JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN PERKOTAAN
(STUDI KASUS PADA JALAN
KERAMAT RAYA JAKARTA PUSAT)
Universitas Dian Nusantara, Indonesia
Email: 521192031@mahasiswa.undira.ac.id,
alizar@undira.ac.id
|
Abstrak |
|
Jalur pedestrian merupakan elemen penting dalam infrastruktur perkotaan yang mendukung mobilitas pejalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik kinerja jalur pedestrian di kawasan perkotaan berdasarkan aspek siskulasi, aksesbilitas, keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Keberadaan pedestrian di Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat
sering kali disalahgunakan
oleh masyarakat untuk kegiatan perdagangan dan lahan parkir. Penelitian ini data dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara dan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada jalur pedestrian di Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat pada
segmen 1 mendapatkan nilai 70% dan pada segmen 2 mendapatkan nilai 67%. Meskipun sudah tergolong nyaman/puas dalam fasilitas
pedestrian, persentase tersebut
terlalu sedikit pada klasifikasi kepuasan pengguna karena untuk dapat dikatakan
nyaman/sangat puas persentase berkisar antara 80-100%. Hal yang menyebabkan
tingkat kenyamanan pejalan kaki yang turun saat malam hari
adalah keberadaan PKL. Keberadaan PKL pada jalur
pedestrian membuat kenyamanan
jalur pedestrian menurun.
Direkomendasikan penataan
kembali tempat pedagang kaki lima yang ada di
area pedestrian dan pemeliharaan jalur pedestrian agar dapat meningkatkan kenyamanan dan keselamatan pengguna. Kata kunci: Pedestrian,
Pejalan Kaki, Sirkulasi, Aksesbilitas, Keamanan, Fisik Pedestrian.
Kenyamanan, Kebersihan |
|
|
|
Abstract |
|
Pedestrian paths
are an important element in urban infrastructure that supports pedestrian
mobility. This research aims to evaluate the performance characteristics of
pedestrian paths in urban areas based on aspects of circulation,
accessibility, security, cleanliness and comfort. This research uses a
descriptive method with a qualitative approach. The existence of pedestrians
on Jalan Keramat Raya Central Jakarta is often misused by the public for
trading activities and parking spaces. This research data was collected
through field observations, interviews and questionnaires. Based on the
results of research conducted on the pedestrian path on Jalan Keramat Raya,
Central Jakarta, segment 1 received a score of 70% and segment 2 received a
score of 67%. Even though it is considered comfortable/satisfied with
pedestrian facilities, this percentage is too small in the user satisfaction
classification because to be said to be comfortable/very satisfied, the
percentage ranges between 80-100%. The thing that causes pedestrian comfort
levels to decrease at night is the presence of street vendors. The presence
of street vendors on pedestrian paths reduces the comfort of pedestrian
paths. It is recommended that street vendors be rearranged in pedestrian
areas and maintain pedestrian paths to increase user comfort and safety. Keywords: Pedestrian, Pedestrian, Circulation,
Accessibility, Security, Physical Pedestrian. Comfort, Cleanliness |
*Correspondence
Author: Rialdi Hikmahtiar
Email: 521192031@mahasiswa.undira.ac.id
PENDAHULUAN
Seiring
dengan perkembangan zaman kini banyaknya masyarakat diperkotaan yang memiliki
minat untuk memanfaatkan aktivitasnya di tempat umum yang telah disediakan (Mouratidis, 2021a;
Niu & Silva, 2021). Ruang publik pada masa ini
mengalami perubahan yang signifikan. Mulai dari segi fisik atau fungsinya yang
mengikuti pertumbuhan serta menyesuaikan karakteristik masyarakat perkotaan.
Pengembangan
dan atau perubahan ruang publik saat ini tidak lepas dari tersedianya fasilitas
yang menunjang segala bentuk kebutuhan masyarakat perkotaan (Cattaneo et al.,
2022; Mouratidis, 2021b). Apabila fasilitas ruang
publik sudah sesuai dengan karakteristik masyarakat perkotaan, maka penyediaan
fasilitas ruang publik berhasil diimplementasikan di dalam kehidupan
bermasyarakat. Salah satu fasilitas ruang publik yang dimanfaatkan,
dikembangkan dan dinomor satukan adalah jalur pedestrian (Mezoued et al.,
2022; Santos et al., 2022). Di sinilah segala bentuk
aktivitas untuk berinteraksi sosial bisa terjadi.
Maka
dari itu pembangunan dan atau pengembangan serta penataan fasilitas berupa
jalur pedestrian dinomor satukan atau di dahulukan. Karena di jalur pedestrian
inilah banyak nyawa manusia yang sedang berlalu lalang, beraktivitas, dan
berinteraksi sosial (Jensen et al.,
2021; Methorst, 2021). Sehingga pembangunan dan
atau pengembangan serta penataan jalur pedestrian haruslah didesain untuk
menjadi kawasan yang aman dan nyaman bagi penggunanya (Jabbari et al.,
2023; Ma et al., 2023).
Permasalahan
yang harus segera dituntaskan agar tidak menjadi polemik berkepanjangan dan
turun temurun. Terutama untuk kota – kota besar di Indonesia. Karena kota –
kota besar merupakan tolak ukur serta menjadi contoh untuk kota – kota lainnya.
Terlebih khusus kota yang menjadi dulunya ibu kota negara Di Indonesia yakni
DKI Jakarta yang sekarang berubah nama menjadi DKJ (Daerah Khusus
Jakarta). DKJ selalu menjadi sorotan,
contoh dan tolak ukur bagi kota – kota lainnya. Dikarenakan jelas, kota
tersebut merupakan bekas ibu kota dan menyandang gelar sebagai kota
metropolitan. Sehingga terkait pengembangan jalur pedestrian tidak boleh
dikesampingkan guna mendukung kegiatan beraktivitas masyarakatnya.
Jalan
Keramat Raya berlokasi di kecamatan senen, Jakarta Pusat ini menghubungkan ke
berbagai jalan di sekitarnya, yakni ke Jalan Salemba Raya, Jalan Pasar Senen
dan Jalan Kramat Kwitang.Namun pada kenyataan yang terjadi pada jalur
pedestrian di Jalan Keramat Raya, Jakarta Pusat adalah banyaknya oknum
masyarakat yang menyalahgunakan jalur pedestrian tidak sebagaimana mestinya
guna mengedepankan ego profesi kegiatan atau aktivitasnya. Contohnya adalah
tidak beraturnya PKL (Pedagang Kaki Lima) berjualan di daerah pedestrian, para
kendaraan bermesin yang parkir di area pedestrian dan para pengguna jalan yang
tidak patuh terhadap rambu lalu lintas yang telah disediakan.
Hal
semacam inilah yang membuat aktivitas masyarakat yang memanfaatkan fasilitas
jalur pedestrian tidak berjalan semestinya (Pradana et al.,
2023; Prawira et al., 2024). Kenyamanan masyarakat jadi
terganggu dengan adanya peyalahgunaan pedestrian. Sehingga pejalan kaki tidak
leluasa ketika PKL (Pedagang Kaki Lima) yang berjualan di jalur pedestrian.
Arahan
dan penataan jalur pedestrian di Jalan Keramat Raya, Jakarta Pusat diharap bisa
lebih mengedepankan kenyamanan para pengguna jalur pedestrian yang dilaluinya (Al Shammas et al.,
2023; Gill et al., 2022). Kenyamanan tersebut antara
lainnya adalah kebebasan berjalan di jalur pedestrian tanpa adanya hambatan,
kebebasan untuk berinteraksi di jalur pedestrian tanpa adanya gangguan dan
pengguna jalur pedestrian tidak terancam saat melintasi area pedestrian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas jalur pedestrian dari aspek desain, penggunaan ruang, dan
keterkaitannya dengan lingkungan sekitar; mengukur tingkat kinerja jalur
pedestrian melalui indikator kenyamanan, keamanan, aksesibilitas, dan kepadatan
pejalan kaki; mengevaluasi kesesuaian jalur standar pedestrian di Jalan Kramat
Raya dengan pedoman perencanaan yang ada serta kebutuhan pejalan kaki di
kawasan perkotaan yang padat; serta memberikan rekomendasi perbaikan dan
pengembangan jalur pedestrian untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan
aksesibilitas bagi pejalan kaki. Manfaat dari penelitian ini meliputi
identifikasi masalah yang ada, pemahaman tentang tingkat kenyamanan dan
keamanan pejalan kaki di Jalan Kramat Raya, serta pengetahuan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pada jalur pedestrian
di kawasan tersebut.
METODE
PENELITIAN
Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi kasus (Sundarakani et al.,
2021). Penelitian ini berfokus pada pengumpulan data
primer dan sekunder untuk menganalisis kondisi jalur pedestrian di Jalan
Keramat Raya Jakarta Pusat. Data primer diperoleh melalui observasi langsung
dan survei lapangan untuk mengidentifikasi kondisi eksisting, jumlah pejalan
kaki, waktu tempuh, serta arus lalu lintas kendaraan. Selain itu, penelitian
ini juga menggunakan data sekunder berupa peta lokasi yang diakses melalui
aplikasi Google Maps. Metode analisis data meliputi analisis deskriptif untuk
mengevaluasi persepsi pengguna jalur pedestrian, serta penilaian kinerja fisik
dan tingkat pelayanan melalui indikator yang sesuai, seperti Level of Service
(LOS). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
komprehensif mengenai kenyamanan, keamanan, dan aksesibilitas jalur pedestrian
di kawasan yang diteliti.
Lokasi
Dan Data Penelitian
Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di dalam penelitian dengan
cara melakukan observasi atau turun langsung ke lapangan. Data primer yang
dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Data kondisi eksisting pedestrian
2.
Jumlah pejalan kaki.
3.
Waktu tempuh pejalan kaki.
4.
Arus lalu lintas kendaraan pada dua arah di
Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat
Data
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder
dalam penelitian ini berupa peta lokasi penelitian yang bersumber dari aplikasi
Google Maps.
Populasi
Dan Sampel
Sebelum
mengumpulkan data dalam penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan persiapan
yang penting untuk memastikan kelancaran pelaksanaan di lapangan. Pertama,
studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi yang relevan, yang
berfungsi sebagai landasan teori dan referensi pendukung penelitian.
Selanjutnya, persiapan survei mencakup identifikasi titik-titik lokasi survei,
penyiapan personil yang akan melakukan survei, perencanaan jadwal pelaksanaan,
serta persiapan alat-alat seperti alat tulis, formulir survei, kamera,
stopwatch, dan pita ukur. Selain itu, pengumpulan data sekunder dilakukan
dengan menggunakan peta lokasi penelitian yang diakses melalui aplikasi Google
Maps. Setelah semua tahap ini dilaksanakan, peneliti kemudian dapat menarik
kesimpulan dan menyusun hasil dari penelitian dengan lebih efektif.
Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui survei untuk mendapatkan data
primer dan sekunder terkait kondisi jalur pedestrian di Jalan Keramat Raya
Jakarta Pusat. Metode ini mencakup pengamatan langsung untuk mengumpulkan data
tentang kondisi eksisting pedestrian, jumlah pejalan kaki yang melintasi jalur,
serta waktu tempuh pejalan kaki untuk melintasi jalur tersebut. Observasi
lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi aktual tentang kegiatan yang
berlangsung dan kondisi fisik jalur pedestrian. Selain itu, wawancara dilakukan
secara tatap muka dengan 100 responden yang terdiri dari pejalan kaki dan
pedagang kaki lima untuk memperoleh pendapat mereka mengenai fasilitas yang ada
di kawasan tersebut. Dalam pengumpulan data sekunder, studi dokumen dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 yang mengatur
tentang perencanaan dan penyediaan jalur pejalan kaki. Teknik ini meliputi
kajian literatur untuk memahami teori dan konsep yang relevan serta telaah
dokumen untuk menganalisis data yang ada tanpa menggunakan keseluruhan
informasi, tetapi fokus pada aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Proses ini bertujuan untuk memperkuat data yang dikumpulkan melalui
survei dan observasi lapangan, serta memberikan konteks tambahan yang
diperlukan untuk analisis lebih lanjut.
Metode
analisis data
Metode
analisis data dalam penelitian ini menggunakan berbagai teknik terintegrasi
untuk menilai kenyamanan pejalan kaki di kawasan yang diteliti, dengan analisis
deskriptif untuk mengidentifikasi persepsi mengenai jalur pejalan kaki yang
mengganggu. Selanjutnya, analisis kinerja fisik jalur pedestrian dilakukan
berdasarkan pedoman Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993, yang
mencakup dimensi, struktur, dan fasilitas jalur trotoar. Tingkat kepadatan dan
arus pejalan kaki dianalisis menggunakan Level of Service (LOS) berdasarkan
Highway Capacity Manual (HCM) 2000, yang mengklasifikasikan tingkat pelayanan
dari A (terbaik) hingga F (terburuk) berdasarkan kriteria ruang, arus, dan
kecepatan. Untuk mengevaluasi tingkat kenyamanan dan keselamatan, skor angket
dari responden dihitung dengan skala lima, kemudian dihitung persentase skor
untuk mengklasifikasikan tingkat kepuasan. Prosedur ini bertujuan untuk
memberikan gambaran menyeluruh mengenai kenyamanan pejalan kaki dan
mengidentifikasi masalah yang ada dalam jalur yang dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Evaluasi Kinerja Jalur
Pedestrian
Evaluasi tingkat pelayanan
fasilitas pejalan kaki (level of service) dilakukan dari data yang telah
didapat dan diolah dari survei yang telah dilakukan. Kinerja fasilitas
pedestrian dapat dilihat tinggi rendahnya melalui analisis tingkat pelayanan
fasilitas pejalan kaki.
HCM (Highway Capacity Manual)
2000 menjadi pedoman dan aturan yang dijadikan acuan untuk menganalisis arus,
kecepatan, ruang dan kepadatan pejalan kaki. Hasil dari analisis tingkat
pelayanan pejalan kaki akan menentukan tinggi atau rendahnya kinerja jalur
pedestrian. Apabila rendah maka akan ada cara dan langkah serta rekomendasi
berupa alternatif untuk dapat meningkatkan kinerja jalur pedestrian.
Gambar 1. Evaluasi kinerja jalur
pedestrian
(Sumber : Analisis, Tahun
2024)
Gambar 1. Evalausi kinerja jalur
pedestrian dalam menentukan tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki. Ada lima
poin yang akan dianalisis. Ke tiga poin dalam analisis tingkat pelayanan
fasilitas pejalan kaki meliputi arus, kecepatan, kepadatan dan ruang pejalan
kaki.
1) Tingkat Kenyamanan Pejalan
Kaki
Berikut adalah poin-poin kenyamanan pada jalur pedestrian
:
a. Kenyamanan Berdasarkan Pola
Ruang (Dinas Penataan Ruang Nasional)
a) Pejalan kaki di sisi jalan
(sidewalk)
b) Pejalan kaki di sisi
air (promenade)
c) Pejalan kaki di kawasan
kormesial/perkantoran (arcade)
d) Pejalan kaki di RTH (green
pathway)
e) Pejalan kaki di bawah tanah
(underground)
f) Pejalan kaki di atas permukaan
tanah (elevated)
b. Pedestrian Perdasarkan
Keamanan (Dinas Pekerjaan Umum)
a) Penataan dan dimensi trotoar
b) Penataan dan dimensi
penyeberangan.
2) Tingkat Keamanan dan
Keselamatan
Keamanan adalah kebutuhan
pejalan kaki agar terhindar dari rasa takut terhadap kriminalitas dan
kecelakaan lalu lintas yang berhubungan dengan bahaya fisik atau emosional yang
kapan saja dapat terjadi dan lintasan trotoar yang akan mengancam mengancam
keselamatanya.
Kenyamanan adalah kebutuhan
pejalan kaki agar terhindar dari ketidaknyamanan yang di akibatkan oleh kondisi
iklim dan cuaca. Sebagai ruang publik, maka pejalan kaki yang melintas
pedestrian diusahakan agar terlindung atau terhindar dari cuaca,khusus nya
suaca extrim , seperti panas matahari, angin dan hujan. Perlindungan dapat
dilakukan dengan penempatan pohon-pohon dan peneduh di lokasi-lokasi yang
diperlukan. Pada kondisi cuaca normal, kenyamanan pejalan kaki harus tetap
diperhatikan, misalnya dengan menempatkan bangku ataupun benda-benda lain yang
dapat dimanfaatkan untuk beristirahat.
Ada beberapa faktor dari keamanan dengan jenis
perlengkapan yang sesuai dengan standar pedestrian yang baik, yaitu:
a. Adanya Rambu lalu lintas
b. Adanya Lampu lalu lintas
c. Adanya Zebra Cross
d. Adanya Jembatan penyebrangan
Perkembangan Jalan Keramat
Raya Jakarta Pusat yang dulu sangat kurang baik, pada tahun 2014 pemerintah
merevitalisasi jalur pedestrian di Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat banyak
perubahan dari mulai konsep pedestrian, dan penambahan penunjang area
pedestrian tersebut seperti tempat duduk, area hijau, rambu lalu lintas &
jembatan penyebrangan. Material yang di pakai juga sangat bagus dan menambah
estetika khusus bagi pengguna jalur pedestrian di Jalan Keramat Raya Jakarta
Pusat.
Kekurangan nya sampai sekarang
banyak pengendara motor yang menggunakan area pedestrian tersebut dikarenakan
kemacetan yang hamper setiap hari di jalur tersebut volume kendaraan sangat
padat. Dan ini sangat menggangu keamanan dan kenyaman bagi penggunanya dimana banyak pedagang kaki
lima juga yang menggunakan pedestrian tersebut untuk berdagang.
Gambar 2. Kondisi Pedestrian di Jalan
Keramat Raya, Jakarta Pusat, Tahun 2024
(Sumber : Survei di Jalan
Keramat Raya Jakarta Pusat)
3)
Aksesibilitas dan Kesesuaian
dengan Standar
Kesesuaian dengan fungsi penggunaan lahan yang dimaksud
dalam variabel ini ditinjau dari jenis penggunaan lahan dan lebar jalur
pedestrian berdasarkan fungsi jalan yang kesesuaiannya dinilai dengan ketentuan
lebar jaringan jalur pedestrian berdasarkan penggunaan lahan menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2014. Kesesuaian lebar jalur pedestrian
terhadap lebar jalan.
Prinsip umum untuk perencanaan fasilitas pejalan kaki
adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi unsur keterpaduan
sistem, termasuk sistem transportasi, penataan lingkungan, dan aksesibilitas
antar kawasan
b. Memenuhi unsur kontinuitas,
yaitu hubungan antara tempat asal dan tempat tujuan, dan sebalikny
c. Memenuhi unsur keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan
d. Memenuhi unsur aksesibilitas,
yaitu fasilitas yang direncanakan harus dapat diakses oleh semua orang
e. Perencanaan fasilitas pejalan
kaki harus berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
a) Memenuhi persyaratan kapasitas
(demand)
b) Menjaga kontinuitas dan
memenuhi persyaratan teknis aksesibilitas bagi semua pengguna, termasuk pejalan
kaki berkebutuhan khusus
c) Memilih konstruksi atau bahan
yang memenuhi syarat keamanan dan relatif mudah dalam pemeliharaan (pedoman
pemeliharaan diatur di pedoman lain)
2.
Pembahasan Temuan
Temuan pada kondisi pedestrian di Jalan Keramat Raya
Jakarta Pusat penelitian ini penulis merekomendasikan perbaikan kualitas fisik
jalur pedestrian meliputi :
a. Perbaikan paving yang mulai
rusak. Sebagian kondisi paving di jalur pedestrian pada Jalan Keramat Raya
Jakarta Pusat mulai rusak dan bergelombang sehingga mengganggu kenyamanan
pejalan kaki yang menggunakan jalur pedestrian.
b. Pembersihan sendimen &
sampah pada saluran drainase dan selokan. Saluran drainase yang ada di jalur
pedestrian Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat sudah banyak selokan yang
tersumbat.
c. Perbaikan lampu jalan.
Sebagian lampu penerang jalanan di pedestrian Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat
ada yang sering mati. Hal ini memerlukan penanganan yang cepat sebab akan
membahayakan pejalan kaki di malam hari, baik dari segi bahaya kecelakaan
maupun kriminalitas.
d. Perbaikan dan pengecatan ulang
tempat sampah. Beberapa tempat sampah di jalur pedestrian Jalan Keramat Raya
Jakarta Pusat sudah rusak, tidak lengkap atau catnya sudah terkelupas. Hal ini
menyebabkan berkurangnya fungsi dan keindahan lingkungan karena pemandangan
rusaknya tempatnya sampah yang tidak enak dipandang mata.
e. Pengecatan ulang zebra cross.
Cat putih zebra cross sudah mulai luntur di beberapa bagian sehingga kurang
jelas. Hal ini perlu segera ditindak lanjuti demi keamanan pejalan kaki.
f. Perbaikan lantai jembatan
penyeberangan. Lantai jembatan penyeberangan mulai licin dan berlobang di
beberapa tempat, sehingga memerlukan perbaikan demi keamanan penyeberang jalan.
1) Hasil Identifikasi
Permasalahan Jalur Pedestrian
a) Sirkulasi
Sirkulasi pada pedestrian merujuk pada pergerakan atau
alur perjalanan pejalan kaki di suatu area, seperti trotoar, jalur pejalan
kaki, atau kawasan publik lainnya. Sirkulasi ini mencakup bagaimana pejalan
kaki berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan mempertimbangkan
kenyamanan, keamanan, serta efisiensi dalam perjalanan mereka. Berdasarkan
hasil pengumpulan data yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 3. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Sirkulasi Berdasarkan Perjalanan
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 4. Segmen 1 Presentase Tingkat
Kenyamanan Berdasarkan Sirkulasi
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 5. Segmen 2 Hasil Kuesioner
Sirkulasi Berdasarkan Perjalanan
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 6. Segmen 2 Presentase Tingkat
Kenyamanan Berdasarkan Sirkulasi.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa pejalan kaki
mudah dalam melakukan perjalanan di area Segmen 1 & 2. Hasil dari data di
atas didapatkan hasil bahwa pejalan kaki nyaman untuk bergerak baik di segmen 1
ataupun segmen 2. Meskipun cukup nyaman kedua arah tersebut memiliki presentase
yang berbeda.
b)
Aksesibilitas
Aksesibilitas pedestrian
merujuk pada sejauh mana pejalan kaki dapat dengan mudah, aman, dan nyaman
mengakses berbagai tempat atau fasilitas di suatu area. Ini mencakup
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak di
lingkungan tersebut, baik itu pejalan kaki dengan kondisi fisik normal maupun
mereka yang memiliki keterbatasan, seperti lansia atau penyandang disabilitas.
Aksesibilitas pedestrian yang baik sangat penting dalam menciptakan lingkungan
yang inklusif, memperlancar mobilitas, dan meningkatkan kualitas hidup
penghuninya.
Berdasarkan hasil pengumpulan
data yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 7. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Aksesbilitas Berdasarkan Permukaan dan Teksture
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 10. Segmen 1 Presentase
Aksesbilitas Berdasarkan Permukaan dan Teksture
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 9. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Aksesbilitas Berdasarkan Permukaan dan Teksture.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 10. Segmen 2 Presentase
Aksesbilitas Berdasarkan Permukaan dan Teksture.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Grafik di atas menunjukan persepsi pejalan kaki terhadap
hambatan di jalur pedestrian. Hasil yang didapatkan yaitu pejalan kaki merasa
tidak terhambat dengan letak dari street furniture. Adapun hambatan tenda PKL
dirasa oleh pejalan kaki menghambat pergerakan mereka, pejalan kaki merasa
nyaman dan tidak tergangu dengan keberadaan street furniture yang ada .
Sedangkan keberadaan tenda PKL pada jalur pedestrian membuat ketidak nyamanan
pejalan kaki.
Gambar 11. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Aksesbilitas Berdasarkan Hambatan Tenda PKL.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 12. Segmen 1 Presentase
Aksesbilitas Berdasarkan Hambatan Tenda PKL.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 13. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Aksesbilitas Berdasarkan Hambatan Tenda PKL.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 14. Segmen 2 Presentase
Aksesbilitas Berdasarkan Hambatan Tenda PKL.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
c) Keamanan
Keamanan pada sekitar pedestrian merujuk pada upaya dan
kondisi yang mendukung keselamatan pejalan kaki saat mereka bergerak di ruang
publik. Keamanan ini mencakup perlindungan dari potensi bahaya yang dapat
terjadi akibat lalu lintas kendaraan, lingkungan yang tidak aman, atau kondisi
fisik yang dapat menghalangi mobilitas pejalan kaki.
Gambar 15. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Keamanan di Jalur Pedestrian.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 16. Segmen 1 Presentase Keamanan
di Jalur Pedestrian.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 17. Segmen 2 Hasil Kuesioner
Keamanan di Jalur Pedestrian.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 18. Segmen 2 Presentase Keamanan di Jalur Pedestrian.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
d) Kebersihan
Kebersihan pada jalur pedestrian merujuk pada kondisi
jalur pejalan kaki yang bebas dari sampah, kotoran, atau hambatan lain yang
dapat mengganggu kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki. Kebersihan jalur
pedestrian sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan
aman bagi para penggunanya. Berikut penjelasan terkait kebersihan di jalur
pedestrian Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat.
Gambar 19. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Berdasarkan Keberadaan Sampah
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 20. Segmen 1 Presentase
Kebersihan Berdasarkan Keberadaan Sampah.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 21. Segmen 2 Hasil Kuesioner
Berdasarkan Keberadaan Sampah
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 22. Segmen 2 Presentase Kebersihan
Berdasarkan Keberadaan Sampah.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Grafik diatas menunjukan pengguna terhadap kebersihan
pada jalur pedestrian, persepsi tersebut terbagi 3 waktu, Dimana aktivitas di
jalur pedestrian pada pagi – siang, siang – sore hari & sore - malam hari
berbeda. Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa pejalan kaki merasa jalur pedestrian
lebih bersih saat pagi hari dari pada sore – malam hari. Kita ketahui bahwa
saat sore – malam hari adanya kegiatan jual beli dari PKL, yang bisa menjadi
penyebab kurang bersihnya jalur pedestrian. Hasilnya pejalan kaki merasa nyaman
karena jalur pedestrian yang bersih saat pagi hari. Sedangkan saat sore – malam
hari pejalan kaki merasa ada yang tidak puas karena adanya PKL di area
pedestrian tersebut.
e) Aroma / Bau-bauan
Aroma pada jalur pedestrian sangat memengaruhi kenyamanan
dan kualitas pengalaman pejalan kaki. Oleh karena itu, pengelolaan kebersihan,
pengendalian polusi udara, serta pemeliharaan ruang terbuka hijau yang baik
akan menciptakan suasana yang lebih sehat, menyenangkan, dan aman bagi semua
pengguna jalur pejalan kaki.. Berikut persepsi pejalan kaki terhadap aroma/bau
yang tercium saat berjalan di jalur pedestrian.
Gambar 23. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Berdasarkan Aroma/Bau-bauan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 24. Segmen 1 Presentase
Kebersihan Berdasarkan Aroma/Bau-bauan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 25. Segmen 2 Hasil Kuesioner
Berdasarkan Aroma/Bau-bauan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 26. Segmen 2 Presentase Kebersihan
Berdasarkan Aroma/Bau-bauan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Grafik diatas menunjukan persepsi pejalan kaki terhadap
aroma/bau-bauan yang tercium saat berjalan di jalur pedestrian. Berdasarkan
grafik diatas diketahui bahwa pejalan kaki merasa lebih setuju bahwa saat
pagi-siang hari aroma/bau-bauan yang tidak begitu tercium dari pada sore-malam
hari. Meskipun begitu, nilai presentase kenyamanan pada saat malam hari lebih
rendah dari pada data pagi hari. Secara ringkas klasifikasi tingat kenyamanan
tersaji pada grafik diatas.
f) Bentuk Landscape / Keindahan
Bentuk landscape atau keindahan pada jalur pedestrian
sangat penting karena memengaruhi bagaimana pejalan kaki merasa saat berada di
area tersebut. Desain yang estetis tidak hanya meningkatkan kualitas ruang
publik, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih menyenangkan, membuat orang
lebih nyaman dan tertarik untuk berjalan kaki, serta meningkatkan kualitas
hidup masyarakat yang menggunakan ruang tersebut. Berdasarkan hal tersebut
didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 27. Segmen 1 Hasil Kuesioner
Berdasarkan Bentuk Landsacpe / Keindahan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 28. Segmen 1 Presentase
Kebersihan Berdasarkan Bentuk Landsacpe / Keindahan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 29. Segmen 2 Hasil Kuesioner
Berdasarkan Bentuk Landsacpe / Keindahan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Gambar 30. Segmen 2 Presentase
Kebersihan Berdasarkan Bentuk Landsacpe / Keindahan.
Sumber : Hasil Penelitian,
Tahun 2024
Tabel 1. Tingkat Kenyamanan Pejalan
Kaki di Jalur Pedestrian Jalan Keramat
Raya Jakarta Pusat
|
No |
Aspek |
Presentase Segmen 1 |
Nilai |
|||||
|
Sangat
Tidak Puas |
Tidak
Puas |
Kurang
Puas |
Puas |
Sangat
Puas |
Skor
1-5 |
Kategori |
||
|
1 |
Sirkulasi |
0% |
8% |
22% |
48% |
22% |
70% |
Puas |
|
2 |
Aksesbilitas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Street Furniture |
0% |
0% |
20% |
62% |
18% |
80% |
Puas |
|
|
- Hambatan PKL |
28% |
26% |
36% |
10% |
0% |
30% |
Tidak
Puas |
|
3 |
Keamanan |
8% |
12% |
26% |
40% |
14% |
54% |
Kurang
Puas |
|
4 |
Kebersihan |
0% |
0% |
18% |
50% |
32% |
82% |
Sangat
Puas |
|
5 |
Aroma / Bau-bauan |
0% |
6% |
10% |
48% |
36% |
84% |
Sangat
Puas |
|
6 |
Landsacape / Keindahan |
0% |
0% |
10% |
58% |
32% |
90% |
Sangat
Puas |
|
Tingkat
Kenyamanan Rata-Rata Segmen
1 |
70% |
Puas |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No |
Aspek |
Presentase Segmen 2 |
Nilai |
|||||
|
Sangat
Tidak Puas |
Tidak
Puas |
Kurang
Puas |
Puas |
Sangat
Puas |
Skor
1-5 |
Kategori |
||
|
1 |
Sirkulasi |
0% |
4% |
22% |
50% |
24% |
74% |
Puas |
|
2 |
Aksesbilitas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Street Furniture |
0% |
0% |
14% |
60% |
26% |
86% |
Sangat
Puas |
|
|
- Hambatan PKL |
40% |
32% |
22% |
6% |
0% |
31% |
Tidak
Puas |
|
3 |
Keamanan |
6% |
18% |
28% |
34% |
14% |
48% |
Kurang
Puas |
|
4 |
Kebersihan |
0% |
10% |
18% |
46% |
26% |
72% |
Puas |
|
5 |
Aroma / Bau-bauan |
0% |
10% |
20% |
42% |
28% |
70% |
Puas |
|
6 |
Landsacape / Keindahan |
0% |
0% |
14% |
68% |
18% |
86% |
Sangat
Puas |
|
Tingkat
Kenyamanan Rata-Rata Segmen
2 |
67% |
Puas |
||||||
(Sumber : Analisis Peneliti,
Tahun 2024)
Tabel 2. Tanggapan Dari Pedagang Kaki
Lima (PKL) di Jalur Pedestrian Jalan
Keramat Raya Jakarta Pusat
|
HASIL WAWANCARA DENGAN PEDAGANG
KAKI LIMA (PKL) |
|||
|
|
|||
|
NO |
PERTANYAAN |
RATA-RATA JAWABAN |
JUMLAH YANG DI WAWANCARA |
|
1 |
Sudah
berapa lama menggunakan area pedestrian ini untuk berjualan? |
1 Sampai 2 Tahun |
20 Pedagang dari segmen 1 &
2 |
|
2 |
Apakah
sudah ada ijin untuk berjualan disini ? |
Tidak memiliki ijin |
|
|
3 |
Kenapa
memilih berjualan di area pedestrian di jalan keramat raya ? |
Strategis untuk berjualan |
|
|
4 |
Berapa
penghasilan yang di dapatkan dalam 1 hari ? |
Rp. 300.000 - Rp. 500.000 /
Hari |
|
|
5 |
Apakah
ada biaya retribusi untuk pemerintah daerah ? |
Tidak bayar retribusi daerah |
|
(Sumber : Analisis Peneliti,
Tahun 2024)
Pemerintah seharusnya menerapkan retribusi pada pedagang
kaki lima (PKL) di area pedestrian dan menyediakan tempat khusus untuk mereka
adalah langkah yang strategis untuk menata kota secara lebih tertib dan nyaman
bagi semua pihak. Agar kebijakan ini berjalan efektif, berikut beberapa aspek
yang perlu diperhatikan:
1) Penyediaan Tempat Khusus yang
Memadai
a. Lokasi harus strategis dan
mudah diakses oleh pembeli agar PKL tetap mendapatkan pelanggan.
b. Fasilitas yang disediakan
harus mendukung kenyamanan, seperti tempat sampah, sanitasi, dan pencahayaan
yang baik.
c. Desain area PKL sebaiknya
tertata rapi agar tidak mengganggu lalu lintas pejalan kaki.
2) Sistem Retribusi yang Adil dan
Transparan
a. Besaran retribusi harus
disesuaikan dengan jenis usaha dan daya beli PKL agar tidak memberatkan.
b. Pemerintah perlu menjelaskan
penggunaan dana retribusi, misalnya untuk
pemeliharaan fasilitas, kebersihan, dan keamanan.
c. Pembayaran retribusi bisa dilakukan
secara digital untuk mengurangi potensi pungutan liar.
3) Regulasi dan Pengawasan yang
Konsisten
a. Pemerintah harus menerapkan
aturan yang jelas mengenai batasan lokasi berdagang, waktu operasional, dan
kewajiban membayar retribusi.
b. Dibentuk tim pengawas yang
bertugas memberikan sosialisasi, teguran, dan tindakan jika ada pelanggaran.
c. Pendekatan humanis lebih
diutamakan dalam penertiban, seperti memberikan peringatan sebelum sanksi
diterapkan.
4) Pelibatan PKL dalam
Perencanaan dan Pengelolaan
a. Pemerintah dapat menggandeng
komunitas atau paguyuban PKL agar mereka merasa dilibatkan dalam kebijakan.
b. Mendorong PKL untuk ikut
menjaga kebersihan dan ketertiban area dagang mereka.
5) Alternatif Relokasi bagi PKL
yang Tidak Kebagian Tempat
a. Jika area khusus terbatas, sediakan
lokasi alternatif yang tetap menguntungkan bagi PKL.
b. Bisa juga diterapkan sistem
rotasi atau zonasi agar semua PKL mendapatkan kesempatan berdagang.
KESIMPULAN
Berdasarkan
tujuan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik kinerja jalur
pedestrian di kawasan perkotaan melalui aspek sirkulasi, aksesibilitas,
keamanan, kebersihan, dan kenyamanan, dapat disimpulkan beberapa hal penting.
Pertama, kondisi pedestrian di Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat mengalami hambatan,
seperti jalur yang diambil oleh pedagang kaki lima (PKL) dan parkir liar oleh
masyarakat serta ojek online, yang mengabaikan kebutuhan pejalan kaki. Selain
itu, fasilitas yang ada belum memenuhi standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 03 Tahun 2014, seperti lampu penerangan, tempat duduk, dan tempat sampah
yang tersedia namun tidak sesuai. Kedua, hasil kuesioner yang disebarkan kepada
100 responden di segmen 1 dan segmen 2 menunjukkan persepsi positif, dengan 70%
di segmen 1 dan 67% di segmen 2. Ketiga, analisis jalur pedestrian menunjukkan
perlunya penambahan fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan pejalan kaki.
Evaluasi ini diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan, keselamatan, dan
efisiensi jalur pedestrian, sehingga mendorong masyarakat untuk lebih banyak
berjalan kaki sebagai alternatif transportasi yang ramah lingkungan.
Al Shammas, T., Gullón, P., Klein, O., & Escobar, F.
(2023). Development of a GIS-based walking route planner with integrated
comfort walkability parameters. Computers, Environment and Urban Systems,
103, 101981. https://doi.org/10.1016/j.compenvurbsys.2023.101981
Cattaneo, A., Adukia, A., Brown, D. L., Christiaensen, L.,
Evans, D. K., Haakenstad, A., McMenomy, T., Partridge, M., Vaz, S., &
Weiss, D. J. (2022). Economic and social development along the urban–rural
continuum: New opportunities to inform policy. World Development, 157,
105941. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2022.105941
Gill, G., Bigazzi, A., & Winters, M. (2022).
Investigating relationships among perceptions of yielding, safety, and comfort
for pedestrians in unsignalized crosswalks. Transportation Research Part F:
Traffic Psychology and Behaviour, 85, 179–194.
https://doi.org/10.1016/j.trf.2022.01.007
Jabbari, M., Fonseca, F., Smith, G., Conticelli, E.,
Tondelli, S., Ribeiro, P., Ahmadi, Z., Papageorgiou, G., & Ramos, R.
(2023). The pedestrian network concept: A systematic literature review. Journal
of Urban Mobility, 3, 100051.
https://doi.org/10.1016/j.urbmob.2023.100051
Jensen, O. B., Martin, M., & Löchtefeld, M. (2021).
Pedestrians as floating life-On the reinvention of the pedestrian city. Emotion,
Space and Society, 41, 100846.
https://doi.org/10.1016/j.emospa.2021.100846
Ma, F., Jin, Y., Baek, S., & Yoon, H. (2023). Influence
of path design cooling strategies on thermal conditions and pedestrian
walkability in high-rise residential complexes. Urban Forestry & Urban
Greening, 86, 127981. https://doi.org/10.1016/j.ufug.2023.127981
Methorst, R. (2021). Exploring the Pedestrians Realm; An
overview of insights needed for developing a generative system approach to
walkability. Delft University of Technology. Https://Doi. Org/10, 4233.
https://doi.org/10.4233/uuid:18d0a6d1-dbf6-4baa-8197-855ea42a85fe
Mezoued, A. M., Letesson, Q., & Kaufmann, V. (2022).
Making the slow metropolis by designing walkability: A methodology for the
evaluation of public space design and prioritizing pedestrian mobility. Urban
Research & Practice, 15(4), 584–603.
https://doi.org/10.1080/17535069.2021.1875038
Mouratidis, K. (2021a). How Covid-19 reshaped quality of life
in cities: A synthesis and implications for urban planning. Land Use Policy,
111, 105772. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2021.105772
Mouratidis, K. (2021b). Urban planning and quality of life: A
review of pathways linking the built environment to subjective well-being. Cities,
115, 103229. https://doi.org/10.1016/j.cities.2021.103229
Niu, H., & Silva, E. A. (2021). Delineating urban
functional use from points of interest data with neural network embedding: A
case study in Greater London. Computers, Environment and Urban Systems, 88,
101651. https://doi.org/10.1016/j.compenvurbsys.2021.101651
Pradana, V. A., Suwandono, D., & Nurini, N. (2023).
Strategi Penyediaan Fasilitas Ruang Publik Inklusif di Kota Lama Semarang
Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Lansia. Jurnal Riptek, 17(2),
121–130. https://doi.org/10.35475/riptek.v17i2.202
Prawira, J., Prabowo, A. H., & Tundono, S. (2024). Konektivitas Jalur Pedestrian Antara Fasilitas Moda Transportasi Umum
Dengan Ruang Publik Di Kawasan Transit Oriented Development Dukuh Atas. Metrik Serial Teknologi Dan Sains,
5(2), 66–74.
Santos, T., Ramalhete, F., Julião, R. P., & Soares, N. P.
(2022). Sustainable living neighbourhoods: Measuring public space quality and
walking environment in Lisbon. Geography and Sustainability, 3(4),
289–298. https://doi.org/10.1016/j.geosus.2022.09.002
Sundarakani, B., Ajaykumar, A., & Gunasekaran, A. (2021).
Big data driven supply chain design and applications for blockchain: An action
research using case study approach. Omega, 102, 102452.
https://doi.org/10.1016/j.omega.2021.102452
|
|
© 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |