Nana Mulya Noviana1, Nunung Ghoniyah2, Heru Sulistyo3,
Ibnu Khajar4
Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Indonesia1234
Email: [email protected]
Abstrak |
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap motivasi
intrinsik serta dampaknya terhadap kinerja personel Direktorat Reserse
Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Banten. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk menganalisis pengaruh moderasi lingkungan kerja dalam peran
motivasi intrinsik terhadap kinerja personel Ditreskrimsus Polda Banten.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanasi dengan
pendekatan asosiatif, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SDM
Ditreskrimsus Polda Banten yang berjumlah 131 anggota personel PNS Polri.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus, di mana seluruh
populasi dijadikan sampel. Pengukuran variabel penelitian dilakukan melalui
kuesioner pribadi (Personality Questionnaires) dengan angket tertutup yang
menggunakan skala 1-5, dari Sangat Tidak Setuju (STS) hingga Sangat Setuju
(SS). Analisis data dilakukan menggunakan metode Partial Least Square (PLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh hypothesis diterima,
bahwasanya� kepemimpinan
transformasional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
SDM dan motivasi intrinsic.� Kemudian,
motivasi intrinsik berpengaruh positif terhadap kinerja SDM.� Variabel moderasi lingkungan kerja terbukti
mampu memperkuat pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja SDM, yang
menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang baik dapat memperkuat hubungan antara
motivasi intrinsik dan kinerja SDM.� Kata kunci: kepemimpinan transformasional; motivasi intrinsic;
lingkungan kerja; kinerja SDM |
|
Abstract |
This study aims to
describe and analyze the influence of transformational leadership on
intrinsic motivation and its impact on the performance of personnel at the
Directorate of Special Criminal Investigation (Ditreskrimsus)
of the Banten Police. Additionally, this study aims to analyze the moderating
effect of the work environment on the role of intrinsic motivation in the
performance of Ditreskrimsus personnel. The
research type used is explanatory research with an associative approach,
which aims to determine the relationship between two or more variables. The
population in this study is all human resources of Ditreskrimsus
Polda Banten, totaling 131 civil servant police personnel. The sampling
technique used is a census, where the entire population is treated as the
sample. The measurement of the research variables was conducted through
personal questionnaires using a closed-ended survey with a 1-5 scale, from
Strongly Disagree (STS) to Strongly Agree (SS). Data analysis was conducted
using the Partial Least Square (PLS) method. The research results show that
all hypotheses were accepted, indicating that transformational leadership has
a positive and significant effect on both the performance of human resources
and intrinsic motivation. Furthermore, intrinsic motivation positively
influences the performance of human resources. The moderating variable of the
work environment was found to strengthen the effect of intrinsic motivation
on the performance of human resources, suggesting that a conducive work
environment can reinforce the relationship between intrinsic motivation and
performance. Keywords: transformational leadership; intrinsic
motivation; work environment; human resource performance |
*Correspondence
Author: Nana Mulya Noviana
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Manusia
memiliki peran sentral dalam sebuah organisasi, karena tanpa kehadiran dan
kontribusi manusia, organisasi tidak akan dapat berjalan meskipun faktor-faktor
lainnya telah terpenuhi (Gilch &
Sieweke, 2021; Pasban & Nojedeh, 2016). Dalam konteks kehidupan
berorganisasi, peran manusia menjadi perhatian utama dalam setiap kegiatan.
Sebuah organisasi perlu secara terus-menerus memperhatikan dan meningkatkan
kemampuan sumber daya manusianya (Margherita, 2022;
Piwowar-Sulej, 2021). Upaya ini dianggap kunci untuk
meningkatkan kinerja karyawan, yang pada gilirannya akan membawa kemajuan bagi
perusahaan dalam menghadapi persaingan di lingkungan bisnis yang dinamis.
Motivasi
kerja merupakan faktor sentral dalam kinerja pegawai (Adrianto et al., 2020). Motivasi mencerminkan
kombinasi konsisten dari dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang
yang ditandai dengan hasrat dan minat (Ariani et al., 2020). Motivasi yang tepat memacu
individu untuk bekerja dengan gairah dan efektivitas, sehingga dapat mencapai
kepuasan dan hasil yang optimal (Pancasila et al., 2020). Namun, tantangan
dalam manajemen sumber daya manusia, terutama di instansi kepolisian,
menunjukkan bahwa kinerja sangat bergantung pada kualitas sumber daya
manusianya.
Kepemimpinan
yang efektif diperlukan untuk memotivasi dan membina hubungan yang baik dalam
organisasi. Hubungan yang baik antara
atasan dan bawahan dapat meningkatkan disiplin kerja dan mencapai tujuan
organisasi (Alfes et al., 2019). Ketegasan seorang pemimpin
juga berperan penting dalam mempertahankan disiplin kerja dan mendorong kinerja
anggota kepolisian (Alhojairi et al.,
2024; Lee et al., 2023). Dalam konteks ini,
kepemimpinan transformasional menjadi penting untuk meningkatkan motivasi dan
kinerja personil.
Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan, namun hasilnya bervariasi. Beberapa penelitian
menemukan bahwa motivasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja, sementara yang lain
menunjukkan sebaliknya (Can & Yasri,
2016). Gap penelitian ini menunjukkan
perlunya kajian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara motivasi dan
kinerja, terutama dalam konteks kepolisian.
Selain
motivasi, lingkungan kerja juga berperan penting dalam mempengaruhi kinerja.
Lingkungan kerja yang kondusif dapat meningkatkan gairah kerja karyawan,
sementara lingkungan yang kurang mendukung dapat menghambat kinerja mereka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji peran moderasi lingkungan kerja dalam hubungan antara motivasi
intrinsik dan kinerja personil Ditreskrimsus Polda Banten.
Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada fokusnya yang lebih
spesifik terhadap instansi kepolisian dan penerapan kepemimpinan
transformasional dalam konteks tersebut. Penelitian ini tidak hanya mengkaji pengaruh
kepemimpinan terhadap kinerja, tetapi juga mempertimbangkan faktor motivasi
intrinsik dan lingkungan kerja sebagai variabel moderasi.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh
kepemimpinan transformasional terhadap kinerja personil Ditreskrimsus Polda
Banten, serta untuk mengkaji pengaruh kepemimpinan tersebut terhadap motivasi
intrinsik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja, serta
mengidentifikasi faktor-faktor motivasi yang berpengaruh, sehingga memberikan
wawasan berharga bagi manajemen dalam merancang program motivasi yang efektif.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan jenis eksplanatory research yang bersifat asosiatif, bertujuan
untuk mengetahui hubungan antar variabel, khususnya pengaruh kepemimpinan
transformational, motivasi intrinsik, lingkungan kerja, dan kinerja Personil
Ditreskrimsus Polda Banten (Rodrigues et al.,
2021). Populasi penelitian terdiri dari 131 anggota
personel PNS Polri di Ditreskrimsus Polda Banten, dan teknik sampling yang
digunakan adalah sensus, sehingga seluruh populasi menjadi sampel. Sumber data
mencakup data primer yang meliputi aspek kepemimpinan transformational,
motivasi intrinsik, lingkungan kerja, dan kinerja personil, serta data sekunder
yang diperoleh dari pihak lain, termasuk data kinerja dan jumlah personil. Data
dikumpulkan melalui kuesioner dengan pertanyaan mengenai variabel penelitian,
menggunakan skala Likert (1-5) dari Sangat Tidak Setuju (1) hingga Sangat
Setuju (5), sementara data sekunder meliputi artikel dan literatur yang
mendukung penelitian. Dengan metode ini, penelitian bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
personil di lingkungan kepolisian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif Data
Penelitian�����
Di
segmen ini, dilakukan analisis deskriptif untuk mendapatkan pemahaman mengenai
reaksi responden terhadap variabel yang diteliti. Analisis ini bertujuan untuk memahami bagaimana
responden cenderung merespons item-item indikator yang dipakai untuk mengukur
variabel-variabel tersebut serta untuk mengidentifikasi status variabel yang
diteliti di lokasi penelitian.
Deskripsi
variabel dibagi menjadi tiga kategori: kategori rendah dengan skor 1,00 � 2,33,
kategori sedang dengan skor 2,34 � 3,66, dan kategori tinggi/baik dengan skor
3,67 � 5,00. Deskripsi masing-masing variabel penelitian secara rinci dapat
dijabarkan pada bagian berikut:
1. Kepemimpinan transformasional
Deskripsi tanggapan responden
dalam bentuk statistik deskriptif data variabel Kepemimpinan transformasional
dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel
Kepemimpinan transformasional
Variabel dan indikator |
Mean |
Standar Deviasi |
|
Kepemimpinan
transformasional |
3.75 |
|
|
1.
Idealized Influence (Charisma) |
3.71 |
0.88 |
|
2.
Intellectual stimulation |
3.66 |
0.80 |
|
3.
Individualized Consideration |
3.88 |
0.74 |
|
4.
Inspirational Motivation |
3.73 |
0.79 |
Tabel 1
menunjukkan bahwa rata-rata nilai untuk variabel Kepemimpinan Transformasional
secara keseluruhan adalah 3,75, yang masuk dalam rentang kategori tinggi/baik
(3,67 � 5,00). Ini
berarti bahwa responden menganggap atasan mereka menerapkan model kepemimpinan
transformasional dengan baik. Responden menilai bahwa atasan mereka telah
menjalankan model kepemimpinan transformasional dengan baik, mencerminkan
kemampuan untuk menginspirasi, memotivasi, dan mendukung bawahan secara
efektif. �Hasil deskripsi data pada
variabel Kepemimpinan transformasional didapatkan dengan nilai mean tertinggi
adalah indikator Individualized Consideration (3,88) dan terendah indikator
Intellectual stimulation (3,66).
2. Motivasi Intrinsik
Deskripsi tanggapan responden
dalam bentuk statistik deskriptif data variabel Motivasi intrinsik dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel
Motivasi Intrinsik
Variabel dan indikator |
Mean |
Standar Deviasi |
|
Motivasi intrinsik |
3.67 |
|
|
1.
Wewenang |
3.76 |
0.80 |
|
2.
Tanggung Jawab |
3.62 |
0.80 |
|
3.
Kejelasan Tujuan |
3.68 |
0.84 |
|
4.
Cakupan Pekerjaan |
3.63 |
0.79 |
Pada variabel Motivasi
Intrinsik secara keseluruhan diperoleh nilai mean sebesar 3,67 terletak pada
kategori tinggi/baik (3,67� � 5,00).
Artinya, bahwa responden memiliki motivasi instrinsik yang tergolong tinggi.
Responden menunjukkan tingkat motivasi intrinsik yang tinggi, ditandai dengan
dorongan kuat dari dalam diri untuk mencapai tujuan dan kinerja yang optimal.
Hasil deskripsi data pada variabel Motivasi Intrinsik dengan nilai mean
tertinggi adalah indikator wewenang (3,76) dan�
terendah� pada indikator Tanggung
Jawab (3,62).
3. Lingkungan kerja
Deskripsi tanggapan responden
dalam bentuk statistik deskriptif data variabel Lingkungan kerja dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel
Lingkungan kerja
Variabel dan indikator |
Mean |
Standar Deviasi |
|
�Lingkungan kerja |
3.70 |
|
|
1.
Kondisi lingkungan kerja fisik |
3.64 |
0.93 |
|
2.
Hubungan kerja |
3.73 |
1.01 |
|
3.
Hubungan sosial |
3.72 |
1.02 |
Pada variabel Lingkungan kerja
secara keseluruhan diperoleh nilai mean sebesar 3,70 terletak pada rentang
kategori tinggi/baik (3,67� � 5,00).
Artinya, bahwa responden memiliki persepsi bahwa lingkungan kerja di lingkup
organisasai termasuk baik. Responden memiliki persepsi bahwa lingkungan kerja
di lingkup organisasi tergolong baik, mencerminkan dukungan yang positif dari
organisasi terhadap kebutuhan dan kesejahteraan mereka. Hasil deskripsi data
pada Lingkungan kerja didapatkan dengan nilai mean tertinggi adalah indikator
Hubungan kerja (3,73). Terdapat indikator dengan skor terendah yaitu indikator
kondisi lingkungan kerja fisik dengan skor (3,64).
4. Kinerja SDM
Deskripsi tanggapan responden
dalam bentuk statistik deskriptif data variabel Kinerja SDM dapat disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4. Statistik Deskriptif Variabel
Kinerja SDM
Variabel dan indikator |
Mean |
Standar Deviasi |
|
Kinerja SDM |
3.72 |
|
|
1.
Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat; |
3.54 |
0.95 |
|
2.
Pemeliharaan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat; |
3.72 |
0.94 |
|
3.
Profesionalisme SDM; |
3.76 |
0.95 |
|
4.
Modernisasi Teknologi |
3.69 |
0.99 |
|
5.
Pengawasan
yang akuntabel bersih, dan melayani |
3.87 |
1.02 |
Pada
variabel Kinerja SDM, rata-rata nilai yang diperoleh adalah 3,72, yang termasuk
dalam rentang kategori tinggi/baik (3,67 � 5,00). Ini menunjukkan bahwa
responden memiliki tingkat Kinerja SDM yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa responden
memiliki tingkat Kinerja SDM yang tinggi, ditunjukkan oleh skor rata-rata yang
berada pada kategori baik. Hasil deskripsi data pada variabel Kinerja SDM
didapatkan dengan nilai mean tertinggi adalah indikator Pengawasan yang
akuntabel bersih, dan melayani (3,87) dan terendah pada indikator Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat (3,54).
Evaluasi Model Pengukuran
(Outer Model)���
�Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan
menggunakan model simultan dengan pendekatan PLS. Evaluasi yang dilakukan
meliputi evaluasi model pengukuran (outer model) untuk menilai validitas dan
reliabilitas indikator-indikator yang mengukur variabel laten. Kriteria validitas diukur melalui convergent
validity dan discriminant validity. Sementara itu, kriteria reliabilitas
konstruk dinilai menggunakan composite reliability, Average Variance Extracted
(AVE), dan Cronbach Alpha.
1. Convergent Validity
Evaluasi
model pengukuran variabel laten dengan indikator reflektif dilakukan dengan
menganalisis convergent validity dari masing-masing indikator. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa indikator-indikator tersebut memiliki hubungan
yang kuat dengan variabel laten yang diukur. Pengujian convergent validity dalam PLS dapat
dilihat dari besaran outer loading setiap indikator terhadap variabel latennya.
Menurut Ghozali (2011), nilai outer loading di atas 0,70 sangat
direkomendasikan, menunjukkan bahwa indikator tersebut memiliki kontribusi yang
signifikan dalam mengukur variabel laten.
a.
Evaluasi Validitas Konvergen Variabel
Kepemimpinan transformasional
Dalam
penelitian ini, pengukuran variabel Kepemimpinan Transformasional direfleksikan
melalui empat indikator. Indikator-indikator ini digunakan untuk menggambarkan
aspek-aspek kunci dari kepemimpinan transformasional yang ingin diukur. Evaluasi
outer model� dari setiap indikator
variabel Kepemimpinan transformasional sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Perhitungan Outer
Loading Konstruk Kepemimpinan transformasional
Indikator |
Outer loadings |
Keterangan |
Idealized Influence (Charisma) |
0.778 |
Valid |
Intellectual stimulation |
0.825 |
Valid |
Individualized Consideration |
0.754 |
Valid |
Inspirational Motivation |
0.837 |
Valid |
Tabel yang ada di atas
menunjukkan bahwa seluruh nilai loading faktor indikator Kepemimpinan
Transformasional memiliki nilai lebih besar dari batas kritis 0,700. Dengan
demikian, variabel Kepemimpinan Transformasional (X1) mampu dibentuk atau
dijelaskan dengan lebih baik,
dan dapat dikatakan juga valid
secara convergent oleh keempat indikator, yaitu Idealized Influence (Charisma),
Intellectual Stimulation, Individualized Consideration, dan Inspirational
Motivation.
b. Evaluasi Validitas Konvergen
Variabel Motivasi intrinsik
Dalam
penelitian ini, pengukuran variabel Motivasi Intrinsik (Y1) direfleksikan
melalui empat indikator. Indikator-indikator ini digunakan untuk menggambarkan
berbagai aspek dari motivasi intrinsik yang ingin diukur. Evaluasi outer model atau model pengukuran
dapat dilihat dari nilai outer loading dari setiap indikator variabel Motivasi
Intrinsik sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Perhitungan Outer
Loading Konstruk Motivasi intrinsik
Indikator |
Outer loadings |
Keterangan |
Wewenang |
0.833 |
Valid |
Tanggung Jawab |
0.870 |
Valid |
Kejelasan Tujuan |
0.844 |
Valid |
Cakupan Pekerjaan |
0.859 |
Valid |
Tabel di
atas menunjukkan bahwa seluruh nilai loading faktor indikator Motivasi
Intrinsik memiliki nilai lebih besar dari batas kritis 0,700. Hal ini
menunjukkan bahwa semua indikator tersebut valid dan mampu menjelaskan variabel
Motivasi Intrinsik dengan baik. Dengan
demikian, variabel Motivasi Intrinsik (Y1) mampu dibentuk atau dijelaskan
dengan baik, atau dapat dikatakan valid secara convergent oleh
indikator-indikator berikut: Wewenang, Tanggung Jawab, Kejelasan Tujuan, dan
Cakupan Pekerjaan.
c. Evaluasi Validitas Konvergen
Variabel Lingkungan kerja
Dalam
penelitian ini, pengukuran variabel Lingkungan Kerja (Z) direfleksikan melalui
tiga indikator. Evaluasi outer model atau model pengukuran dapat dilihat dari
nilai outer loading dari setiap indikator variabel Lingkungan Kerja sebagai
berikut:
Tabel 7. Hasil Perhitungan Outer
Loading Konstruk Lingkungan kerja
Indikator |
Outer loadings |
Keterangan |
Kondisi lingkungan kerja
fisik |
0.896 |
Valid |
Hubungan kerja |
0.848 |
Valid |
Hubungan sosial |
0.923 |
Valid |
Pada
tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh nilai loading faktor indikator
Lingkungan Kerja memiliki nilai lebih besar dari batas kritis 0,700. Ini
menunjukkan bahwa semua indikator tersebut valid dan mampu menjelaskan variabel
Lingkungan Kerja dengan baik. Dengan
demikian, variabel Lingkungan Kerja (Z) mampu dibentuk atau dijelaskan dengan
baik, atau dapat dikatakan valid secara convergent oleh indikator-indikator
berikut: Kondisi Lingkungan Kerja Fisik, Hubungan Kerja, dan Hubungan Sosial.
d. Evaluasi Validitas Konvergen
Variabel Kinerja SDM
Dalam
penelitian ini, pengukuran variabel Kinerja SDM (Y2) direfleksikan melalui lima
indikator. Indikator-indikator ini mencakup aspek-aspek kunci yang dapat
memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja sumber daya manusia dalam
organisasi. Evaluasi
model luar atau model pengukuran dilakukan dengan memperhatikan nilai outer
loading dari setiap indikator variabel Kinerja SDM (Y2), yang mencakup
Indikator 1: [nilai outer loading], Indikator 2: [nilai outer loading],
Indikator 3: [nilai outer loading], Indikator 4: [nilai outer loading], dan
Indikator 5: [nilai outer loading]. Nilai-nilai ini penting untuk menilai
validitas dan kontribusi masing-masing indikator terhadap variabel Kinerja SDM.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Outer
Loading Konstruk Kinerja SDM
Indikator |
Outer loadings |
Keterangan |
Kualitas� Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat; |
0.833 |
Valid |
Pemeliharaan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat; |
0.881 |
Valid |
Profesionalisme SDM; |
0.838 |
Valid |
Modernisasi Teknologi |
0.850 |
Valid |
Pengawasan
yang akuntabel bersih, dan melayani |
0.873 |
Valid |
Tabel 8
menunjukkan bahwa semua nilai loading faktor indikator Kinerja SDM melebihi
batas kritis 0,700. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kinerja SDM (Y2) dapat
dibentuk atau dijelaskan dengan baik, sehingga dapat dianggap valid secara
konvergen oleh indikator-indikator seperti Keamanan dan Ketertiban Masyarakat,
Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, Profesionalisme SDM,
Modernisasi Teknologi, serta Pengawasan yang akuntabel dan bersih. Berdasarkan hasil pengujian validitas konvergen
untuk masing-masing variabel, dapat disimpulkan bahwa semua indikator
dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel
dalam penelitian ini.
2. Discriminant Validity
�Validitas diskriminan adalah ukuran yang
menunjukkan bahwa variabel laten berbeda dari konstruk atau variabel lain baik
secara teori maupun empiris melalui pengujian statistik. Validitas ini diukur
menggunakan kriteria Fornell-Larcker, HTMT, serta cross loading. Hasil
pengujian untuk masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Hasil Uji Fornell Lacker
Criterion
Pengujian
validitas menggunakan kriteria Fornell-Larcker Criterion dilakukan dengan
membandingkan nilai akar Average Variance Extracted (AVE) dengan korelasi antar
konstruk. Uji ini dianggap terpenuhi jika akar AVE lebih besar daripada
korelasi antar variabel.
Tabel 9. Validitas Diskriminan dengan
kriteria Fornell-Larcker Criterion
Kepemimpinan
Transformasional |
Kinerja SDM |
Lingkungan kerja |
Motivasi Intrinsik |
|
Kepemimpinan
Transformasional |
0.799 |
|||
Kinerja SDM |
0.747 |
0.855 |
||
Lingkungan kerja |
0.715 |
0.727 |
0.889 |
|
Motivasi Intrinsik |
0.408 |
0.423 |
0.229 |
0.852 |
Keterangan: Nilai yang dicetak
tebal adalah nilai akar AVE.
Pada Tabel
9, terlihat bahwa nilai akar AVE lebih tinggi daripada nilai korelasi antar
konstruk lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa konstruk dalam model yang
diestimasikan telah memenuhi kriteria validitas diskriminan yang tinggi, yang
berarti hasil analisis data dapat diterima karena nilai-nilai tersebut
menggambarkan hubungan antar konstruk dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh konstruk
memiliki validitas diskriminan yang baik. Dengan demikian, instrumen penelitian
yang digunakan untuk mengukur seluruh konstruk atau variabel laten dalam
penelitian ini telah memenuhi kriteria validitas diskriminan.
2) Hasil Uji
Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT)
Pengujian
validitas menggunakan kriteria Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT) dilakukan
dengan menganalisis matriks HTMT. Kriteria HTMT yang diterima adalah nilai di
bawah 0,9, yang mengindikasikan bahwa evaluasi validitas diskriminan dapat
diterima.
Tabel 10. Validitas Diskriminan dengan
kriteria Heterotrait-monotrait ratio (HTMT)
Kepemimpinan
Transfor masional |
Kinerja SDM |
Lingkungan kerja |
Motivasi Intrinsik |
Lingkungan kerja x Motivasi Intrinsik |
|
Kepemimpinan Transformasional |
|
|
|
|
|
Kinerja SDM |
0.855 |
|
|
|
|
Lingkungan kerja |
0.848 |
0.815 |
|
|
|
Motivasi Intrinsik |
0.449 |
0.452 |
0.248 |
|
|
Lingkungan kerja x Motivasi
Intrinsik |
0.252 |
0.206 |
0.459 |
0.226 |
|
Sumber: Data primer yang diolah (2024)
Tabel 10
menunjukkan bahwa nilai-nilai dalam matriks HTMT tidak lebih dari 0,9. Artinya,
model ini menunjukkan bahwa evaluasi validitas diskriminan dapat diterima. Dari hasil pengujian validitas diskriminan,
dapat diketahui bahwa syarat uji HTMT telah terpenuhi. Dengan demikian, semua
konstruk dalam model yang diestimasikan memenuhi kriteria validitas diskriminan
yang baik, yang berarti hasil analisis data dapat diterima.
3) Cross Loading
Hasil
analisis mengenai korelasi konstruk dengan indikatornya sendiri, serta korelasi
konstruk dengan indikator lainnya, dapat disajikan pada bagian tabel cross
loading. Tabel ini memberikan gambaran jelas tentang seberapa kuat hubungan
antara masing-masing konstruk dan indikatornya.
Tabel 11. Validitas Diskriminan dengan
krieria Cross Loading
Kepemimpinan
Transformasional |
Kinerja SDM |
Lingkungan kerja |
Motivasi Intrinsik |
|
X1_1 |
0.778 |
0.485 |
0.550 |
0.243 |
X1_2 |
0.825 |
0.619 |
0.642 |
0.237 |
X1_3 |
0.754 |
0.573 |
0.473 |
0.325 |
X1_4 |
0.837 |
0.679 |
0.615 |
0.457 |
Y1_1 |
0.316 |
0.339 |
0.180 |
0.833 |
Y1_2 |
0.314 |
0.297 |
0.164 |
0.870 |
Y1_3 |
0.430 |
0.474 |
0.257 |
0.844 |
Y1_4 |
0.281 |
0.265 |
0.143 |
0.859 |
Y2_1 |
0.685 |
0.833 |
0.694 |
0.229 |
Y2_2 |
0.661 |
0.881 |
0.661 |
0.386 |
Y2_3 |
0.634 |
0.838 |
0.598 |
0.439 |
Y2_4 |
0.590 |
0.850 |
0.548 |
0.348 |
Y2_5 |
0.617 |
0.873 |
0.596 |
0.410 |
Z_1 |
0.594 |
0.619 |
0.896 |
0.142 |
Z_2 |
0.667 |
0.657 |
0.848 |
0.337 |
Z_3 |
0.644 |
0.662 |
0.923 |
0.129 |
Pengujian
validitas diskriminan dengan cara ini dikatakan valid jika nilai korelasi
konstruk dengan indikatornya sendiri lebih besar daripada nilai korelasi
konstruk dengan indikator lainnya. Selain itu, semua nilai korelasi konstruk
dengan indikatornya sendiri dan konstruk lainnya harus menunjukkan nilai yang
positif. Dari
hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel cross loading, dapat diketahui
bahwa syarat tersebut telah terpenuhi. Dengan demikian, semua konstruk dalam
model yang diestimasikan memenuhi kriteria validitas diskriminan yang baik, yang
berarti hasil analisis data dapat diterima.
3. Uji Reliabilitas
�Reliabilitas menunjukkan bahwa indikator yang
digunakan dalam penelitian sesuai dengan kondisi nyata pada objek yang
diteliti. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan tiga cara,
yaitu composite reliability, Cronbach's Alpha, dan Average Variance Extracted
(AVE). Nilai-nilai ini untuk setiap konstruk dan indikator-indikatornya dapat
dilihat pada tabel 4.13. Tabel
4.13 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas masing-masing konstruk dapat
dikatakan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa indikator-indikator yang
digunakan dalam penelitian memiliki konsistensi yang tinggi dan dapat
diandalkan untuk mengukur konstruk yang dimaksud. Hal ini dibuktikan oleh nilai Average Variance
Extracted (AVE) masing-masing konstruk yang lebih besar dari 0,5, serta nilai
composite reliability dan Cronbach's Alpha yang masing-masing juga lebih besar
dari 0,7. Ini menunjukkan bahwa konstruk dalam penelitian memiliki reliabilitas
yang baik.
Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's alpha |
Composite reliability |
Average variance extracted (AVE) |
|
Kepemimpinan Transformasional |
0.812 |
0.876 |
0.639 |
Kinerja SDM |
0.908 |
0.932 |
0.731 |
Lingkungan kerja |
0.867 |
0.919 |
0.791 |
Motivasi Intrinsik |
0.877 |
0.913 |
0.725 |
Sumber: Data primer yang
diolah (2024)
Mengacu
pada pendapat Chin dalam Ghozali (2011), hasil composite reliability
masing-masing konstruk menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0,70.
Ini menandakan bahwa konstruk-konstruk tersebut memiliki reliabilitas yang baik
dan dapat digunakan dalam proses analisis untuk menunjukkan ada atau tidaknya
hubungan antar konstruk. Dengan demikian, keseluruhan variabel dalam penelitian
ini memiliki nilai composite reliability yang memadai, sehingga dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya.
Berdasarkan
hasil evaluasi convergent validity, discriminant validity, dan reliabilitas
variabel, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator yang digunakan sebagai
pengukur masing-masing variabel merupakan pengukur yang valid dan reliabel. Ini
menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut mampu mencerminkan konstruk yang
dimaksud dengan baik dalam penelitian ini.
Pengujian Goodness of Fit
Pengujian
kesesuaian model atau Goodness of Fit (GoF) digunakan untuk mengevaluasi model
struktural dalam analisis SEM-PLS, yang bertujuan untuk menguji kebaikan pada
model struktural atau inner model. Beberapa ukuran yang digunakan untuk
menyatakan penerimaan model yang diajukan meliputi R-square, yang mengukur
proporsi varians dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen, dan Q-square, yang menunjukkan kemampuan model dalam memprediksi
data. Nilai R-square yang lebih tinggi dan Q-square yang positif menunjukkan
bahwa model memiliki kebaikan dan prediktabilitas yang baik, sehingga penting
untuk menilai sejauh mana model yang diajukan sesuai dengan data yang ada (Philippi et al., 2021).
a. R square
R-square menunjukkan besarnya variasi variabel
endogen yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen atau endogen lainnya dalam
model. Menurut interpretasi R-square yang diungkapkan oleh Chin (1998) dan
dikutip oleh Abdillah dan Hartono (2015), nilai R-square dapat dikategorikan
sebagai berikut: 0,19 menunjukkan pengaruh rendah, 0,33 menunjukkan pengaruh
sedang, dan 0,67 menunjukkan pengaruh tinggi. Hal ini penting untuk memahami seberapa
besar kontribusi variabel-variabel dalam model terhadap variasi yang terjadi
pada variabel endogen. (Cabeza-Ram�rez et al., 2022).
Berikut hasil koefisien determinasi (R2) dari variabel endogen disajikan pada
tabel berikut
Tabel 13. Nilai R-Square
R-square |
|
Kinerja SDM |
0.673 |
Motivasi intrinsik |
0.166 |
Koefisien
determinasi (R-square) yang diperoleh dari model sebesar 0,720 menunjukkan
bahwa variabel Kinerja SDM dapat dijelaskan sebesar 67,3% oleh variabel
Motivasi intrinsik, Kepemimpinan transformasional, dan Lingkungan kerja. Sisa
32,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Nilai R-square
tersebut, yang berada pada rentang 0,67 hingga 1,00, mengindikasikan bahwa
pengaruh variabel Motivasi intrinsik, Kepemimpinan transformasional, dan
Lingkungan kerja terhadap Kinerja SDM tergolong tinggi. Nilai R-square untuk Motivasi intrinsik sebesar
0,166 menunjukkan bahwa Motivasi intrinsik dapat dijelaskan sebesar 16,6% oleh
variabel Kepemimpinan transformasional, sementara sisanya 83,4% dipengaruhi
oleh variabel lain di luar model penelitian. Nilai R-square tersebut, yang
berada pada rentang 0,00 hingga 0,19, mengindikasikan bahwa pengaruh variabel
Kepemimpinan transformasional terhadap Motivasi intrinsik tergolong rendah.
b. Q square
Q-Square
(Q�) menunjukkan ukuran ketepatan prediksi sebuah model, yaitu seberapa baik
setiap perubahan variabel eksogen atau endogen mampu memprediksi variabel
endogen. Q-Square predictive relevance untuk model struktural merupakan ukuran
seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model, serta seberapa efektif
estimasi parameternya dalam menjelaskan variabel endogen. Dengan kata lain, Q�
memberikan gambaran tentang kemampuan model dalam melakukan prediksi yang
akurat berdasarkan data yang ada. Ukuran
Q-Square di atas 0 menunjukkan bahwa model memiliki predictive relevance atau
kesesuaian prediksi yang baik. Kriteria kuat lemahnya model diukur berdasarkan
Q-Square Predictive Relevance (Q�) menurut Ghozali & Latan (2015, p. 80)
adalah sebagai berikut: nilai 0,35 menunjukkan model kuat, 0,15 menunjukkan
model moderat, dan 0,02 menunjukkan model lemah. Dengan demikian, semakin
tinggi nilai Q�, semakin baik kemampuan model dalam melakukan prediksi. Hasil perhitungan nilai Q-Square untuk model
struktural penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Nilai Q-square
|
SSO |
SSE |
Q� (=1-SSE/SSO) |
Kinerja SDM |
655.000 |
340.160 |
0.481 |
Nilai
Q-square (Q�) untuk variabel Kinerja SDM sebesar 0,481 menunjukkan bahwa Q�
tersebut lebih besar dari 0,35, sehingga dapat dikatakan model memiliki
predictive relevance yang tinggi. Dengan kata lain, nilai estimasi parameter
yang dihasilkan oleh model sesuai dengan nilai observasi, yang berarti model
struktural fit dengan data dan memiliki kesesuaian yang baik. Ini
mengindikasikan bahwa model mampu memprediksi variabel Kinerja SDM secara
efektif.
Evaluasi Model Struktural
(Inner Model)������
�Pengujian model struktural (inner model) pada
SEM-PLS (Structural Equation Modeling-Partial Least Squares) bertujuan untuk
mengevaluasi hubungan antar variabel laten dalam model penelitian. Model
struktural ini mencerminkan hipotesis atau hubungan yang diuji dalam
penelitian. Dalam hal ini, pengujian dilakukan untuk melihat pengaruh konstruk
Kepemimpinan transformasional terhadap Kinerja SDM melalui Motivasi intrinsik
dan moderasi Lingkungan kerja.
Dalam hal ini pengolahan data
digunakan dengan menggunakan alat bantu software Smart PLS v4.1.0. Hasil
pengolahan data tersebut tampak pada gambar berikut:
Gambar 1. Full Model SEM-PLS Moderasi
Sumber: Pengolahan data primer
dengan Smart PLS 4.1.0 (2024)
1. Uji Multikolinieritas
�Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana
terjadi korelasi antara variabel bebas atau antar variabel bebas tidak bersifat
saling bebas. Sebelum dilakukan uji hipotesis, perlu dilakukan pengujian
multikolinieritas. Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai
Collinierity. Statistics (VIF) pada inner VIF Values. Apabila inner VIF < 5
menunjukkan tidak ada multikolinieritas (Hair et al., 2019).
Tabel 15. Hasil Uji Multikolinieritas
VIF |
|
Kepemimpinan Transformasional -> Kinerja SDM |
2.424 |
Kepemimpinan Transformasional -> Motivasi
Intrinsik |
1.000 |
Lingkungan kerja -> Kinerja SDM |
2.465 |
Motivasi Intrinsik -> Kinerja SDM |
1.254 |
Lingkungan kerja x Motivasi
Intrinsik -> Kinerja SDM |
1.283 |
Berdasarkan hasil di atas,
dapat diketahui bahwa nilai VIF seluruh variabel berada di bawah nilai 5.
Artinya, dalam model yang terbentuk tidak dapat adanya masalah
multikolinieritas.
2. Uji Hipothesis
�Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk
menentukan suatu hipotesis diterima atau tidak dengan membandingkan thitung
dengan ttabel dengan syarat jika thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.
Nilai kritis yang digunakan ketika ukuran sampel lebih besar dari 30 dan
pengujian dua pihak adalah 1,65 untuk taraf signifikansi 10%, 1,96 untuk taraf
signifikansi 5% dan 2,57 untuk taraf signifikansi 1% (Marliana, 2019). Dalam
hal ini untuk menguji hipotesis digunakan taraf signifikansi 5% dimana nilai t
tabel sebesar 1,96. Hasil pengujian pengaruh
masing-masing variabel penelitian ini dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 16. Path Coefficients
Hubungan variabel |
Original sample |
T statistics |
P values |
Keterangan |
Kepemimpinan Transformasional -> Kinerja SDM |
0.346 |
4.707 |
0.000 |
Signifikan |
Kepemimpinan Transformasional -> Motivasi Intrinsik |
0.408 |
5.417 |
0.000 |
Signifikan |
Lingkungan kerja -> Kinerja SDM |
0.491 |
6.077 |
0.000 |
Signifikan |
Motivasi Intrinsik -> Kinerja SDM |
0.198 |
3.121 |
0.002 |
Signifikan |
Lingkungan kerja x Motivasi
Intrinsik -> Kinerja SDM |
0.120 |
2.169 |
0.030 |
Signifikan |
Sumber: Pengolahan data primer
dengan Smart PLS 4.1.0 (2024)
Pengambilan keputusan uji
didasarkan pada hasil perhitungan statistik dan tingkat signifikansi yang
ditentukan sebelumnya. Uji hipotesis dilakukan dengan melakukan perbandingan t
tabel yang sudah ditentukan dengan t-hitung yang dihasilkan dari perhitungan
PLS. Berdasarkan tabel hasil olah data di atas dapat diketahui dalam pengujian
masing-masing hipotesis yang telah diajukan, yaitu:
1) Pengujian Hipotesis 1:
H1: Semakin baik kepemimpinan
transformational maka akan� semakin baik
kinerja personil
Pada pengujian hipotesis 1
diperoleh nilai original sample estimate sebesar 0,346. Nilai tersebut
membuktikan Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja� SDM yang hasilnya juga diperkuat dari hasil
uji t yang diperoleh nilai thitung (4,707) > ttabel (1,96) dan p (0,000)
< 0,05, sehingga dapat dikatakan ada pengaruh positif dan signifikan
Kepemimpinan transformasional terhadap kinerja�
SDM. Artinya, peningkatan kepemimpinan transformasional berdampak pada
meningkatnya kinerja SDM. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa �Semakin baik kepemimpinan transformational maka akan� semakin baik kinerja personil� dapat
diterima.
2) Pengujian Hipotesis 2:
H2: Semakin baik kepemimpinan
transformational maka akan� semakin baik
motivasi intrinsik personil
Pada pengujian hipotesis 2
diperoleh nilai original sample estimate sebesar 0,408. Nilai tersebut
membuktikan Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap Motivasi
intrinsik yang hasilnya juga diperkuat dari hasil uji t yang diperoleh nilai
thitung (5,417) > ttabel (1.96) dan p (0,000) < 0,05, sehingga dapat
dikatakan ada pengaruh positif dan signifikan Kepemimpinan transformasional
terhadap Motivasi intrinsik. Artinya, peningkatan kepemimpinan transformasional
berdampak pada meningkatnya motivasi intrinsik personil. Dengan demikian
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa "Semakin baik kepemimpinan
transformational maka akan semakin baik motivasi intrinsik personil� dapat
diterima.
3) Pengujian Hipotesis 3:
H3: Semakin baik motivasi
Intrinsik maka akan semakin baik kinerja personil
Pada pengujian hipotesis 3
diperoleh nilai original sample estimate sebesar 0,198. Nilai tersebut
membuktikan Motivasi intrinsik berpengaruh positif terhadap Kinerja SDM yang
hasilnya juga diperkuat dari hasil uji t yang diperoleh nilai thitung (3,121)
> ttabel (1.96) dan p (0,002) < 0,05, sehingga dapat dikatakan ada
pengaruh positif dan signifikan Motivasi intrinsik terhadap Kinerja SDM.
Artinya, peningkatan motivasi instriksik berdampak pada meningkatnya kinerja
personil. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa �Semakin baik
motivasi Intrinsik maka akan semakin baik kinerja personil� dapat diterima.
4) Pengujian Hipotesis 4:
H4: Jika kualitas lingkungan
kerja dalam kondisi baik, maka akan menguatkan�
pengaruh� motivasi� intrinsik�
terhadap� kinerja SDM
Pada pengujian hipotesis 4
diperoleh nilai original sample estimate untuk variabel moderasi (Lingkungan kerja
x Motivasi intrinsik) sebesar 0,120. Nilai tersebut membuktikan bahwa variabel
moderator Lingkungan kerja mampu memperkuat pengaruh Motivasi intrinsik
terhadap kinerja SDM. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t yang diperoleh nilai
thitung (2,169) > ttabel (1.96) dan p (0,030) < 0,05, sehingga dapat
dikatakan bahwa Lingkungan kerja yang baik mampu meemperkuat pengaruh Motivasi
intrinsik terhadap kinerja SDM. Dengan demikian hipotesis keempat yang
menyatakan bahwa �Jika kualitas lingkungan kerja dalam kondisi baik, maka akan
menguatkan� pengaruh� motivasi�
intrinsik� terhadap� kinerja SDM � dapat diterima.
Pembahasan�
1.
�Pengaruh Kepemimpimnan Transformasional
terhadap Kinerja SDM
Kepemimpinan transformasional
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja� SDM yang artinya, peningkatan kepemimpinan
transformasional berdampak pada meningkatnya kinerja SDM. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian Ridwan (2021) yang�
menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja (Yunita, 2021).
Variabel kepemimpinan
transformasional tercermin melalui empat indikator utama, yaitu Idealized
Influence (Charisma), Intellectual Stimulation, Individualized Consideration,
dan Inspirational Motivation. Sementara itu, variabel kinerja sumber daya
manusia (SDM) direpresentasikan oleh lima indikator, yaitu Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat, Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat,
Profesionalisme SDM, Modernisasi Teknologi, dan Pengawasan yang Akuntabel,
Bersih, dan Melayani.
Dari analisis yang dilakukan,
indikator kepemimpinan transformasional dengan nilai loading tertinggi adalah
Inspirational Motivation, sedangkan indikator kinerja SDM dengan nilai loading
tertinggi adalah Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Hasil ini
menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat antara Inspirational Motivation
dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Semakin baik pemimpin
dalam memberikan inspirasi dan motivasi kepada bawahannya, semakin optimal pula
kemampuan organisasi dalam menjaga dan memelihara keamanan serta ketertiban
masyarakat. Hal ini mencerminkan bahwa peran kepemimpinan yang mampu memotivasi
dan menginspirasi memiliki dampak langsung terhadap keberlanjutan dan kualitas
layanan keamanan di masyarakat.
Sebaliknya, indikator
kepemimpinan transformasional dengan nilai loading terendah adalah
Individualized Consideration, sementara indikator kinerja SDM dengan nilai
loading terendah adalah Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Hasil ini
menunjukkan hubungan positif antara Individualized Consideration dan Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat. Artinya, perhatian pemimpin terhadap kebutuhan
individu bawahan, meskipun terbatas, tetap berkontribusi pada peningkatan
kualitas pemeliharaan keamanan. Semakin baik perhatian personal yang diberikan
kepada anggota tim, semakin baik pula kemampuan mereka dalam menjaga keamanan
dan ketertiban, meski efeknya tidak sekuat indikator lainnya.
2.
Pengaruh kepemimpinan
transformational terhadap� motivasi
intrinsik
�Kepemimpinan transformasional berpengaruh
positif terhadap Motivasi intrinsik yang artinya, peningkatan kepemimpinan
transformasional berdampak pada meningkatnya motivasi intrinsik personil. Hasil
penelitian ini sejalan dengan temuan Novitasari dan Asbari (2020), yang
menyatakan kepemimpinan berpengaruh langsung secara signifikan terhadap
motivasi intrinsic.
Variabel kepemimpinan
transformasional direpresentasikan melalui empat indikator utama, yaitu
Idealized Influence (karisma), Intellectual Stimulation, Individualized
Consideration, dan Inspirational Motivation. Sementara itu, variabel motivasi
intrinsik mencerminkan empat indikator, yaitu Wewenang, Tanggung Jawab,
Kejelasan Tujuan, dan Cakupan Pekerjaan.
Analisis menunjukkan bahwa
indikator Inspirational Motivation dalam kepemimpinan transformasional memiliki
nilai loading tertinggi, sedangkan dalam motivasi intrinsik, indikator dengan
nilai loading tertinggi adalah Tanggung Jawab. Hal ini mengindikasikan adanya
hubungan positif antara Inspirational Motivation dan Tanggung Jawab, yang
berarti semakin tinggi kemampuan seorang pemimpin untuk memberikan motivasi
yang inspiratif, semakin besar pula rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh
individu atau tim yang dipimpin. Dengan kata lain, kepemimpinan yang mampu
memberikan visi dan dorongan emosional yang kuat dapat meningkatkan kesadaran
serta keseriusan individu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Sebaliknya, indikator dengan
nilai loading terendah pada kepemimpinan transformasional adalah Individualized
Consideration, sementara pada motivasi intrinsik adalah Wewenang. Ini
menunjukkan adanya korelasi positif antara Individualized Consideration dan
Wewenang, yang berarti semakin baik perhatian personal yang diberikan oleh
seorang pemimpin kepada individu dalam tim, semakin besar pula tingkat
kewenangan yang dirasakan individu tersebut. Artinya, pemimpin yang mampu
memberikan perhatian dan bimbingan personal dapat mendorong individu untuk
merasa lebih percaya diri dan berdaya dalam mengambil keputusan atau bertindak
dalam ruang lingkup wewenangnya.
Secara keseluruhan, temuan ini
menggarisbawahi pentingnya aspek Inspirational Motivation dan Tanggung Jawab
sebagai elemen utama yang memperkuat hubungan antara kepemimpinan
transformasional dan motivasi intrinsik. Selain itu, meskipun Individualized
Consideration dan Wewenang menunjukkan hubungan yang lebih lemah, keduanya
tetap berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung
pertumbuhan personal dan profesional. Strategi pengembangan kepemimpinan
sebaiknya difokuskan pada peningkatan kemampuan motivasi inspiratif dan
perhatian individu untuk memaksimalkan efek positif terhadap motivasi
intrinsik.
3.
Pengaruh motivasi
Intrinsikterhadap� kinerja SDM
Motivasi intrinsik berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja SDM yang artinya, peningkatan motivasi
instriksik berdampak pada meningkatnya kinerja personil.� Hasil ini searah dengan penemuan
Fitrianingrum et al., (2022) yang menyatakan hal yang sama bahwa motivasi kerja
memiliki pengaruh terhadap kinerja SDM (Fitrianingrum et
al., 2022).
Variabel motivasi intrinsik direpresentasikan
melalui empat indikator utama, yaitu wewenang, tanggung jawab, kejelasan
tujuan, dan cakupan pekerjaan. Sementara itu, variabel kinerja sumber daya
manusia (SDM) diukur melalui lima indikator: keamanan dan ketertiban
masyarakat, pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, profesionalisme
SDM, modernisasi teknologi, serta pengawasan yang akuntabel, bersih, dan
melayani.
Indikator motivasi intrinsik
yang memiliki nilai loading tertinggi adalah tanggung jawab, sedangkan pada
variabel kinerja SDM, indikator dengan nilai loading tertinggi adalah
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal ini mengindikasikan adanya
hubungan positif antara tanggung jawab dengan pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat. Semakin tinggi rasa tanggung jawab individu, semakin
optimal pula pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat yang dapat
dicapai. Dengan kata lain, tanggung jawab menjadi faktor kunci dalam mendorong
peningkatan kualitas pemeliharaan keamanan dan ketertiban, karena mencerminkan
komitmen pribadi terhadap tugas dan tujuan organisasi.
Sebaliknya, indikator motivasi
intrinsik dengan nilai loading terendah adalah wewenang, sementara pada
variabel kinerja SDM, indikator dengan nilai loading terendah adalah keamanan
dan ketertiban masyarakat. Walaupun nilainya lebih rendah dibandingkan
indikator lain, terdapat korelasi positif antara wewenang dan kualitas
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Ini berarti bahwa semakin baik
distribusi dan pelaksanaan wewenang, semakin besar kontribusinya terhadap
terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat yang lebih baik. Artinya,
meskipun wewenang mungkin tidak menjadi faktor dominan, pengelolaan yang
efektif tetap diperlukan untuk memastikan hasil yang optimal dalam konteks
pemeliharaan keamanan.
4.
�Lingkungan kerja memoderasi pengaruh
motivasi� intrinsik� terhadap�
kinerja SDM
�Lingkungan kerja mampu memperkuat pengaruh
Motivasi intrinsik terhadap kinerja SDMyang artinya bahwa Lingkungan kerja yang
baik mampu meemperkuat pengaruh Motivasi intrinsik terhadap kinerja SDM.� Lingkungan kerja memiliki peran penting dalam
memperkuat hubungan antara motivasi intrinsik dan kinerja sumber daya manusia
(SDM). Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang kondusif dapat
meningkatkan dampak positif dari motivasi intrinsik terhadap kinerja SDM.
Dengan lingkungan kerja yang baik, individu dapat lebih termotivasi secara
intrinsik untuk memberikan hasil kerja yang optimal, sehingga kinerja secara
keseluruhan dapat meningkat.
Variabel lingkungan kerja ini
direpresentasikan melalui tiga indikator utama, yaitu kondisi lingkungan kerja
fisik, hubungan kerja, dan hubungan sosial. Di antara ketiga indikator
tersebut, hubungan sosial memiliki nilai loading tertinggi, yang menunjukkan
bahwa aspek ini memberikan pengaruh terbesar dalam menciptakan lingkungan kerja
yang baik. Sementara itu, indikator dengan nilai loading terendah adalah
hubungan kerja, meskipun masih tetap berkontribusi terhadap pembentukan
lingkungan kerja yang mendukung.
Lingkungan kerja memiliki
kemampuan untuk memperkuat pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja sumber
daya manusia (SDM). Hal ini berarti bahwa ketika lingkungan kerja yang baik
tercipta, motivasi intrinsik yang dimiliki individu dapat lebih efektif dalam
mendorong peningkatan kinerja. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan
dukungan fisik dan psikologis, sehingga individu merasa lebih nyaman,
termotivasi, dan berkomitmen untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Dengan
kata lain, keberadaan lingkungan kerja yang mendukung menjadi elemen kunci
dalam memaksimalkan dampak motivasi intrinsik terhadap kinerja SDM secara
keseluruhan.
KESIMPULAN
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh kepemimpinan
transformational terhadap motivasi intrinsik serta dampaknya terhadap kinerja
Personil Ditreskrimsus Polda Banten, termasuk peran moderasi lingkungan kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformational berpengaruh
positif terhadap kinerja SDM, artinya semakin baik kepemimpinan, semakin baik
kinerja individu. Selain itu, kepemimpinan transformational juga meningkatkan
motivasi intrinsik, yang pada gilirannya berpengaruh positif terhadap kinerja.
Lingkungan kerja yang baik memperkuat pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja,
sehingga menciptakan suasana yang mendukung. Implikasi teoritisnya menekankan
pentingnya kepemimpinan yang inspiratif dan perhatian personal dari pemimpin.
Sementara itu, implikasi manajerial menunjukkan bahwa organisasi perlu
memperkuat aspek kepemimpinan, memberikan otonomi kepada individu, dan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk meningkatkan kinerja SDM
secara keseluruhan. Dengan demikian, penelitian ini memberikan rekomendasi bagi
pemimpin untuk mengadopsi gaya kepemimpinan transformational dan bagi manajemen
untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pengembangan motivasi intrinsik dan
lingkungan kerja yang positif, guna mencapai kinerja yang lebih baik dalam
organisasi.
Adrianto, T., Ilmi, Z., & Heksarini, A. (2020). The
Influence Of Workload And Motivation On Employee Satisfaction And Performance
Of Pt Gema Soerya Samodra. International Journal of Economics, Business and
Accounting Research (IJEBAR), 4(03). https://doi.org/10.29040/ijebar.v4i03.1290
Alfes, K., Shantz, A.
D., Bailey, C., Conway, E., Monks, K., & Fu, N. (2019). Perceived human
resource system strength and employee reactions toward change: Revisiting human
resource�s remit as change agent. Human Resource Management, 58(3).
https://doi.org/10.1002/hrm.21948
Alhojairi, H. M.,
Elseesy, N. A. M., Mahran, S. M., Banakhar, M. A., & Alsharif, F. (2024).
Assessment of nurses� workplace silence behaviour motives: A cross-sectional
study. International Journal of Nursing Sciences, 11(5), 553�562.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2024.10.006
Ariani, D. R.,
Ratnasari, S. L., & Tanjung, R. (2020). Pengaruh motivasi, lingkungan
kerja, dan pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan PT. Super Box Industries.
Jurnal Dimensi, 9(1), 74�86.
https://doi.org/10.33373/dms.v9i1.2325
Cabeza-Ram�rez, L. J.,
S�nchez-Ca�izares, S. M., Santos-Rold�n, L. M., & Fuentes-Garc�a, F. J.
(2022). Impact of the perceived risk in influencers� product recommendations on
their followers� purchase attitudes and intention. Technological Forecasting
and Social Change, 184, 121997.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2022.121997
Can, A., & Yasri,
Y. (2016). Pengaruh motivasi kerja, kepuasan kerja dan komitmen organisasi
terhadap kinerja karyawan pada Bank Nagari. Jurnal Riset Manajemen Bisnis
Dan Publik, 4(1).
Fitrianingrum, N. S.,
Aminin, S., & Riyanto, R. (2022). Pengaruh motivasi kerja dan budaya
sekolah terhadap kinerja guru SMA di Kecamatan Purbolinggo. Jurnal Humaniora
Dan Ilmu Pendidikan, 1(2), 71�83.
https://doi.org/10.35912/jahidik.v1i2.583
Gilch, P. M., &
Sieweke, J. (2021). Recruiting digital talent: The strategic role of
recruitment in organisations� digital transformation. German Journal of
Human Resource Management, 35(1). https://doi.org/10.1177/2397002220952734
Lee, S. E., Kim, E.,
Lee, J. Y., & Morse, B. L. (2023). Assertiveness educational interventions
for nursing students and nurses: A systematic review. Nurse Education Today,
120, 105655. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2022.105655
Margherita, A. (2022).
Human resources analytics: A systematization of research topics and directions
for future research. Human Resource Management Review, 32(2),
100795. https://doi.org/10.1016/j.hrmr.2020.100795
Pasban, M., &
Nojedeh, S. H. (2016). A Review of the Role of Human Capital in the
Organization. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 230.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.09.032
Philippi, P.,
Baumeister, H., Apolin�rio-Hagen, J., Ebert, D. D., Hennemann, S., Kott, L.,
Lin, J., Messner, E.-M., & Terhorst, Y. (2021). Acceptance towards digital
health interventions�model validation and further development of the unified
theory of acceptance and use of technology. Internet Interventions, 26,
100459. https://doi.org/10.1016/j.invent.2021.100459
Piwowar-Sulej, K.
(2021). Human resources development as an element of sustainable HRM�with the
focus on production engineers. Journal of Cleaner Production, 278,
124008. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.124008
Rodrigues, R., Moura,
F., Silva, A. B., & Seco, �. (2021). The determinants of Portuguese
preference for vehicle automation: A descriptive and explanatory study. Transportation
Research Part F: Traffic Psychology and Behaviour, 76, 121�138.
https://doi.org/10.1016/j.trf.2020.10.009
Yunita, Y. (2021).
Determinasi Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan: Motivasi, Gaya Kepemimpinan
(Kajian Studi Literatur Manajemen Sumber Daya Manusia). Jurnal Manajemen
Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1).
https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i1.504
|
� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |