Moh. Irwan
Dharmansyah1, Lintang Azahra Anggun
Pratiwi2, Auliya Rizka
Nabilah E.R3
Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak |
Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri pada punggung
bagian bawah yang dapat menjalar sesuai dermatom tubuh, dan jenis pekerjaan
yang mengharuskan individu duduk dalam posisi statis untuk waktu lama
berisiko tinggi menyebabkan gangguan musculoskeletal. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara posisi duduk dan durasi duduk
dengan derajat fungsional LBP. LBP menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
signifikan, terutama di kalangan pegawai yang banyak menghabiskan waktu di
depan komputer, sehingga memahami faktor-faktor yang mempengaruhi LBP penting
untuk pencegahan dan penanganannya. Penelitian ini menggunakan desain
cross-sectional pada pegawai Kantor Kesekretariatan Kota Cirebon, dengan
sampel 38 responden yang ditentukan melalui teknik consecutive sampling. Data
primer dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji korelasi
Spearman dengan batas signifikansi 0,05. Hasilnya, 65,8% responden adalah
laki-laki, 34,2% perempuan, dengan posisi duduk terbanyak sedikit membungkuk
(65,8%) dan 63,2% memiliki durasi duduk lama. Derajat fungsional LBP
menunjukkan median 92,5% dan deviasi standar 8,92%. Terdapat hubungan
signifikan antara posisi duduk dan derajat fungsional LBP (p-value 0,001; p
< 0,05), tetapi tidak ada hubungan signifikan antara durasi duduk dan
derajat fungsional LBP (p-value 0,345; p > 0,05). Kesimpulan menunjukkan
bahwa posisi duduk berpengaruh terhadap derajat fungsional LBP, sehingga
rehabilitasi medis dan intervensi ergonomis diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas kerja dan mengurangi risiko LBP. Implikasi penelitian ini
menekankan perlunya perbaikan posisi duduk dan pemahaman risiko durasi duduk
yang lama, untuk mengimplementasikan program pencegahan yang lebih baik di
lingkungan kerja. Kata kunci: posisi
duduk, durasi duduk, low back pain (LBP), Back Pain Functional Scale (BPFS) |
|
Abstract |
Low Back Pain
(LBP) adalah rasa nyeri
pada punggung bagian bawah yang dapat menjalar sesuai dermatom tubuh, dan jenis pekerjaan yang mengharuskan individu duduk dalam posisi statis untuk waktu lama berisiko tinggi menyebabkan gangguan
musculoskeletal. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara posisi duduk dan durasi duduk dengan derajat fungsional LBP. LBP menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama di kalangan pegawai yang banyak menghabiskan waktu di depan komputer, sehingga memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
LBP penting untuk pencegahan dan penanganannya.
Penelitian ini menggunakan
desain cross-sectional pada pegawai
Kantor Kesekretariatan Kota Cirebon, dengan sampel 38 responden yang ditentukan melalui teknik consecutive
sampling. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan batas signifikansi 0,05. Hasilnya, 65,8% responden adalah laki-laki, 34,2% perempuan, dengan posisi duduk terbanyak sedikit membungkuk (65,8%) dan
63,2% memiliki durasi
duduk lama. Derajat fungsional
LBP menunjukkan median 92,5% dan deviasi standar 8,92%. Terdapat hubungan signifikan antara posisi duduk dan derajat fungsional LBP (p-value 0,001; p < 0,05), tetapi tidak ada hubungan signifikan antara durasi duduk dan derajat fungsional LBP (p-value 0,345; p > 0,05). Kesimpulan menunjukkan bahwa posisi duduk berpengaruh terhadap derajat fungsional LBP, sehingga rehabilitasi medis dan intervensi ergonomis diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi risiko LBP. Implikasi penelitian ini menekankan perlunya perbaikan posisi duduk dan pemahaman risiko durasi duduk yang lama, untuk mengimplementasikan program pencegahan
yang lebih baik di lingkungan kerja. Keywords: sitting position,sitting time, low back pain (LBP), Back
Pain Functional Scale (BPFS) |
*Correspondence
Author: Moh. Irwan Dharmansyah
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
LBP
merupakan� rasa nyeri yang dirasakan pada
punggung bagian bawah yang berasal dari tulang belakang daerah punggung bawah,
otot, saraf, atau bagian tubuh lainnya yang terletak di sekitar area tersebut (Chen et al., 2022;
Fourr� et al., 2023). LBP paling sering terjadi
pada rentang usia 40 hingga 69 tahun (Knezevic et al.,
2021; Wong et al., 2022). Berdasarkan data WHO, pada
tahun 2019 menyatakan bahwa 33% dari orang-orang di negara berkembang mengalami
nyeri persisten. Di dunia jumlah orang yang mengalami LBP sangat bervariasi
setiap tahunnya, dengan jumlah 15-45%. Sekitar 17,3 juta orang di Inggris
pernah mengalami LBP.2 Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia didiagnoskan
oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan 24,7% berdasarkan gejala dan diagnosis.
Jumlah penderita LBP di Indonesia tidak diketahui pasti, tetapi diperkirakan
antara 7,6-37%.1 ,3
Munculnya
LBP seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan kerja (Igwesi-Chidobe et
al., 2024; Knoop et al., 2021). Jenis pekerjaan yang
dilakukan seseorang dapat berkontribusi secara signifikan terhadap masalah
kesehatan ini, terutama pekerjaan yang memerlukan posisi duduk statis dalam
waktu yang lama. Pekerja kantoran, yang menghabiskan sebagian besar waktu
mereka dalam posisi duduk, menghadapi risiko tinggi untuk mengalami gangguan
muskuloskeletal. Posisi duduk yang tidak ergonomis, dikombinasikan dengan
durasi duduk yang lama, dapat menyebabkan penggunaan otot punggung yang
berlebihan dan memicu nyeri punggung. Hal ini bukan hanya mengganggu kenyamanan
fisik, tetapi juga dapat mengurangi produktivitas dan kualitas hidup pekerja.
Mengingat
dampak serius LBP terhadap kesehatan individu dan produktivitas kerja,
penelitian mengenai hubungan antara posisi duduk dan durasi duduk pada pekerja
kantoran menjadi sangat mendesak. Sebuah pemahaman yang mendalam mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi LBP akan sangat berguna dalam merumuskan
langkah-langkah preventif yang efektif. Tanpa penelitian yang memadai, strategi
pencegahan dan intervensi mungkin tidak tepat sasaran, sehingga masalah LBP
akan terus berlanjut dan mempengaruhi banyak orang.
Beberapa
penelitian sebelumnya telah mencoba mengkaji hubungan antara durasi duduk dan
LBP. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Zatadin menunjukkan bahwa
pekerja yang duduk selama 4 jam atau lebih memiliki kemungkinan 75% mengalami
nyeri punggung bawah, sementara pada pekerja yang duduk kurang dari 4 jam,
hanya sekitar 31,25% yang melaporkan keluhan serupa (Mulfianda et al.,
2021; Tanjung et al., 2023). Temuan ini menekankan
pentingnya memahami durasi duduk sebagai faktor risiko LBP (DUDUK, n.d.;
Harahap, 2024). Namun, penelitian tentang bagaimana
posisi duduk yang berbeda dapat mempengaruhi derajat fungsional LBP masih
sangat terbatas (Fathony, 2023;
Karlina, 2024; Kusumaningrum et al., 2021).
Penelitian
ini berusaha untuk mengisi celah yang ada dalam literatur dengan meneliti
secara lebih mendalam hubungan antara posisi duduk, durasi duduk, dan derajat
fungsional LBP di kalangan pekerja kantoran. Dengan pendekatan yang lebih
komprehensif, penelitian ini tidak hanya berfokus pada frekuensi keluhan,
tetapi juga pada dampaknya terhadap fungsi sehari-hari dan produktivitas. Hal
ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru yang dapat diterapkan dalam
praktik.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara posisi duduk dan
durasi duduk dengan derajat fungsional LBP pada pekerja kantoran. Penelitian
ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi pola-pola yang dapat digunakan untuk
merancang intervensi dan program pencegahan yang lebih baik. Dengan demikian, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi yang
efektif untuk mengurangi risiko LBP di lingkungan kerja.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berharga bagi pengusaha,
profesional kesehatan, dan pembuat kebijakan mengenai cara mencegah dan
mengelola LBP di tempat kerja. Dengan memahami faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap LBP, langkah-langkah preventif dapat dirancang untuk meningkatkan
kesehatan dan produktivitas pekerja. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat membantu dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih ergonomis,
sehingga dapat mengurangi beban fisik yang dialami oleh pekerja dan
meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya
memiliki implikasi akademis, tetapi juga praktis dalam konteks kesehatan
masyarakat dan manajemen sumber daya manusia.
METODE PENELITIAN
����������� Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik dengan rancangan cross-sectional (Cvetkovic-Vega et
al., 2021). Pendekatan ini dipilih untuk
mengamati dan menganalisis hubungan antara posisi duduk, durasi duduk, dan
derajat fungsional Low Back Pain (LBP) pada pegawai di lingkungan kantor.
����������� Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di
kantor kesekretariatan Kota Cirebon yang mengalami nyeri punggung bawah, dengan
total sebanyak 38 orang. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pegawai yang memiliki riwayat LBP dalam kurun waktu 3 bulan terakhir,
pegawai dengan rentang usia 30 hingga 58 tahun, serta pegawai yang melakukan
aktivitas kerja dalam posisi duduk selama minimal 1 jam per hari. Sebaliknya,
pegawai yang memiliki riwayat masalah kongenital seperti lordosis, skoliosis,
dan kifosis dikeluarkan dari penelitian ini. Besar sampel dihitung menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10%, yang menghasilkan jumlah
minimal responden sebanyak 38 orang.
����������� Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner yang
dirancang untuk mengetahui gambaran posisi duduk dan durasi duduk pegawai.
Derajat fungsional LBP diukur menggunakan Back Pain Functional Scale (BPFS).
Dalam kuesioner, posisi duduk dikategorikan menjadi tiga jenis: menyandar,
sedikit membungkuk, dan tegak. Durasi duduk juga dikategorikan menjadi tiga
kategori: durasi singkat (<2 jam/hari), durasi sedang (2-4 jam/hari), dan
durasi lama (>4 jam/hari). Pengukuran BPFS dilakukan dengan menggunakan
persentase untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang derajat fungsional
LBP.
����������� Data deskriptif hasil pengumpulan akan ditampilkan dalam
bentuk tabel, serta dicantumkan dalam frekuensi dan persentase untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji korelasi
Spearman untuk mengidentifikasi hubungan antara posisi duduk dan derajat
fungsional LBP, serta antara durasi duduk dan derajat fungsional LBP. Hasil
analisis akan dianggap signifikan jika nilai p < 0,05. Penelitian ini juga
telah mendapatkan persetujuan etik dengan nomor No.101/EC/FKUGJ/VII/2024 dari
Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon,
Indonesia, yang memastikan bahwa penelitian ini memenuhi standar etika yang
diperlukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diikuti oleh 38
pegawai sebagai responden, terdiri dari 65,8% laki-laki dan 34,2% perempuan
seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik
Responden
Variabel |
Frekuensi (n) |
Presentase % |
Usia |
|
|
masa dewasa awal (26-35 tahun) |
19 |
50.0 |
masa dewasa akhir (36-45 tahun) |
12 |
31.6 |
masa lansia awal (46-55 tahun) |
7 |
18.4 |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
25 |
65.8 |
Perempuan |
13 |
34.2 |
Posisi Duduk |
|
|
Menyandar |
5 |
13.2 |
Sedikit membungkuk |
25 |
65.8 |
Tegak |
8 |
21.1 |
Durasi Duduk |
|
|
durasi
singkat�������������� |
0 |
0.0 |
durasi sedang |
14 |
36.8 |
durasi lama |
24 |
63.2 |
Total |
38 |
100.0 |
Pada tabel 1 terlihat bahwa
Usia responden paling banyak pada masa dewasa awal yang memiliki persentase
sebesar 50.0% dan distribusi frekuensi jenis kelamin paling banyak pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan persentase sebesar 65.8%. Posisi
duduk paling banyak dengan kategori sedikit membungkuk sebesar 65.8% sedangkan
durasi duduk paling banyak dengan kategori durasi lama yaitu sebesar 24
(63.2%).
Tabel 2. Derajat Fungsional
Low Back Pain
Variabel |
Median � Std Deviation |
Back Pain Functional Scale (BPFS) |
92.5%� �� 8.92% |
Berdasarkan tabel diatas
menunjukan gambaran derajat fungsional low back pain pada pegawai di
Sekretariat Kota Cirebon diperoleh nilai median sebesar 92.5% dari total skor
100% pada Back Pain Functional Scale dengan standard devisiasi sebesar 8.92%.
Tabel 3. Hubungan Posisi Duduk
dan Derajat Fungsional Low Back Pain
|
Back Pain Functional Scale |
|
Posisi Duduk |
r |
0.530 |
|
P
value |
0.001 |
|
n |
39 |
Dari hasil diatas, diperoleh
nilai P value 0.001 yang menunjukkan bahwa korelasi antara posisi duduk dengan
derajat fungsional LBP kurang dari nilai signifikasi 0.05, maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara posisi duduk dengan derajat fungsional
LBP. Nilai korelasi Spearman sebesar 0.530 menunjukkan bahwa arah korelasi
positif dengan kekuatan korelasi yang kuat (0,40 � 0,599).
Tabel 4. Hubungan Durasi Duduk
dan Derajat Fungsional Low Back Pain
|
Low Back Pain |
|
Durasi
Duduk |
r |
0.158 |
|
P value |
0.345 |
|
n |
38 |
Dari hasil di atas diperoleh
nilai P value 0.345 (P > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara durasi duduk dengan derajat fungsional low back pain.
Hubungan Posisi Duduk dengan
Derajat Fungsional Low Back Pain
Hasil penelitian menunjukkan (P<0,05)
yang berarti ada hubungan antara posisi duduk dengan derajat fungsional low
back pain pada pegawai di Sekretariat Daerah Kota Cirebon Cirebon. Berdasarkan
dari karakteristik responden didapatkan kategori posisi duduk pada pegawai
paling banyak yaitu dengan posisi sedikit membungkuk (65.8%). Hal ini berkaitan
dengan hasil pada penelitian� yaitu
posisi duduk yang tidak ergonomi dapatkan meningkatkan risiko timbulnya low
back pain karena otot mengalami ketegangan yang terus menerus� sebagai akibat dari pembentukan laktat yang
berlebih dari otot membutuhkan oksigen yang cukup banyak sehingga responden
tidak mengalami kelelahan. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
terdapat hubungan antara lama dan posisi duduk dengan kejadian low back pain
dimana mayoritas responden memiliki kebiasaan posisi duduk yang membungkuk.2,3
Dikutip dari jurnal Sassack (2021) posisi duduk yang baik untuk meminimalisir
terjadinya Low back pain ialah duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di
belakang dengan bokong menyentuh kursi, terutama pada pinggang harus dapat
ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah, ketika
duduk lutut ditekukkan pada sudut yang benar dengan lebih rendah dari pinggul,
tungkai sebaiknya tidak menyilang, kaki tetap terjaga rata dengan lantai (Sassack &
Carrier, 2023). Hindari duduk dengan posisi
yang sama lebih dari 30 menit, dan sesekali melakukan peregangan.9
Hubungan Durasi Duduk dengan
Derajat Fungsional Low Back Pain
Hasil penelitian menunjukkan
(P>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara durasi duduk dengan derajat
fungsional low back pain pada pegawai di Sekretariat Daerah Kota Cirebon.
Berdasarkan dari karakteristik responden didapatkan kategori posisi duduk pada
pegawai paling banyak yaitu dengan posisi duduk tegak (65.8%). Hal ini
berkaitan dengan hasil pada penelitian�
yaitu durasi duduk merupakan lama seseorang duduk dalam sehari, biasanya
durasi duduk yang termasuk durasi duduk lama lebih dari 4 jam dalam sehari
dengan syarat selama 4 jam posisi statis.5,6 Tidak adanya hubungan antara
durasi duduk dengan derajat fungsional low back pain disebabkan lama durasi
duduk merupakan akumulasi dalam sehari. Contohnya selama empat jam pegawai yang
selalu duduk akan tetapi mereka masih melakukan kegiatan lainnya, seperti
bergantian posisi dari duduk ke berdiri, berjalan, peregangan dan aktivitas
lainnya selain duduk diam di kursinya. Hal tersebut dapat mengurangi waktu
sedentari dan juga mengurangi nyeri pada punggung bawah.7,8
Sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya ttidak terdapat hubungan bermakna antara durasi duduk
terhadap kejadian low back pain.14 Penelitian lain, tidak didapatkan hubungan
yang bermakna antara lama duduk dan stress kerja dengan low back pain pada
karyawan bank.13 Adapun perbedaan hasil dari penelitian lain sebelumnya
terdapat hubungan antara lama duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada
penjahit dikota malang.8 Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang menjelaskan
bahwa low back pain bersifat multifaktor dan tidak dapat berperan tunggal saja
sehingga sekalipun pada responden bekerja dengan durasi duduk yang lama namun
jika tidak bersamaan dengan posisi duduk statis maka risiko timbulnya low back
pain dapat berkurang karena otot tidak membutuhkan oksigen yang cukup banyak
sehingga responden tidak mengalami kelelahan otot dan transfer tenaga dari otot
ke jaringan rangka tetap efisien.10, 15
�Derajat fungsional low back pain tidak hanya
dipengaruhi oleh durasi duduk melainkan faktor lain, seperti ergonomi. Ergonomi
merupakan unsur tempat kerja yang berkaitan dengan kenyamanan pekerja saat
bekerja mencakup dari postur duduk, jenis kursi, dan pergerakannya.11,12 Beban
kerja menjadi faktor lainnya selain durasi duduk. Beban kerja merupakan
tanggung jawab pekerjaan yang harus diselesaikan seseorang dalam periode waktu
tertentu. Beban kerja dapat berupa beban fisik, mental, sosial yang diberikan
kepada seseorang. Pembebanan yang tinggi dapat menyebabkan pemakaian tenaga
yang besar sehingga menyebabkan stress pada otot yang berlebihan dan
mengakibatkan terjadinya spasme otot.13,14
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara posisi
duduk dan derajat fungsional Low Back Pain (LBP), sementara tidak ditemukan
hubungan antara durasi duduk dan derajat fungsional LBP. Temuan ini menunjukkan
bahwa pegawai yang mengalami LBP dapat mengalami penurunan produktivitas kerja,
sehingga penting untuk melakukan edukasi mengenai posisi duduk yang ergonomis
dan menerapkan tatalaksana rehabilitasi yang tepat untuk meningkatkan derajat
fungsional LBP. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah perlunya
pengembangan program intervensi yang berfokus pada peningkatan kesadaran akan
pentingnya ergonomi di tempat kerja, yang pada gilirannya dapat membantu
mengurangi angka kejadian LBP dan meningkatkan kualitas hidup serta
produktivitas pegawai.
Chen, S., Chen, M., Wu, X., Lin, S., Tao, C., Cao, H., Shao,
Z., & Xiao, G. (2022). Global, regional and national burden of low back
pain 1990�2019: a systematic analysis of the Global Burden of Disease study
2019. Journal of Orthopaedic Translation, 32, 49�58.
https://doi.org/10.1016/j.jot.2021.07.005
Cvetkovic-Vega, A., Magui�a, J. L., Soto,
A., Lama-Valdivia, J., & Correa L�pez, L. E. (2021). Cross-sectional
studies. Revista de La Facultad de Medicina Humana, 21(1),
179�185. https://doi.org/10.25176/RFMH.v21i1.3069
Duduk, H. D. D. D. A. N. P. (n.d.). Dengan
Resiko Low Back Pain (Miogenic) Pada Supir Travel Madura Jakarta.
Fathony, M. E. (2023). Hubungan posisi
dan lama duduk dengan disabilitas akibat low back pain pada Program Studi
Pendidikan Dokter UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Fourr�, A., Monnier, F., Ris, L., Telliez,
F., Michielsen, J., Roussel, N., & Hage, R. (2023). Low-back related leg
pain: is the nerve guilty? How to differentiate the underlying pain mechanism.
In Journal of Manual & Manipulative Therapy (Vol. 31, Issue 2, pp.
57�63). Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/10669817.2022.2092266
Harahap, R. A. (2024). Hubungan Durasi
kerja Dengan Keluhan Low Back Pain (LBP) Pada Supir Angkutan Umum PT. NIRA
Medan Johor. UIN Sumatera Utara Medan.
Igwesi-Chidobe, C. N., Ifeanyichukwu, C.
N., Okorie, J. P., Faisal, M., & Ozumba, B. C. (2024). Prevalence and
Biopsychosocial Factors Associated With a Current Episode of Low Back Pain
Among Adults With a Previous History of Low Back Pain: A Cross-sectional Study
of Market Traders in an African Population. The Journal of Pain, 104526.
https://doi.org/10.1016/j.jpain.2024.104526
Karlina, D. (2024). Hubungan Durasi dan
Posisi Duduk dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Mahasiswa Angkatan 2022. Jurnal
Praba: Jurnal Rumpun Kesehatan Umum, 2(2), 86�93.
https://doi.org/10.62027/praba.v2i2.141
Knezevic, N. N., Candido, K. D., Vlaeyen,
J. W. S., Van Zundert, J., & Cohen, S. P. (2021). Low back pain. The
Lancet, 398(10294), 78�92.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(21)00733-9
Knoop, J., Rutten, G., Lever, C.,
Leemeijer, J., de Jong, L. J., Verhagen, A. P., van Lankveld, W., & Staal,
J. B. (2021). Lack of consensus across clinical guidelines regarding the role
of psychosocial factors within low back pain care: a systematic review. The
Journal of Pain, 22(12), 1545�1559.
https://doi.org/10.1016/j.jpain.2021.04.013
Kusumaningrum, D., Samara, D., Widyatama,
H. G., Parwanto, M. L. E., Rahmayanti, D., & Widyasyifa, S. A. (2021).
Postur tubuh dan waktu duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP). Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 74�81.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.513
Mulfianda, R., Desreza, N., & Maulidya,
R. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah
(NPB) pada Karyawan di Kantor PLN Wilayah Aceh. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 7(1), 253�262.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v7i1.1415
Sassack, B., & Carrier, J. D. (2023).
Anatomy, back, lumbar spine. In StatPearls [Internet]. StatPearls
Publishing.
Tanjung, J. R., Hanarko, F. A., &
Haryono, I. R. (2023). Hubungan Posisi Dan Durasi Duduk Terhadap Nyeri Punggung
Bawah Pada Pekerja Kantor Di Jakarta. Damianus Journal of Medicine, 22(1),
61�68. https://doi.org/10.25170/djm.v22i1.3948
Wong, C. K. W., Mak, R. Y. W., Kwok, T. S.
Y., Tsang, J. S. H., Leung, M. Y. C., Funabashi, M., Macedo, L. G., Dennett,
L., & Wong, A. Y. L. (2022). Prevalence, incidence, and factors associated
with non-specific chronic low back pain in community-dwelling older adults aged
60 years and older: a systematic review and meta-analysis. The Journal of
Pain, 23(4), 509�534. https://doi.org/10.1016/j.jpain.2021.07.012
|
� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |