Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Indonesia
Email: olivia.manalagi@gmail.com
|
Abstrak |
|
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
kompetensi pegawai dan pelatihan terhadap kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN)
di Kabupaten Demak, dengan kemampuan teknologi informasi (TI) sebagai
variabel moderasi. Dalam era digitalisasi, peningkatan kinerja ASN sangat
penting untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas, sehingga
penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja
ASN, khususnya kompetensi dan pelatihan pegawai. Metode yang digunakan adalah
Partial Least Squares (PLS) dengan desain penelitian kuantitatif, melibatkan
populasi ASN di Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten
Demak, dengan sampel sebanyak 76 ASN. Analisis data dilakukan menggunakan
perangkat lunak PLS dan teknik analisis jalur (path analysis). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pegawai berpengaruh positif terhadap
kinerja pegawai, sedangkan pelatihan berpengaruh positif namun tidak
signifikan. Kemampuan TI tidak memperkuat hubungan antara kompetensi dan
kinerja. Temuan ini memberikan kontribusi teoritis dalam manajemen sumber
daya manusia dan merekomendasikan pemerintah daerah untuk merancang program
pengembangan sumber daya manusia yang fokus pada peningkatan kompetensi
pegawai, serta menunjukkan perlunya perhatian lebih pada pelatihan yang
efektif dan relevansi teknologi informasi dalam mendukung kinerja ASN. Kata kunci: Kinerja Pegawai;
Kompetensi Pegawai; Pelatihan; Kemampuan Teknologi Informasi |
|
|
|
Abstract |
|
This study aims to
analyze the influence of employee competence and training on the performance
of the State Civil Apparatus (ASN) in Demak Regency, with information
technology (IT) capabilities as a moderation variable. In the era of
digitalization, improving the performance of civil servants is very important
to provide quality public services, so this research focuses on factors that
can improve the performance of civil servants, especially employee competence
and training. The method used is Partial Least Squares (PLS) with a
quantitative research design, involving the ASN population at the Demak
Regency Personnel, Education, and Training Agency (BKPP), with a sample of 76
ASN. Data analysis was carried out using PLS software and path analysis
techniques. The results of the study show that employee competence has a
positive effect on employee performance, while training has a positive but
not significant effect. IT capabilities do not reinforce the relationship
between competence and performance. These findings make a theoretical
contribution to human resource management and recommend local governments to
design human resource development programs that focus on improving employee
competence, as well as showing the need for more attention to effective
training and the relevance of information technology in supporting ASN
performance. Keywords: Employee Performance; Employee
Competence; Training; Information Technology Capability |
*Correspondence
Author: Herlina Olivia Ekaningdiah
Email:
olivia.manalagi@gmail.com
PENDAHULUAN
Pada
era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang pesat, organisasi
publik dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi
pelayanan (Budiono &
Mukhlis, 2024; Dadang, 2023). Aparatur Sipil Negara (ASN)
sebagai tulang punggung birokrasi diharapkan mampu memberikan pelayanan publik
yang berkualitas dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat (Kosasih et al.,
2023; Situmorang, 2019). Pemerintah Kabupaten Demak,
sebagai salah satu daerah di Indonesia, juga menghadapi tantangan yang sama.
Globalisasi menuntut setiap organisasi, termasuk instansi pemerintah, untuk
terus beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan dinamis (Janssen & Van
Der Voort, 2016). ASN harus memiliki
kompetensi dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan zaman agar dapat
memberikan pelayanan yang optimal.
Dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah Kabupaten Demak memiliki
Sumber Daya Manusia dalam hal ini adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan
jumlah keseluruhan pada akhir tahun 2023 sebanyak 7.856 orang. Bila dilihat
menurut pendidikan yang di tamatkan adalah tamat SD 41 orang, tamat
SMP/Sederajat 92 orang, tamat SMA/Sederajat 551 orang, Diploma I dan II atau
Akta I dan II sebanyak 58 orang, Diploma III/Akta III/Sarjana Muda 579 orang
sedangkan Tingkat Sarjana S1 sebanyak 5.700 orang dan S2/S3 sebanyak 893 orang
(sumber : Kabupaten Demak Dalam Angka tahun 2024). Sedangkan dari jumlah
keseluruhan ASN Kabupaten Demak, yang menduduki jabatan struktural mulai dari
pengawas sampai dengan sekretaris daerah adalah sejumlah 329 orang yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 213 orang dan perempuan sebanyak 116 orang (Sekretariat
Satu Data Indonesia 2023). Kemudian Jabatan Struktural yang masih kosong
sebanyak 428 kursi (Sumber : Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kab.
Demak).
Dalam
upaya meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik, Pemerintah Kabupaten
Demak menetapkan sejumlah syarat bagi ASN (Aparatur Sipil Negara) yang ingin
menduduki jabatan struktural minimal eselon IV (Meo & Boro,
2021; Wahyono & Narmaditya, 2022). Syarat-syarat tersebut
dirancang untuk memastikan bahwa para pejabat yang menduduki posisi ini
memiliki kompetensi, pengalaman, dan kualifikasi yang memadai. Adapun
syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Kualifikasi Pendidikan: Calon
pejabat eselon IV diwajibkan memiliki pendidikan minimal Sarjana (S1) atau
Diploma IV (D-IV). Kualifikasi pendidikan ini diperlukan untuk memastikan bahwa
calon pejabat memiliki dasar pengetahuan yang memadai dalam bidang yang relevan
dengan tugas dan tanggung jawab jabatan struktural yang akan diemban.
b.
Pangkat Golongan: Calon
pejabat eselon IV harus memiliki pangkat golongan minimal III/c atau satu
tingkat di bawah pangkat terendah untuk posisi tersebut, yaitu III/b. Pangkat
golongan ini mencerminkan pengalaman dan kapabilitas kerja yang telah diperoleh
oleh calon pejabat selama berkarir di lingkungan ASN.
c.
Penilaian Assessment: Selain
kualifikasi pendidikan dan pangkat golongan, calon pejabat juga harus lulus
penilaian assessment (Bohlouli et al.,
2017; Elder, 2018). Assessment ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan dan kompetensi calon pejabat dalam berbagai aspek,
termasuk kepemimpinan, manajemen, dan kemampuan teknis yang relevan dengan
jabatan yang akan diisi. Penilaian ini dilakukan secara objektif dan transparan
untuk memastikan bahwa calon yang terpilih benar- benar memenuhi standar yang
dibutuhkan.
Dengan
persyaratan ini, Pemerintah Kabupaten Demak berharap dapat mengisi jabatan struktural
dengan ASN yang kompeten, profesional, dan siap untuk menghadapi tantangan
dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Kebijakan ini merupakan
bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas dalam pemerintahan, serta untuk memastikan bahwa ASN dapat
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik demi kepentingan
masyarakat.
Berdasarkan
data terkini, dari total 7.856 ASN di Kabupaten Demak, sebanyak 5.700 ASN telah
memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S1/D-IV. Selain itu, syarat pangkat
golongan minimal III/b juga telah terpenuhi oleh sejumlah besar ASN. Namun,
tantangan yang dihadapi saat ini adalah banyaknya ASN yang belum memenuhi
syarat terakhir, yaitu lulus penilaian assessment. Untuk mengatasi hal ini,
diperlukan upaya peningkatan kompetensi ASN, khususnya dalam aspek yang dinilai
dalam assessment. Peningkatan kompetensi ini harus difokuskan pada moderasi
kemampuan teknologi informasi (IT) dan program pelatihan yang relevan.
Banyak
ASN yang memerlukan peningkatan kompetensi melalui pelatihan yang terstruktur
dan berkelanjutan. Pelatihan ini penting untuk memastikan bahwa pegawai
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan up-to-date dengan
perkembangan terbaru di bidang mereka.
Teknologi
informasi menjadi salah satu faktor kunci dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja (Ismagilova et al.,
2019; Tamazur, 2023). Penguasaan Teknologi oleh
ASN diharapkan dapat mempercepat proses kerja, meningkatkan akurasi, dan
memfasilitasi pelayanan publik yang lebih baik. Namun, kenyataannya, tidak
semua ASN memiliki kemampuan IT yang memadai.
Berdasarkan
observasi awal, terdapat kekosongan kursi jabatan dengan jumlah lebih dari 50%
dari seluruh jumlah jabatan yang ada di Pemerintahan Kabupaten Demak sehingga
mempengaruhi tingkat kinerja ASN di Kabupaten Demak. Kekosongan tersebut
disebabkan oleh kurangnya pegawai yang memiliki kualifikasi untuk menduduki
kursi jabatan tersebut yang dapat diatributkan pada tingkat pelatihan yang
diterima, kompetensi individu, serta kemampuan dalam menggunakan teknologi
informasi. Variasi ini berdampak pada kualitas pelayanan publik yang diberikan
kepada masyarakat karena kurangnya kompetensi dan kualifikasi pelatihan yang
dimiliki dan diterima oleh pegawai ASN di Kabupaten Demak yang mana di era
globalisasi saat ini sangat didukung dengan kamampuan teknologi informasi.
Adanya
pengaruh antara kompetensi pegawai dan pelatihan dengan tingkat kinerja dapat
dibuktikan dalam beberapa penelitian terdahulu. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh para peneliti terdahulu, seperti Anggriawan et al., (2023) yang menunjukkan bahwa kompetensi
pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai (Anggriawan et al.,
2023). Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rulianto et al., (2023) justru kompetensi
pegawai tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai (Suswanti &
Nasir, 2023).
Berdasarkan
penelitian yang menunjukkan hasil yang kontradiktif tersebut, menarik untuk dilakukan
penelitian ulang. Hal yang membedakan dalam penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah bahwa pada penelitian ini menggunakan pengujian moderasi, di
mana kemampuan IT diposisikan sebagai variabel moderasi. Ini karena pelaksanaan
assessment kegiatan perekrutan jabatan eselon di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Demak saat ini menggunakan CAT (Computerized Adaptive Testing).
Dukungan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Winardi et al., (2023) menunjukkan bahwa kemampuan IT mampu
memoderasi pengaruh kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai, dan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Chinnapong et al., (2021) menunjukkan bahwa kapabilitas TI
berpengaruh positif terhadap kompetensi SDM, dan kompetensi SDM berpengaruh
positif terhadap kinerja inovatif (Malikhah et al., 2023;
Winardi et al., 2023).
Pemerintah
Kabupaten Demak telah mengimplementasikan berbagai kebijakan dan program
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi ASN. Namun, efektivitas dari kebijakan
dan program ini perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa tujuan peningkatan
kinerja dapat tercapai.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis secara empiris pengaruh kompetensi
terhadap peningkatan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Demak,
serta untuk menganalisis kemampuan IT yang dimiliki oleh ASN dalam memoderasi
pengaruh kompetensi pegawai terhadap peningkatan kinerja mereka. Penelitian ini
juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan pegawai terhadap kinerja
ASN di daerah tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi
teoritis pada pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia, khususnya dalam
bentuk model pengembangan peningkatan kinerja pegawai yang mengintegrasikan
pelatihan, kompetensi, dan kemampuan IT, serta memberikan dasar untuk
penelitian selanjutnya. Selain itu, manfaat praktis dari studi ini bagi
Pemerintah Kabupaten Demak adalah sebagai referensi dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan peningkatan kinerja pegawai, sehingga dapat digunakan
untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam pengelolaan sumber daya
manusia.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian eksplanatory yang bersifat asosiatif, yaitu bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Pittig et al.,
2018). Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan pengujian hipotesis dengan maksud membenarkan atau memperkuat
hipotesis dengan harapan, yang pada akhirnya dapat memperkuatkan teori yang
dijadikan sebagai pijakan. Dalam hal ini adalah menguji pengaruh kompetensi
pegawai dan pelatihan terhadap kinerja pegawai dengan kemampuan IT sebagai
pemoderasi.
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pegawai BKPP (Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan)
Pemerintah Kabupaten Demak, yang berjumlah 112 orang, terdiri dari 76 ASN dan
36 non-ASN. Sampel, yang merupakan wakil dari populasi, diambil sebanyak 76
orang ASN. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan
penilaian subjektif peneliti mengenai relevansi populasi. Dalam hal ini, jenis
purposive sampling yang diterapkan adalah expert sampling, yang memilih
individu dengan keahlian atau pengetahuan khusus tentang manajemen kepegawaian,
sehingga pegawai ASN yang dipilih diharapkan memiliki pengalaman dan wawasan
yang mendalam terkait topik penelitian.
Jenis dan Sumber Data
Dalam penulisan tesis ini
jenis data yang digunakan adalah data subyek. Menurut Indriantoro dan Supomo
(2012) mengemukakan bahwa data subyek merupakan jenis data penelitian yang
berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian. Dalam hal ini data yang
digunakan adalah dari hasil jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan
dalam wawancara kepada pegawai ASN Pemerintah Kabupaten Demak, baik secara
lisan maupun tertulis. Data mempunyai sifat memberikan gambaran tentang suatu
masalah. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer
yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumbernya, dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab
pertanyaan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Data Primer
Dalam penelitian ini data
primer diperoleh dari langsung dari kuesioner yang diajukan kepada pegawai ASN
BKPP Kabupaten Demak guna mendapatkan permasalahan responden. Kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang mencakup semua pernyataan dan pertanyaan yang akan
digunakan untuk mendapatkan data, baik yang dilakukan melalui telpon, surat
atau bertatap muka (Ferdinand, 2009). Daftar pertanyaan tersebut meliputi
variabel penelitian yang diteliti. Pengambilan data yang diperoleh melalui
kuesioner dilakukan dengan menggunakan pengukuran interval (skala semantik)
dengan ketentuan skornya adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Skala Semantik
|
Sangat Tidak Setuju |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Sangat Setuju |
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data
yang diperoleh secara tidak langsung terkait dengan hasil penelitian dan data
kepegawaian di Pemerintah Kabupaten Demak. Adapun data sekunder diperoleh
berupa:
a. Jurnal, diperoleh dari
beberapa penelitian terdahulu guna mendukung penelitian;
b. Literatur berupa beberapa
referensi dari beberapa buku dalam mendukung penelitian;
c. Data Jumlah pegawai ASN yang
ada di Pemerintah Kabupaten Demak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Statistik Deskriptif
a. Deskripsi Variabel Kinerja Pegawai
Pada
penelitian ini, berhasil di peroleh data sebanyak 76 responden yang telah
menjawab kuesioner secara lengkap sehingga dapat diolah lebih lanjut. Variabel
Kinerja Pegawai pada penelitian ini di refleksikan dengan empat (4) indikator
atau konstruk yang ditampilkan pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Deskriptif Variabel Kinerja Pegawai
|
Indikator Variabel/Konstruk |
Scale min |
Scale max |
Mean |
Keterangan |
|
1. Kualitas Pekerjaan |
3.000 |
5.000 |
4.632 |
Tinggi |
|
2. Jumlah Pekerjaan |
3.000 |
5.000 |
4.592 |
Tinggi |
|
3. Ketepatan Waktu |
3.000 |
5.000 |
4.526 |
Tinggi |
|
4. Tingkat Kesalahan yang rendah |
3.000 |
5.000 |
4.474 |
Tinggi |
|
Total |
|
|
4.556 |
Tinggi |
Sumber: Data Primer yang diolah
(2024)
Berdasarkan
tabel 2. tersebut di atas, semua indikator untuk variabel Kinerja Pegawai berada
dalam kategori Tinggi. Rata-rata keseluruhan (mean) untuk variabel kinerja
adalah 4.556, yang menunjukkan bahwa pegawai di BKPP Kabupaten Demak secara
umum memiliki kinerja yang sangat baik, dengan kualitas pekerjaan, jumlah
pekerjaan, ketepatan waktu, dan tingkat kesalahan yang rendah dinilai tinggi.
Indikator
Kualitas Pekerjaan memiliki nilai rata-rata tertinggi, yakni 4.632, menunjukkan
bahwa pegawai menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang sangat baik.
Sedangkan indikator yang menunjukkan nilai rata- rata terendah adalah Tingkat
Kesalahan Yang Rendah yaitu sebesar 4.474. Walaupun demikian, indikator Tingkat
Kesalahan yang Rendah tetap berada pada nilai yang tinggi, artinya pegawai
bekerja dengan sangat teliti dan cermat. Rendahnya kesalahan ini berkontribusi
terhadap tingginya kualitas hasil pekerjaan dan efisiensi operasional secara
keseluruhan.
b. Deskripsi Variabel Kompetensi Pegawai
Variabel
Kompetensi Pegawai pada penelitian ini direfleksikan dengan empat (4) indikator
atau konstruk yang ditampilkan pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Deskriptif Variabel Kompetensi Pegawai
|
Indikator Variabel/Konstruk |
Scale min |
Scale max |
Mean |
Keterangan |
|
1. Karakter Pribadi |
4.000 |
5.000 |
4.737 |
Tinggi |
|
2. Konsep Diri |
3.000 |
5.000 |
4.618 |
Tinggi |
|
3. Pengetahuan |
3.000 |
5.000 |
4.566 |
Tinggi |
|
4. Keterampilan |
3.000 |
5.000 |
4.645 |
Tinggi |
|
5. Motivasi |
3.000 |
5.000 |
4.618 |
Tinggi |
|
Total |
|
|
4.637 |
Tinggi |
Sumber: Data Primer yang diolah
(2024)
Berdasarkan
tabel 3 tersebut, diketahui bahwa kompetensi pegawai secara keseluruhan berada
dalam kategori Tinggi, dengan total mean sebesar 4.637. Dengan mean total
sebesar 4.637, variabel Kompetensi Pegawai berada dalam kategori Tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa pegawai di BKPP Kabupaten Demak memiliki kompetensi yang
kuat dalam menjalankan pekerjaan mereka. Semua aspek, mulai dari karakter
pribadi, konsep diri, pengetahuan, keterampilan, hingga motivasi, mendukung
performa kerja pegawai yang optimal.
c.
Deskripsi Variabel
Pelatihan
Variabel
Pelatihan pada penelitian ini di refleksikan dengan 4 indikator atau konstruk
yang ditampilkan pada tabel 4. berikut :
Tabel 4. Deskriptif
Variabel Pelatihan
|
Indikator Variabel/Konstruk |
Scale min |
Scale max |
Mean |
Keterangan |
|
1. Produktifitas |
4.000 |
5.000 |
4.776 |
Tinggi |
|
2. Kualitas |
3.000 |
5.000 |
4.697 |
Tinggi |
|
3. Perencanaan SDM |
3.000 |
5.000 |
4.711 |
Tinggi |
|
4. Moral |
3.000 |
5.000 |
4.711 |
Tinggi |
|
Total |
|
|
4.724 |
Tinggi |
Sumber: Data Primer yang diolah
(2024)
Berdasarkan
tabel 4, variabel Pelatihan dinilai melalui empat indikator yaitu
Produktivitas, Kualitas, Perencanaan SDM, dan Moral, dengan nilai mean total
sebesar 4.724 yang termasuk dalam kategori Tinggi. Semua indikator menunjukkan
hasil yang tinggi, dengan Produktivitas memperoleh nilai tertinggi (4.776),
menandakan bahwa pelatihan yang diberikan mampu meningkatkan produktivitas
pegawai secara signifikan.
Produktivitas
mendapat nilai tertinggi, menunjukkan bahwa pelatihan memiliki dampak besar
pada peningkatan efisiensi kerja pegawai. Kualitas, Perencanaan SDM, dan Moral
juga berada di kategori tinggi, yang mengindikasikan bahwa pelatihan berperan
dalam meningkatkan kualitas hasil kerja, perencanaan sumber daya manusia yang
baik, serta meningkatkan moral atau semangat kerja pegawai. Secara keseluruhan,
pelatihan yang dilakukan di BKPP Kabupaten Demak dinilai sangat efektif dalam
meningkatkan berbagai aspek penting dari kinerja pegawai.
d.
Deskripsi Variabel
Kemampuan IT
Variabel
Kemapuan IT pada penelitian ini direfleksikan dengan 4 indikator atau konstruk yang ditampilkan pada
table 5 berikut.
Tabel 5. Deskriptif Variabel Kemampuan IT
|
Indikator Variabel/Konstruk |
Scalemin |
Scalemax |
Mean |
Keterangan |
|
1. Layanan manajemen data dan informasi yang memadai |
3.000 |
5.000 |
4.605 |
Tinggi |
|
2. Konektivitas, keandalan, dan ketersediaan jaringan komunikasi yang baik; |
3.000 |
5.000 |
4.526 |
Tinggi |
|
3. Aplikasi dan layanan teknologi informasi yang berkualitas; |
2.000 |
5.000 |
4.355 |
Tinggi |
|
4. Layanan manajemen teknologi informasi yang terhubung dengan unit bisnis lainnya. |
2.000 |
5.000 |
4.421 |
Tinggi |
|
Total |
|
|
4.477 |
Tinggi |
Sumber: Data Primer yang diolah
(2024)
Berdasarkan
tabel 5 tersebut, diketahui bahwa Variabel Kemampuan IT memiliki rata-rata
total 4.477, yang termasuk dalam kategori Tinggi, menunjukkan bahwa kemampuan
IT di BKPP Kabupaten Demak sudah cukup baik dalam mendukung kinerja pegawai.
Untuk indikator Layanan manajemen data dan informasi yang memadai memiliki
nilai mean tertinggi sebesar 4.605, menunjukkan bahwa manajemen data dan
informasi dilakukan dengan sangat baik, mendukung efisiensi dalam penyimpanan,
pengelolaan, dan akses data yang relevan untuk pekerjaan pegawai. Sedangkan
indikator Aplikasi dan layanan teknologi informasi yang berkualitas memiliki
mean terendah yaitu 4.355, meskipun terendah tetapi masih berada dalam kategori
tinggi. Ini menunjukkan bahwa aplikasi dan layanan TI sudah memadai, namun
mungkin perlu ditingkatkan lebih lanjut untuk mendukung fungsionalitas dan
kualitas yang lebih optimal.
2.
Hasil Analisis PLS
(Partial Least Square)
Penelitian
ini dianalis menggunakan program software Smart PLS 4 untuk memudahkan dalam
mengolah data. Analisis data menggunakan Partial Least Square ini diawali
dengan uji validitas (convergent validity dan discriminantvalidity) dan
reliabilitas terlebih dahulu.
a.
Hasil Outer Model (Model
Pengukuran)
Analisis
Outer Model bertujuan untuk menilai bagaimana konstruk pengukuran variabel
laten. Analisis ini untuk menguji validitas dan reliabilitas
indikator-indikator penyusun variabel laten. Uji validitas dilakukan untuk
mengukur sejauh mana indikator penelitian mampu mengungkapkan sesuatu yang
diukurnya (Ghozali, 2015). Uji validitas dapat dilihat pada tiga (3) poin,
yaitu outer loading (convergent validity test), discriminant validity (cross
loading), dan t-statistik dari indikator terhadap variabel laten.
Uji
validitas pertama menggunakan tabel outer loadings (convergent validity test)
yang disajikan pada lampiran 1 Validitas konvergen yang dapat di terima yaitu
nilai loading faktor > 0,5 (Hair et al, 1998) jadi berdasarkan uji tersebut
diketahui bahwa semua indikator valid dengan nilai di atas batas point sebesar
0,5.
Selanjutnya
adalah uji discriminant validity cross loading dapat disajikan pada lampiran 1.
Nilai outer model semua bernilai lebih dari 0,5. Berdasarkan analisis
discriminant validity dengan tabel cross loading, korelasi tertinggi antara
konstruk indikator adalah dengan masing-masing variabel laten dan pada
penelitian ini tidak ada konstruk indikator yang berkorelasi bukan dengan
variabel latennya. Maka dapat dikatakan berdasarkan analisis discriminant
validity dengan tabel cross loading semua data valid.
Berdasarkan
uji validitas tersebut Maka, diputuskan bahwa semua konstruk indikator bersifat
valid sehingga tidak perlu dihapuskan. Hal tersebut secara tidak langsung juga
telah sesuai dengan penjelasan Ghozali (2009) bahwa untuk model yang masih
dalam tahap pengembangan, nilai validitas pada outer loadings yang telah
mencapai minimal 0,5 sudah dapat dikatakan valid. Selanjutnya yaitu hasil uji
realibilitas di sajikan pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Construct Reliability and Validity
|
|
Cronbach's alpha |
Composite reliability (rho_a) |
Composite reliability (rho_c) |
Average variance extracted (AVE) |
|
Kemampuan IT |
0,878 |
0,884 |
0,917 |
0,734 |
|
Kinerja Prgawai |
0,731 |
0,753 |
0,830 |
0,551 |
|
Kompetensi pegawai |
0,776 |
0,800 |
0,849 |
0,534 |
|
Pelatihan |
0,914 |
0,924 |
0,939 |
0,795 |
Sumber: Output SmartPLS
4.1.0.9, diolah (2024)
Tabel
tersebut menyajikan nilai cronbachs alpha dan composite reliability yang dapat
digunakan untuk melihat tingkat reliabilitas data, beserta nilai average
variance extracted (AVE) yang juga dapat digunakan untuk melihat validitas
konvergen data.
Data
dapat dikatakan valid apabila nilai AVE lebih dari 0,5. Berdasarkan tabel 6 konstruk
penyusun variabel laten telah valid sehingga dapat dilakukan analisis tahap
selanjutnya, yaitu uji reliabilitas. Adapun untuk uji reliabilitas, dapat
dilihat pada kolom cronbachs alpha dan composite reliability. Apabila pada
kedua kategori tersebut variabel laten memperoleh nilai lebih dari 0,7 maka
dapat dikatakan data telah reliabel. Uji reliabilitas sendiri dilakukan untuk
mengukur, apakah kuesioner atau indikator yang digunakan dalam penelitian dapat
memberikan hasil yang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2009). Berdasarkan tabel 4.7 ditampilkan data dari keempat (4) variabel laten
memiliki nilai cronbachs alpha maupun composite reliability lebih dari 0,7
sehingga dapat dikatakan bahwa data telah reliabel. Dengan demikian berdasarkan
outer model atau model pengukuran yang memberikan hasil baik, maka pengolahan
data dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu analisis inner model.
b. Hasil Inner Model (Model Struktural)
Pengujian
inner model dilakukan menggunakan aplikasi Smart PLS 4.1.0.9, di mana output
dapat dihasilkan dari bootstrapping. Output tersebut dapat disajikan pada Tabel
7
berikut ini.
Tabel 7. Path Coefficients (Mean,
STDEV, T-Values, P-Values)
|
|
Original sample (O) |
Sample mean (M) |
Standard deviation (STDEV) |
T statistics (|O/STDEV|) |
P values |
|
Kompetensi pegawai -> Kinerja Prgawai |
0,499 |
0,504 |
0,099 |
5,034 |
0,000 |
|
Pelatihan -> Kinerja Prgawai |
0,119 |
0,127 |
0,140 |
0,850 |
0,395 |
|
Kemampuan IT x Kompetensi pegawai -> Kinerja Prgawai |
0,070 |
0,063 |
0,079 |
0,889 |
0,374 |
Hasil
dari analisis inner model ialah hubungan antara variabel- variabel laten,
pengaruh signifikansi, koefisien regresi atau besarnya pengaruh masing- masing
variabel eksogen terhadap variabel endogen, dan besarnya pengaruh
variabel-variabel eksogen tersebut secara bersama-sama terhadap variabel
endogen yang dapat dilihat pada angka R-Square. Hasil uji signifikansi tersebut
dapat dilihat pada gambar 1 yang menyajikan model hasil pengolahan dengan
bootstrapping.
Gambar 1.
Hasil Analisis Inner Model
Sumber: Output Smart PLS
4.1.0.9, diolah (2024) (Inner Model)
Adapun
berdasarkan koefisien regresi masing-masing variabel, maka dapat disusun persamaan
regresi sebagai berikut:
Y=0,499X1+0,119X2+0,070(X1ΧX3)+
ϵ
Persamaan
model tersebut dapat disajikan pada gambar 4.2 yang merupakan hasil pengolahan
dengan outer model, yang mana menghasilkan nilai-nilai koefisien regresi dan
mencantumkan nilai validitas antara indikator variabel terhadap variabel laten.
Gambar 2.
Hasil Analisis Outer Model
Sumber: Output Smart PLS
4.1.0.9, diolah (2024)
Pada
gambar 2 juga dapat terlihat besarnya pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (koefisien determinansi), yang mana
juga dapat disajikan pda tabel 8 berikut :
Tabel 8. Hasil R Square
|
|
R-square |
R-square
adjusted |
|
Kinerja Prgawai |
0,544 |
0,518 |
Sumber: Output Smart PLS
4.1.0.9, diolah (2024)
Berdasarkan
gambar tabel 8, dapat diketahui bahwa kontribusi kedua variabel independen
terhadap kinerja pegawai ialah sebesar 51,8%, yang mana artinya sebanyak 48,2%
lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
c.
Hasil Pengujian Hipotesis
1) Kompetensi
Pegawai terhadap Kinerja Pegawai
Pengujian
hipotesis 1 (H1) dilakukan dengan uji t. berdasarkan hasil perhitungan path
coefficients yang disajikan dalam tabel 4.8 diketahui bahwa t statistik 5.034
> t tabel (1,666), dan probabilitas atau p value 0,000 < 0,05
(signifikansi 5%) sehingga hasilnya signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa H1
yang menyatakan bahwa Kompetensi pegawai berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan
kompetensi pegawai secara langsung akan meningkatkan kinerja mereka. Pegawai
yang lebih kompeten dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap akan lebih
mampu menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan lebih baik, efisien, dan
produktif. Ini menunjukkan pentingnya upaya organisasi dalam meningkatkan
kompetensi pegawai melalui pelatihan, pengembangan, dan pembinaan, karena hal
tersebut terbukti meningkatkan kinerja mereka secara signifikan.
2) kemampuan
IT memoderasi Kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai
Pengujian
hipotesis2 (H2) dilakukan dengan uji t. berdasarkan hasil perhitungan path
coefficients yang disajikan dalam tabel 4.8, diketahui bahwa t statistic 0,889
< t tabel (1,666), dan probabilitas atau p value 0,374 > 0,05
(signifikansi 5%) sehingga hasilnya tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan
bahwa H2 yang menyatakan bahwa Kemampuan IT memoderasi pengaruh kompetensi
pegawai terhadap kinerja pegawai ditolak. Hal ini dapat di artikan bahwa
Kemampuan IT tidak memoderasi secara signifikan pengaruh Kompetensi Pegawai
terhadap Kinerja Pegawai. Dengan kata lain, meskipun Kemampuan IT berperan
dalam kinerja, tidak ditemukan bukti yang cukup kuat bahwa Kemampuan IT
memperkuat atau memperlemah hubungan antara Kompetensi Pegawai dan Kinerja
Pegawai.
3) Pelatihan
(Training) terhadap Kinerja Pegawai
Pengujian
hipotesis 3 (H3) dilakukan dengan uji t. Berdasarkan hasil perhitungan path
coefficients yang disajikan dalam tabel 4.8, diketahui bahwa t statistic 0,850
< t tabel (1,666), dan probabilitas atau p value 0,395 > 0,05
(signifikansi 5%) sehingga hasilnya tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan
bahwa H3 yang menyatakan bahwa Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Pegawai ditolak. Hal ini dapat di persepsikan dalam penelitian
ini, pelatihan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja
pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan mungkin belum
memadai atau relevan dalam meningkatkan kinerja secara langsung, sehingga perlu
dilakukan peninjauan lebih lanjut terhadap program pelatihan atau faktor lain
yang memengaruhi kinerja.
3.
Pembahasan
a.
Pengaruh Kompetensi
Pegawai terhadap Kinerja Pegawai
Hasil
uji Hipotesis 1 (H1) menyatakan bahwa Kompetensi Pegawai berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai. Dari hasil perhitungan path
coefficients dalam tabel 4.8, diperoleh nilai t-statistik sebesar 5,034, yang
lebih besar dari t-tabel (1,66). Selain itu, nilai p-value sebesar 0,000, yang
lebih kecil dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya Kompetensi Pegawai memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai.
Hasil
yang signifikan ini berarti bahwa semakin tinggi Kompetensi Pegawai, maka
semakin tinggi pula Kinerja Pegawai. Kompetensi pegawai mencakup berbagai aspek
seperti pengetahuan, keterampilan, karakter pribadi, konsep diri, dan motivasi
yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas mereka. Dengan kata lain,
pegawai yang memiliki kompetensi yang lebih baik cenderung mampu bekerja lebih
efektif dan efisien, menghasilkan kinerja yang lebih baik sesuai dengan target
dan tujuan organisasi.
Dalam
konteks Pemerintah Kabupaten Demak, Kompetensi Pegawai memainkan peran kunci
dalam menentukan keberhasilan pencapaian tugas-tugas pemerintah. Pegawai yang
memiliki kompetensi tinggi mampu memahami tugas dan tanggung jawab mereka
dengan lebih baik, memiliki keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan, serta mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan
atau tantangan yang muncul dalam pekerjaan.
Berdasarkan
data kuisioner, indikator Kinerja Pegawai diukur melalui empat aspek utama,
yaitu kualitas pekerjaan, jumlah pekerjaan, ketepatan waktu, dan tingkat
kesalahan yang rendah. Setiap indikator menunjukkan bahwa peningkatan
Kompetensi Pegawai berkontribusi secara positif pada semua dimensi ini. Pegawai
dengan kompetensi tinggi mampu menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang
lebih baik, karena mereka memahami standar kualitas yang diperlukan dan memiliki
keterampilan untuk mencapainya. Kompetensi juga meningkatkan kemampuan pegawai
untuk menyelesaikan lebih banyak tugas dalam waktu yang ditentukan, menunjukkan
produktivitas yang lebih tinggi. Pegawai yang kompeten lebih terampil dalam
mengatur waktu mereka sehingga dapat menyelesaikan tugas sesuai tenggat waktu.
Kompetensi mengurangi tingkat kesalahan yang dilakukan pegawai karena mereka
lebih paham bagaimana menyelesaikan tugas dengan benar dan teliti.
Indikator
Kompetensi Pegawai dalam penelitian ini mencakup lima komponen utama yaitu
karakter pribadi, konsep diri, pengetahuan, keterampilan, dan motivasi.
Berdasarkan hasil survei kuisioner, semua indikator ini berada pada kategori
tinggi, dengan nilai rata-rata yang menunjukkan bahwa pegawai memiliki
kompetensi yang baik. Dari hasil analisis deskriptif Karakter Pribadi memiliki
nilai rata-rata tertinggi, yang menunjukkan bahwa pegawai memiliki
karakteristik seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab yang kuat, yang
mendukung kinerja mereka. Keterampilan dan pengetahuan juga memiliki pengaruh
signifikan, di mana pegawai yang terampil dan berpengetahuan mampu
menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan lebih efisien. Motivasi berperan
sebagai pendorong internal yang membuat pegawai lebih termotivasi untuk bekerja
keras dan mencapai hasil yang baik.
b. Pengaruh kemampuan IT memoderasi Kompetensi pegawai
terhadap kinerja pegawai
Hipotesis
ini menyatakan bahwa Kemampuan IT memoderasi hubungan antara Kompetensi Pegawai
dan Kinerja Pegawai, dengan harapan bahwa Kemampuan IT dapat memperkuat
pengaruh positif Kompetensi Pegawai terhadap Kinerja Pegawai. Namun, hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hasil tidak signifikan.
Berdasarkan
tabel 4.8, nilai t-statistik untuk pengaruh moderasi Kemampuan IT terhadap
hubungan Kompetensi Pegawai dan Kinerja Pegawai adalah 0,889, yang lebih kecil
dari t-tabel (1,666). Selain itu, nilai p-value sebesar 0,374, yang lebih besar
dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
hipotesis ini ditolak, dan Kemampuan IT tidak memoderasi hubungan antara
Kompetensi Pegawai dan Kinerja Pegawai secara signifikan.
Penolakan
hipotesis moderasi ini menunjukkan bahwa Kemampuan IT tidak memperkuat atau
memperlemah pengaruh Kompetensi Pegawai terhadap Kinerja Pegawai. Dengan kata
lain, meskipun pegawai memiliki Kemampuan IT yang baik, hal tersebut tidak
cukup kuat untuk mengubah (memoderasi) hubungan antara kompetensi mereka dan
kinerja yang dihasilkan. Hal ini mungkin mengindikasikan bahwa kompetensi pegawai
yang kuat, seperti pengetahuan dan keterampilan teknis, sudah cukup berpengaruh
secara langsung terhadap kinerja, dan Kemampuan IT tidak berperan besar dalam
memperkuat efek tersebut.
Meskipun
hasil analisis menunjukkan bahwa Kemampuan IT tidak memoderasi hubungan antara
Kompetensi dan Kinerja, perlu dicatat bahwa Kemampuan IT masih penting dalam
konteks pengembangan pegawai. Namun, peran Kemampuan IT lebih terlihat sebagai
faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap Kinerja Pegawai, bukan sebagai
moderator.
Dalam
penelitian ini, Kompetensi Pegawai terdiri dari beberapa indikator seperti
karakter pribadi, konsep diri, pengetahuan, keterampilan dan motivasi. Semua
indikator ini menunjukkan hasil yang baik dalam meningkatkan kinerja pegawai secara
langsung. Namun, Kemampuan IT yang mencakup layanan manajemen data dan
informasi, konektivitas jaringan, aplikasi IT berkualitas, dan layanan IT yang
terhubung dengan unit bisnis lain ternyata tidak mempengaruhi hubungan antara
kompetensi dan kinerja pegawai. Beberapa faktor yang mungkin menjelaskan
terkait hasil ini yaitu:
1) Penggunaan
IT yang Belum Maksimal
Meskipun
Kemampuan IT sudah ada, pegawai mungkin belum memanfaatkan IT secara maksimal
dalam pekerjaan mereka. Penggunaan teknologi yang optimal mungkin memerlukan
waktu dan pelatihan tambahan agar IT dapat benar-benar meningkatkan dampak dari
kompetensi pegawai terhadap kinerja mereka.
2) Kompetensi
Pegawai yang Kuat Secara Mandiri
Kompetensi
Pegawai mungkin sudah cukup kuat untuk berdampak langsung pada kinerja tanpa
membutuhkan dukungan tambahan dari Kemampuan IT. Ini berarti, meskipun
Kemampuan IT ada, kompetensi sudah cukup untuk mendorong kinerja pegawai pada
tingkat yang optimal.
3) Karakteristik
Pekerjaan yang Tidak Bergantung pada IT
Pekerjaan
pegawai di organisasi yang diteliti mungkin lebih mengandalkan keterampilan
manual atau non-teknis yang tidak sepenuhnya tergantung pada Kemampuan IT.
Dalam hal ini, IT mungkin tidak menjadi faktor penting dalam memengaruhi
bagaimana kompetensi mempengaruhi kinerja.
c.
Pengaruh Pelatihan
(Training) terhadap Kinerja Pegawai
Hipotesis
3 (H3) menyatakan bahwa Pelatihan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Kinerja Pegawai. Hipotesis ini didasarkan pada asumsi bahwa pelatihan
yang diberikan kepada pegawai dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan,
serta motivasi mereka, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kinerja.
Namun,
hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa pengaruh Pelatihan terhadap
Kinerja Pegawai tidak signifikan. Berdasarkan tabel 4.8, nilai t-statistik
untuk hubungan Pelatihan dan Kinerja Pegawai adalah 0,850, yang lebih kecil
dari t-tabel (1,666). P-value sebesar 0,395, yang lebih besar dari 0,05
(tingkat signifikansi 5%). Karena t-statistik < t-tabel dan p-value >
0,05, maka hasil ini tidak signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Hipotesis 3 ditolak, dan Pelatihan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap Kinerja Pegawai dalam penelitian ini.
Penolakan
hipotesis ini menunjukkan bahwa dalam konteks penelitian ini, Pelatihan yang
diberikan kepada pegawai tidak berdampak langsung pada peningkatan Kinerja
Pegawai. Meskipun pelatihan merupakan salah satu alat untuk meningkatkan
kompetensi pegawai, hasil ini mengindikasikan bahwa program pelatihan yang
diterapkan belum mampu memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan
kinerja pegawai secara langsung. Terdapat beberapa penjelasan yang mungkin
mendasari hasil ini:
1) Relevansi
dan Kualitas Pelatihan:
Pelatihan
yang diberikan mungkin tidak cukup relevan dengan kebutuhan kerja sehari-hari
para pegawai. Jika materi pelatihan tidak selaras dengan tugas-tugas atau
tantangan yang dihadapi pegawai dalam pekerjaan mereka, maka pelatihan tersebut
tidak akan berdampak signifikan pada peningkatan kinerja.
2) Durasi
dan Efektivitas Pelatihan:
Pelatihan
yang bersifat jangka pendek atau sekali waktu mungkin tidak cukup memberikan
dampak yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Dibutuhkan pelatihan yang
berkelanjutan dan sistematis agar pegawai dapat menerapkan apa yang mereka
pelajari dalam pekerjaan sehari- hari.
3) Implementasi
Hasil Pelatihan:
Ada
kemungkinan bahwa pegawai yang telah menerima pelatihan tidak memiliki cukup
kesempatan atau dukungan untuk menerapkan keterampilan atau pengetahuan baru
yang mereka dapatkan. Jika pelatihan tidak disertai dengan strategi penerapan
yang jelas, hasil pelatihan tersebut mungkin tidak terwujud dalam bentuk
peningkatan kinerja.
4) Faktor
Lain yang Lebih Berpengaruh:
Selain
pelatihan, faktor lain seperti motivasi, lingkungan kerja, sistem penghargaan,
atau budaya organisasi mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
Kinerja Pegawai. Dalam hal ini, pelatihan tidak menjadi faktor utama yang
mendorong peningkatan kinerja pegawai.
Dalam
penelitian ini, Kinerja Pegawai diukur melalui empat indikator utama yaitu
kualitas pekerjaan, jumlah pekerjaan, ketepatan waktu, dan tingkat kesalahan
yang rendah. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa pelatihan yang
diterapkan tidak berdampak signifikan pada keempat dimensi kinerja ini.
Misalnya:
a) Kualitas
Pekerjaan: Pelatihan yang diberikan tidak menunjukkan peningkatan kualitas
hasil pekerjaan pegawai.
b) Jumlah
Pekerjaan: Produktivitas dalam hal jumlah pekerjaan yang diselesaikan juga
tidak mengalami peningkatan yang signifikan setelah pelatihan.
c) Ketepatan
Waktu: Pelatihan tidak berpengaruh pada kemampuan pegawai untuk menyelesaikan
pekerjaan tepat waktu.
d) Tingkat
Kesalahan: Pelatihan yang diterapkan belum mampu mengurangi tingkat kesalahan
yang dilakukan oleh pegawai dalam menjalankan tugas mereka.
KESIMPULAN
Penelitian
ini menganalisis pengaruh Kompetensi Pegawai, Pelatihan, dan peran moderasi
Kemampuan IT terhadap Kinerja Pegawai di Pemerintah Kabupaten Demak, dengan
hasil yang menunjukkan bahwa Kompetensi Pegawai memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Pegawai, di mana pegawai dengan kompetensi yang
lebih baik menunjukkan peningkatan dalam kualitas, produktivitas, dan ketepatan
waktu; namun, pelatihan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja,
kemungkinan akibat ketidakcocokan antara pelatihan dan kebutuhan pekerjaan,
sementara Kemampuan IT tidak memoderasi hubungan antara Kompetensi Pegawai dan
Kinerja Pegawai meskipun memiliki pengaruh positif secara independen. Secara keseluruhan,
Kompetensi Pegawai menjadi faktor utama yang memengaruhi kinerja, sedangkan
Pelatihan dan Kemampuan IT belum menunjukkan hasil signifikan. Implikasi
teoritis dari penelitian ini menguatkan pentingnya kompetensi dalam kinerja
pegawai, menyoroti perlunya keselarasan program pelatihan dengan kebutuhan
pekerjaan, dan menunjukkan bahwa peran IT harus dipahami dalam konteks yang
lebih luas. Dari sisi manajerial, penting untuk terus mengembangkan kompetensi
pegawai, mengevaluasi program pelatihan yang ada, dan memastikan penggunaan IT
secara optimal untuk mendukung efisiensi kerja.
Anggriawan, B. S., Rusdianti, E., & Santoso, D. (2023).
Pengaruh kompetensi, pelatihan dan kompensasi terhadap kinerja pegawai dengan
komitmen afektif sebagai variabel intervening. Jurnal Riset Ekonomi Dan
Bisnis, 16(1), 4867. https://doi.org/10.26623/jreb.v16i1.6397
Bohlouli, M., Mittas, N., Kakarontzas, G.,
Theodosiou, T., Angelis, L., & Fathi, M. (2017). Competence assessment as
an expert system for human resource management: A mathematical approach. Expert
Systems with Applications, 70, 83102. https://doi.org/10.1016/j.eswa.2016.10.046
Budiono, P., & Mukhlis, M. (2024).
PERAN KRUSIAL MANAJEMEN STRATEGI DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PUBLIK. Journal
Publicuho, 7(3), 11831189.
https://doi.org/10.35817/publicuho.v7i3.476
Dadang, A. M. (2023). Pentingnya
Kepemimpinan dalam Pelayanan Publik. Journal Governance and Politics (JGP),
3(1), 133139.
Elder, A. (2018). Clinical skills
assessment in the twenty-first century. Medical Clinics, 102(3),
545558.
Ismagilova, E., Hughes, L., Dwivedi, Y. K.,
& Raman, K. R. (2019). Smart cities: Advances in researchAn information
systems perspective. International Journal of Information Management, 47,
88100. https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2019.01.004
Janssen, M., & Van Der Voort, H.
(2016). Adaptive governance: Towards a stable, accountable and responsive
government. In Government Information Quarterly (Vol. 33, Issue 1, pp.
15). Elsevier. https://doi.org/10.1016/j.giq.2016.02.003
Kosasih, F. G., Rizan, M., & Handaru,
A. W. (2023). Penguatan Karakter Aparatur Sipil Negara Sebagai Tulang
Punggung Roda Pemerintahan.
Malikhah, I., Nst, A. P., & Kaban, G.
P. (2023). Analisis Kompetensi Sdm Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap
Produktivitas Kerja Pelaku Usaha Di Desa Pematang Serai Kabupaten Langkat. Maneggio:
Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 6(1), 3443.
https://doi.org/10.30596/maneggio.v6i1.14586
Meo, E. N., & Boro, V. I. A. (2021).
Kesetaraan Gender dalam Perekrutan Aparatur Sipil Negara Menempati Jabatan
Struktural di Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. PERSPEKTIF,
10(1), 204210. https://doi.org/10.31289/perspektif.v10i1.4274
Pittig, A., Treanor, M., LeBeau, R. T.,
& Craske, M. G. (2018). The role of associative fear and avoidance learning
in anxiety disorders: Gaps and directions for future research. Neuroscience
& Biobehavioral Reviews, 88, 117140.
https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2018.03.015
Situmorang, C. H. (2019). Studi Analisis
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara Menuju Penyederhanaan Birokrasi. Populis:
Jurnal Sosial Dan Humaniora, 4(2), 317336.
https://doi.org/10.47313/pjsh.v4i2.699
Suswanti, E., & Nasir, M. J. A. (2023).
Analysis of Employee Competency, Monitoring, Motivation, and Performance in the
Warriors Kulon District, Mojokerto. Jurnal Manajemen Sains Dan Organisasi,
4(1), 2837.
Tamazur, H. A. (2023). Analisis
Infrastruktur Transportasi, Teknologi Informasi dan Kebijakan Lingkungan
Terhadap Kecepatan Pengirim. Jurnal Kewirausahaan Dan Multi Talenta, 1(2),
107115. https://doi.org/10.38035/jkmt.v1i2.225
Wahyono, H., & Narmaditya, B. S.
(2022). Structural model of the application of anti-corruption values to local
government bureaucrats. Social Sciences & Humanities Open, 6(1),
100346. https://doi.org/10.1016/j.ssaho.2022.100346
Winardi, W., Sardiyo, S., & Basri, A.
(2023). The Influence of Work Competence and Commitment on Employee Performance
with the Use of Information Technology as a Moderation Variable at the Regional
Secretariat of Lubuklinggau City. Proceedings International Conference on
Business, Economics & Management, 1, 841852.
https://doi.org/10.47747/icbem.v1i1.1309
|
|
© 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |