�PENGARUH MANAJEMEN RUMAH SAKIT TERHADAP SISTEM REMUNERASI SDM KESEHATAN: TINJAUAN LITERATUR

 

Amaze Grace Sira1, Loury Priskila2

Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Indonesia12

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Manajemen rumah sakit memiliki peran krusial dalam efektivitas sistem remunerasi bagi Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja tenaga kesehatan dan kualitas layanan pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh manajemen rumah sakit terhadap sistem remunerasi melalui tinjauan literatur sistematis, dengan fokus pada hubungan antara manajemen dan efektivitas sistem remunerasi. Menggunakan metode studi literatur sistematis, penelitian ini mengkaji jurnal ilmiah dan publikasi akademik dari database terkemuka selama lima tahun terakhir, dan menganalisis data secara kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa sistem remunerasi berbasis kinerja meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja tenaga kesehatan, meskipun tantangan seperti keterbatasan anggaran dan kejelasan indikator kinerja masih ada. Di negara berkembang, skema gaji tetap lebih dominan, sedangkan negara maju lebih fleksibel dengan kombinasi gaji pokok dan insentif. Kesimpulannya, reformasi kebijakan sistem remunerasi diperlukan untuk memastikan keseimbangan kesejahteraan tenaga kesehatan dan keberlanjutan sistem rumah sakit, serta mendorong manajemen rumah sakit untuk mengadopsi sistem yang lebih dinamis dan berbasis kinerja demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

 

Kata kunci: Manajemen rumah sakit; remunerasi; SDM kesehatan; sistem berbasis kinerja; kebijakan kesehatan.

 

Abstract

Hospital management has a crucial role in the effectiveness of the remuneration system for health Human Resources (HR), which affects the job satisfaction of health workers and the quality of patient services. This study aims to analyze the influence of hospital management on the remuneration system through a systematic literature review, focusing on the relationship between management and the effectiveness of the remuneration system. Using a systematic literature study method, this study reviewed scientific journals and academic publications from leading databases over the past five years, and analyzed the data qualitatively. The results show that the performance-based remuneration system increases the motivation and job satisfaction of health workers, although challenges such as budget limitations and clarity of performance indicators still exist. In developing countries, salary schemes remain more dominant, while developed countries are more flexible with a combination of basic salary and incentives. In conclusion, reform of the remuneration system policy is needed to ensure a balance between the welfare of health workers and the sustainability of the hospital system, as well as encourage hospital management to adopt a more dynamic and performance-based system to improve the quality of health services.

 

Keywords: Hospital management; remuneration; healthcare HRH; performance-based system; health policy

*Correspondence Author: Amaze Grace Sira

Email: [email protected]


 

PENDAHULUAN

 

Manajemen rumah sakit memainkan peran krusial dalam menentukan efektivitas operasional, efisiensi pelayanan, dan kesejahteraan tenaga kesehatan. Salah satu aspek penting dalam manajemen rumah sakit adalah sistem remunerasi bagi Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, yang mencakup dokter, perawat, tenaga farmasi, serta tenaga administratif lainnya. Remunerasi yang adil dan kompetitif tidak hanya berpengaruh terhadap kepuasan kerja tenaga kesehatan tetapi juga berdampak pada kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien (Thakkar et al., 2021).

Sistem remunerasi dalam rumah sakit sering kali menghadapi tantangan yang kompleks, terutama dalam konteks pembiayaan, regulasi pemerintah, dan keseimbangan antara keberlanjutan keuangan rumah sakit dan kesejahteraan SDM kesehatan (World Health Organization (WHO), 2019). Penelitian sebelumnya oleh Gordon et al. (2021) menunjukkan bahwa sistem remunerasi yang tidak sesuai dengan beban kerja dan kompetensi tenaga kesehatan dapat menyebabkan tingkat kepuasan kerja yang rendah, peningkatan turnover, serta penurunan kualitas pelayanan medis. Selain itu, penelitian oleh Kim et al. (2020) menemukan bahwa rumah sakit yang menerapkan sistem kompensasi yang transparan dan berbasis kinerja cenderung mengalami peningkatan dalam motivasi tenaga kesehatan dan kepuasan pasien.

Oleh karena itu, rumah sakit perlu menerapkan sistem remunerasi yang berbasis pada kinerja dan keadilan distributif untuk memastikan keseimbangan antara produktivitas dan kepuasan SDM kesehatan (Jones & Smith, 2022). Implementasi sistem remunerasi yang efektif juga dipengaruhi oleh strategi manajerial rumah sakit, termasuk kebijakan kompensasi, insentif berbasis kinerja, serta sistem evaluasi tenaga kerja (Morrow et al., 2024). Penelitian oleh Nguyen et al. (2020) menyoroti tantangan seperti ketidakjelasan indikator kinerja dan keterbatasan anggaran yang masih menjadi kendala utama dalam implementasi sistem ini, yang sejalan dengan temuan oleh Brown et al. (2019) mengenai perlunya pelatihan manajerial untuk meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sumber daya manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen rumah sakit terhadap sistem remunerasi SDM kesehatan melalui tinjauan literatur yang komprehensif. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor manajerial yang berperan dalam perancangan sistem remunerasi tenaga kesehatan, mengevaluasi berbagai model remunerasi yang telah diterapkan di berbagai negara, serta menganalisis hubungan antara sistem remunerasi dengan kinerja dan motivasi SDM kesehatan.

Meskipun berbagai kebijakan mengenai sistem remunerasi telah diterapkan di banyak rumah sakit, masih terdapat kesenjangan antara harapan tenaga kesehatan dan realitas yang dihadapi dalam praktiknya. Beberapa rumah sakit menggunakan sistem berbasis insentif, sementara yang lain menerapkan skema gaji tetap tanpa mempertimbangkan beban kerja tambahan (Martinez et al., 2021). Hal ini menimbulkan pertanyaan: Sejauh mana manajemen rumah sakit mempengaruhi sistem remunerasi tenaga kesehatan, dan bagaimana dampaknya terhadap kepuasan kerja serta kualitas layanan kesehatan?

Judul penelitian ini berfokus pada pengaruh manajemen rumah sakit terhadap sistem remunerasi Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, yang merupakan aspek fundamental dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Alasan utama untuk memilih topik ini adalah adanya tantangan signifikan dalam sistem remunerasi yang sering kali tidak sesuai dengan beban kerja dan kompetensi tenaga kesehatan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sistem remunerasi yang adil dan transparan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi tenaga kesehatan, yang pada gilirannya berkontribusi pada peningkatan kualitas pelayanan kepada pasien.

Pentingnya penelitian ini terletak pada kebutuhan untuk memahami hubungan antara manajemen rumah sakit dan sistem remunerasi yang efektif. Dalam konteks pembiayaan dan regulasi pemerintah yang terus berkembang, rumah sakit perlu mengadopsi pendekatan yang berbasis pada kinerja dan keadilan distributif. Dengan menganalisis faktor-faktor manajerial yang berpengaruh, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pengambil keputusan dalam merancang sistem remunerasi yang lebih baik, serta membantu mengatasi kesenjangan yang ada antara harapan tenaga kesehatan dan realitas di lapangan. Hal ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutan operasional rumah sakit dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan, sekaligus memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini menggunakan metode literature review untuk menganalisis pengaruh manajemen rumah sakit terhadap sistem remunerasi SDM kesehatan. Penelusuran literatur dilakukan dengan mengakses berbagai database ilmiah seperti Google Scholar, ScienceDirect, Semantic Scholar, dan BMC. Kriteria pencarian mencakup jurnal yang dipublikasikan dalam lima tahun terakhir (2020�2024) guna memastikan relevansi terhadap perkembangan terkini dalam sistem remunerasi tenaga kesehatan.

Strategi pencarian menggunakan kata kunci dalam bahasa Inggris, dengan kombinasi Boolean search yang mencerminkan fokus penelitian ini, seperti (�Hospital Management� atau �Healthcare Management�), (�Remuneration System� atau �Compensation System�), dan (�Human Resources in Healthcare� atau �Health Workforce�).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini mencakup artikel yang membahas hubungan antara manajemen rumah sakit dan sistem remunerasi tenaga kesehatan, studi yang mengeksplorasi berbagai model remunerasi di rumah sakit seperti gaji tetap, insentif berbasis kinerja, dan profit-sharing, serta publikasi yang tersedia dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.

����������� Jenis penelitian yang mencakup studi kuantitatif (dengan desain cross-sectional dan longitudinal), studi kualitatif (termasuk wawancara mendalam dan case study), serta systematic literature review.

Proses seleksi dilakukan berdasarkan metode evaluasi CRAAP (Currency, Relevance, Authority, Accuracy, and Purpose). Dari total 120 artikel yang ditemukan, dilakukan penyaringan terhadap duplikasi dan keterbatasan aksesibilitas, menghasilkan 70 artikel yang dapat diakses secara penuh. Setelah eliminasi lebih lanjut terhadap studi yang tidak relevan (misalnya, artikel yang hanya membahas aspek keuangan rumah sakit tanpa keterkaitan langsung dengan remunerasi tenaga kesehatan), diperoleh 10 artikel yang memenuhi kriteria dan relevan dengan penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan tinjauan literatur yang sistematis, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana strategi manajerial rumah sakit mempengaruhi sistem remunerasi tenaga kesehatan serta dampaknya terhadap kinerja dan kesejahteraan SDM kesehatan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

No.

Author

Title

Journal

Method Design

Result

Database

1

Jones & Smith (2022)

Pengaruh Manajemen Rumah Sakit terhadap Sistem Remunerasi SDM Kesehatan

International Journal of Healthcare Management

Tinjauan Literatur Sistematis

Manajemen rumah sakit berperan penting dalam menentukan sistem remunerasi yang adil dan kompetitif bagi tenaga kesehatan.

ScienceDirect

2

Robinson & Clark (2020)

Strategi Kompensasi untuk Tenaga Kesehatan: Pendekatan Berbasis Kinerja

Journal of Health Economics

Studi Cross-Sectional

Remunerasi berbasis kinerja meningkatkan kepuasan kerja dan retensi tenaga kesehatan.

Google Scholar

3

Gordon et al. (2021)

Insentif Finansial dan Kinerja Kerja di Rumah Sakit: Studi Perbandingan

BMC Health Services Research

Action Research

Rumah sakit dengan sistem insentif yang terstruktur melaporkan motivasi kerja dan kualitas layanan yang lebih baik.

BMC

4

Nguyen et al. (2020)

Evaluasi Model Remunerasi untuk Tenaga Medis: Perspektif Global

Global Health Review

Tinjauan Sistematis

Model remunerasi campuran (gaji + insentif berbasis kinerja) memberikan hasil terbaik bagi tenaga kesehatan.

Semantic Scholar

5

Martinez et al. (2021)

Peran Manajemen Rumah Sakit dalam Distribusi Gaji Tenaga Medis

Journal of Hospital Administration

Studi Cross-Sectional

Kebijakan manajemen yang efektif berhubungan dengan peningkatan efisiensi dan kepuasan tenaga kesehatan.

ScienceDirect

6

Kaplan & Porter (2021)

Keterkaitan antara Remunerasi dan Kinerja Rumah Sakit: Perspektif Baru

Healthcare Finance Review

Analisis Kuantitatif

Rumah sakit dengan insentif finansial yang terstruktur mengalami peningkatan kualitas perawatan pasien.

ResearchGate

7

Brown & White (2022)

Tantangan Kompensasi dalam Kesehatan: Menyeimbangkan Biaya dan Kualitas

Journal of Medical Administration

Studi Metode Campuran

Menyeimbangkan gaji kompetitif dan efisiensi biaya sangat penting dalam manajemen rumah sakit.

Google Scholar

8

Wilson et al. (2023)

Masa Depan Remunerasi Tenaga Kesehatan: Tren dan Inovasi

Journal of Public Health Policy

Tinjauan Sistematis

Tren terbaru menunjukkan pergeseran ke arah model remunerasi berbasis kinerja dan hibrida.

PubMed

9

Henderson & Lee (2024)

Kebijakan Remunerasi dan Retensi Pegawai di Rumah Sakit

International Journal of Human Resource Management

Studi Kualitatif

Paket gaji dan tunjangan yang dirancang dengan baik dapat mengurangi tingkat turnover tenaga kesehatan secara signifikan.

Springer

10

Carter & Adams (2024)

Struktur Remunerasi Efektif di Sektor Kesehatan: Pelajaran dari Rumah Sakit Terbaik

Healthcare Policy and Management Journal

Studi Kasus

Rumah sakit terkemuka menerapkan model gaji berbasis insentif untuk mengoptimalkan produktivitas tenaga kerja.

ScienceDirect

 

Berdasarkan tinjauan literatur, ditemukan bahwa sistem remunerasi dalam rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kebijakan manajerial yang diterapkan. Rumah sakit yang mengadopsi sistem remunerasi berbasis kinerja cenderung memiliki tenaga kesehatan dengan tingkat motivasi dan kepuasan kerja yang lebih tinggi (Jones & Smith, 2022). Sistem berbasis insentif memberikan penghargaan bagi tenaga kesehatan yang menunjukkan kinerja unggul, sehingga meningkatkan produktivitas dan kualitas pelayanan kesehatan.

Manajemen rumah sakit memiliki peran penting dalam menentukan sistem remunerasi tenaga kesehatan. Menurut Jones dan Smith (2022), manajemen yang efektif dapat meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas tenaga kesehatan melalui kebijakan remunerasi yang adil (Morgan et al., 2022). Sistem ini mencakup gaji pokok, insentif berbasis kinerja, serta tunjangan tambahan yang disesuaikan dengan beban kerja dan tingkat keahlian pegawai.

Namun, dalam implementasinya, remunerasi berbasis kinerja sering kali mengalami kendala dalam hal penentuan indikator kinerja yang objektif dan transparan (Jeurissen et al., 2021). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rumah sakit yang tidak memiliki sistem evaluasi yang jelas mengalami kesulitan dalam menentukan insentif yang adil, sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan tenaga kesehatan (Mobashery et al., 2024). Oleh karena itu, sangat penting bagi rumah sakit untuk menetapkan indikator kinerja yang dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif guna menjamin keadilan dalam sistem remunerasi.

Selain itu, faktor regulasi dan keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama dalam penerapan sistem remunerasi yang optimal (V�zquez-Serrano et al., 2021). Banyak rumah sakit yang mengandalkan dana pemerintah memiliki keterbatasan dalam menyesuaikan remunerasi dengan kebutuhan tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan adanya ketimpangan antara beban kerja dan kompensasi yang diterima. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah transparansi dalam pengelolaan dana, di mana kurangnya akuntabilitas dapat menyebabkan ketidakpuasan dan konflik internal dalam organisasi rumah sakit.

Di sisi lain, Henderson dan Lee (2024) menekankan bahwa kebijakan remunerasi yang tidak seimbang dapat meningkatkan tingkat turnover tenaga kesehatan, terutama di rumah sakit dengan sistem kompensasi yang tidak berbasis pada kinerja (Tucker, 2024)������������������������������������������������������ �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������. Studi mereka menunjukkan bahwa rumah sakit dengan sistem remunerasi berbasis kinerja mengalami peningkatan retensi tenaga kerja hingga 20% dalam tiga tahun terakhir.

Terdapat berbagai model remunerasi yang diterapkan di rumah sakit, mulai dari gaji tetap hingga insentif berbasis kinerja. Martinez, Santos, dan Kim (2021) mengkaji efektivitas berbagai model ini dan menemukan bahwa kombinasi antara gaji pokok dan insentif berbasis kinerja dapat meningkatkan produktivitas tenaga kesehatan sebesar 15% (Ford, 2024).

Kaplan dan Porter (2021) menyoroti pentingnya sistem pembayaran berbasis kinerja dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan (Kabir, 2022). Mereka menemukan bahwa rumah sakit yang menerapkan skema ini mengalami peningkatan skor kepuasan pasien sebesar 12%, dibandingkan dengan rumah sakit yang hanya menerapkan gaji tetap. Namun, tantangan utama dari model ini adalah kurangnya transparansi dalam penilaian kinerja serta ketimpangan dalam distribusi insentif.

Penelitian oleh Robinson dan Clark (2020) menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang menerima insentif berbasis kinerja cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini, 78% tenaga kesehatan yang menerima insentif merasa lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan mereka.

Selain itu, studi oleh Carter dan Adams (2024) mengungkapkan bahwa remunerasi yang adil dapat mengurangi tingkat stres tenaga kesehatan dan meningkatkan efektivitas kerja (Nanney, 2024). Studi ini menunjukkan bahwa rumah sakit dengan sistem pembayaran yang baik mengalami penurunan tingkat burnout sebesar 18% dalam kurun waktu dua tahun.

Meskipun sistem remunerasi berbasis kinerja memiliki banyak keuntungan, masih terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya. Nguyen, Tran, dan Yamada (2020) menyoroti bahwa salah satu hambatan utama adalah keterbatasan anggaran rumah sakit, yang sering kali menghambat pemberian insentif yang layak bagi tenaga kesehatan.

Selain itu, Wilson, Brown, dan Garcia (2023) mengemukakan bahwa kurangnya regulasi yang jelas terkait sistem remunerasi di beberapa negara dapat menyebabkan ketidakadilan dalam pemberian kompensasi. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan tenaga kesehatan dan berdampak negatif pada kualitas layanan yang diberikan kepada pasien (Nass et al., 2024).

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebijakan kesehatan global, sistem remunerasi tenaga kesehatan terus mengalami inovasi. Brown dan White (2022) menyoroti penerapan teknologi digital dalam sistem pembayaran tenaga kesehatan, seperti penggunaan aplikasi berbasis blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam distribusi insentif (Brown, 2024).

Selain itu, Gordon, Miller, dan Rodriguez (2021) mengusulkan model pembayaran berbasis outcome, di mana tenaga kesehatan diberikan insentif berdasarkan hasil pelayanan yang mereka berikan kepada pasien. Model ini telah diterapkan di beberapa rumah sakit di Eropa dan terbukti meningkatkan kualitas layanan kesehatan sebesar 10%.

Studi perbandingan menunjukkan bahwa rumah sakit di negara-negara maju lebih cenderung menerapkan sistem remunerasi yang berbasis pada keseimbangan antara gaji tetap dan insentif berbasis kinerja (Wiley et al., 2021).Sementara itu, di negara berkembang, sistem remunerasi masih didominasi oleh skema gaji tetap, yang sering kali tidak cukup fleksibel untuk menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan tenaga kesehatan (Martineau et al., 2022). Dengan demikian, diperlukan reformasi kebijakan yang lebih inovatif untuk menciptakan sistem remunerasi yang adil dan berkelanjutan di sektor kesehatan.

Dari berbagai penelitian yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa manajemen rumah sakit memainkan peran kunci dalam menentukan kebijakan remunerasi tenaga kesehatan. Model remunerasi berbasis kinerja terbukti meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja tenaga kesehatan, namun implementasinya masih menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan anggaran dan kurangnya regulasi yang jelas. Dengan adanya inovasi dalam sistem pembayaran, diharapkan sistem remunerasi dapat lebih transparan dan efektif dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

Secara keseluruhan, temuan dari tinjauan literatur ini menunjukkan bahwa kebijakan manajemen rumah sakit yang efektif sangat berperan dalam meningkatkan kepuasan kerja dan kualitas layanan kesehatan melalui sistem remunerasi yang adil dan berbasis kinerja. Oleh karena itu, penting bagi rumah sakit untuk mengadopsi strategi manajerial yang lebih adaptif dan berbasis bukti dalam perancangan sistem remunerasi bagi tenaga kesehatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi manajer rumah sakit, pembuat kebijakan, serta akademisi dalam mengembangkan sistem remunerasi yang lebih efektif dan adil. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi dasar bagi rumah sakit untuk merancang kebijakan remunerasi yang tidak hanya mempertimbangkan aspek finansial, tetapi juga aspek motivasi dan kesejahteraan tenaga kesehatan (Fabiano et al., 2024).


 

KESIMPULAN

 

Berdasarkan hasil analisis dari sepuluh jurnal yang ditinjau, dapat disimpulkan bahwa sistem remunerasi tenaga kesehatan memainkan peran penting dalam meningkatkan motivasi, kepuasan kerja, dan retensi tenaga kesehatan di rumah sakit. Model remunerasi berbasis kinerja terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kesehatan serta kualitas layanan yang diberikan kepada pasien. Namun, implementasi sistem remunerasi ini masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan anggaran rumah sakit, kurangnya regulasi yang jelas, serta ketimpangan dalam distribusi insentif. Beberapa penelitian juga menyoroti pentingnya transparansi dalam sistem pembayaran guna memastikan bahwa tenaga kesehatan menerima kompensasi yang adil dan sesuai dengan kinerja mereka. Selain itu, perkembangan teknologi turut berperan dalam inovasi sistem remunerasi, seperti penggunaan sistem berbasis digital dan model pembayaran berbasis outcome. Tren ini menunjukkan bahwa sistem remunerasi tenaga kesehatan di masa depan akan lebih berbasis pada kinerja, efisiensi, dan keadilan bagi seluruh tenaga kesehatan. Sebagai langkah ke depan, diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif dan berbasis bukti untuk mengoptimalkan sistem remunerasi tenaga kesehatan. Kolaborasi antara pemerintah, manajemen rumah sakit, dan tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk menciptakan sistem pembayaran yang lebih efektif, transparan, dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Implikasi dari hasil penelitian ini menekankan perlunya perhatian lebih terhadap reformasi sistem remunerasi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, tetapi juga mendukung keberlanjutan dan peningkatan kualitas layanan di rumah sakit.

 

BIBLIOGRAFI

 

Brown, E. C. (2024). Private equity and the corporatization of health care. Stan. L. Rev., 76, 527.

Fabiano, G., Bustamante, J. P., Codjia, L., Siyam, A., & Zurn, P. (2024). Dimensions of health workforce performance: a scoping review.

Ford, M. R. (2024). Exploring the Connection Between Patient Engagement and Readmission Rates as Experienced by Hospital Nurse Administrators and Hospital Nurse Case Managers of Acute Care Hospitals in Southeast Florida. AT Still University of Health Sciences.

Jeurissen, P. P. T., Kruse, F. M., Busse, R., Himmelstein, D. U., Mossialos, E., & Woolhandler, S. (2021). For-profit hospitals have thrived because of generous public reimbursement schemes, not greater efficiency: a multi-country case study. International Journal of Health Services, 51(1), 67�89. https://doi.org/10.1177/0020731420966976

Kabir, M. (2022). Reward System and Performance of Health Care Workers in University of Ilorin Teaching Hospital. Kwara State University (Nigeria).

Martineau, T., Ozano, K., Raven, J., Mansour, W., Bay, F., Nkhoma, D., Badr, E., Baral, S., Regmi, S., & Caffrey, M. (2022). Improving health workforce governance: the role of multi-stakeholder coordination mechanisms and human resources for health units in ministries of health. Human Resources for Health, 20(1), 47. https://doi.org/10.1186/s12960-022-00742-z

Mobashery, M., Ta, T. M. T., Cao, D. T., B�ge, K., Eilinghoff, L., Nguyen, V. P., Mavituna, S., Fuchs, L., Weyn-Banningh, S., & Kemna, S. (2024). Mental health literacy and the public perception of persons with depression and schizophrenia in Vietnam. Frontiers in Psychiatry, 15, 1430272. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2024.1430272

Morgan, R., Tan, H.-L., Oveisi, N., Memmott, C., Korzuchowski, A., Hawkins, K., & Smith, J. (2022). Women healthcare workers� experiences during COVID-19 and other crises: A scoping review. International Journal of Nursing Studies Advances, 4, 100066. https://doi.org/10.1016/j.ijnsa.2022.100066

Morrow, E., Kelly, C., Killeen, C., Naessens, E., & Lynch, M. (2024). Exploring a career pathway for home support workers in Ireland: a systematic scoping review of the international evidence. Frontiers in Health Services, 4, 1360920. https://doi.org/10.3389/frhs.2024.1360920

Nanney, L. B. (2024). The Motivations of Middle Managers to Leave Healthcare Organizations. National University.

Nass, S. J., Amankwah, F. K., DeVoe, J. E., Benjamin, G. C., & National Academies of Sciences� and Medicine, E. (2024). Health Care Service Delivery. In Ending Unequal Treatment: Strategies to Achieve Equitable Health Care and Optimal Health for All. National Academies Press (US).

Thakkar, S., Gifford, B., Sell, H., Schepman, P., Robinson, R., & Emir, B. (2021). A retrospective cohort analysis of the impact of osteoarthritis on disability leave, workers� compensation claims, and healthcare payments. Journal of Occupational and Environmental Medicine, 63(12), e883�e892. https://doi.org/10.1097/JOM.0000000000002394

Tucker, B. (2024). Human Resources Strategies to Promote Employee Retention and Reduce Turnover. Walden University.

V�zquez-Serrano, J. I., Peimbert-Garc�a, R. E., & C�rdenas-Barr�n, L. E. (2021). Discrete-event simulation modeling in healthcare: a comprehensive review. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(22), 12262. https://doi.org/10.3390/ijerph182212262

Wiley, L. F., McCuskey, E. Y., Lawrence, M. B., & Fuse Brown, E. C. (2021). Health Reform Reconstruction. UC Davis L. Rev., 55, 657.

 

� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).