Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2021, 1 (3), 299-312
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
- 299 -
HUBUNGAN KINERJA BIDAN TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL
CARE (ANC) TERPADU DI PUSKESMAS KOTA JAMBI
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi, Jambi, Indonesia
sriastuti_sireg[email protected]d dan dwi_noerjoediant[email protected]
Received : 04-03-2021
Revised : 09-03-2021
Accepted : 22-03-2021
Abstract
Maternal mortality and infant mortality rates are the main
priorities in national health development. Integrated
Antenatal Care (ANC) services are part of the four pillars of
the maternal compassion movement to minimize maternal
mortality. The success of achieving K1 and K4 coverage in
Integrated ANC services is inseparable from the role of a
midwife. The purpose of this study was to determine the
performance of midwives in Integrated ANC services at the
Jambi City Health Center. Methodology: This was an
analytic observational study with a cross sectional design.
The population was 286 midwives who served in the Health
Office of Jambi City, with a total sample of 56 midwives, the
research variables consisted of knowledge, motivation,
leadership, rewards/ incentives and training, non-probability
sampling technique sampling with cluster sampling type.
Results: Bivariate analysis using Chi-Square test found a
relationship between variables namely knowledge (p = 0.037
PR = 1.93) motivation (p = 0,000 PR = 4), leadership (p =
0.240 PR = 1.4), rewards / incentives (p = 0.013 PR = 2),
and training (p = 0.010 PR = 2.25). Conclusion: variables
that have a significant relationship are knowledge,
motivation and rewards/ incentives, while variables that do
not have a significant relationship are leadership.
Keywords: midwife performance; integrated ANC; services.
Abstrak
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan nasional.
Pelayanan Antenatal Care (ANC) Terpadu merupakan
bagian dari empat pilar gerakan sayang ibu untuk
meminimalisir kematian ibu. Keberhasilan dari tercapainya
cakupan K1 dan K4 pada pelayanan ANC Terpadu tidak
terlepas dari peran seorang bidan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui kinerja bidan pada pelayanan ANC Terpadu di
Puskesmas Kota Jambi, dengan jenis penelitian
observasional analitik dengan rancangan cross sectional.
Populasi yaitu 286 bidan yang bertugas di Dinas Kesehatan
Kota Jambi, dengan jumlah sampel 56 orang bidan, variable
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 300 -
penelitian terdiri pengetahuan, motivasi, kepemimpinan,
imbalan/insentif dan pelatihan, teknik pengambilan sample
non probability sampling dengan jenis cluster sampling.
Hasil: analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square
didapatkan hubungan kinerja bidan terhadap pelayanan ANC
yaitu variabel pengetahuan (p=0,037 PR=1,93), motivasi
(p=0,000 PR=4), kepemimpinan (p=0,240 PR=1,4),
imbalan/insentif (p=0,013 PR=2), dan pelatihan (p=0,010
PR=2,25). Kesimpulan: variabel yang memiliki hubungan
signifikan yaitu pengetahuan, motivasi dan imbalan/insentif,
sedangkan variabel yang tidak memiliki hubungan yang
signifikan yaitu kepemimpinan.
Kata kunci:kinerja bidan; ANC terpadu; pelayanan.
CC BY
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator-indikator penting
dalam keberhasilan pelayanan kesehatan seperti yang terdapat dalam indikator Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030, yaitu menurunkan mortalitas ibu hingga 70/100.000
kelahiran hidup (Rufaridah, 2019). Menurut World Health Organization (WHO), AKI
secara global menurun yaitu dari 385/100.000 (1990) menjadi 216/100.000 kelahiran hidup
(2015) dari 183 negara. Setidaknya setiap hari ada 830 ibu yang meninggal akibat penyakit/
komplikasi terkait kehamilan dan persalinan (WHO, 2019).
Di Indonesia (2012) AKI sebesar 359/100.000 turun menjadi 305/100.000
kelahiran hidup (2015), dimana target Millenium Development Goals (MDGs) sebesar
102/100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu AKI masih menjadi prioritas yang harus
diselesaikan pada SDGs tahun 2030 dengan target penurunan sebesar 70/100.000 kelahiran
hidup (Kemenkes RI, 2019).
Trend AKI Provinsi Jambi (2016) sebesar 87/100.000, mengalami penurunan
78/100.000 (2017) dan menurun kembali (2018) menjadi 70/100.000 (Dinkes Provinsi
Jambi, 2019). Selain AKI terdapat juga Angka kematian bayi (AKB) yang juga sebagai
indikator yang berhubungan dengan target kelangsungan hidup anak dan sebagai bentuk
refleksi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan termasuk dalam pemeliharaan
kesehatannya (Raudhah, E., 2017). Trend AKB Provinsi Jambi (2016) sebesar 2,92/1.000
kelahiran hidup, mengalami kenaikan (2017) menjadi 3,47/1.000 dan (2018) menjadi
3,76/1.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab kematian ibu, salah satunya penyebab
langsung (komplikasi kehamilan, pendarahan, infeksi, pre-eklampsia/eklampsia, persalinan
macet dan abortus)(WHO, 2016), sedangkan penyebab tidak langsung empat terlalu (terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran) dan tiga
terlambat (mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, mencapai fasilitas kesehatan
dan dalam penanganan kedaruratan)(Kemenkes RI, 2010). Faktor lainnya terjadi ibu hamil
penderita penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberculosis, malaria, HIV/AIDS atau penyakit
lain yang diderita ibu (Royston, 1994), pemerataan pelayanan kesehatan dan fasilitasnya
serta peningkatan perbaikan status ekonomi masyarakat juga dapat berperan terhadap
menurunnya angka kematian bayi (Barat, 2017).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah diantaranya program safe motherhood
(Bapenas, 2015), mengacu strategi Making Pregnancy Safer (MPS), penempatan bidan di
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 301 -
desa, program kemitraan bidan dengan dukun (KBD), penggunaan buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), serta Program
Jaminan Persalinan/ Jampersal (Handayani S, dkk, 2018). Strategi dalam menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas ibu menuntut adanya kerjasama yang erat antar berbagai
unit sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai dari puskesmas. Upaya tersebut
mencakup berbagai upaya pencegahan, deteksi dini komplikasi kehamilan melalui kegiatan
Antenatal Care(ANC), persalinan bersih dan aman, serta fasilitas rujukan yang memadai
dalam pelayanan KIA.
Pelayanan antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan kepada ibu hamil semasa kehamilannya, dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan/ SPK
(Kemenkes RI, 2018). ANC bertujuan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan
pada ibu dan bayi baik secara langsung, yakni dengan deteksi dan pengobatan komplikasi
yang berhubungan dengan kehamilan. Selain itu ANC juga memberikan kesempatan
penting untuk mencegah dan mengelola penyakit bersamaan melalui pengiriman layanan
terpadu(WHO, 2016).
Pelayanan ANC terus dikembangkan untuk memaksimalkan dalam penurunan AKI
dan AKB, dengan program ANC Terpadu (Kemenkes RI, 2010). Cakupan kunjungan
pertama (K1) dan kunjungan keempat (K4) telah dijelaskan pada standar pelayanan
minimal (SPM) bidang kesehatan tahun 2019 yaitu pemenuhan pelayanan setiap jenis
pelayanan dasar pada SPM kesehatan harus mencapai 100%. Pelayanan kesehatan ibu
hamil meliputi yaitu setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar dan
mencapai 100% cakupan pelayanan pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2016).
Data Profil Kesehatan Indonesia (2018), cakupan K1 dan K4 ibu hamil selama tiga
tahun terakhir mengalami peningkatan. Cakupan K1 di Indonesia (2016) sebesar 100%
menurun (2017) menjadi 95,41% dan (2018) tercapai 95,65%. Cakupan K4 (2016) sebesar
85,35%, (2017) meningkat menjadi 87,30% dan terus meningkat (2018) menjadi 88,03%
tetapi masih berada di bawah target SPM kesehatan sebesar 100%.
Cakupan kunjungan K1 di Provinsi Jambi terus mengalami fluktuasi kenaikan/
penurunan, yaitu cakupan K1 selama 3 tahun terakhir (2016-2018) sebesar (101,31% -
104,90% - 100,60%), sedangkan cakupan K4 (2016-2018) sebesar (58,06% - 100,36% -
96,66%) (Kemenkes RI, 2019). Berbeda capaian Dinas Kesehatan Kota Jambi, cakupan
kunjungan K1 selama 3 tahun (2016-2018) sebesar (99,7% - 97,07% - 97,9%),
sedangkan cakupan K4 selama 3 tahun (2016-2018) sebesar (95,2% - 93,4% - 95,1%)
(Dinkes Provinsi Jambi, 2019). Fakta menunjukkan bahwa cakupan K1 dari 20 puskesmas
hanya ada 13 puskesmas yang mencapai target 100% dan 7 puskesmas lainnya belum,
sedangkan cakupan K4 dari 20 puskesmas hanya 1 puskesmas yang mencapai target 100%,
sisanya 19 puskesmas belum bersumber dari Dinkes Kota Jambi (Barat, 2017). Belum
tercapainya target cakupan disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya informasi
mengenai pelayanan ANC, akses ke fasilitas kesehatan, sosial budaya, kendala biaya, atau
faktor dari kinerja bidan yang belum maksimal dalam memberikan pelayanan ibu hamil
(ANC) (Raudiah, 2017), (Gloria, 2016).
Menurut Wibowo (2016), kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
bersumber dari pekerja sendiri (internal) maupun yang bersumber dari organisasi
(eksternal). Faktor internal meliputi kemampuan, kompetensi, keterampilan, motivasi dan
komitmen individu. Faktor eksternal meliputi kepemimpinan, imbalan/insentif, pelatihan,
rekan kerja, sarana dan prasarana, sistem kerja, dan lingkungan kerja. Dengan demikian ada
beberapa faktor yang dapat berhubungan dengan kinerja bidan dalam memberikan
pelayanan ANC (Nisa, 2019).
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 302 -
Bidan sebagai pelaksana layanan yang berhubungan langsung dengan masyarakat
dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dapat menjadi faktor penentu yang
berhubungan dengan penghambat atau keberhasilan program pelayanan ibu hamil (ANC).
Sebagai seorang penyedia layanan kesehatan, bidan memiliki peran yang sangat strategis
dan sangat unik di masyarakat (Nisa, Serudji, & Sulastri, 2019). Melalui kinerja klinis
bidan, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan
secara umum pada organisasi atau instansi tempat bekerja dan dampak akhir pada kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB di
Indonesia(USAID, 2012).
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa variabel yang
berhubungan signifikan dengan kinerja bidan yaitu penelitian Trianita, Ayun dan Sutopo
(2018) dengan variabel masa kerja, sarana dan fasilitas, kepemimpinan, sikap, motivasi dan
supervisi. Penelitian Usman (2016) dengan variabel kemampuan, beban kerja, disiplin kerja
dan motivasi kerja. Penelitian Widyawati (2018) dengan variabel pengetahuan,
keterampilan, motivasi dan kepemimpinan. Penelitian Qurrotul, Abu, dan Yennika (2016)
dengan variabel pengetahuan, supervisi, fasilitas kerja, pelatihan dan pengembangan,
motivasi dan sikap. Penelitian Khairan Nisa, Joserizal dan Delmi Sulastri (2019) dengan
variabel insentif, motivasi dan beban kerja ( (Nisa et al., 2019), (Barat, 2017), (Pamundhi,
Sriatmi, & Jati, 2018).
Memperhatikan latar belakang tersebut perlu dilakukan kajian tentang kinerja bidan
dalam pelayanan ANC Terpadu di Kota Jambi ditinjau dari aspek pengetahuan, motivasi,
kepemimpinan, imbalan/insentif dan pelatihan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan ialah observasional analitik (Najmah, 2015),
dengan pendekatan cross sectional study (Mangkunegara, 2010). Lokasi pada 20
Puskesmas se-Kota Jambi, waktu penelitian bulan agustus 2019 sampai bulan februari
2020. Populasi semua bidan yang bertugas di 20 Puskesmas se-Kota Jambi berjumlah 226
orang (Barat, 2017), dengan jumlah sampel sebesar 56 responden. Teknik pengambilan
sampel menggunakan probability sampling (Notoatmodjo, 2012), dengan instrumen
kuesioner. Variabel penelitian terdiri umur, pendidikan, lama bekerja, pengetahuan,
motivasi, kepemimpinan, imbalan/insentif, pelatihan dan kinerja bidan. Analisis dengan
menggunakan uji Chi-Square dan tingkat besarnya kekuatan hubungan digunakan
Prevalence Ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identitas Responden
Identitas responden dalam penelitian ini memberikan gambaran karakteristik
meliputi umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja, seperti tabel berikut:
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 303 -
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan Terakhir dan Lama
Bekerja di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2019
Identitas Responden
Jumlah (orang)
(%)
Umur
20-30 tahun
7
12,5
31-40 tahun
14
25,0
41-50 tahun
27
48,2
>51 tahun
8
14,3
Jumlah
56
100,0
Pendidikan Terakhir
D-III Kebidanan
42
75,0
D-IV Kebidanan
14
25,0
Jumlah
56
100,0
Lama Bekerja
>10 tahun
48
85,7
<10 tahun
8
14,3
Jumlah
56
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2019
2. Variabel Independen
Sebagai variabel independen dapat terangkum dalam tabel berikut ini yang
terdiri dari pengetahuan, motivasi, kepemimpinan, imbalan / insentif dan pelatihan:
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Motivasi,
Kepemimpinan, Imbalan/Insentif, Pelatihan di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2019
Jumlah (orang)
(%)
30
53,6
26
46,4
56
100,0
Jumlah (orang)
(%)
36
64,3
20
35,7
56
100,0
Jumlah (orang)
(%)
33
58,9
23
41,1
56
100,0
Jumlah (orang)
(%)
38
67,9
18
32,1
56
100,0
Jumlah (orang)
(%)
32
57,1
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 304 -
24
42,9
56
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2019
3. Variabel Dependen
Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini tergambar sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Bidan di Puskesmas Kota
Jambi Tahun 2019
Kinerja
Jumlah (orang)
(%)
Baik
32
57,1
Kurang Baik
24
42,9
Jumlah
56
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Pembahasan
1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Terpadu
Pengetahuan yang dimaksud merupakan pemahaman secara intelektual dan
tingkat pemahaman bidan terutama kompetensi bidan dalam menerapkan standar
pelayanan ANC Terpadu, seperti tabel berikut ini:
Tabel 4.
Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Bidan
di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2019
Kinerja Bidan
Jumlah
ρ
PR
Pengetahuan
Baik
Kurang baik
n
%
n
%
n
%
Baik
21
70,0
9
30,0
30
100,0
Kurang Baik
11
42,3
15
57,7
26
100,0
0,037
1,93
Total
32
57,1
24
42,9
56
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Sebanyak 30 responden yang memiliki pengetahuan baik, terdapat 70,0%
memiliki kinerja baik dan 30,0% kinerja kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan dapat mempengaruhi kinerja, responden dengan kinerja baik cenderung
memiliki pengetahuan yang baik (98,1%) sebaliknya pada responden dengan kinerja
kurang baik cenderung pengetahuan kurang baik (57,2%) (Widyani, Suparwati, &
Wigati, 2016). Pengetahuan merupakan tingkat kemampuan dan pemahaman bidan
terutama kompetensi bidan dalam memberikan pelayanan ANC Terpadu, juga faktor
yang berperilaku positif dan menghasilkan output yang baik.
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai ρ = 0,037 lebih kecil dari = 0,05
< 0,05) artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kinerja bidan pada
pelayanan ANC Terpadu di Puskesmas Kota Jambi. Hal ini didukung penelitian
Widyawati (2018) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kinerja bidan dalam pelayanan ANC di Puskesmas Deleng
Pokhisen dan Puskesmas Mamas Kabupaten Aceh Tenggara = 0,023), yang juga
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dalam melakukan kunjungan ulang.
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 305 -
Penelitian Yulianti, (2014) juga berpendapat = 0,018) ada hubungan antara
pengetahuan dengan kinerja bidan puskesmas dalam penanganan ibu hamil resiko
tinggi, dengan keeratan hubungan lemah (nilai R = 0,345). Penelitian tersebut
menyatakan pengetahuan bukanlah dominan yang menyebabkan kinerja bidan
puskesmas dalam penanganan ibu hamil semakin baik, tetapi kinerja seseorang
merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang diukur dari
akibat yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkan.
Hasil penelitian Pamundhi (2018) mengenai faktor yang berhubungan dengan
kinerja bidan dalam pelayanan nifas di Kota Salatiga menunjukkan hasil yang
berbeda. Bahwa tidak adanya hubungan antara variabel pengetahuan dengan kinerja
bidan = 0,153), artinya banyaknya ditemukan bidan dengan pengetahuan yang
kurang baik, sehingga wajar saja bila tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kinerja bidan (Pamundhi et al., 2018).
Jika dilihat dari nilai PR = 1,93, artinya pengetahuan bidan yang kurang baik
mempunyai kemungkinan 1,93 kali untuk memiliki kinerja kurang baik. Dari hasil
tabulasi silang terdapat 57,1% pengetahuan bidan baik mempunyai kinerja baik.
Pengetahuan bidan kurang baik mempunyai kinerja baik sebanyak 42,3%. Bidan
dengan pengetahuan kurang baik tetapi memiliki kinerja baik karena mereka
mempunyai tanggung jawab yang berbeda dan adanya beban kerja yang berlebih.
Maka dari itu karena kinerjanya baik, seseorang diberikan tanggung jawab lebih oleh
pimpinannya. Kinerja seseorang baik karena didasarkan oleh faktor lainnya seperti
sikap, lingkungan kerja dan lain-lain menurut teori Soekidjo (2010). Pengetahuan
yang dimiliki bidan mengenai pelayanan ANC sangat bermanfaat bagi bidan dalam
memberikan pelayanan ANC yang berkualitas kepada ibu hamil, dan mendorong
untuk menghasilkan kinerja yang baik juga (Pamundhi et al., 2018).
Menurut Kemenkes RI (2010) masa bekerja seorang bidan dapat berhubungan
dengan banyaknya pengalaman yang sudah dimilikinya. Semakin banyak dan lama
pengalaman yang diperoleh seseorang selama bekerja maka pengetahuan bidan juga
akan bertambah. Melalui pengetahuan tersebut bidan dapat beradaptasi dengan
pekerjaan yang diamanahkan kepadanya dengan baik. Menurut Soekidjo (2010)
pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman merupakan suatu cara
untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan dalam peningkatan kualitas pelayanan.
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Teori
ini menjelaskan bahwa pengalaman berbanding lurus dengan pengetahuan yang
berarti bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka akan semakin baik juga
pengetahuannya.
Hasil penelitian terlihat bahwa lama bekerja bidan >10 tahun sebanyak 85%
tidak sebanding dengan pengetahuan bidan yang baik yaitu sebesar 53,6% artinya
hasil penelitian ini tidak sama dengan teori yang sudah dijelaskan. Lamanya bekerja
tidak menjamin bahwa pengetahuan seseorang akan baik juga. Sejalan dengan hasil
penelitian Guspianto (2012) bahwa tidak ada jaminan yang menyatakan bahwa bidan
yang lebih lama bekerja dapat dikatakan lebih produktif dibanding bidan yang lebih
rendah senioritasnya, sehingga lamanya bekerja tidak dapat menjamin
pengetahuannya juga baik. Hal ini dikarenakan bidan yang sudah lama bekerja rata-
rata memiliki rentan usia 41-50 tahun keatas dan tidak selalu di update dengan
perkembangan pengetahuan baru yang menyebabkan kurang maksimalnya menjawab
pertanyaan. Maka dari itu hubungan antara lama bekerja bidan tidak berbanding lurus
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh bidan di Puskesmas Kota Jambi.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa 70% bidan mempunyai pengetahuan baik
maka kinerjanya baik. Sedangkan bidan yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak
53,6%. Pengetahuan bukan faktor utama yang menyebabkan kinerja bidan puskesmas
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 306 -
dalam pelayanan ANC Terpadu semakin baik. Hal ini didukung teori kinerja
Mangkunegara (2010) mengatakan bahwa kinerja tidak menyangkut dengan
karakteristik pribadi yang ditujukan oleh seseorang. Tapi kinerja seseorang
merupakan kumpulan dari kemampuan, usaha, dan kesempatan seseorang yang bisa
diukur dari proses yang dihasilkan. Oleh sebab itu pengetahuan bukanlah salah satu
alat ukur untuk menentukan kinerja seseorang, melainkan terdapat beberapa faktor
yang saling berkesinambungan.
Dari hasil penelitian pengetahuan bidan jika dikaitkan dengan pendidikan
terakhir bidan bahwa sudah tidak ada lagi bidan dengan pendidikan D-I, jika dilihat
dari karakteristik bidan yaitu pendidikan maka sebagian besar bidan berpendidikan
minimal D-III, membuktikan bahwa sudah semakin baik juga tingkat pendidikannya
maka pengetahuannya juga akan baik.
2. Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Terpadu
Motivasi yang dimaksud adalah dorongan yang timbul dari dalam diri bidan
untuk melakukan pekerjaannya terutama pada pelayanan Antenatal Care (ANC)
Terpadu, seperti tabel berikut ini:
Tabel 5. Tabulasi Silang Hubungan Motivasi dengan Kinerja Bidan
di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2019
Kinerja Bidan
Jumlah
ρ
PR
Motivasi
Baik
Kurang baik
n
%
n
%
n
%
Baik
28
77,8
8
22,2
36
100,0
Kurang Baik
4
20,0
16
80,0
20
100,0
0,000
4
Total
32
57,1
24
42,9
56
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Berdasarkan hasil penelitian pada 56 bidan di Puskesmas Kota Jambi,
umumnya memiliki motivasi kerja yang baik pada pelayanan ANC Terpadu. Motivasi
kerja yang baik memberikan rasa tanggung jawab pada bidan untuk menyelesaikan
tugasnya pada pelayanan ANC sehingga hasil kinerjanya pun baik (Djunawan, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 36 responden dengan motivasi baik, terdapat 28
responden (77,8%) memiliki kinerja baik dan 8 responden (22,2%) memiliki kinerja
kurang baik. Sejalan penelitian Usman (2016) bahwa semakin baik motivasi bidan
maka kinerjanya semakin baik juga (66,25%) (Usman, 2016). Motivasi berhubungan
terhadap kinerja karena dengan adanya motivasi tinggi pada diri bidan, dapat
mendorong kerja lebih baik. Penelitian Djunawan (2015) didapatkan lebih dari separuh
bidan dengan motivasi baik (83,3%) bidan memiliki motivasi yang tinggi untuk
bekerjasama dalam meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa dari 20 responden dengan motivasi kurang baik, terdapat 4 responden (20,0%)
memiliki kinerja baik dan 16 responden (80,0%) memiliki kinerja kurang baik. Motivasi
bidan dinyatakan kurang baik disebabkan beberapa hal seperti beban kerja yang
berlebih. Beban kerja yang berlebih ini juga disebabkan karena puskesmas masih
kekurangan tenaga kesehatan atau tenaga administrasi. Dari hasil penelitian ini juga
membuktikan bahwa ada beberapa bidan di beberapa puskesmas yang merangkap
tugasnya menjadi tenaga administrasi, keuangan dan juga bertugas di poli lainnya.
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 307 -
Mengetahui hubungan dan tingkat kemaknaan motivasi dengan kinerja bidan
dilakukan uji chi-square (nilai ρ = 0,000) artinya terdapat hubungan antara motivasi
dengan kinerja bidan. Sejalan penelitian Marsita, dkk (2018) = 0,016), adanya
hubungan antara variabel motivasi dengan kinerja bidan. Penelitian Djunawan (2015)
juga menunjukkan hasil yang sama diperoleh nilai kemaknaan = 0,001) terdapat
hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal pada
pasien umum.
Jika dilihat nilai PR = 4, artinya motivasi bidan yang kurang baik mempunyai
kemungkinan 4 kali untuk memiliki kinerja kurang baik. Keeratan hubungan antara
motivasi dengan kinerja bidan karena adanya rasa tanggung jawab dari dalam diri
bidan untuk terus meningkatkan kualitas dari pelayanan ANC yang diberikan, dengan
kinerja pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor berupa kepuasan kerja,
kepemimpinan dan pengembangan karir (Usman, 2016).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa motivasi merupakan faktor yang
paling erat hubungannya terhadap kinerja bidan. Motivasi bidan dalam penelitian ini
diukur berdasarkan tanggung jawab, memprioritaskan tugas sesuai target, menerima
saran/ masukan untuk peningkatan prestasi kerja. Sejalan dengan teori Gibson (1997)
motivasi dalam arti pasif tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan
daya dan potensi tenaga kerja secara produktif berhasil mencapai tujuan berasal dari
dalam dan luar diri seseorang yang biasanya dikenal dengan sebutan faktor intrinsik
dan ekstrinsik. Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu kesediaan untuk
mengeluarkan upaya yang lebih tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti
berbanding lurus dengan hasil penelitian bahwa motivasi bidan pada pelayanan ANC
Terpadu merupakan suatu usaha yang positif untuk mencapai target sasaran ibu hamil
di wilayah kerjanya. Teori Wibowo (2016) menjelaskan terdapat tiga kunci utama
tentang motivasi dalam perilaku organisasi yaitu adanya kemauan dalam berusaha,
pencapaian tujuan organisasi dan terpenuhinya kebutuhan pribadi individu dalam
organisasi.
3. Hubungan antara Kepemimpinan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Terpadu
Kepemimpinan yang dimaksud adalah keseluruhan aktivitas pemimpin (bidan
koordinator KIA Dinas Kesehatan Kota Jambi) dalam mendorong bawahan
mengerjakan sesuatu atas kemauannya sendiri, seperti tabel berikut ini:
Tabel 6. Tabulasi Silang Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Bidan
di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2019
Kinerja Bidan
Jumlah
ρ
PR
Kepemimpinan
Baik
Kurang baik
n
%
n
%
n
%
Baik
21
63,
6
12
36,4
33
100,0
Kurang Baik
11
47,
8
12
52,2
23
100,0
0,240
1,4
Total
32
57,
1
24
42,9
56
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Berdasarkan hasil penelitian pada 56 bidan di 20 Puskesmas Kota Jambi.
Dijelaskan pada tabel bahwa dari 33 responden memiliki kepemimpinan pemimpin
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 308 -
yang baik, sebanyak 21 responden (63,6%) memiliki kinerja baik dan sebanyak 12
responden (36,4%) memiliki kinerja kurang baik. Selanjutnya dari 23 responden yang
memiliki kepemimpinan pemimpin baik, terdapat 11 responden (47,8%) memiliki
kinerja baik dan 12 responden (52,2%) memiliki kinerja kurang baik. Sejalan
penelitian Nita, dkk (2018) bahwa pola yang terjadi pada responden dengan kinerja
baik cenderung memiliki penilaian terhadap kepemimpinan yang baik, sebaliknya
pada responden dengan kinerja kurang baik cenderung memiliki penilaian terhadap
kepemimpinan kurang baik. Menurut teori Wibowo 2016 mengatakan bahwa
kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang, sama
halnya teori Gibson (1997) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan hal yang
utama dari manajemen, karena kepemimpinan adalah motor penggerak bagi sumber
daya manusia dan sumber daya alam lainnya.
Hasil uji chi-square = 0,240) artinya tidak terdapat hubungan antara
kepemimpinan dengan kinerja bidan pada pelayaman ANC Terpadu, sejalan
penelitian Suparwati, dkk (2016) juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara
kepemimpinan dengan kinerja bidan (ρ = 0,240) karena kurangnya pelaksanaan
pembinaan, pengarahan, pengawasan dan monitoring evaluasi dari pimpinan belum
maksimal (Widyani, Suparwati, & Wigati, 2016).
Hal berbeda penelitian Handayani (2018) bahwa nilai = 0,008), yang berarti
adanya hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja bidan. Sama halnya dengan
hasil penelitian Nita dkk (2018) bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
kepemimpinan terhadap kinerja bidan di Wilayah kerja Puskesmas Kasimbar
Kabupaten Parigi Moutong dalam pelayanan ANC dengan nilai (ρ = 0,005).
Hasil penelitian menyatakan bahwa bidan koordinator KIA di Dinas Kesehatan
Kota Jambi kurang dalam memberikan pujian pada hasil kerja mereka yang dinilai
baik, kurang menanggapi keluhan dan bidan lebih cenderung menyelesaikannya
dengan sesama rekan kerjanya sehari-hari, termasuk frekuensi pembinaan, monitoring
dan evaluasi kinerja sangat terbatas. Sejalan teori Gibson (1997) menyatakan bahwa
kurangnya dukungan dan perhatian pada pekerja dapat menyebabkan rendahnya
semangat, mudah lelah dan bosan serta lamban dalam menyelesaikan pekerjaannya,
yang berakibat pada menurunnya produktivitas kerja. Penelitian Handayani (2018)
mengatakan bahwa kepemimpinan kurang baik dikarenakan kurang tegasnya
pemimpin dalam bertindak dan dalam menjalankan aturan yang telah ada serta
kurangnya motivasi dari pimpinan untuk bekerja dengan giat kepada pekerja.
Kepemimpinan yang kurang baik dalam peningkatan kinerja juga dapat menyebabkan
kurang nyamannya tenaga kerja dalam bekerja serta dapat menghambat peningkatan
dalam pemberian kualitas pelayanan kepada pasien.
4. Hubungan antara Imbalan/Insentif dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Terpadu
Imbalan/insentif yang dimaksud adalah upah yang diterima selama bekerja 1
bulan, maupun diluar upah bulanan, seperti tabel berikut ini:
Tabel 7. Tabulasi Silang Hubungan Imbalan/Insentif dengan Kinerja Bidan
di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2019
Imbalan/
Insentif
Kinerja Bidan
Jumlah
ρ
PR
Baik
Kurang baik
n
%
n
%
n
%
Baik
26
68,4
12
31,6
38
100,0
Kurang Baik
6
33,3
12
66,7
18
100,0
0,013
2,0
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 309 -
Total
32
57,1
24
42,9
56
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Insentif dalam penelitian ini berupa upah yang dibayarkan berdasarkan jumlah
pasien yang sudah dilayani selama sebulan. Terdapat 38 responden menyatakan
imbalan atau insentif yang diterima baik, sebanyak 26 responden (68,4%) memiliki
kinerja baik dan 12 responden (31,6%) memiliki kinerja kurang baik. Hal ini
menunjukkan semakin rendah insentif/imbalan yang diterima responden semakin
rendah juga kinerja bidan tersebut pada pelayanan ANC (Siregar, 2016).
Hasil uji chi-square (nilai ρ = 0,013) artinya terdapat hubungan antara
imbalan/insentif dengan kinerja bidan. Penelitian Lamere (2014) juga menyatakan
terdapat hubungan antara insentif dengan kinerja bidan (nilai ρ = 0,025), sejalan
penelitian Sutrisno, dkk (2017) secara statistik hubungan insentif dengan kinerja
perawat di RSUD Kota Semarang bermakna (ρ = 0,001).
Hasil penghitungan PR diperoleh nilai PR = 2,0 dengan demikian kekuatan
hubungan bidan yang kurang baik mempunyai kemungkinan 2 kali untuk memiliki
kinerja kurang baik. Hasil penelitian Siregar (2016) menyatakan bahwa tidak adanya
hubungan antara insentif dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan ANC di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas (nilai ρ =
0,191), artinya insentif yang diperoleh oleh bidan desa tidak menjadi faktor utama
untuk meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan ANC (Siregar, 2016).
Sumber pembiayaan saat ini sudah lebih bagus karena dukungan dari sistem
pembayaran BPJS kapitasi dan dana bantuan operasional kesehatan (BOK), tunjangan
pangan dari walikota Jambi melalui website E-kinerja.jambikota.go.id
5. Hubungan antara Pelatihan dengan Kinerja Bidan pada Pelayanan ANC
Terpadu
Pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan ilmu
kebidanannya, seperti tabel berikut ini:
Tabel 8. Tabulasi Silang Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Bidan
di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2019
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 32 responden pernah mengikuti
pelatihan yang berhubungan dengan keilmuannya memiliki kategori pelatihan baik,
terdapat 23 responden (71,9%) memiliki kinerja baik dan 9 responden (28,1%)
memiliki kinerja kurang baik. Sejalan penelitian Ainy, dkk (2015) mengatakan
bahwa sebanyak 49,3% mayoritas bidan pernah mengikuti pelatihan dan
pengembangan dengan kinerja baik terhadap jasa ANC Terpadu. Hal ini menjelaskan
bahwa semakin banyak jenis pelatihan yang diikuti oleh bidan maka akan semakin
Kinerja Bidan
Jumlah
ρ
PR
Pelatihan
Baik
Kurang baik
n
%
n
%
n
%
Baik
23
71,9
9
28,1
32
100,0
Kurang
Baik
9
37,5
15
62,5
24
100,0
0,010
2,25
Total
32
57,1
24
42,9
56
100,0
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 310 -
baik juga kinerja dari seorang bidan tercantum dan tentunya akan menambah tingkat
keterampilan dan pengetahuan serta dapat upgrade ilmu dan dapat mengikuti
perkembangan zaman (Ainy, 2015).
Hubungan antara pelatihan dengan kinerja bidan didapatkan hasil uji chi-square
(nilai ρ = 0,010) artinya terdapat hubungan antara pelatihan dengan kinerja bidan.
Sejalan penelitian Ainy, dkk (2016), = 0,0014) artinya adanya hubungan yang
bermakna antara pelatihan dengan kinerja bidan, didukung penelitian Wargustini
(2014) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara insentif dengan kinerja bidan
(nilai ρ = 0,019).
Berbeda penelitian Sri Wahyuningsih (2018) (nilai ρ < 0,05) bahwa pelatihan
tidak ada hubungan terhadap kinerja bidan dalam jasa ANC di wilayah Puskesmas
Kabupaten Jember, penelitian (Nisa et al., 2019) dengan nilai ρ-value 1,000 artinya
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan ANC dengan kinerja
bidan, walaupun jumlah responden yang belum mengikuti pelatihan antenatal lebih
banyak dari responden yang pernah mengikuti pelatihan (Nisa et al., 2019).
KESIMPULAN
Bedasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sebagian besar
remaja putri mendukung adanya pendidikan seks dalam menghadapi pubertas sebesar
69,73%; 2) Sebagian besar remaja putri memperoleh informasi tentang pendidikan seks
dari guru, tenaga kesehatan dan konselor sebesar 11,54%; teman 19,24%; orang tua
sebesar 15,38%; media cetak 7,69% dan media elektronik (smartphone) sebesar 46,15%;
3) Sebagian besar remaja putri belum pernah mengikuti program pendidikan seks
kesehatan reproduksi sebesar 88,64%; 4) Sebagian besar remaja putri aktif dalam
kegiatan posyandu remaja dengan kedatanga tiap bulan minggu ke IV yaitu sebesar
84,64%.
BIBLIOGRAPHY
Ainy, Q., Khoiri, A. and Herawati, Y. T. 2016. Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas
Kabupaten Jember Tahun 2015 ( Analysis Of Factors Related To Midwifes
Performance On Antenatal Care Services In Jember Districk Health Center Area
In 2015). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2016.
Dinkes Provinsi Jambi, 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2017. Jambi: Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi.
Dinkes Provinsi Jambi. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2018. Jambi: Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi.
Djunawan, A., & Haksama, S., 2015. Hubungan Kerjasama, Motivasi, Sikap, dan Kinerja
Bidan Dalam Pelayanan Antenatal. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia,
3(1), hal. 11-20.
Guspianto. 2012. Determinan Kepatuhan Bidan di Desa terhadap Standar Antenatal
Care. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(2), Hal.69-75.
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 311 -
Handayani, S, dkk. 2018. Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Tenaga Kesehatan
di Rawat Inap RSUD Batusangkar. Jurnal Endurance. 3(3). Hal:440-448.
Kusmayati, L., 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam
Kunjungan K4 Pada Ibu Hamil di Puskesmas Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh
Utara Tahun 2012, 05, hal. 1-8.
Kemenkes RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Indonesia.
Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Indonesia.
Kemenkes RI, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
Kemenkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Kementerian Sekretariat Negara RI, 2019. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Kebidanan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Kemenkes RI, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Indonesia.
Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Indonesia.
Lamere L, dkk. 2014. Analisis Kinerja Bidan pada Pelayanan Antenatal Care di
Puskesmas Sekabupaten Gowa.
Marsita, M, dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas
Kesehatan di Puskesmas Lambunu 2 Kabupaten Parigi Moutong. Palu. Hal:477-
486.
Nisa K, dkk. 2019. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam
Memberikan Pelayanan Antenatal Berkualitas Diwilayah Kerja Puskesmas Kota
Bukittinggi Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 19(1),
hal:53-60.
Nita, E, S, dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa di
Wilayah Puskesmas Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. Palu. Hal:340-349.
Pamundhi E, dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam
Pelayanan Nifas di Kota Salatiga. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 6(1).
Hal:93-103.
Sri Astuti Siregar dan Dwi Noerjoedianto/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 299-312
- 312 -
Rahmawati, T., 2012. Dasar-Dasar Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Raudhah, E.,
2017. Determinan Kinerja Petugas Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas
Gunung Meriah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Tahun
2016. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Siregar, E. D. 2016. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa dalam
Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ujung Batu Kabupaten
Padang Lawas Tahun 2015. Jurnal Ilmiah PANNMED. 10(3). Hal:317322.
Siregar, S. A. 2015. Pengaruh Kinerja Bidan terhadap Kepuasan Ibu Hamil dalam
Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Stabat Tahun 2015. Tesis.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, Medan
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno, Y, N, dkk. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat
Rawat Inap di RSUD Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal).
5(1). Hal:142-149.
Suparwati, A, dkk. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bidan
dalam Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kagok Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 4(4). Hal: 129-134.
Cipta. Usman. 2016. Analisis Kinerja Tenaga Kesehatan pada Puskesmas Lapadde Kota
Parepare. Jurnal MKMI. 12(1). Hal: 2128.
Wahyuningsih, S, dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Bidan
terhadap Standar Pelayanan Antenatal di Kota Palembang. JKK. 5(2). Hal:96-
106
Wargustini, W. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bidan pada Pelayanan
Antenatal Care di Puskesmas Sekota Palembang Tahun 2014. Jurnal Kebidanan:
Jurnal Medical Science Ilmu Kesehatan Akademi Kebidanan Budi Mulia
Palembang. 4(10), hal:1-10.
WHO, 2016. WHO Recommendations on Antenatal Care for a Positive Pregnancy
Experience. The British Journal of Psychiatry, 112(483), 211212.
Wibowo, 2016. Manajemen Kinerja. Ed. 05. Jakarta: Rajawali Pers.
Widyawati. 2018. Kinerja Bidan dalam Memberikan Pelayanan Antenatal Care dan
Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 07(01). Hal:15
24.
Winanda & Ricvan, D N. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepuasan Kerja Tenaga Medis di Puskesmas Kota Padang. Jurnal Endurance.
2(3). Hal:333-345.