Kalpani Depa Alamsyah, Rida Emelia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1), 1-8
Evaluasi Pengunaan Obat Kortikosteroid pada Penderita Penyakit Dermatitis di RSAU
dr. M. Salamun bandung
3
(Depkes, 2009). Penyakit kulit terus meningkat, sebagaimana disebutkan oleh data Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2010, yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan
subkutan termasuk dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit
Indonesia berdasarkan jumlah kunjungan yaitu 192.414 kunjungan dan 122.076 kunjungan
yang merupakan kasus baru (Kemenkes RI, 2011).
Prevalensi penyakit alergi dilaporkan meningkat, dan diperkirakan lebih dari 20%
penduduk dunia menderita penyakit yang diperantarai IgE seperti asma, rinokonjungtivitis,
dermatitis atopik atau eksim, dan rinitis alergi. Adapun kasus asma, Organisasi Kesehatan
Dunia memperkirakan bahwa itu terjadi pada 5% -15% dari populasi anak global
(Organization, 2017). Di Indonesia, prevalensi penyakit alergi yang telah diteliti di
beberapa populasi atau rumah sakit menunjukkan perbedaan, seperti data dari Poliklinik
Alergi dan Imunitas Anak RSCM dari pasien anak dengan alergi, sekitar 2,4% berupa alergi
susu muncul (Notoatmodjo, 2012).
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis di bawah pengaruh
faktor eksogen dan/atau endogen, yang dapat mengakibatkan kelainan pada klinis berupa
fluoresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, scaling, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Simbol polimorfik tidak selalu muncul bersamaan, bahkan cenderung sedikit
(oligomorfik). Dermatitis cenderung menetap dan menjadi kronis. Prevalensi dermatitis
atopik telah meningkat dua atau tiga kali lipat di negara-negara industri selama 30 tahun
terakhir, dengan 15% hingga 30% anak-anak dan 2% hingga 10% orang dewasa menderita
dermatitis atopik. Penyakit ini sering menjadi awal dari dermatitis atopik, termasuk asma
dan penyakit alergi lainnya (Teresia Retna & Setyaningsih, 2013).
Dermatitis atopik tumbuh pada awal masa bayi (disebut dermatitis atopik dini).
Sebanyak 45% kasus dermatitis atopik dimulai dalam 6 bulan kehidupan, 60% dimulai
pada tahun pertama, dan 85% dimulai sebelum usia 5 tahun. Lebih dari 50% anak yang
mengalami dermatitis atopik dalam 2 tahun pertama yang tidak memiliki tanda-tanda
sensitisasi IgE, tetapi sensitisasi IgE tetap ada selama dermatitis atopik (Agusalim, 2016).
Menurut data kunjungan dr RSAU untuk pasien kulit dan PMS. Sebuah studi tahun
2021 oleh M. SALAMUN Bandung menunjukkan bahwa dermatitis atopik, dermatitis
numularis, dan dermatitis seboroik adalah penyakit alergi yang paling umum ditemukan
pada pasien baru dan lama jika dibandingkan dengan penyakit kulit lainnya. Dermatitis
biasanya diobati dengan kortikosteroid oral atau topikal. Kortikosteroid topikal adalah
salah satu obat yang sering diresepkan dan digunakan untuk penderita dermatitis sejak
pertama kali diperkenalkan pada awal 1950-an.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan kortikosteroid
pada pasien dermatitis dan memperoleh gambaran kesesuaian penggunaan obat
kortikosteroid pada penderita penyakit dermatitis di RSAU dr. M. Salamun Bandung.
METODE PENELITIAN
Penilaian Dr. RSAU terhadap penggunaan kortikosteroid pada pesakit dengan
dermatitis. M. Salamun Bandung merupakan kajian bukan eksperimen dengan kaedah
kajian deskriptif evaluatif retrospektif (Sugiyono & Kuantitatif, 2009). Penelitian ini
bersifat non-eksperimental karena tidak ada perlakuan yang diberikan pada subjek
penelitian. Desain penelitian deskriptif ini karena data yang diperoleh dengan cara
mendeskripsikan fenomena yang terjadi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dengan menelusuri dokumen-dokumen sebelumnya yaitu formulir resep dan
formulir rekam medis pasien dermatitis dr RSAU. M.Salamon Bandung. Populasi dan
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dermatitis resep RSAU Dr. M. Salamun