata kunci: strategi
pengembangan; batik; kearifan lokal. |
|
|
|
|
Abstract |
|
|
Background: The
development of batik in Malinau Regency is said to have developed, but there
are still obstacles faced by Micro, Small and Medium Enterprises, especially
in batik, which are related to business capital, raw materials that are still
produced from outside the region, limited batik workers, human resources are
still said to be minimal and still need coaching. Objective: The
purpose of this study was to determine the business development strategy of
batik artisans based on the Maltese Registry. The analytical tools used in
this research are data collection, data reduction, data presentation and
conclusion drawing. Methods: This
type of research is descriptive qualitative with data analysis techniques,
namely interactive data analysis that presents specific descriptions based on
the results of observations and interviews as well as documentation with the
SWOT Analysis Method. Result: Based
on IFAS internal condition and EFAS external condition, the final result of
IFAS is 2.55 and EFAS 0.3 which means profit is greater than loss,
opportunity is greater than risk, and based on SWOT diagram analysis, we all
know the internal conditions and The accompanying strategy is to support a
strong strategy, namely the implementation of the SO strategy and the
opportunity to get an opportunity (O) with a strength (S) to support batik
professionals. Continue to maximize the strengths and opportunities that
exist. Continue for more success. Conclusion: According
to the SWOT analysis, strengths are greater than weaknesses and opportunities
are greater than risks, and a strategy that is adapted to internal and
external conditions is a supporting strategy. Keywords: development
strategy; batik; local wisdom. |
*Correspondent Author: Twowenti
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang yang besar dan padat penduduknya. Kemiskinan dan pengangguran di Indonesia telah menjadi masalah utama sejak zaman kolonial. Masalah ini dapat diatasi dengan menciptakan kesadaran, pembangunan yang nyata dan efektif untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat �(Ni�mah, 2006).
Era
demokrasi membuka peluang berbagai
stakeholders untuk turut berperan pada
pencapaian kesejahteraan masyarakat. Oleh
karenanya, negara bukan menjadi satu-satunya aktor dalam distribusi
kesejahteraan sehingga
memungkinkan muncul stakeholders lain,
salah satunya sektor swasta (Nasriyati
et al., 2021). Dalam
buku (Rangkuti, 2013),
Chandler mengatakan bahwa strategi Chandler adalah alat untuk mencapai tujuan
perusahaan yang berkaitan dengan tujuan jangka panjang, rencana strategis, dan
prioritas alokasi aset.
Adapun menurut (David et al., 2009), Manajemen stratejik adalah Keterampilan dan pengetahuan
membuat, menerapkan, dan mengevaluasi keputusan transendental yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya. Manajemen Strategis berfokus pada integrasi
manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau penelitian,
penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi terkomputerisasi untuk
keberhasilan organisasi (Mukaffi et al., 2019).
Seni adat di Indonesia meliputi ciri khas, keragaman dan
warisan serta hak khusus yang harus dilestarikan dalam bentuk produk batik
lukis tangan, baik budaya maupun seni (Djawahir et al., 2020). Menurut (Arini
& Ambar, 2011) UNESCO memutuskan bahwa
batik Indonesia telah menjadi warisan budaya sejak Oktober 2009. Pada saat yang
sama (Kumalasari, 2014) bisnis batik memberikan
keuntungan bagi pengrajin dan pengusaha batik. Namun ada juga permasalahan yaitu belum meratanya
pemerataan kesejahteraan yang diakibatkan oleh pemberdayaan batik, dan para
perajin batik belum sepenuhnya melaksanakannya.
Industri
batik Indonesia umumnya berukuran kecil dan menengah, yang menjadi sumber
pendapatan bagi sebagian orang. Sebelum krisis mata uang 1997, industri kecil
dan menengah ini tumbuh pesat. Sebagian pengusaha batik telah melewati era
kejayaannya (Lestari & Basir, 2017). Juga pada tahun 1980-an, batik menjadi
pakaian resmi yang dikenakan di semua acara nasional atau acara resmi lainnya.
Saat itu, ia mampu mempromosikan dan meningkatkan citra batik di kancah
internasional. Industri batik Indonesia menyebar ke beberapa bagian pulau Jawa.
Setiap batik di daerah tersebut memiliki corak tertentu (Ma�arofah, 2019).
Ada tiga
Jenis batik yang dihasilkan adalah batik tulis, batik cap, dan batik cap.
Pertumbuhan industri batik Indonesia tidak terlepas dari perkembangan batik yang
dimulai ratusan tahun lalu. Batik sebenarnya merupakan produk pakaian yang
berkembang pesat di Jawa ratusan tahun yang lalu (Qori�ah, 2019).
Kata
batik sendiri berarti menulis dalam bahasa Jawa. Batik adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut kain bermotif tekstil yang dililin. Teknik membatik
sendiri sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Tidak ada informasi sejarah yang
jelas tentang asal usul batik (Nurainun, 2008). Diduga
teknologi ini berasal dari Sumeria dan dikembangkan di Jawa oleh para saudagar
India. Sekarang sudah banyak ditemukan di berbagai negara, antara lain Batik
Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia,
batik populer di banyak negara di benua Afrika. Namun, batik yang paling
populer di dunia adalah dari Indonesia, khususnya batik Jawa. Karena proses
produksi yang kompleks dan desain yang unik (Febriansari
& Atmojo, 2021).
Industri
batik merupakan salah satu atau lebih dari usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) yang ada. Batik adalah salah satu kerajinan Indonesia paling awal dengan
desain unik yang mencerminkan kekayaan budaya nasional Indonesia. Proses
membatik dilakukan oleh para ahli ilmu membatik dan biasanya pengetahuan
membatik diturunkan secara turun temurun dalam keluarga mereka (Khoerunisa, 2019).
Menurut
Menperin, ekspor batik pada tahun 2015 sebesar US$156 juta atau setara dengan
Rp2,1 triliun, meningkat 10 persen dibandingkan tahun 2014. Namun batik
Indonesia terus membuktikan potensinya untuk ekspor dan bersaing di pasar
tradisional. Batik memiliki peluang pasar yang besar yang tidak hanya memenuhi
kebutuhan pasar domestik tetapi juga kebutuhan pasar luar negeri (Statistik, 2014).
Pemerintah
Kabupaten Malinau melalui peraturan Bupati Malinau Nomor 17� tahun 2017 Tentang Tata Kelola Batik Malinau
bahwa Batik Malinau Merupakan kreasi Batik hasil karya masyarakat Malinau yang
dirancang dengan memadupadankan unsur flora, fauna dan kondisi geografis
Kabupaten Malinau.
Kabupaten
Marinau, dengan beragam adat dan budayanya, merupakan kekuatan yang kuat dalam
menopang perekonomian daerah. Salah satunya melalui batik daerah yang saat ini
sedang berkembang. Perlu dicatat bahwa sejauh ini, delapan pengrajin batik
telah membuat batik dengan menggunakan berbagai merek batik Dayak.
Perkembangan
Batik di Kabupaten malinau dikatakan sudah mulai berkembang, namun masih
menghadapi kendala oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah khusus nya pada
kerajinan batik yaitu terkait dengan modal usaha, bahan baku yang masih di
produksi dari luar daerah,� terbatasnya
tenaga pembatik, sumber daya manusia yang masih dikatakan minim dan masih butuh
pembinaan.
Oleh
karena itu pemerintah kabupaten malinau atau para pelaku usaha harus mempunyai
strategi agar usaha batik dapat berkembang yaitu dengan memberikan modal usaha
serta melakukan pelatihan kepada pelaku usaha batik yang ada di Kabupaten
Malinau. Pemerintah Kabupaten Malinau saat ini sedang sungguh-sungguh ingin
mengembangan batik Malinau sebagai salah satu wujud ekonomi kreatif. Secara
bertahap, pengembangan itu terus dilakukan sejak dua tahun lalu dengan memberi
pembinaan kepada para perajin.
Di
Malinau, keistimewaan itu terletak pada motif Dayak yang beragam dan ada juga
ciri khas daerah yang bermakna dan sangat unik. Misalnya Motif Burung Enggang,
Gerawet dan puluhan motif lainnya. Pentingnya masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah agaimana Strategi Pengembangan Usaha pada Pengrajin Batik
Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Malinau Kalimantan Utara
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif (Sugiyono, 2020). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara tepat situasi perajin
batik di provinsi Mali dalam kaitannya dengan teknik yang diperoleh dari
wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah para pengrajin batik
yang ada di Kabupaten Malinau. Penulis mengambil lima pengrajin usaha batik
yang ada di Kabupaten Malinau yaitu Batik Thenos, Batik Busak Uwe, Batik Teeya,
Batik Bua Beludu dan Batik Busak Malay. Objek dari penelitian ini adalah
strategi pengembangan usaha pada pengrajin batik berbasis kearifan lokal di
Kabupaten Malinau.
Teknik pengumpulan data dilakukan dua cara diantaranya
yang Terutama melalui penggunaan observasi atau observasi dan wawancara
mendalam serta dokumen. Sumber sekunder seperti teori, pendapat tentang hasil
penelitian, literatur dan buku-buku penelitian perpustakaan dan catatan. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
kualitatif deskriptif berdasarkan pemecahan masalah saat ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Batik kabupaten malinau dipelopori oleh bapak Dr.Yansen YTP. Beliau telah lama bermimpi ingin adanya usaha batik di
Kabupaten Malinau. Mimpi ini sejak beliau menjadi camat mentarang, karena
beliau melihat potensi serta prospek kedepan untuk membangun perekonomian
masyarakat Kabupaten Malinau.
Pada tahun 2012 bupati malinau melalui tim penggerak Pemberdayaan
Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Kabupaten Malinau yang
pada waktu itu diketuai oleh ibu Ping Ding Yansen, mengadakan pelatihan membatik di kantor tim
penggerak PKK Kabupaten Malinau. Adapun peserta
yang ikut hadir dalam pelatihan tersebut berjumlah 15 orang dari beberapa
kecamatan yang ada di Kabupaten Malinau yaitu Kecamatan Mentarang, kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Barat dan Kecamtan Malinau Selatan.
Berikut
ini penulis menampilkan Penyajian Data yang akan penulis gunakan dalam Analisis
dan Pembahasan. Adapun data-data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Analisis SWOT
a. Strenghts
(kekuatan)
Menurut (Rangkuti, 1998) Kekuatan
tergantung pada pesaing dan kebutuhan pasar perusahaan, sumber daya,
keterampilan atau manfaat lainnya. Keunggulan adalah
kemampuan unik untuk memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar.
Kekuatan dapat dimasukkan dalam sumber daya keuangan, citra, manajemen pasar,
hubungan pembeli-penjual dan banyak lagi.
b. Weaknesses (kelemahan)
Menurut (Rangkuti, 1998) Kelemahan adalah
keterbatasan atau kekurangan sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang
menghambat keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Ini bisa berupa
sumber daya, sumber daya keuangan, keterampilan manajemen, keterampilan
pemasaran, kelemahan citra merek.
c. Opportunity (peluang)
Menurut (Rangkuti, 1998) Peluang merupakan suatu
kondisi yang esensial dalam suatu perusahaan atau lingkungan perusahaan. Tren
penting adalah sumber peluang. Mengidentifikasi segmen pasar yang sebelumnya
diabaikan, perubahan daya saing atau kondisi kontrol, perubahan teknologi, dan
peningkatan hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi
perusahaan atau organisasi.
d. Threath (ancaman)
Menurut (Rangkuti, 1998) Ancaman merupakan dampak
negatif yang signifikan terhadap lingkungan suatu perusahaan atau organisasi.
Ancaman adalah masalah besar yang diinginkan organisasi saat ini. Masuknya
pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lebih lambat, peningkatan daya tawar
pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi dan peraturan baru atau yang
lebih baik, semuanya dapat membahayakan kesuksesan perusahaan..
Tabel 1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pengrajin Batik Kabupaten Malinau
No. |
Faktor Kekuatan |
No. |
Faktor Kelemahan |
1 |
Memiliki pelanggan
tetap |
1 |
Sumber Daya Manusia |
2 |
Harga Batik yang
terjangkau |
2 |
Modal Usaha |
3 |
Promosi melalui Media
Sosial |
3 |
Bahan Baku |
4 |
Motif yang khas dan
menarik |
|
|
5 |
Bahan Baku yang
berkualitas |
|
|
Tabel 2. Faktor Peluang� dan Ancaman Pengrajin Batik Kabupaten Malinau
No. |
Faktor Peluang |
No. |
Faktor Ancaman |
1 |
Minat Pelanggan
terhadap Batik |
1 |
Kenaikan harga bahan
baku |
2 |
Teknologi Baru |
2 |
Teknik-teknik baru |
3 |
Inovasi Baru |
3 |
Pesaing |
2. Matriks strategi faktor
internal/ IFAS ( Internal Factor Nalisys Summary)
Setelah menganalisis faktor strategi internal,
selanjutnya yaitu tabel IFAS (internal
factor analisys summary) Faktor-faktor untuk mengembangkan strategi
internal dalam kerangka kekuatan dan kelemahan dikompilasi. Faktor internal
diperoleh dari wawancara kepada pelaku pengrajin Batik Kabupaten Malinau.
Bobot internal didasarkan
pada perhitungan kategori nilai peringkat untuk masing-masing faktor strategis
perusahaan, dari mana dimungkinkan untuk melihat mana yang memiliki dampak
terbesar dan terkecil untuk dievaluasi. Fungsi bobot dan peringkat adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang dapat berdampak positif dan
negatif bagi suatu perusahaan. Dampak positif dapat menjadi faktor keuntungan,
dan dampak negatif dapat menjadi faktor kerugian. Adapun langkah-langkah untuk
menetukan matriks strategi faktor internal adalah:
a.
Identifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan
atau UMKM masuk ke kolom 1 (faktor strategis internal).
b.
Tetapkan bobot setiap item dari 1,0 (paling
penting) hingga 0,0 (tidak perlu). Jumlah semua bobot ini tidak boleh melebihi
1,00. Bobot ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan peneliti. Bobot
ditentukan berdasarkan hasil wawancara atau argumentasi dari responden terhadap Pelaku Usaha Kerajinan Batik Kabupaten Malinau
c.
Beri peringkat setiap faktor intensitas pada
skala 4 (sangat kuat) sampai 1 (sangat lemah). Di sisi lain, keadaan lemah
memberikan kisaran 1 (sangat lemah) hingga 4 (sangat kuat).
d.
Kalikan bobot dalam langkah-langkah untuk
mengetahui faktor lain mana yang berbeda di kolom 4.
e.
Total bobot poin di kolom 5 adalah total bobot
poin yang diperoleh perusahaan ini atau MMSE terkait. Hasil keseluruhan ini
dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan atau UKM dengan perusahaan dalam
kelompok industri yang sama.
Di bawah
ini penulis akan menampilkan Tabel perhitungan dari Faktor-Faktor Strategi
Internal (IFAS) sebagai berikut :
Tabel 3. Penghitungan Faktor-Faktor Strategi Internal/IFAS
(internal factors
analisys summary)
No. |
Faktor-faktor
Strategi Internal |
Bobot |
Ranting (1-4) |
Bobot x Ranting |
|
Kekuatan (Strenghts) |
- |
- |
- |
||
1 |
Memiliki pelanggan
tetap |
0.17 |
4 |
0,68 |
|
2 |
Harga Batik yang
terjangkau |
0.17 |
4 |
0,68 |
|
3 |
Melakukan Promosi dengan
menggunakan Media Sosial |
0,17 |
3 |
0,51 |
|
4 |
Melakukan Promosi
secara langsung |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
5 |
Motif yang khas dan
menarik |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
6 |
Bahan baku yang
berkualitas |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
Total |
1,00 |
27 |
3,91 |
||
Kelemahan (weaknesses) |
- |
- |
- |
||
1 |
Sumber daya manusia |
0,17 |
1 |
0,17 |
|
2 |
Modal usaha |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
3 |
Bahan baku |
0,17 |
3 |
0,51 |
|
Total |
1,00 |
8 |
1,36 |
||
Selisih Kekuatan dan
Ancaman |
|
|
2,55 |
||
Totak Komulatif |
|
|
5,27 |
||
3) Matriks strategi faktor
eksternal/ EFAS (eksternal factor nalisys
summary)
Setelah menganalisis faktor strategi eksternal,
selanjutnya yaitu tabel EFAS (eksternal
faktor analisys summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi
eksternal tersebut dalam kerangka oportunity
dan threats. Faktor eksternal
yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pelaku pengrajin batik Kabupaten
malinau.
Fungsi gravity dan rating adalah untuk mengetahui dampak
positif dan negatif dari kondisi strategis perusahaan. Pengaruh positif bisa
menjadi masalah kebetulan dan pengaruh negatif bisa berbahaya. Adapun
langkah-langkah untuk menetukan matriks strategi faktor eksternah adalah :
1. Menentukan faktor-faktor peluang serta risiko perusahaan
atau Usaha Mikro Kecil Menengah kedalam kolom 1 (faktor strategi eksternal)
2. Beri
bobot 1,0 (sangat penting) hingga 0,0 (tidak perlu) untuk setiap bobot. Jumlah
semua bobot ini tidak boleh lebih dari 1,00. Besarnya bobot tergantung dari
hasil wawancara dengan peneliti. Penurunan berat badan berdasarkan hasil
wawancara atau debat dengan responden pengrajin batik di Kabupaten Malinau.
3. Tentukan
peluang untuk setiap peluang dengan menimbang 4 (sangat kuat) hingga 1 (sangat
lemah).
4. Kalikan
bobot dengan timbangan untuk mengetahui item lain mana yang berbeda di kolom 4.
5. Hasil
penjumlahan bobot pada kolom 5 untuk mendapatkan total bobot poin perusahaan atau Usaha Mikro kecil Menengah yang bersangkutan.
Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan atau Usaha Mikro
Kecil Menengah ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Di bawah
ini penulis akan menampilkan Tabel perhitungan dari Faktor-Faktor Strategi
Eksternal (EFAS) sebagai berikut :
Tabel 4. Penghitungan faktor-faktor Strategi Eksternal/EFAS
�(eksternal factors analisys summary)
No. |
Faktor-faktor
Strategi Internal |
Bobot |
Ranting (1-4) |
Bobot x Ranting |
Peluang (Opportunity) |
- |
- |
- |
|
1 |
Minat pelanggan
terhadap batik |
0,3 |
3 |
0,9 |
2 |
Teknologi baru |
0,3 |
2 |
0,6 |
3 |
Inovasi baru |
0,3 |
3 |
0,9 |
Total |
1,00 |
8 |
2,4 |
|
Ancaman |
|
|
|
|
1 |
Kenaikan harga bahan
baku |
0,3 |
1 |
0,3 |
2 |
Teknik-teknik baru
seperti printing |
0,3 |
3 |
0,9 |
3 |
Pesaing |
0,3 |
3 |
0,9 |
Total |
1,00 |
7 |
2.1 |
|
Selisih
peluang-ancaman |
- |
- |
0,3 |
|
Total komulatif |
- |
- |
4,5 |
Berdasarkan
matriks IFAS dan EFAS di atas, analisis SWOT dapat dilakukan. Secara umum
keempat faktor tersebut, perhitungan matriks dilakukan sebagai berikut:
1. Total
titik berat kekuatan - Titik berat kelemahan umum = 3,91-1,36 = 2,55
2. Total
poin bobot peluang - Total poin bobot risiko = 2,4 - 2,1 = 0,3 Berdasarkan
hasil analisis IFAS dan EFAS, skor akhir IFAS adalah 2,55, skor EFAS adalah
0,3.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal
(IFAS) dan lingkungan eksternal (EFAS), hasil akhir IFAS adalah 2,55, sedangkan
skor EFAS adalah 0,3. Ini berarti bahwa keuntungan pengrajin batik lebih besar
daripada kerugiannya, dan peluangnya lebih besar daripada ancamannya. Hasil
analisis tersebut selanjutnya dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut :
1.
Kuadran satu SO (Strenght-Opportunity) adalah Sangat
nyaman. Perusahaan di kuadran ini memiliki peluang dan manfaat, sehingga Anda
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat diambil pada kuadran
pertama adalah strategi ampuh. Strategi kuat adalah strategi yang akan membantu
perusahaan terus membangun kekuatan dan peluangnya untuk maju dan mencapai
kesuksesan yang lebih besar.
2.
Quadruple ST, perusahaan di kuadran ini
menghadapi banyak risiko namun tetap memiliki keunggulan internal. Strategi
yang dapat diambil pada kuadran kedua adalah strategi divergensi. Strategi
keragaman merupakan strategi yang mengharuskan perusahaan melakukan perubahan
untuk mengatasi kelemahan dan memanfaatkan peluang.
3.
Kuadran 3 WO (weak-chance), perusahaan memang
memiliki peluang yang sangat besar di tempat ini. Namun di sisi lain, ia juga
memiliki banyak keterbatasan internal. Strategi yang dapat diambil pada kuartal
ketiga adalah turnaround strategy, yaitu strategi yang akan membantu perusahaan
menggunakan kekuatannya untuk mengubah arah bisnis, karena saat ini banyak
risiko yang dapat menghancurkan perusahaan.
4.
Kuadran 4 WT (situasi risiko lemah), perusahaan
berada di tempat yang sangat buruk. Perusahaan menghadapi banyak ancaman dan
kelemahan internal. Pada kuartal keempat, strategi yang dapat diambil adalah
strategi defensif, yaitu strategi yang akan membantu perusahaan mempertahankan
posisinya dengan menggunakan seluruh kemampuan yang ada. Hal ini disebabkan
banyaknya ancaman di dalam dan di luar perusahaan.
Strategi
yang tepat baik untuk situasi internal maupun eksternal mendukung strategi yang
kuat, seperti menerapkan strategi SO, dan menggunakan O (S) untuk mendapatkan
peluang (O) untuk terus menyempurnakan strategi yang ada dengan mendukung
pengrajin batik. Maju dan raih kesuksesan besar. Sukses, untung, dan peluang.
Tabel 5. Penentuan Strategi Matriks SWOT
���� INTERNAL EKSTERNAL |
STRENGTHS (S): 1. Memiliki pelanggan tetap 2. Harga Batik yang terjangkau 3.
Melakukan Promosi dengan
menggunakan Media Sosial 4. Melakukan Promosi secara langsung 5. Motif yang unik dan menarik 6. Bahan baku yang berkualitas |
WEAKNESS (W) : 1. Sumber daya manusia (karyawan) 2. Modal usaha 3.
Bahan baku yang masih
dari luar daerah |
OPPORTUNITIES (O) 1. Minat
Pelanggan terhadap Batik 2. Teknologi
Baru 3. Inovasi
Baru |
Strategi SO : 1. Memanfaatkan teknologi untuk melakukan promosi di
media social (Face Book, Instagram, WhatsApp dan Line) 2. Memanfaatkan teknologi baru dalam membatik untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas produk batik 3. Menghasilkan produk batik yang berkualitas dengan
harga yang terjangkau dipasaran 4. Memiliki motif yang menarik sehingga terlihat layak
untuk dijadikan pakaian dalam acara-acara tertentu 5. Memberikan inovasi-inovasi baru. |
Strategi WO : 1. Mengikutsertakan karyawan yang dimiliki kedalam
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam membatik 2. Menghasilkan produk batik yang beraneka ragam motif |
THREATS (T) 1. Kenaikan harga bahan baku 2. Produk dari luar 3. Teknik-teknik baru 4. Pesaing |
Strategi ST : 1. Menciptakan Inovasi Batik yang terus-menerus untuk
dapat bersaing secara sehat dengan Usaha Mikro Kecil Menengah yang sejenis 2. Menghasilkan motif Batik dangan ciri dan motif yang
unik sehingga pelanggan dapat membedakan Batik Tulis asli dangan Batik
Printing 3. Menyediakan stok bahan baku, misalnya kain dan jenis
pewarna batik untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku |
Strategi WT : 1. Pelaku Usaha memberikan Pelatihan kepada karyawannya
untuk menghasilkan Batik yang unik yang sesuai dengan ciri khas masing-masing
pengrajin agar dapat bersaing dengan sesama Usaha Mikro Kecil Menegah yang
lain baik di dalam daerah maupun di luar daerah |
Tujuan dari setiap alat leveling pada Langkah 2
adalah untuk menghasilkan strategi alternatif, bukan untuk memilih strategi
terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT dipilih untuk
diimplementasikan.
4) Peran Tiga Aktor Utama
�Untuk memperoleh hasil
yang optimal dalam pengembangan Usaha kerajinan Batik berbasis kearifan lokal perlu adanya kolaborasi dan
dukungan yang signifikan antar aktor utama dengan para
pengrajin. Ketiga aktor utama ini adalah :
1. Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Malinau melalui peraturan Bupati
Malinau� Nomor 17 tahun 2017 Tentang Tata
Kelola Batik Malinau bahwa Batik Malinau merupakan kreasi Batik
hasil karya masyarakat Malinau yang dirancang dengan memadu padankan unsur flora, fauna dan kondisi geografis
Kabupaten Malinau. Semua unit terkait
pemerintah daerah (dinas koperasi dan UKM, departemen perdagangan) berkewajiban
untuk mendorong pengembangan industri kerajinan batik di provinsi Marinao
melalui kebijakan mikro dan budaya. Kebijakan mikro adalah
dengan memberikan bantuan kepada bisnis individu.
2. Peran Akademisi
�Pendidikan
tinggi meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan
merupakan komitmen civitas akademika perguruan tinggi untuk berperan dalam
masyarakat. Salah satu peran yang perlu ditekankan adalah penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Riset berupa penciptaan inovasi dan ide
teknologi. Namun, sebagian besar penelitian yang diselesaikan berakhir di ruang
laboratorium atau diarsipkan di koleksi perpustakaan.
3. Peran Bisnis
Di sisi lain, industri juga memiliki kewajiban untuk
berkontribusi pada lingkungan bisnis yang baik, seperti menerapkan etika
bisnis, mengambil tanggung jawab perusahaan, dan menjadi mitra pemerintah
daerah dan nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
5) Analisis Data
a. Strenghts (Kekuatan)
Menurut (Rangkuti, 1998) Keunggulan adalah sumber daya, keterampilan, atau
keunggulan lain atas pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan
atau organisasi.
�Kekuatan dari Batik Thenos menurut Bapak Belly Neos salah satu Pengrajin Usaha Batik Kabupaten Malinau mengatakan bahwa:
�Adapun kekuatan dari usaha batik thenos adalah
berdikari, usaha ini juga dijalankan bersama-sama artinya saya dan istri saya
menyukai Batik. Saya mendesain
dan merancang sendiri sedangkan istri saya yang mengatur keuangan atau
memanajemenkan usaha kami�.
Berdasarkan wawancara dengan para pelaku Pengrajin Batik di Kabupaten Malinau penulis menarik kesimpulan bahwa kekuatan (strenght)
dari usaha Batik di Kabupaten
Malinau yaitu promosi secara langsung dan melalui sosial media,� produk Batik yang berkualitas,
harga yang terjangkau dan memiliki motif yang khas dan menarik yang
ditawarkan oleh masing-masing pengrajin
b. Weaknesses (Kelemahan)
Menurut (Rangkuti, 1998) Kelemahan adalah keterbatasan atau sumber daya,
keterampilan dan kemampuan yang menghambat keberhasilan suatu perusahaan atau
organisasi. Mereka dapat berupa sumber daya, sumber daya keuangan, keterampilan
manajemen, keterampilan pemasaran, kelemahan citra merek.
Kelemahan dari Batik
Thenos menurut Bapak Belly Neos salah satu pengrajin usaha Batik Kabupaten
Malinau mengatakan bahwa :
�Kelemahan dari usaha batik ini adalah modal, bahan baku
yang jauh dipesan di jawa�.
Berdasarkan wawancara oleh pelaku kerajinan Batik
Kabupaten Malinau penulis menarik kesimpulan kelemahan (weaknees) pada usaha kerajinan Batik di Kabupaten Malinau yaitu belum
adanya modal usaha yang maksimal yang dimiliki oleh pengrajin dalam
meningkatkan serta mengembangkan usaha Batiknya, sumber daya manusia yang belum memadai, serta bahan baku yang dipesan dari luar daerah.
c. Opportunity (Peluang)
Menurut (Rangkuti, 1998) Peluang adalah situasi
penting yang menguntungkan dalam pengaturan perusahaan atau organisasi. Tren
penting adalah sumber peluang. Faktor peluang adalah berbagai lingkungan yang
menguntungkan bagi unit bisnis.
Peluang dari Batik T�������� henos menurut Bapak Belly Neos salah
satu pengrajin usaha Batik Kabupaten Malinau mengatakan bahwa:
�Peluang yang diharapkan kedepannya tetap fleksibel
dalam berkarya, mengikuti tren masa kini dengan tidak melupakan norma-norma
dasar dari karya yang kita ciptakan�.
Berdasarkan wawancara penulis
terhadap pengrajin Batik Kabupaten
Malinau penulis menarik kesimpulan peluang (opportunities)
dari usaha kerajinan Batik Kabupaten Malinau adalah menciptakan inovasi baru,
tetap bekerja sama dengan tim dan optimis dalam menjalankan suatu usaha.
d. Threath (Ancaman)
Menurut (Rangkuti, 1998) Ancaman adalah situasi
merugikan yang signifikan dalam lingkungan perusahaan atau organisasi. Ancaman
adalah gangguan besar bagi lokasi yang diinginkan organisasi saat ini.
Ancaman dari Batik
Thenos menurut Bapak Belly Neos salah satu pengrajin usaha Batik Kabupaten
Malinau mengatakan bahwa:
�Ancaman nya yaitu adanya plagiat dari luar yang melihat
keuntungan dari prospek batik kedepan, harga bahan baku yang setiap tahun
meningkat dan adanya produk-produk dari luar�.
Berdasarkan wawancara oleh pelaku pengrajin Batik
Kabupaten Malinau penulis menarik kesimpulan ancaman (threats) dari usaha kerajinan batik Kabupaten Malinau yaitu adanya
pesaing di produk yang sama, produk-produk baru dari luar seperti printing,
motif-motif yang berasal dari daerah lain, juga plagiat dari luar daerah, harga
bahan baku yang meningkat, dan minat pelanggan yang masih kurang dan tidak
merata.
B. Pembahasan
1. Analisis SWOT
a. Strenghts (Kekuatan)
Menurut (Rangkuti, 1998) Kekuatan adalah sumber
daya, kemampuan, atau manfaat lain dari segi pesaing dan kebutuhan pasar
perusahaan atau organisasi. Keunggulan adalah kemampuan unik untuk memberikan
keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar.
Berdasarkan wawancara
dengan para pelaku pengrajin Batik Kabupaten Malinau,menyimpulkan kekuatan (strenght) dari usaha Batik di Kabupaten
Malinau yaitu promosi secara langsung dan melalui sosial media,� produk batik yang berkualitas, harga yang
terjangkau dan memiliki motif yang khas dan menarik.
Berdasarkan teori dan hasil wawancara, penulis
menyimpulkan bahwa strategi yang dikembangkan oleh Pengrajin Batik di Resimen
Malina adalah dengan menggunakan teknologi untuk mempromosikan media sosial
(Facebook, Instagram, WhatsApp dan online). Di bidang batik, produk batik ini
dipasarkan dengan harga yang terjangkau untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitasnya.
b. Weaknees (Kelemahan)
Menurut (Rangkuti, 1998) Kelemahan adalah keterbatasan
atau kekurangan sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang menghambat
keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Ini bisa berupa sumber daya,
sumber daya keuangan, keterampilan manajemen, keterampilan pemasaran, kelemahan
citra merek.
Berdasarkan hasil wawancara penulis
terhadap pengrajin Batik di Kabupaten Malinau, penulis menyimpulkan kelemahan (weaknees) pada usaha kerajinan Batik Kabupaten Malinau yaitu salah
satunya adalah belum adanya ketersediaan modal usaha yang maksimal yang
dimiliki oleh pengrajin Batik di Kabupaten Malinau untuk mengembangkan dan
meningkatkan usaha Batiknya, belum tersedianya secara maksimal Sumber Daya Manusia yang benar-benar siap menggelutin usaha Batik
dan memiliki kreativitas yang tinggi dalam merancang/mendesain motif Batik
berciri khaskan budaya etnik Kabupaen Malinau dan bahan baku yang masih di pesan oleh
pengrajin Batik dari luar daerah
Kabupaten Malinau yaitu Pulau Jawa.
Berdasarkan teori dan hasil wawancara tersebut
penulis menarik kesimpulan bahwa strategi yang digunakan untuk mengatasi
kelemahan yaitu Dinas terkait yang membawahi bidang UMKM khususnya pengrajin
Batik agar diberikan kemudahan serta jalan dalam memperoleh pinjaman modal
usaha, baik bekerja sama dengan pihak Bank yang ada di Kabupaten Malinau maupun
dengan pihak pengusaha, mengikut sertakan karyawan yang dimiliki oleh
masing-masing pengrajin untuk mengikuti pelatihan serta pembinaan dengan tujuan
agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam membatik sehingga dapat menghasilkan
kreativitas dan inovasi produk Batik yang lebih beraneka ragam motifnya dengan
tetap mengutamakan seni dari budaya/kearifan lokal yang ada di Kabupaten
Malinau tentunya dalam hal ini juga peran Pemerintah daerah Malinau sangat
dibutuhkan dalam melakukan pembinaan serta pelatihan-pelatihan membatik yang
berkesinambungan.
Sedangkan sulitnya pengrajin dalam memperoleh
bahan baku karena harus membeli dari luar daerah Kabupaten Malinau, dalam hal
ini tentunya diharapkan kepada pemerintah daerah atau Provinsi untuk dapat
menarik investor dalam membuka industri tekstil skala kecil atau Pemerintah
daerah bekerja sama dengan pengusaha baik di luar dan di dalam daerah untuk
kemudahan dalam memperoleh bahan� bahan
baku yang digunakan pengrajin Batik di Kabupaten Malinau. Pengrajin Batik di Kabupaten
Malinau juga berperan atau berkonstribusi bagi perekonomian di Kabupaten
Malinau karena karena secara tidak langsung aktivitas dari pengrajin Batik di
Kabupaten Malinau telah terjadi transaksi bahan baku dan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat di sekitar pengrajin, sehingga dari aktivitas
tersebut juga diharapkan dapat mampu meningkatkan perekonomian bagi masyarakat
Kabupaten Malinau tentunya.
c. �Opportunity (Peluang)
Menurut (Rangkuti, 1998) Peluang merupakan
kondisi esensial yang nyaman dalam suatu organisasi atau setting organisasi.
Tren penting adalah sumber peluang. Mengidentifikasi segmen pasar yang
sebelumnya diabaikan, perubahan daya saing atau kondisi kontrol, perubahan
teknologi, dan peningkatan hubungan dengan pembeli atau pemasok memberikan
peluang bagi perusahaan atau organisasi. Peluang adalah lingkungan yang berbeda
untuk bisnis.
Berdasarkan wawancara oleh pelaku pengrajin Batik
Kabupaten Malinau, menyimpulkan peluang (opportunities)
dari usaha kerajinan Batik Kabupaten Malinau adalah menciptakan inovasi baru, minat pelanggan terhadap Batik Malinau dan tetap bekerja sama dengan tim serta selalu optimis
dalam menjalankan usaha Batik yang bernuansakan budaya/kearifan lokal
Kabupaten Malinau.
Berdasarkan teori dan Kesimpulan Penulis
menyimpulkan bahwa peluang bagi pelaku kejahatan adalah memproduksi batik
dengan corak dan corak yang unik sehingga pelanggan dapat membedakan antara
batik asli dan batik cap.
d. Threaths (Ancaman)
Menurut (Rangkuti, 1998) Kecemasan merupakan
dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan suatu perusahaan atau
organisasi. Saat ini, intimidasi terhadap organisasi merupakan masalah besar.
Berdasarkan wawancara oleh pelaku pengrajin Batik
Kabupaten Malinau penulis menarik kesimpulan ancaman (threats) dari usaha kerajinan Batik Kabupaten Malinau yaitu adanya persaingan terhadap sesama pengrajin Batik, terciptanya produk-produk baru seperti Batik printing/cetak, harga dari bahan baku yang mulai meningkat, dan minat
pelanggan yang masih kurang.
Berdasarkan teori dan
hasil wawancara tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa strategi yang dilakukan untuk mengatasi ancaman
(threats) dari usaha kerajinan Batik
Kabupaten Malinau adalah menyediakan stok bahan
baku dengan cara memesan bahan baku yang cukup banyak dengan sekali pengiriman dari
pulau Jawa seperti bahan baku kain dan pewarnaan Batik, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku kedepannya
atau Pemerintah Daerah
Kabupaten Malinau bersama investor
membuka pabrik tekstil skala kecil untuk meminimalisir para pengrajin Batik yang ada di Kabupaten Malinau melakukan
pembelian bahan baku di luar daerah Malinau. Dengan
hal tersebut diharapkan nantinya para pengrajin Batik tidak lagi melakukan
pembelian bahan baku kain di luar daerah Kabupaten Malinau, sehingga dari hal
ini juga diharapkan dapat terciptanya lapangan pekerjaan yang baru di Kabupaten
Malinau dan khususnya para pengrajin Batik dalam memproduksi produksi Batikpun
dapat dilakukan dalam jumlah banyak atau sesuai pesanan sehingga dalam harga
jual Batikpun dalam hal ini dapat ditekan dengan harga yang terjangkau untuk
semua kalangan khususnya masyarakat yang ada di Kabupaten Malinau.
2. Penghitungan Faktor-Faktor Strategi Internal/IFAS dan Penghitungan faktor-faktor Strategi Eksternal/EFAS
Guna
mengetahu nilai bobot, ranting dan score
dari Kekuatan (Strenghts), Kelemahan (Weaknees), Peluang (Opportunity) dan Acaman (Threaths) dalam mengembangkan usaha Batik di Kabupaten
Malinau, penulis menampilkan Tabel Matriks dari perhitungan faktor-faktor
Strategi IFAS dan EFAS sebagai berikut :
Tabel 6. Penghitungan Faktor-Faktor Strategi Internal/IFAS
(internal factors
analisys summary)
No. |
Faktor-faktor Strategi Internal |
Bobot |
Ranting (1-4) |
Bobot x Ranting |
|
||||||||
Kekuatan (Strenghts) |
- |
- |
- |
|
|||||||||
1 |
Memiliki pelanggan
tetap |
0.17 |
4 |
0,68 |
|
||||||||
2 |
Harga Batik yang
terjangkau |
0.17 |
4 |
0,68 |
|
||||||||
3 |
Melakukan Promosi
dengan menggunakan Media Sosial |
0,17 |
3 |
0,51 |
|
||||||||
4 |
Melakukan Promosi
secara langsung |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
||||||||
5 |
Motif yang khas dan
menarik |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
||||||||
6 |
Bahan baku yang
berkualitas |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
||||||||
Total |
1,00 |
27 |
3,91 |
|
|||||||||
Kelemahan (weaknesses) |
- |
- |
- |
|
|||||||||
1 |
Sumber daya manusia |
0,17 |
1 |
0,17 |
|
||||||||
2 |
Modal usaha |
0,17 |
4 |
0,68 |
|
||||||||
3 |
Bahan baku |
0,17 |
3 |
0,51 |
|
||||||||
Total |
1,00 |
8 |
1,36 |
|
|||||||||
Selisih Kekuatan dan
Ancaman |
|
|
2,55 |
|
|||||||||
Totak Komulatif |
|
|
5,27 |
||||||||||
Tabel 7. Penghitungan faktor-faktor Strategi Eksternal/EFAS
(eksternal factors
analisys summary)
No. |
Faktor-faktor Strategi Internal |
Bobot |
Ranting (1-4) |
Bobot x Ranting |
Peluang (Opportunity) |
- |
- |
- |
|
1 |
Minat pelanggan
terhadap batik |
0,3 |
3 |
0,9 |
2 |
Teknologi baru |
0,3 |
2 |
0,6 |
3 |
Inovasi baru |
0,3 |
3 |
0,9 |
Total |
1,00 |
8 |
2,4 |
|
Ancaman |
|
|
|
|
1 |
Kenaikan harga bahan
baku |
0,3 |
1 |
0,3 |
2 |
Teknik-teknik baru
seperti printing |
0,3 |
3 |
0,9 |
3 |
Pesaing |
0,3 |
3 |
0,9 |
Total |
1,00 |
7 |
2.1 |
|
Selisih
peluang-ancaman |
- |
- |
0,3 |
|
Total komulatif |
- |
- |
4,5 |
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil Penelitian dan Pembahasan penulis mengenai Strategi Pengembangan Usaha
Pada Pengrajin Batik Berbasis Kearifan lokal di Kabupaten Malinau dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Tergantung pada kondisi internal SWOT
IFAS dan kondisi eksternal EFAS, skor akhir IFAS adalah 2,55 dan EFAS 0,3,
yaitu, kekuatan lebih besar daripada kelemahan dan peluang lebih besar daripada
risiko. 2) Berdasarkan Diagram Analisis SWOT diketahui
mendukung strategi yang cocok baik untuk situasi internal maupun eksternal,
seperti penerapan strategi SO, strategi (O), strategi (O) yang mendukung
pengrajin batik. Teruslah membangun kekuatan dan peluang Anda untuk maju dan
meraih kesuksesan yang lebih besar. 3) Dari hasil Analisis SWOT yang penulis gunakan
untuk melihat Strategi Pengembangan Usaha Pengrajin Batik di Kabupaten Malinau
diperoleh bahwa : Strenghts (Kekuatan) pelaku usaha kerajinan Batik Kabupaten Malinau adalah
dengan memanfaatkan teknologi untuk melakukan promosi di media sosial seperti
: facebook, instagram, whatsApp dan line. Weaknees (Kelemahan) : belum adanya
modal usaha yang maksimal yang dimiliki oleh pengrajin dalam meningkatkan serta
mengembangkan usaha Batiknya, Sumber Daya Manusia yang belum memadai, serta
bahan baku yang dipesan dari luar daerah. Opportunity
(Peluang) : peluang yang akan dilakukan oleh pelaku Usaha/pengrajin adalah menghasilkan
Batik dengan ciri dan motif yang unik/khas berbasis kearifan lokas Kabupaten
Malinau sehingga pelanggan dapat membedakan antara batik tulis asli daerah
Malinau dengan batik printing/cetak dari daerah lain. Sedangkan Threaths (Ancaman) : adanya pesaing pada produk yang sama baik di dalam daerah maupun di luar daerah
Kabupaten Malinau, adanya produk-produk baru dari luar seperti Batik printing, motif-motif yang berasal dari daerah lain,
juga plagiat dari luar daerah, harga bahan baku yang meningkat, dan minat
pelanggan yang masih kurang dan tidak merata.
�
Arini, A. M., & Ambar, B. (2011). Batik: Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: G-Media.
David, F. R., Ali, A. J., &
Al-Aali, A. Y. (2009). Strategic management: Concepts and cases.
�������������������������������������������������������
Djawahir, F. S., Sulaiman, A. I.,
& Sugito, T. (2020). Pengembangan Usaha Batik Berbasis Kearifan Lokal. Prosiding, 9(1).
Febriansari, D., &
Atmojo, I. R. W. (2021). NgaBatik: Aplikasi Pengenalan Motif Batik Ngawi
Berbasis Android. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(2),
620�636.
http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i2.2160
Khoerunisa, A. (2019). Strategi Pemasaran Produk Dalam Meningkatkan Volume
Penjualan Batik Putri Ayu Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari, Kabupaten
Purbalingga. IAIN Purwokerto.
Kumalasari, Y. Y. (2014). Pembinaan dan Pemberdayaan Pengrajin Batik (Studi di Dinas
Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Sidoarjo dan
Industri Kecil Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo). Jurnal Administrasi
Publik, 2(1), 66�70.
Lestari, E. P., & Basir, M. A.
(2017). Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Canting Cap
di Pekalongan.
Ma�arofah, N. I. A. L. (2019). Nia Lailatul Mu�arofah 17402153216 (2019) Pengaruh Modal
dan Tenaga Kerja Terhadap Hasil Produksi Pada Batik Gajah Mada Tulungagung.
Mukaffi, Z., Choiruddin, M. N.,
& Alim, S. (2019). Strategi pengembangan industri kreatif berbasis kearifan
lokal: studi pada sentra industri kerajinan batik Banyuwangi. At-Tahdzib, 7(2),
20�43.
Nasriyati, F., Khanifa,
R., Choldun, I., Wibowo, H., & Humaedi, S. (2021). Analisa Model Bisnis
Industri Batik Melalui Perspektif Berbasis Kekuatan (Pemberdayaan Pengrajin
Batik Sekar Tanjung Desa Tasikharjo dengan mengangkat kearifan lokal melalui
Program CSR PT Pertamina Fuel Terminal Tuban). Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (JPPM), 2(2), 339�352. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.35050
Ni�mah, N. (2006). Pembangunan Ekonomi Daerah Dalam
Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Pelaksanaan Program
Pengembangan Kawasan Bahari Terpadu Pada Masyarakat Nelayan Desa Tasikagung
Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang) Tahun 2006.
Nurainun, N. (2008). Analisis industri batik di Indonesia. Fokus Ekonomi, 7(3),
24399.
Qori�ah, D. (2019). Industri Batik
Garutan di Era Milenial (Studi Kasus Batik Garutan di Kabupaten Garut Jawa
Barat). Jurnal Wacana Ekonomi, 18(3), 147�157. �http://dx.doi.org/10.52434/jwe.v18i3.636
Rangkuti, F. (1998). Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti, F. (2013). Strategi promosi yang kreatif dan analisis kasus. Gramedia Pustaka Utama.
Statistik, B. P. (2014). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Berita Resmi Statistik,
17(16/02), 1�9.
Sugiyono. (2020). Metode penelitian pendekatan kuantitatif kualitatif dan
R&D. Alfabeta.
|
� 2021 by the authors. Submitted for possible
open access publication under the terms and conditions of the Creative
Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |