Nurul Hidayatul Ulum1, Budi Astuti2, Agus Basuki3
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia1
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia2
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia3
Email: [email protected]
Abstrak |
Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai strategi intervensi yang digunakan
oleh konselor sekolah dalam mencegah bullying dan mengevaluasi efektivitas
dari strategi-strategi tersebut. Metode yang diterapkan adalah literature
review, dengan analisis terhadap delapan artikel relevan yang berfokus pada
peran konselor dalam konteks bullying. Hasil analisis menunjukkan bahwa
konselor sekolah berperan sebagai informator, fasilitator, motivator, dan
mediator dalam mengatasi masalah bullying. Berbagai strategi intervensi yang
ditemukan meliputi bimbingan klasikal, konseling individu, dan pendekatan
berbasis kelompok, yang secara signifikan dapat mengurangi perilaku bullying
dan mendukung kesejahteraan siswa. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan
pentingnya kolaborasi antara konselor, guru, orang tua, dan pihak terkait
lainnya dalam merancang program pencegahan yang efektif. Penelitian ini
memberikan rekomendasi bagi konselor sekolah untuk terus mengembangkan
pendekatan intervensi yang komprehensif guna menciptakan lingkungan belajar
yang aman dan inklusif bagi semua siswa. Kata kunci: Perundungan; Konselor sekolah; Strategi
intervensi; Kesejahteraan siswa; Kolaborasi |
|
Abstract |
This study aims to
identify various intervention strategies used by school counselors in
preventing bullying and to evaluate the effectiveness of these strategies.
The method applied is a literature review, analyzing eight relevant articles
that focus on the role of counselors in the context of bullying. The analysis
results show that school counselors serve as informants, facilitators,
motivators, and mediators in addressing bullying issues. Various intervention
strategies found include classical guidance, individual counseling, and
group-based approaches, which can significantly reduce bullying behavior and
support student well-being. The conclusion of this study emphasizes the
importance of collaboration between counselors, teachers, parents, and other
stakeholders in designing effective prevention programs. This research
provides recommendations for school counselors to continue developing
comprehensive intervention approaches to create a safe and inclusive learning
environment for all students. Keywords: Bullying; School counsellors;
Intervention strategies; Student well-being; Collaboration |
*Correspondence Author: Nurul
Hidayatul Ulum
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Konselor
sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mencegah terjadinya bullying
di lingkungan sekolah (Albayrak et al., 2016;
Elbedour et al., 2020). Tidak
hanya itu, konselor sekolah juga memainkan peranan penting dalam mendukung
kesejahteraan emosional, sosial, dan akademis peserta didik (Galassi, 2017; Poots
& Cassidy, 2020). Dalam
konteks pendidikan yang modern, layanan bimbingan dan konseling tidak hanya
berfungsi untuk membantu menangani masalah yang dihadapi peserta didik, tetapi
juga berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif (Al Hamad et al., 2024;
Khanolainen et al., 2024). Konselor sekolah dalam hal ini membantu peserta
didik mengatasi berbagai tantangan akademik dan masalah interpersonal. Salah
satu masalah utama yang sering terjadi di sekolah adalah bullying, di mana
peran konselor sekolah adalah mengidentifikasi peserta didik yang berpotensi
menjadi pelaku dan korban bullying. Identifikasi
dapat dilakukan dengan cara melakukan observasi dan menganalisa lingkungan
sekolah termasuk peserta didik dan guru untuk memahami dinamika sosial di
sekolah. Dengan
informasi ini, konselor dapat merancang intervensi yang sesuai dan tepat untuk
mencegah dan mengatasi terjadinya perilaku bullying di sekolah.
Dalam
pelaksanaan programnya, konselor dapat memberikan pendidikan kepada peserta
didik dan warga sekolah tentang dampak negatif dari bullying (Gagnon et al., 2022;
Okagbue et al., 2022). Selain itu, konselor juga dapat menyampaikan
informasi mengenai empati, cara berkomunikasi dengan orang lain, dan cara
bergaul dengan teman sebaya secara positif, termasuk cara menghindari bullying
pada orang lain. Kegiatan
seperti seminar, workshop, dan sosialisasi dapat meningkatkan kesadaran peserta
didik mengenai pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan
inklusif. Dalam
pelaksanaan programnya, konselor hendaknya bekerja sama dengan berbagai pihak
seperti guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, orang tua, dan
stakeholder terkait untuk membantu mewujudkan perilaku anti-bullying. Harapannya, bekerja sama dengan berbagai pihak
dapat membantu mewujudkan terciptanya lingkungan sekolah yang bebas dari
perilaku bullying.
Bullying
bukan hanya� masalah perorangan, namun
merupakan masalah sosial yang dapat mempengaruhi komunitas sekolah secara
keseluruhan (Bonell et al., 2018;
Maunder & Crafter, 2018). Data
menunjukkan bahwa terdapat sekitar 20% peserta didik mengalami bullying baik
secara verbal maupun fisik. Dampak
perilaku bullying dapat menyebebabkan gangguan mental seperti kecemasan,
depresi, bahkan dapat menimbulkan risiko bunuh diri pada korban (Eyuboglu et al., 2021;
Hu et al., 2016). Selain itu, perilaku bullying juga dapat
menghambat proses belajar peserta didik, menyebabkan penurunan prestasi
akademik, serta menyebabkan peserta didik tidak nyaman berada di lingkungan
sekolah. Dalam konteks intervensi, berbagai strategi dan cara yang biasa
digunakan oleh konselor sekolah dalam mencegah dan mengatasi terjadinya
bullying di sekolah antara lain bimbingan klasikan dan dan konseling
individual. Bimbingan klasikal dapat digunakan untuk memberikan informasi
secara langsung kepada peserta didik terkait berbagai materi tentang bullying. Sementara konseling individual dapat digunakan
konselor untuk menangani masalah secara lebih mendalam dan detail terkait
peserta didik yang terlibat dalam bullying (Rahmawati, 2020). Pendekatan berbasis kelompok, seperti bimbingan
dan konseling kelompok, juga dapat digunakan untuk meningkatkan rasa
solidaritas di antara peserta didik serta mengurangi perilaku bullying.
Dalam
konteks ini, peran konselor di sekolah menjadi sangat penting. Konselor tidak
hanya bertugas untuk memberikan dukungan emosional kepada peserta didik yang
mengalami bullying, tetapi juga berperan aktif dalam memberikan pencegahan dan
penanganan. Konselor dapat berfungsi sebagai mediator di sekolah dan membantu
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif. Melalui program-program
bimbingan dan konseling yang dirancang berdasarkan analisis kebutuhan peserta
didik, konselor dapat mengedukasi peserta didik tentang pentingnya empati,
menghargai, dan menghormati antar teman sebaya. Dengan demikian, upaya� yang dilakukan oleh konselor dapat membantu mengurangi
prevelensi bullying dan mendukung kesejahteraan mental akademis peserta didik
secara keseluruhan.
Tujuan
dari literature review ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai strategi
intervensi yang digunakan oleh konselor sekolah dalam mencegah bullying dan
mengevaluasi efektivitas dari strategi-strategi tersebut. Dengan memahami
pendekatan yang telah diterapkan, diharapkan dapat ditemukan metode intervensi
yang paling efektif dalam menagani masalah bullying di sekolah. Penelitian ini
juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi konselor sekolah dalam
merancang program-program pencegahan yang lebih baik. Literature review ini
akan menjawab beberapa pertanyaan penelitian anatar lain; apa saja startegi
intervensi yang digunakan konselor sekolah untuk mencegah bulliying?. Seberapa
efektif strategi-strategi tersebut menurut literatur yang ada?, dan apa saja
tantangan yang dihadapi konselor dalam menerapkan intervensi anti-bullying?.
Kajian
literature review ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi dan peneliti di
bidang bimbingan dan konseling, khususnya dalam memahami pendekatan yang
efektif dalam mencegah bullying. Dengan mengidentifikasi strategi intervensi
yang afektif, artikel ini nantinya dapat menjadi sumber informasi bagi konselor
sekolah dalam merancang program pencegahan yang lebih efektif. Selain itu,
hasil kajian ini diharapkan dapat memberi wawasan kepada pihak sekolah tentang
pentingnya keterlibatan semua pihak termasuk orang tua dan guru dalam
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua peserta didik.
Dengan demikian penelitian ini tidak hanya berfokus pada aspek teoritis, tetapi
juga memberikan panduan praktis untuk mengimplementasi kebijakan anti-bullying
di sekolah.
METODE
PENELITIAN
Metode
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah literature review, dengan fokus
utama pada proses pengumpulan dan analisis literatur yang relevan. Data yang
digunakan berupa artikel penelitian yang diperoleh melalui pencarian di publish
and perish menggunakan kata kunci: peran guru bimbingan konseling, dan
bullying. Pemilihan kata kunci tersebut berdasarkan pada tujuan penelitian,
yaitu mengidentifikasi berbagai strategi intervensi yang digunakan oleh
konselor sekolah dalam mencegah bullying dan mengevaluasi efektivitas dari
strategi-strategi tersebut.
Seluruh
artikel yang digunakan dalam penelitian ini berbahasa Indonesia dan berasal
dari terbitan terbaru, yaitu tahun 2024. Berdasarkan hasil pencarian,
teridentifikasi delapan artikel yang dianggap relevan dengan topik penelitian.
Artikel-artikel tersebut dianalisis lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek
sumber, fokus penelitian, dan tahun publikasi untuk memastikan kelayakannya
sebagai referensi. Desain penelitian ini mencakup analisis konten dari
artikel-artikel yang terpilih, di mana setiap artikel dievaluasi berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan. Proses analisis meliputi identifikasi tema-tema
utama terkait strategi intervensi, serta evaluasi terhadap data, teori, dan
metode yang digunakan dalam masing-masing artikel. Hasil dari analisis ini kemudian
dirangkum dan dijadikan dasar untuk merumuskan kesimpulan yang secara langsung
menjawab rumusan masalah penelitian. Dengan pendekatan ini, diharapkan
penelitian dapat direplikasi dengan mudah oleh peneliti lain yang berminat pada
topik yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Artikel
yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini disajikan secara rinci
dengan mencantumkan informasi dari setiap sumber. Untuk memberikan gambaran
yang terstruktur, setiap artikel disusun dalam bentuk tabel yang mencakup
informasi berikut: nama penulis, judul penelitian, metode yang digunakan, tahun
terbit, kata kunci (keywords), serta bentuk intervensi yang diterapkan untuk
mencegah dan menangani perilaku bullying di sekolah. Berikut adalah daftar
artikel yang dijadikan sumber acuan dalam penelitian ini:
Tabel 1. Hasil Analisis Artikel
No |
Study Authors and Year |
Title |
Methodology |
Keywords |
Main Findings |
1 |
(Yuliani, 2024) |
Peran
Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Bullying Di SMK Muhammadiyah Kajen |
Studi
Kasus |
Peran
Guru Bimbingan Konseling, Mengatasi, Bullying. |
Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya bullying yaitu: faktor keluarga, faktor
teman atau kelompok sebaya, dan terakhir faktor media. Sehingga untuk
mengatasi agar bullying tidak semakin marak terjadi, maka peran guru
bimbingan konseling sangat penting, dalam hal ini guru bimbingan konseling
berperan sebagai informator, sebagai fasilitator, sebagai motivator, dan
berperan sebagai mediator |
2 |
(Adinda Adinda et al., 2024) |
Peran
Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Tindakan School Bullying Sebagai
Upaya MewujudkanSekolah Ramah Anak di
SMA S Xaverius Bukittinggi |
Deskriptif
Kualitatif |
Peran
guru bimbingan konseling, tindakan, school bullying |
merumuskan
kebijakan yang efektif untuk mengatasi school bullying di sekolah,
mengidentifikasi penyebab utama perilaku tersebut, menerapkan tindakan
disiplin yang tepat, membentuk kelompok belajar, menyampaikan pesan persuasif
baik kepada pelaku maupun siswa lain, memberikan layanan konseling dan
bimbingan, menawarkan insentif atau penghargaan, menerapkan program yang
mempromosikan pencegahan school bullying di sekolah, melakukan pengawasan dan
pemantauan secara teratur, dan membina lingkungan yang mengayomi dan
mendukung yang kondusif bagi kesejahteraan siswa. Tantangan yang dihadapi
termasuk mengelola perilaku siswa di luar lingkungan sekolah. |
3 |
(Imakulata Siba Erap et al., 2024) |
Peran
Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku
Bullying Di Sdk Santo Tarsisius Lewoleba Lembata |
Deskriptif
Kualitatif |
Peran
Guru, Perilaku Bullying |
Cara
mengatasi bullying yaitu memanggil peserta didik, meminta menceritakan apa
yang terjadi, memberi nasehat, dan memberikan sanksi atau hukuman. Hambatan
yang terjadi, mudahnya peserta didik mengulangi perilaku bullying, orang� tua peserta didik merasa anaknya benar,
peran aktif orang tua masih kurang. |
4 |
(Astuti, 2023) |
Peran
Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Dampak Bullying Terhadap Siswa di
Sekolah Menengah Pertama |
Studi
Kasus |
Bullying
Terhadap Siswa, Dampak Bullying, Peran Guru Konseling |
Guru
BK memiliki peran penting dalam memberikan layanan konseling individu dan
mediasi antara korban dan pelaku bullying, sehingga membantu meningkatkan
kepercayaan diri siswa yang menjadi korban bullying. Hambatan yang dihadapi
guru BK antara lain kurangnya waktu untuk konseling dan minimnya keterbukaan
siswa dalam menyampaikan masalahnya |
5 |
(Setiawan, 2019) |
Peran
Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi
Perilaku Bullying Verbal Peserta Didik Kelas X SMA Muhammadiyah Toboali |
Deskriptif
Kualitatif |
Peran
guru BK, Perilaku bullying verbal |
Adapun
peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying verbal
yaitu memberikan layanan orientasi, layanan individual, layanan informasi,
bimbingan individual , bimbingan kelompok. tindakan preventif dan kuratif |
6 |
(Koswara & Irman, 2024) |
Peran
Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Verbal Siswa Di SMP
Negeri 2 Rambatan |
Studi
Kasus |
Bullying
Verbal, Guru Bimbingan Konseling, Sekolah Menengah Pertama,
Lingkungan Sekolah, Keamanan Siswa |
keterlibatan
guru Bimbingan Konseling
memiliki dampak positif dalam menanggulangi permasalahan bullying verbal di SMP
N 2 Rambatan. Dengan pendekatan preventif dan intervensi yang tepat, guru BK
dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung
pertumbuhan siswa secara holistic |
7 |
(Albar, 2024) |
Peran
Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Perilaku Bullying di SMA
Muhammadiyah Suradadi Kabepaten Tegal |
Deskriptif
Kualitatif |
Guru
Bimbingan Konseling, Bullying, SMA Muhammadiyah, Suradadi, Penanganan,
Pencegahan |
Guru
bimbingan konseling memiliki peran penting dalam mengatasi perilaku bullying.
Tantangan yang di hadapi oleh guru BK adalah kurangnya penngawasan terhadap
siswa di luar sekolah, sehingga diperlukan kerja sama antara pihak sekolah
dengan orang tua dan masyarakat sekitar. |
8 |
(Syuhada, 2024) |
Peran
Guru Bimbingan Konseling (Bk) Dalam Mengatasi Kasus Bullying
Santri Di Pondok Pesantren Modern Ta�dib Al-Syakirin Titi
Kuning Medan Johor |
Deskriptif
Kualitatif |
Bullying,
Role of Counseling Teachers, Caregivers, Students, Efforts |
Guru
BK/Pengasuh Asrama melibatkan seluruh staff untuk ikut mengambil peran
penting dalam mendidik nilai-nilai moral kepada seluruh santri. Keterlibatan
seluruh pendidik di pesantren serta fasilitas yang memadai menjadi dukungan
dan kekuatan yang besar bagi Guru BK/Pengasuh Asrama dalam memberantas kasus
Bullying yang terjadi di dalam pesantren. Faktor yang menjadi penghambat
dalam penyelesaian kasus Bullying ini adalah kurangnya sifat kesadaran diri
santri untuk berubah, dan menerima seluruh ajaran dan nasehat yang telah di
berikan oleh Guru BK/Pengasuh Asrama. |
Analisis
mendalam yang dilakukan oleh peneliti terhadap semua artikel tersebut ditemukan
bahwa konselor sekolah memiliki peran yang sangat penting yang tidak hanya
sebagai guru, tetapi juga berperan sebagai informator, fasilitator, motivator,
dan mediator. Konselor sekolah dalam hal ini membantu mengatasi bullying
melalui pendekatan komprehensif yang mencakup edukasi, fasilitasi, pemberian
motivasi, dan mediasi. Penerapan kebijakan terkait anti-bullying di lingkungan
sekolah merupakan tidakan disiplin yang perlu dilakukan. adanya kebijakan di
lingkungan sekolah dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebab bullying,
pemberian layanan konseling, dan pengawasan terhadap peserta didik.
Secara
keseluruhan, peran konselor di sekolah dalam mengatasi bullying sangat beragam
dan mencakup berbagai aspek, baik preventif maupun kuratif. Konselor berperan
sebagai informator yang memberikan edukasi kepada siswa, guru, dan orang tua
mengenai dampak bullying serta pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang
aman. Sebagai fasilitator, konselor membantu memediasi konflik antara pelaku
dan korban bullying, sekaligus memfasilitasi program-program yang mendukung
pencegahan bullying, seperti kelompok belajar dan program promosi nilai-nilai
positif.� Konselor sekolah juga memiliki
peran sebagai motivator untuk membangkitkan kepercayaan diri korban bullying
melalui layanan konseling individu maupun kelompok. Dalam kapasitasnya sebagai
mediator, konselor menjembatani hubungan antara siswa, baik pelaku maupun
korban, untuk menyelesaikan konflik dengan pendekatan dialog dan solusi yang
konstruktif. Selain itu, konselor bertanggung jawab dalam memberikan sanksi
yang mendidik kepada pelaku sebagai upaya penegakan disiplin sekaligus
pembelajaran.
Dalam
upaya menciptakan lingkungan yang aman, konselor turut melakukan pengawasan
terhadap perilaku siswa, baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah,
melalui kerja sama dengan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat. Mereka juga
memainkan peran penting dalam merancang dan menerapkan kebijakan anti-bullying
yang mendukung sekolah ramah anak. Dalam beberapa kasus, konselor mengambil
peran sebagai pendidik nilai-nilai moral untuk membentuk karakter siswa yang
lebih baik, terutama di lingkungan asrama atau komunitas khusus. Meskipun peran
konselor sangat signifikan, mereka juga menghadapi berbagai hambatan, seperti
kurangnya keterbukaan siswa saat menjalani konseling, minimnya pengawasan di
luar sekolah, serta rendahnya kesadaran orang tua dalam mendukung upaya
pencegahan dan penanganan bullying. Namun, melalui pendekatan kolaboratif,
konselor terus berupaya mengatasi tantangan ini demi menciptakan lingkungan
sekolah yang bebas dari bullying dan mendukung kesejahteraan siswa secara
holistik.
Faktor-Faktor
Bullying di Sekolah
Bullying
di sekolah merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling terkait. Berdasarkan hasil analisis dari 8� artikel tersebut, terdapat beberapa penyebab
utama yang mendasari terjadinya bullying, baik dari aspek individu, lingkungan
sosial, maupun sistem pendidikan. Dari aspek individu, salah satu faktor utama
adalah kurangnya pemahaman siswa tentang dampak perilaku mereka terhadap teman
sebaya. Banyak siswa tidak menyadari bahwa tindakan seperti mengejek, menghina,
atau mengucilkan teman dapat menimbulkan tekanan emosional yang mendalam.
Selain itu, pelaku bullying sering kali memiliki rasa percaya diri rendah dan
mencari pengakuan atau kekuasaan melalui intimidasi terhadap orang lain. Dalam
beberapa kasus, perilaku ini juga dipicu oleh kebutuhan untuk menunjukkan
dominasi, terutama dalam situasi yang melibatkan senioritas.
Faktor
lingkungan sosial memainkan peran penting dalam memperkuat tindakan bullying.
Dukungan atau pengabaian dari teman sebaya terhadap perilaku intimidasi dapat
menciptakan norma sosial yang membenarkan tindakan tersebut. Ketika bullying
dianggap sebagai bagian dari "candaan" atau tidak direspons dengan
tegas oleh guru dan pihak sekolah, perilaku ini cenderung berlanjut dan menjadi
kebiasaan yang diterima. Selain itu, pengaruh lingkungan keluarga juga tidak
dapat diabaikan. Keluarga yang kurang harmonis, pola asuh yang keras, atau
minimnya pengawasan orang tua dapat mendorong siswa untuk melampiaskan emosi
negatif mereka di lingkungan sekolah. dalam hal ini media massa juga
berkontribusi, di mana konten yang mengandung kekerasan atau perilaku agresif
sering kali ditiru oleh siswa tanpa menyadari dampaknya.
Faktor
internal sekolah turut memperburuk situasi. Kurangnya kebijakan anti-bullying
yang tegas, minimnya pengawasan di area tertentu, dan tidak adanya pendekatan
sistematis untuk mengatasi bullying menciptakan lingkungan yang tidak kondusif.
Guru yang tidak terlatih untuk mengenali atau menangani kasus bullying juga
menjadi kendala. Kesimpulannya, bullying di sekolah disebabkan oleh kombinasi
berbagai faktor, yaitu faktor individu, sosial, dan institusional. Untuk
mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan edukasi
siswa, keterlibatan keluarga, pengawasan guru, serta kebijakan sekolah yang
mendukung lingkungan ramah anak dan bebas bullying. Secara keseluruhan,
bullying di sekolah merupakan fenomena kompleks yang memerlukan pendekatan
holistik untuk penanganannya. Sekolah perlu mengimplementasikan program-program
pencegahan dan menciptakan lingkungan yang mendukung agar semua siswa merasa
aman dan dihargai. Peran guru bimbingan konseling sangat penting dalam hal ini,
karena mereka dapat membantu mengidentifikasi masalah dan memberikan dukungan
yang diperlukan untuk mengatasi perilaku bullying secara efektif.
Strategi
Intervensi Konselor untuk Mencegah Bullying di Sekolah
Strategi
intervensi untuk perilaku bullying di sekolah merupakan langkah-langkah
terencana yang dirancang untuk mengatasi dan mengurangi tindakan bullying, menciptakan
lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi seluruh siswa. Strategi ini
melibatkan berbagai pihak, mulai dari pihak sekolah, orang tua, hingga
komunitas sekitar, dengan tujuan mencegah terjadinya bullying serta membantu
para korban dan pelaku untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Berikut
beberapa intervensi yang bisa dilakukan oleh konselor sekolah dalam upaya untuk
mencegah dan mengatasi perilaku bullying di sekolah:
a)
Kebijakan tentang bullying
Sekolah
perlu memiliki kebijakan yang jelas, komprehensif, dan tegas mengenai bullying,
yang mencakup definisi yang jelas mengenai berbagai bentuk perilaku bullying,
konsekuensi yang akan diterima oleh pelaku bullying, serta prosedur pelaporan
yang harus diikuti oleh korban maupun saksi bullying. Kebijakan ini harus
disusun dengan hati-hati dan dipastikan bahwa setiap elemen penting yang
berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan bullying tercakup dengan baik.
Selain itu, kebijakan tersebut harus disosialisasikan secara menyeluruh kepada seluruh
siswa dan staf sekolah melalui berbagai saluran komunikasi yang efektif,
seperti pertemuan rutin, pelatihan, dan materi yang mudah dipahami, agar setiap
individu di sekolah memiliki pemahaman yang mendalam dan jelas mengenai aturan
yang telah ditetapkan dan bagaimana implementasinya dalam kehidupan sehari-hari
di sekolah.
Lebih
jauh lagi, sangat disarankan agar kebijakan ini juga disosialisasikan kepada
orang tua siswa melalui pertemuan orang tua, surat edaran, atau platform
komunikasi lainnya, sebagai langkah untuk memastikan adanya keselarasan antara
pihak sekolah dan orang tua dalam upaya pencegahan perilaku bullying, sekaligus
memberikan dukungan penuh terhadap tindakan konseling yang dilakukan bagi
korban maupun pelaku bullying untuk memastikan pemulihan dan perubahan perilaku
yang positif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan tercipta sinergi yang
solid antara sekolah dan orang tua dalam membangun lingkungan yang aman dan
mendukung perkembangan positif bagi semua siswa.
b)
Program Edukasi sebagai bentuk identifikasi dan
tindakan preventif
Program
edukasi untuk siswa mengenai dampak negatif bullying dan pentingnya empati
perlu dilaksanakan secara terstruktur. Program ini mencakup pelatihan tentang
cara mengenali perilaku bullying, serta bagaimana meresponsnya dengan tepat,
baik sebagai saksi mata maupun sebagai korban. Selain itu, edukasi ini juga
mencakup pengajaran keterampilan sosial, komunikasi efektif, dan cara membangun
hubungan yang sehat dan saling menghormati antar siswa. Siswa diberdayakan
untuk mengembangkan sikap empati dan kesadaran terhadap perasaan orang lain,
yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan
mendukung.
Selanjutnya,
untuk memperkuat hasil dari edukasi tersebut, kampanye kesadaran di sekolah tentang
pentingnya menghormati perbedaan, inklusi, dan nilai-nilai positif lainnya juga
sangat penting. Kampanye ini bertujuan membangun budaya sekolah yang mendukung
kerjasama dan saling menghargai. Di samping itu, sekolah perlu memberikan
apresiasi atau pengakuan kepada siswa yang menunjukkan perilaku positif dan
mendukung teman-teman mereka, sehingga mendorong lebih banyak tindakan baik di
antara siswa. Selain itu, program edukasi yang lebih luas perlu diadakan,
melibatkan siswa, guru, dan orang tua mengenai bullying, termasuk definisi,
dampaknya, dan cara mengidentifikasinya. Pendidikan ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran mengenai masalah bullying serta pentingnya menciptakan
lingkungan yang bebas dari kekerasan. Mengimplementasikan pelatihan empati juga
menjadi bagian penting dari program ini, untuk membantu siswa memahami perasaan
orang lain dan dampak dari tindakan mereka. Dengan demikian, diharapkan dapat
mengurangi perilaku agresif dan meningkatkan hubungan sosial antar siswa.
Agar
upaya pencegahan bullying berjalan efektif, monitoring rutin terhadap perilaku
siswa di kelas dan lingkungan sekolah sangat diperlukan. Guru dan konselor
memiliki peran kunci dalam pemantauan ini secara sistematis, guna
mengidentifikasi tanda-tanda awal perilaku bullying. Begitu perilaku bullying
terdeteksi, langkah selanjutnya adalah melakukan intervensi awal dengan
berinteraksi langsung kepada siswa yang terlibat. Tujuannya adalah untuk
memahami situasi secara menyeluruh, termasuk faktor-faktor yang mendorong terjadinya
perilaku tersebut. Untuk melengkapi upaya pencegahan ini, sekolah perlu
mengadakan edukasi awal kepada siswa mengenai jenis-jenis bullying, dampak
negatif yang ditimbulkan, serta cara yang tepat untuk mengenali dan melaporkan
perilaku bullying. Edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa dan
memperkuat keterampilan mereka dalam menciptakan lingkungan yang aman dan
inklusif.
c)
Kerja Sama Komprehensif
Partisipasi
orang tua dalam penanggulangan bullying di sekolah memiliki peran yang sangat
penting. Oleh karena itu, salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan
mengadakan pertemuan rutin antara pihak sekolah dan orang tua untuk membahas
secara bersama-sama permasalahan terkait bullying. Pertemuan ini bertujuan
untuk memperkuat pemahaman orang tua tentang dampak negatif bullying, serta
untuk merumuskan solusi yang efektif dalam mencegah terulangnya perilaku
tersebut. Dengan keterlibatan orang tua, diharapkan tercipta sinergi antara
rumah dan sekolah dalam membentuk sikap dan perilaku siswa yang lebih baik.
Selain
itu, monitoring kontinu terhadap situasi di kelas dan lingkungan sekolah juga
sangat diperlukan setelah intervensi dilakukan. Pemantauan ini bertujuan untuk
memastikan bahwa perilaku bullying tidak terulang dan untuk segera mengidentifikasi
jika ada tanda-tanda terjadinya bullying di masa depan. Guru, konselor, dan
pihak sekolah lainnya harus bekerja sama untuk menjaga lingkungan yang aman dan
nyaman bagi seluruh siswa.
Evaluasi
berkala juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya penanggulangan
bullying. Melalui evaluasi ini, sekolah dapat menilai sejauh mana efektivitas
strategi dan kebijakan yang diterapkan dalam mencegah dan menangani bullying.
Berdasarkan hasil evaluasi, pihak sekolah dapat melakukan perbaikan atau penyesuaian
terhadap strategi yang ada agar lebih tepat sasaran dan efektif. Dengan
pendekatan yang terus menerus dievaluasi dan disempurnakan, diharapkan sekolah
dapat menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari bullying dan mendukung
perkembangan positif bagi setiap siswa.
d)
Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling
yang Maksimal
Artikel-artikel
yang dibahas belum menjelaskan secara eksplisit mengenai teknik khusus atau
strategi layanan bimbingan konseling yang digunakan untuk mengatasi perilaku
bullying di sekolah. Namun demikian, meskipun tidak merinci secara detail
mengenai metode-metode spesifik, secara keseluruhan berbagai sumber yang dikaji
menekankan pentingnya peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani
masalah bullying di lingkungan sekolah. Guru bimbingan dan konseling diharapkan
memiliki kemampuan untuk merancang dan mengimplementasikan intervensi yang
sesuai dengan situasi yang dihadapi, serta menggunakan berbagai pendekatan yang
efektif, seperti konseling individu atau kelompok, yang bertujuan untuk
memberikan dukungan emosional kepada korban bullying dan membantu pelaku
bullying untuk memahami perilaku mereka serta konsekuensinya.
Lebih
lanjut, guru bimbingan dan konseling juga berperan penting dalam membangun
kesadaran di kalangan siswa tentang dampak buruk dari bullying, baik secara
langsung terhadap korban maupun secara sosial terhadap lingkungan sekolah
secara keseluruhan. Mereka dapat mengorganisir program edukasi dan pelatihan
yang mengajarkan nilai-nilai empati, toleransi, dan penghargaan terhadap
perbedaan, serta memberikan keterampilan sosial yang diperlukan untuk
menghindari tindakan bullying. Selain itu, peran mereka tidak hanya terbatas
pada menangani kasus bullying yang sudah terjadi, tetapi juga dalam melakukan
pencegahan dengan menciptakan iklim sekolah yang positif dan mendukung.
Guru
bimbingan dan konseling juga dapat bekerja sama dengan pihak lain, seperti guru
kelas, orang tua, dan staf sekolah lainnya, untuk memastikan bahwa upaya
pencegahan bullying dilakukan secara menyeluruh. Melalui pendekatan kolaboratif
ini, diharapkan tercipta lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan mendukung
perkembangan emosional serta sosial setiap siswa. Meskipun teknik-teknik dan
strategi yang lebih terperinci belum dijelaskan dalam artikel-artikel tersebut,
jelas bahwa peran guru bimbingan dan konseling sangat krusial dalam upaya
mengatasi dan mencegah terjadinya perilaku bullying di sekolah. Artikel-artikel
tersebut tidak menyajikan penjelasan terperinci mengenai teknik atau program
konseling yang diterapkan pada korban bullying di sekolah. Lebih jauh lagi,
dalam penelitian yang disampaikan, tidak terdapat informasi mengenai evaluasi
atau data yang mengukur efektivitas program konseling yang dilaksanakan di
sekolah, sehingga tidak memungkinkan untuk menilai secara objektif dampak dari
program tersebut.
Pembahasan
Rekomendasi
Strategi Intervensi yang Efektif
Penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa layanan konseling memiliki dampak signifikan
dalam mengurangi perilaku bullying di sekolah. Berdasarkan temuan ini, penting
bagi konselor untuk memilih dan menerapkan strategi intervensi yang tepat guna
menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung bagi siswa. Layanan
informasi, bimbingan kelompok, dan konseling individual merupakan tiga
pendekatan utama yang terbukti efektif dalam mengatasi masalah bullying.
Berikut adalah penjelasan mengenai penerapan hasil penelitian ini dalam praktik
sehari-hari beserta rekomendasi praktis bagi konselor.
Layanan
Informasi
Layanan
informasi dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai bahaya dan
dampak negatif dari perilaku bullying. Melalui penyampaian materi oleh guru
Bimbingan dan Konseling (BK), siswa diharapkan dapat menyadari konsekuensi dari
tindakan bullying serta pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai penghormatan
terhadap perbedaan antar individu. Layanan
informasi dapat disampaikan melalui berbagai metode yang disesuaikan dengan
kebutuhan siswa untuk memberikan pemahaman mendalam tentang bullying. Metode
pertama adalah ceramah, di mana guru Bimbingan dan Konseling (BK) menyampaikan
informasi secara langsung kepada siswa. Metode ini efektif untuk memberikan
pengetahuan dasar secara luas. Selanjutnya, melalui bimbingan kelompok, siswa
diajak untuk berdiskusi dalam kelompok kecil. Pendekatan ini memungkinkan
mereka berbagi pengalaman, memahami perspektif satu sama lain, dan belajar
strategi menghadapi bullying secara kolektif. Terakhir, konseling individual
ditujukan untuk memberikan pendekatan personal bagi siswa yang menjadi korban
atau pelaku bullying. Melalui metode ini, guru BK dapat membantu siswa
menangani masalah secara mendalam dan memberikan dukungan yang lebih terarah.
Penelitian
mengungkapkan bahwa layanan informasi memiliki dampak signifikan dalam
mengurangi perilaku bullying di lingkungan sekolah. Sebagai contoh, di SMK
Negeri 1 Panjatan, implementasi layanan informasi yang terstruktur dan
terkoordinasi dengan baik berhasil menekan jumlah insiden bullying (Al Adawiyah et al., 2022). Keberhasilan ini dicapai melalui peningkatan
solidaritas dan kesadaran antar siswa terhadap pentingnya saling menghormati
dan mendukung satu sama lain. Selain itu, penggunaan media interaktif, seperti
puzzle, telah terbukti menjadi metode yang efektif dalam menyampaikan pesan
anti-bullying kepada siswa. Pendekatan
ini tidak hanya menarik minat siswa, tetapi juga mempermudah pemahaman mereka
terhadap nilai-nilai yang disampaikan, seperti pentingnya empati, kerjasama,
dan penghormatan terhadap sesama. Data menunjukkan bahwa layanan informasi
menjadi jenis layanan yang paling sering diberikan oleh guru Bimbingan dan
Konseling (BK) atau konselor, dengan persentase mencapai 50%. Hal ini mengindikasikan peran dominan layanan
informasi dalam mendukung pemahaman siswa terkait isu-isu penting, seperti
bullying dan pengembangan karakter.
Bimbingan
Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok juga memiliki peran signifikan, dengan persentase pelaksanaan mencapai
41,6%. Pendekatan
ini dapat dikatakan efektif dalam menciptakan lingkungan diskusi yang
mendukung, memungkinkan siswa berbagi pengalaman, serta belajar bersama untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Bimbingan kelompok bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran siswa tentang dampak bullying, baik terhadap korban
maupun pelaku. Melalui
diskusi pengalaman dan perasaan dalam suasana kelompok yang mendukung, siswa
diharapkan dapat memahami secara lebih mendalam konsekuensi negatif dari
tindakan bullying, sehingga mendorong perubahan sikap dan perilaku yang lebih
positif. Melalui bimbingan kelompok, siswa diajarkan keterampilan komunikasi
yang efektif dan cara menyelesaikan konflik. Ini termasuk teknik seperti role
playing dan
mutual storytelling, yang
membantu siswa mengekspresikan emosi mereka dan memahami perspektif orang lain.
Layanan Bimbingan kelompok juga berfungsi
sebagai wadah untuk memberikan dukungan emosional kepada siswa yang menjadi
korban bullying. Dalam
lingkungan yang aman dan terstruktur, siswa dapat berbagi pengalaman mereka,
sehingga merasa lebih didukung, diperkuat, dan tidak sendirian dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapi. Hal ini membantu membangun rasa percaya diri serta
mengurangi dampak emosional negatif akibat bullying. Penelitian menunjukkan
bahwa penerapan layanan bimbingan kelompok secara berkala dapat mengurangi
kasus bullying di sekolah. Siswa
yang terlibat dalam program ini menunjukkan peningkatan pemahaman tentang
perilaku bullying serta kemampuan untuk mengatasi situasi sulit secara lebih
efektif. Selain itu, guru BK memiliki peran penting dalam memfasilitasi dan
menciptakan suasana yang aman bagi semua siswa.
Konseling
Individual
Layanan
konseling individual dilaksanakan dengan persentase sebesar 31,35%. Pendekatan ini memberikan perhatian khusus
kepada siswa secara personal, baik untuk membantu korban bullying mengatasi
trauma maupun untuk memberikan bimbingan kepada pelaku dalam mengubah perilaku
negatifnya. Melalui konseling individual, guru BK atau konselor dapat merancang
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap siswa. Konseling
individu bertujuan untuk meningkatkan konsep diri siswa yang menjadi korban
bullying. Penelitian menunjukkan bahwa layanan ini dapat membantu siswa yang
awalnya merasa rendah diri dan tidak percaya diri untuk mulai membuka diri dan
membangun kepercayaan terhadap lingkungan sosial mereka. Konseling individu membantu siswa mengatasi
dampak emosional dari bullying, seperti depresi dan hilangnya kepercayaan diri. Dengan dukungan dari konselor, siswa dapat
belajar untuk mengenali dan mengelola emosi mereka secara lebih efektif.
Salah
satu pendekatan yang sering digunakan dalam konseling individu adalah Reality
Therapy, yang berfokus pada membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakan
mereka dan mendorong mereka untuk bertanggung jawab atas perilaku bullying yang
dilakukan. Pendekatan
ini memungkinkan siswa untuk menemukan aspek positif dalam diri mereka dan
memulai perilaku baru yang lebih konstruktif. Teknik lain yang efektif adalah
assertive training, di mana
siswa diajarkan untuk bersikap tegas dalam mempertahankan hak-hak mereka tanpa
melukai orang lain. Ini membantu korban bullying untuk berbicara dengan percaya
diri dan mengekspresikan kebutuhan serta keinginan mereka. Konseling individu
terbukti efektif dalam mengurangi kasus bullying dengan memberikan ruang bagi
siswa untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan bimbingan konkret dalam
menghadapi situasi sulit. Siswa yang terlibat dalam sesi konseling cenderung
lebih mampu memahami tindakan bullying dan mencari solusi untuk masalah yang
dihadapi.
Penting
bagi konselor untuk melakukan evaluasi secara rutin untuk menilai efektivitas
layanan yang diberikan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui wawancara, survei,
atau diskusi kelompok untuk memonitor perkembangan siswa dan menilai perubahan
sikap serta pemahaman mereka tentang bullying. Dengan informasi yang diperoleh
dari evaluasi, konselor dapat menyesuaikan strategi intervensi yang diterapkan,
guna lebih memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, evaluasi juga membantu untuk
memastikan bahwa program yang dilaksanakan memberikan dampak yang positif dalam
mengurangi perilaku bullying di sekolah. Konselor diharapkan dapat
mengoptimalkan penggunaan metode-metode ini dalam praktik sehari-hari, dengan
selalu menyesuaikan pendekatan dengan kebutuhan siswa. Evaluasi yang
terus-menerus akan memastikan bahwa intervensi yang diberikan tetap relevan dan
efektif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung bagi semua
siswa.
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari penelitian ini menegaskan pentingnya peran konselor sekolah dalam mencegah
bullying di lingkungan pendidikan melalui berbagai strategi intervensi yang
efektif, termasuk bimbingan klasikal, konseling individu, dan pendekatan
berbasis kelompok. Konselor berfungsi sebagai informator, fasilitator,
motivator, dan mediator untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
inklusif. Bimbingan klasikal memberikan edukasi tentang dampak negatif
bullying, sementara konseling individu memungkinkan penanganan mendalam
terhadap masalah siswa, dan pendekatan berbasis kelompok meningkatkan
solidaritas serta mengurangi perilaku bullying. Evaluasi menunjukkan bahwa
kombinasi strategi ini efektif dalam mengurangi prevalensi bullying dan
mendukung kesejahteraan emosional serta akademis siswa. Namun, tantangan
seperti kurangnya keterbukaan siswa dan minimnya dukungan orang tua perlu
diatasi. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan agar konselor
merancang program pencegahan yang komprehensif dengan melibatkan semua pihak
terkait, termasuk guru dan orang tua, serta mengimplementasikan kebijakan
anti-bullying yang jelas untuk menciptakan budaya sekolah yang menolak
bullying. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi berharga bagi
praktisi dan peneliti dalam merancang strategi intervensi yang lebih baik untuk
mencegah bullying di sekolah.
Adinda Adinda, Yeni Afrida, & Lorenchia Braferi. (2024).
Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Tindakan School Bullying Sebagai
Upaya Mewujudkan Sekolah Ramah Anak di SMA S Xaverius Bukittinggi. Al Yazidiy
Jurnal Sosial Humaniora Dan Pendidikan, 6(1), 01�18.
https://doi.org/10.55606/ay.v6i1.768
Al Adawiyah, R., Rufaidah, A., & Radyati, A. (2022).
Layanan informasi dalam mencegah negative peer pressure peserta didik. Orien:
Cakrawala Ilmiah Mahasiswa, 2(2), 141�146.
https://doi.org/10.30998/ocim.v2i2.8131
Al Hamad, N. M., Adewusi, O. E., Unachukwu, C. C., Osawaru,
B., & Chisom, O. N. (2024). Counselling as a tool for overcoming barriers
in stem education among underrepresented groups. Engineering Science &
Technology Journal, 5(1), 65�82.
https://doi.org/10.51594/estj.v5i1.728
Albar, R. (2024). Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Mengatasi Perilaku Bullying di SMA Muhammadiyah Suradadi Kabepaten Tegal. 8,
1�11.
Albayrak, S., Yıldız, A., & Erol, S. (2016).
Assessing the effect of school bullying prevention programs on reducing
bullying. Children and Youth Services Review, 63, 1�9.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2016.02.005
Astuti, L. P. (2023). Peran Guru Bimbingan Dan Konseling
dalam mengatasi bullying verbal di sekolah menengah pertama. Jurnal
Psiko-Edukasi, 18(1), 73�83.
Bonell, C., Allen, E., Warren, E., McGowan, J., Bevilacqua,
L., Jamal, F., Legood, R., Wiggins, M., Opondo, C., & Mathiot, A. (2018).
Effects of the Learning Together intervention on bullying and aggression in
English secondary schools (INCLUSIVE): a cluster randomised controlled trial. The
Lancet, 392(10163), 2452�2464.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(18)31782-3
Elbedour, S., Alqahtani, S., Rihan, I. E. S., Bawalsah, J.
A., Booker-Ammah, B., & Turner Jr, J. F. (2020). Cyberbullying: Roles of
school psychologists and school counselors in addressing a pervasive social
justice issue. Children and Youth Services Review, 109, 104720.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2019.104720
Eyuboglu, M., Eyuboglu, D., Pala, S. C., Oktar, D., Demirtas,
Z., Arslantas, D., & Unsal, A. (2021). Traditional school bullying and
cyberbullying: Prevalence, the effect on mental health problems and self-harm
behavior. Psychiatry Research, 297, 113730. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2021.113730
Gagnon, C., LeBlanc, L., Robert-Mazaye, C., Ma�ano, C., &
Aim�, A. (2022). Intention to intervene in weight-related bullying in
elementary school: A qualitative study of the perspectives of teachers and
school counselors. Teaching and Teacher Education, 118, 103805.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2022.103805
Galassi, J. (2017). Strengths-based school counseling:
Promoting student development and achievement. Routledge.
Hu, H.-F., Chou, W.-J., & Yen, C.-F. (2016). Anxiety and
depression among adolescents with attention-deficit/hyperactivity disorder: The
roles of behavioral temperamental traits, comorbid autism spectrum disorder,
and bullying involvement. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 32(2),
103�109. https://doi.org/10.1016/j.kjms.2016.01.002
Imakulata Siba Erap, M., Kaluge, A. H., & Talok, D.
(2024). Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Pada
Peserta Didik Kelas Iv Di Sdk Santo Tarsisius Lewoleba Lembata. Jurnal
Pendidikan Dasar Flobamorata, 5(2), 264�269.
https://doi.org/10.51494/jpdf.v5i2.1394
Khanolainen, D., Nesterova, Y., Semenova, E., Fatkhulova, E.,
& Trach, J. (2024). Teachers� beliefs and characteristics predictive of
their willingness to cultivate a safe, ethnically inclusive school environment.
International Journal of Educational Research, 127, 102420.
https://doi.org/10.1016/j.ijer.2024.102420
Koswara, F., & Irman, I. (2024). Peran Guru Bimbingan
Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Verbal Siswa Di SMP Negeri 2
Rambatan. Counselia; Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, 5(1),
162�180. https://doi.org/10.31943/counselia.v5i1.120
Maunder, R. E., & Crafter, S. (2018). School bullying
from a sociocultural perspective. Aggression and Violent Behavior, 38,
13�20. https://doi.org/10.1016/j.avb.2017.10.010
Okagbue, E. F., Wang, M., & Ezeachikulo, U. P. (2022).
Does school bullying show lack of effective multicultural education in the
school curriculum? International Journal of Educational Research Open, 3,
100178. https://doi.org/10.1016/j.ijedro.2022.100178
Poots, A., & Cassidy, T. (2020). Academic expectation,
self-compassion, psychological capital, social support and student wellbeing. International
Journal of Educational Research, 99, 101506. https://doi.org/10.1016/j.ijer.2019.101506
Rahmawati, P. A. Y. U. (2020). Upaya Menanggulangi Agresi
Verbal terhadap Body Shaming Melalui Konseling Feminis. Universitas
Pancasakti Tegal.
Setiawan, A. (2019). Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam
Mengatasi Perilaku Bullying Verbal Peserta Didik Kelas X SMA Muhammadiyah
Toboali. Etd.Uinsyahada.Ac.Id, 0481, 1�2.
Syuhada, N. (2024). Peran Guru Bimbingan Konseling (Bk) Dalam
Mengatasi Kasus Bullying Santri Di Pondok Pesantren Modern Ta�dib Al-Syakirin
Titi Kuning Medan Johor. Αγαη, 15(1), 37�48.
Yuliani, N. (2024). Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam
Mengatasi Bullying Di SMK Muhammadiyah Kajen. Tesis.
|
� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |