Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Maret 2021, 1 (3), 229-237
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
- 229 -
SIKAP REMAJA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DALAM
MENGHADAPI PUBERTAS DI POSYANDU REMAJA
DESA LANG - LANG KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN
MALANG
Hestya Galifatma Sheffi Adina
Departemen Epidemiologi, Biostatistika Kependudukan dan Promosi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
hestya.galifatma.effi-2017@fkm.unair.ac.id
Received : 04-03-2021
Revised : 09-03-2021
Accepted : 22-03-2021
Abstract
Problem of puberty is a problem that appers when there is a
change both physically and psychologial in adolescence, sex
education is itended to guide and explain the function of
sexual organs (reproductive health) but the sex education of
teenagers are still causing the phenomenon, because the
assumption talk about sex / puberty (menstrual) is still
considered taboo and encourage teens to experiment. This
study aims to determine the picture teen attitudes about sex
education in the face of puberty in adolescents in Young
Posyandu Lang Lang village Singosari Malang Regency.
The design was descriptive survey research with cross
sectional approach. Populations 26 people, sample 26
respondents, sampling techniques by the total sampling. With
quesionnaire data processing and data are presented using
frequency distributions, analysis techniques using Likert
scale. From the research result being obtained 69.23%
positive and a 30.77% negative attitude. Conclusions
obtained that the majority of respondents support the
existences of sex education because respondent know about
sex education and to explain about reproduction function
and already have information about good sex education from
teacher, health workes and parents and teens active in the
following activities young posyandu. Advice can be given by
the research is to further improve more information about
sex education to adolescent in order to change an attitude in
dealing with puberty and provide opportunities to other
researchers interested in youth issue to develop and further
explore factors that influence adolescent attitudes about
education sex.
Keywords: attitudes of youth; sex education; puberty.
Abstrak
Problem pubertas merupakan masalah yang muncul saat
terjadi perubahan fisik maupun psikologis pada remaja,
pendidikan seks merupakan salah satu upaya mengatasi
masalahmaslaah pada remaja dalam mengalami pubertas,
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 230 -
akan tetapi pendidikan seks pada remaja masih
menimbulkan fenomena, lantaran adanya anggapan
membicarakan seks/pubertas (menstruasi) masih dianggap
tabu dan mendorong remaja untuk mencoba coba.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap
remaja tentang pendidikan seks dalam menghadapi pubertas
diposyandu remaja desa Lang Lang kecamatan Singosari
kabupaten Malang. Desain penelitian ini Deskriptif Survey
dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi remaja putri
26 orang, sampel 26 responden, teknik sampling dengan cara
total sampling, pengumpulan data dengan kuesioner, data
disajikan dengan menggunakan distribusi frekuensi., teknik
analisis menggunakan skala likert. Dari hasil penelitian ini
didapatkan 69.23% bersikap positif dan 30.77% bersikap
negatif. Kesimpulan yang diperoleh bahwa sebagian besar
responden mendukung adanya pendidikan seks karena
responden memahami yang dimaksud pendidikan seks
adalah membimbing dan menjelaskan tentang perubahan
fungsi organ seksual. Sehingga memungkinkan responden
mengetahui pentingnya pendidikan seks bagi remaja. Selain
itu, dikarenakan sebagian responden mengakui sebagai
remaja membutuhkan informasi tentang pendidikan seks
baik dari guru, petugas kesehatan dan orang tuaserta
keaktifan remaja dalam mengikuti kegiatan posyandu
remaja. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah
untuk lebih meningkatkan lagi informasi tentang pendidikan
seks kepada remaja guna merubah suatu sikap dalam
menghadapi pubertas dan memberi kesempatan kepada
peneliti lain yang tertarik pada masalah remaja untuk
mengembangkan dan menggali lebih jauh faktor faktor
yang mempengaruhi sikap remaja tentang pendidikan seks.
Kata kunci: sikap remaja; pendidikan seks; pubertas.
CC BY
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan seseorang
karena merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa, sering disebut sebagai masa
pubertas. Pada tahap ini, remaja akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional
dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas merupakan periode yang singkat. Sebagian
orang menganggap sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan
fisik dan psikologi remaja selanjutnya.
Problema pubertas merupakan masalah yang muncul saat terjadi perubahan dan
pertumbuhan pada anak, perubahan kejiwaan yang membawa pada berbagai masalah,
tekanan, perasaan, kegoncangan jiwa, sehingga anak yang mengalami pubertas akan resah,
bingung dan cemas. Problema tertinggi yang dialami pada saat pubertas adalah masa yang
berhubungan dengan perubahan fisik sebesar 29.43%, masalah yang berhubungan dengan
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 231 -
perubahan sikap dan perilaku sebesar 28%, masalah yang berhubungan dengan seks primer
25,57% (Hidajahturrokhmah et al. 2018).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi problem tersebut yaitu melalui
pemberian informasi pendidikan kesehatan, yang dimaksud disini adalah pendidikan
mengenal seksualitas. Pendidikan seksualitas (pendidikan seks) menurut Parents Guide
(2015) penting dimulai pada saat usia 7 9 tahun. Tujuan utama dalam pendidikan seks
tidak hanya memberikan informasi tentang seks, tetapi juga menumbuhkan sikap, perilaku
positif, dan refleksi kritis terhadap pengalaman individu. Tujuan lain yaitu menekankan
pada kebutuhan akan informasi yang benar dan luas dalam memahami seks manusia
merupakan bagian penting dari kepribadian yang menyeluruh (Siti Mayasari 2016).
Pendidikan seks yang terbaik pada dasarnya yang diberikan oleh orang tua, karena
bagi seorang anak orang tua adalah Role Model utama dalam tumbuh kembang kehidupan
anak, sehingga dalam segala informasi negatif dari sumber pendidikan seks lain dapat
ditangkal dengan komunikasi yang baik. Saat ini, masih sedikit dijumpai orang tua yang
menyadari bahwa pentingnya edukasi pendidikan seks pada anak di usia tersebut. Kendala
yang muncul yaitu apabila orang tua memiliki pengetahuan yang kurang memadai secara
teoritis maupun obyektif sehingga, membutuhkan pihak lain uang cukup kompeten dalam
menambah dan melengkapi pengetahuan orang tua dan menjadi perantara orang tua pada
anak untuk memberikan pendidikan seks (Siti Mayasari 2016).
Pendidikan seks pada remaja masih menimbulkan fenomena lantaran adanya
anggapan ketika membicarakan seks/pubertas (menstruasi) masih dianggap tabu dan
pendidikan seks akan mendorong remaja untuk coba coba. Kenyataannya kemana anak
akan mencari pengetahuan tentang seks jika pihak orang tua dan guru disekolah tidak
memenuhi kebutuhan pendidikan seks tersebut?. Sebanyak 21,4% akan bertanya kepada
teman dan sebesar 16,2% akan mencari informasi melalui media massa dan elektronik
yang ada. Jika sudah dilakukan oleh anak maka besar kemungkinan informasi yang mereka
dapat tidak akurat dan tidak sehat (Hasan, Boham, and Rembang 2016).
Informasi seks yang tidak sehat akan mengakibatkan remaja terlibat kasus kasus
berupa konflik dan gangguan mental, ide ide yang salah dan kekuatan kekuatan yang
berhubungan dengan seks. Anak anak dalam masa pubertas ini memerlukan bimbingan
agar tidak menjadi minder karena bully yang diberika teman sebaya ketika bentuk
badannya mulai berubah menjadi dewasa dan yang perlu diingatkan lagi pengalaman
seseorang baik yang menyenangkan atau menyakitkan akan membentuk pribadi, karakter,
dan sikapnya.
Secara psikologis yang diberikan pada remaja sebelum mereka memasuki masa
pubertas memerlukan sikap dan perasaan mereka terhadap peristiwa yang terjadi pada
masa tersebut. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup suatu objek
dan keadaan mental dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik dan respon individu. Dijelaskan oleh Dorothy Low Nolte jika anak
dibesarkan denan cemoohan maka ia akan rendah diri tetapi jika anak dibesarkan dengan
penghinaan ia akan belajar menyesali diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap remaja tentang
pendidikan seks dalam menghadapi pubertas diposyandu remaja desa Lang-Lang
kecamatan Singosari kabupaten Malang. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
gambaran pengetahuan khususnya bagi remaja yang menghadapi pubertas.
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 232 -
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Rancangan bangun pada penelitian ini adalah cross sectional.
Populasi penelitian merupakan seluruh remaja putri di Posyandu Remaja Desa
LangLang Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Jumlah yang dapat diberikan
kuesioner adalah 26 remaja putri.
Lokasi dan waktu penelitian terletak di Posyandu Remaja Desa Lang Lang
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, dengan waktu penelitian mulai bulan Agustus
Desember 2020.
Data primer didapatkan langsung dari remaja putri melalui kuesioner, observasi
lapangan dan wawancara. Data sekunder didapatkan dari TU Puskesmas Singosari dengan
memberikan profil Puskesmas Singosari.
Teknik pengumpulan data pre test menggunakan kuesioner dengan pertanyaan
tertulis yang sebelumnya diujicobakan kepada 17 responden dan diisi langsung oleh
reponden yang karakteristiknya sama dengan sampel penelitian untuk mengetahui validitas
dan rehabilitas kuesioner. Observasi dilakukan dengan mengamati langsung berbagai
fenomena yang ada di lingkungan desa Lang Lang untuk mengumpulkan data terkait
perilaku remaja putri tentang pendidikan seks dalam menghadapi pubertas. Wawancara
dilakukan tatap muka oleh lima orang yang terdiri dari Bidan desa setempat, Saya selaku
mahasiswa FKM UNAIR, dan tiga kader desa setempat.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan
fenomena bedasarkan data yang terkumpul dengan menggunakan analisis deskriptif dengan
mendeskripsikan pengetahuan, kerentanan, sikap, motivasi dan tindakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
A. Data Umum
Desa Lang Lang merupakan salah satu desa yang berada diwilayah kerja
Puskesmas Singosari dengan jarak tempuh ± 6 km dari Puskesmas Singosari dan
merupakan desa paling ujung dengan pembatasan wilayah Kecamatan Karangploso.
Jaraknya juga termasuk jauh dari perkotaan, rata rata remaja masih banyak yang
hidup secara tertutup terutama mengenai pendidikan seks dalam menghadapi
pubertas. Posyandu Remaja pertama kali dibentuk oleh Puskesmas dan remaja
setempat pada tahun 2008 dengan berbagai kegiatan yang menunjang tentang
kesehatan reproduksi remaja (pendidikan seks) mulai disosialisasikan.
Penelitian ini terdapat remaja putri dengan 26 responden yang seluruhnya
menjadi anggota posyandu remaja yang berusia antara 13 16 tahun atau disebut
sebagai masa pubertas. Kegiatan posyandu remaja didesa ini belum diketahui sejauh
mana kegiatan ini terutama tentang pendidikan seks dalam menghadapi pubertas yang
dapat diterima oleh para remaja khususnya remaja putri pada masa pubertas.
a. Usia
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Remaja Putri di Posyandu Remaja
Desa Lang Lang Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
No.
Usia
Frekuensi
(f)
1.
13 Tahun
7
2.
14 Tahun
12
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 233 -
3.
15 Tahun
4
4.
16 Tahun
3
Total
26
Sumber : Data Primer, 2018
Intepretasi data : Tabel 1. Menunjukan sebagian besar remaja putri 46,15%
berusia 14 tahun, dan sebagian kecil 11,53% berusia 16 tahun
b. Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Remaja putri di Posyandu Remaja
Desa Lang Lang Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
No.
Pendidikan
Frekuensi
(f)
Presentase
%
1.
SMP
21
80,76
2.
SMA
5
19,23
Total
26
100
Sumber : Data Primer, 2018
Intepretasi Data : Tabel 2. Menunjukan sebagian besar 80,76% pendidikan
remaja putri SMP.
B. Data Khusus
a. Sikap
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Pendidikan Seks
Dalam Menghadapi Pubertas di Posyandu Remaja Desa Lang Lang
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
No.
Pendidikan
Frekuensi
(f)
Presentase
%
1.
Positif
(Favourable)
18
69,23
2.
Negatif
(Unfavorable)
8
30,77
Total
26
100
Sumber : Data Primer, 2018
Intepretasi Data : Tabel 3. Menunjukan sebagian besar 69,23% remaja putri
bersikap positif (Favorable).
b. Sumber Informasi
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi yang diperoleh oleh Remaja
Putri Tentang Pendidikan Seks Dalam Menghadapi Pubertas di Posyandu
Remaja Desa Lang Lang Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
No.
Sumber
Informasi
Frekuensi
(f)
Presentase
%
1.
Orang Tua
4
15,38
2.
Teman
(sebaya, bermain, kelompok)
5
19,24
3.
Guru, Tenaga Kesehata, Konselor
3
11,54
4.
Media Cetak
(Koran, Majalah, Tabloid, Bahan
Cetakan Lain)
2
7,69
5.
Media Elektronik (TV, Radio,
Smartphone (vidio porno), dsb)
12
46,15
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 234 -
Total
26
100
Sumber : Data Primer, 2018
Intepretasi Data : Tabel 4. Menunjukan sebagian besar 46,15% remaja putri
memperoleh informasi dari Media Elektronik terutama smartphone dan sebagian
kecil memperoleh informasi dari media cetak sebesar 7,69%.
c. Program/Pelatihan tentang Pendidikan Seks
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Peran Serta Remaja Putri di Posyandu
Remaja Desa Lang Lang Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
No.
Peran Serta Remaja pada
Kegiatan Posyandu
Remaja
Frekuensi
(f)
1.
Aktif
22
2.
Tidak Aktif
4
Total
26
Sumber : Data Primer, 2018
Intepretasi Data : Tabel 5. Menunjukan sebagian besar 84,62% remaja putri aktif
dalam posyandu
Pembahasan
A. Sikap Remaja Umum
Bedasarkan hasil penelitian yang sudah terlaksana di Desa Lang Lang
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang pada bulan Februari sampai Mei Tahun
2020, sebanyak 26 responden terpilih mengenai sikap remaja tentang Pendidikan
Seks dalam Menghadapi pubertas, sebagian besar remaja putri yang bersikap positif
sebesar 69,23% yaitu mendukung adanya program pendidikan seks dan menyetujui
adanya pelatihan pendidikan seks lagi bagi remaja dalam menghadapi pubertas.
Sikap positif responden terhadap pendidikan seks dapat disebabkan karena
responden memahami yang dimaksut pendidikan seks adalah menjelaskan dan
membimbing tentang perubahan fungsi organ seksual, sehingga memungkinkan
repsonden mengetahui pentingnya pendidikan seks bagi remaja. Selain itu,
dikarenakan sebagian responden mengakui sebagai remaja membutuhkan informasi
tentang seks yang benar.
Pendidikan seks adalah pendidikan yang membentuk seseorang dewasa yang
betul betul matang yang akan menggunakan seksualitasnya dengan bertanggung
jawab, dengan demikian membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan lingkungan
masyarakat.
Faktor pengalaman menurut Azwar (2015) sangat menentukan pembentukan
sikap yaitu tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap untuk dapat
mempunyai penghayatan dan tanggapan. Seseorang harus mempunyai pengalaman
terkait objek psikologis sebagai dasar pembentukan sikap.
Responden yang menganggap dan bersifat negatif terhadap pendidikan seks
sebesar 30,77%, hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa
membicarakan seks adalah hal yang tabu bagi remaja, kemudian pendidikan seks itu
tidak perlu karena nanti ketika dewasa akan mengerti pendidikan seks secara
otomatis, dan yang terahir pendidikan seks akan membahayakan karena rasa ingin
tahu sehingga mencoba melakukan hal yang belum waktunya.
Faktor penghambat dalam pendidikan seks adalah anggapan berhubungan seks
merupakan hal yang tabu, orang tua akan merasa malu untuk memberikan edukasi
pendidikan seks dihadapan anaknya karena kuatir apabila setelah diberi edukasi, jiwa
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 235 -
penasarannya mulai tumbuh sehingga nekat melakukan perbuatan yang melanggar
asusila.
Faktor internal dalam individu yaitu karakter orang bersangkutan yang bersifat
bawaan/given seperti tingkat emosional sehingga dalam hal ini menentukan mana
yang bisa diterima dan mana yang tidak bedasarkan dalam diri individu.
Kegiatan posyandu remaja bagi remaja putri di desa Lang Lang kecamatan
Singosari Kabupaten Malang masih tergolong program baru. Sosialisasi dilakukan
dalam bentuk penyuluhan atau pendidikan seks kesehatan reproduksi. Remaja putri
banyak yang belum aktif dalam peran serta kegiatan posyandu remaja.
B. Sumber Informasi
Hasil penelitian yang dilakukan pada 26 responden sebagian besar sumber
informasi yang didapatkan tentang pendidikan seks berasal dari media elektronik
(smartphone) yaitu sebesar 49,15% dan lainya didapatkan dari orang tua (15,38%),
teman (19,23%), media cetak (7,69%); guru, tenaga kesehatan dan konselor
(11,53%).
Menurut Parent Guide (2015) sumber informasi yang didapatkan akan
menentukan dan membentuk sikap, perilaku positif, dan refleksi krisis terhadap
pengalaman individu yang menekankan pada kebutuhan informasi yang luas tentang
perilaku seksual, serta berusaha memahami seks manusia sebagai bagian penting dari
kepribadian yang menyeluruh.
C. Program/Pelatihan Pendidikan Seks
Hasil penelitian pada 26 responden remaja putri, yaitu sebesar 88,64%
didapatkan belum pernah mendapat program/pelatihan pendidikan seks kesehatan
reproduksi dan 11,53% sudah mendapatkan program/pelathan pendidikan seks
kesehatan reproduksi didapat dari mengikuti seminar, dan respoden berharap melalui
kegiatan posyandu remaja bisa mendapatkan edukasi mengenai pendidikan seks
kesehatan reproduksi secara lengkap, dalam hal ini petugas dari puskesmas dibantu
dengan kader membina kegiatan posyandu remaja.
D. Peran Serta Remaja Putri Pada Kegiatan Posyandu Remaja
Hasil peneletian yang dilakukan peneliti kepada 26 responden remaja putri
didapatkan 84,62% remaja putri aktif dalam kegiatan posyandu remaja. Setiap bulan
pada minggu ke IV datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu remaja
dan 15,38% tidak rutin untuk datang pada pertemuan yang sudah dijadwalkan atau
tidak hadir selama 3 bulan berturut turut dengan alasan sibuk dengan agenda di
sekolah. Sebagian anggota dari posyandu remaja adalah pelajar.
Menurut Sunaryo (2015) peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan dari seseorang bedasarkan posisinya dimasyarakat. Setiap orang
disibukkan dengan posisi pada setiap waktu, sepanjang daur kehidupan, hal ini juga
berlaku bagi remaja putri yaitu harus bisa menerima perubahan fisik dan
psikologisnya ketika masuk pada masa pubertas.
E. Keterbatasan Penelitian
Banyak faktor yang mempengaruhi sikap (pengalaman pribadi, agama,
lembaga pendidikan, dan pengaruh faktor emosional) yang tidak diteliti pada
penelitian ini, sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal.
KESIMPULAN
Bedasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sebagian besar
remaja putri mendukung adanya pendidikan seks dalam menghadapi pubertas sebesar
69,73%; 2) Sebagian besar remaja putri memperoleh informasi tentang pendidikan seks
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 236 -
dari guru, tenaga kesehatan dan konselor sebesar 11,54%; teman 19,24%; orang tua sebesar
15,38%; media cetak 7,69% dan media elektronik (smartphone) sebesar 46,15%; 3)
Sebagian besar remaja putri belum pernah mengikuti program pendidikan seks kesehatan
reproduksi sebesar 88,64%; 4) Sebagian besar remaja putri aktif dalam kegiatan posyandu
remaja dengan kedatanga tiap bulan minggu ke IV yaitu sebesar 84,64%.
BIBLIOGRAPHY
Hasan, Rahmawati, Antonius Boham, and Meiske Rembang. 2016. “Peran Orang Tua
Dalam Menginformasikan Pengetahuan Seks Bagi Remaja Di Desa Picuan
Kecamatan Motoling Timur Kabupaten Minahasa Selatan.” Acta Diurna V(3).
Lumban Gaol, Stefanus M. Marbun, and Kalis Stevanus. 2019. “Pendidikan Seks Pada
Remaja.” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2(2): 32543.
Siti Mayasari. 2016. “Gambaran Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi
Dan Sikap Menghadapi Masa Pubertas Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 10
Surakarta.” http://eprints.ums.ac.id/43803/23/Naskah Publikasi skripsi.pdf.
Hidajahturrokhmah, Nuryenny et al. 2018. “SOSIALISASI HIV ATAU AIDS DALAM
KEHAMILAN DI RT 27 RW 10 LINGKUNGAN TIRTOUDAN KELURAHAN
TOSAREN KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI.” Journal of
Community Engagement in Health 1(1): 1416.
Aryani, Daesy. 2015. “Komunikasi Antarpribadi Orangtua Dan Anak Pada Masa Awal
Pubertas Tentang Pendidikan Seks Di Kelurahan Mongolaing Di Kota
Kotamobagu Barut.” Acta Diurna 4(3).
Awaru, A.Octamaya Tenri, Rabihatun Idris, and Andi Agustang. 2020. “Sexual
Education at High School Sinjai East.” 226(Icss): 944–47.
Ahmad, Fausi. 2017. Skripsi Digital Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember Jember Digital Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember Jember Text Mining Pada Media Sosial Twitter.
NUZLIATI T DJAMA S.SiT, M.Kes. 2015. “Kesehatan Reproduksi Remaja.”
Kesehatan: 7476.
https://www.jstage.jst.go.jp/article/ninchishinkeikagaku1999/2/1/2_1_74/_pdf/-
char/ja.
Kadek Alit Arsani, Ni Luh. 2013. “Peranan Program Pkpr (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kecamatan Buleleng.”
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora 2(1): 12937.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. “Psikologi Perkembangan.” Psikologi Perkembangan: 205
43.
Sule, HA et al. 2015. “Impact of Sex Education in Kogi State, Nigeria.” Journal of
Education and Practice 6(3): 3441.
http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1083742.pdf.
Hestya Galifatma Sheffi Adina/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1(1), 229-237
- 237 -
Rinta, Leafio. 2015. “Pendidikan Seksual Dalam Membentuk Perilaku Seksual Positif
Pada Remaja Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Psikologi Remaja.” Jurnal
Ketahanan Nasional 21(3): 163.
Yafie, Evania. 2017. “PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI.” 4: 18–30.
Sulastri, Eti, Dyah Puji Astuti, and Eka Wuri Handyani. 2019. “Pembentukan Posyandu
Remaja Desa Madureso Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen.” Urecol:
13033.
Ernawati, Hery. 2018. “Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Daerah
Pedesaan.” Indonesian Journal for Health Sciences 2(1): 58.