PENGARUH FUNGSI BANGUNAN DAN AKTIVITAS PENDUKUNG TERHADAP PERKEMBANGAN KORIDOR JALAN GAJAH MADA, DENPASAR

 

 

Yunita Laura Vianthi1, Widiastuti2

Universitas Dwijendra, Bali, Indonesia1

Universitas Dwijendra, Bali, Indonesia2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

 

Abstrak

Setelah dilakukan revitalisasi koridor oleh Pemerintah Kota Denpasar pada akhir tahun 2021, terjadi peningkatan fungsi bangunan yang ditandai dengan perubahan dan penambahan fungsi bangunan serta munculnya aktivitas pendukung di sepanjang Jl. Gajah Mada, Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor tersebut. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan studi korelasi, menggunakan teknik analisis uji SEM-PLS dan didukung oleh analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi bangunan dan aktivitas pendukung berpengaruh terhadap perkembangan koridor Jl. Gajah Mada, baik secara parsial maupun simultan, dengan kontribusi sebesar 59%. Secara rinci, nilai t-statistics yang diperoleh adalah 33,628 untuk aspek fisik, 61,542 untuk aspek ekonomi, dan 27,667 untuk aspek sosial budaya. Meskipun pengaruh dari masing-masing variabel bervariasi, variabel yang paling berpengaruh terhadap perkembangan koridor adalah aspek ekonomi dari aktivitas komersial.

 

Kata kunci: aktivitas pendukung, fungsi bangunan, pengaruh, perkembangan koridor

 

Abstract

After the revitalization of the corridor by the Denpasar City Government at the end of 2021, there was an increase in building functions which was marked by changes and additions to building functions as well as the emergence of supporting activities along Jl. Gajah Mada, Denpasar. This study aims to identify the influence of building functions and supporting activities on the development of the corridor. The method used is descriptive quantitative research with correlation studies, using SEM-PLS test analysis techniques and supported by qualitative descriptive analysis. The results of the study show that the function of buildings and supporting activities affects the development of the Jl. Gajah Mada corridor, both partially and simultaneously, with a contribution of 59%. In detail, the t-statistics value obtained was 33,628 for the physical aspect, 61,542 for the economic aspect, and 27,667 for the socio-cultural aspect. Although the influence of each variable varies, the variable that is

 

Keywords: supporting activities, building functions, influences, corridor developments

*Correspondence Author: Yunita Laura Vianthi

Email: [email protected]

 


 

PENDAHULUAN

 

Perkembangan koridor diartikan sebagai segala perubahan secara menyeluruh, baik perubahan fisik, ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi di dalam koridor yang dibentuk oleh dua deretan massa bangunan yang membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan dua kawasan secara netral (Liang et al., 2018; Peng et al., 2017; Pierik et al., 2016). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022, kontribusi sektor perdagangan dan jasa terhadap PDB Kota Denpasar mencapai 65%, menunjukkan pentingnya pengembangan koridor dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Perkembangan sebuah koridor beserta semua aktivitas di dalamnya akan mengalami kemajuan seiring berjalannya waktu, yang disebabkan oleh interaksi dengan area sekitar dan peningkatan kegiatan ekonomi (Pradani & Haryanto, 2021). Implikasinya, koridor tersebut yang semula tidak berkembang menjadi semarak untuk melakukan perubahan fungsi, baik perubahan fungsi lahan maupun perubahan fungsi bangunan serta dalam pelayanannya mempunyai peluang sehingga dapat dimanfaatkan oleh fungsi lain, yaitu fungsi sekunder.

Fungsi sekunder diartikan sebagai kegiatan pendukung aktivitas utama yang sering disebut sebagai aktivitas pendukung dan semua kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang koridor (Forintos & Czigany, 2019). Sejalan dengan tren urbanisasi yang meningkat, di mana sekitar 56% populasi Indonesia kini tinggal di daerah perkotaan (BPS, 2021), aktivitas pendukung memainkan peran krusial dalam perkembangan suatu koridor karena menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum, sehingga membuat fungsi kegiatan utama menjadi lebih dinamis, berkelanjutan, dan ramai (Ghassani, 2015; Putra et al., 2020; Rudiarto et al., 2018)Bentuk aktivitas pendukung pada suatu koridor, secara umum ada dua, yaitu: (1) Ruang terbuka meliputi taman rekreasi, taman kota, plaza, taman budaya, area pedagang kaki lima, jalur pejalan kaki, serta kelompok hiburan tradisional atau lokal; dan (2) Ruang tertutup mencakup bangunan yang dirancang untuk kepentingan umum, seperti area pertokoan eceran dan grosir, pusat pemerintahan, serta pusat jasa dan kantor. Data menunjukkan bahwa area publik yang baik dapat meningkatkan kunjungan hingga 30%. Aktivitas pendukung meliputi berbagai kegiatan komersial, seperti perdagangan yang dilakukan melalui bangunan fisik seperti toko, struktur sementara, serta pedagang kaki lima membuat koridor semakin berkembang dan menarik konsumen untuk mengunjungi koridor (Ikioda, 2016; Miranda et al., 2021; Setyaningrum et al., 2021)Pengaruh yang muncul adalah meningkatnya intensitas dan variasi aktivitas, yang menghasilkan dampak positif bagi koridor (Elahi et al., 2022). Karakteristiknya ditentukan oleh fungsi bangunan di sekitarnya serta aktivitas yang berlangsung di koridor tersebut.

Fenomena yang ada adalah setelah dilakukannya revitalisasi koridor oleh Pemerintah Kota Denpasar di akhir tahun 2021, terjadi peningkatan fungsi bangunan dengan berubahnya dan bertambahnya fungsi bangunan serta munculnya aktivitas pendukung di koridor Jalan Gajah Mada Denpasar. Sebagai contoh, laporan dari Dinas Perdagangan Kota Denpasar menunjukkan bahwa setelah revitalisasi, omzet pedagang kaki lima meningkat hingga 50%. �Berdasarkan Perda No. 27 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar Tahun 2011-2031, pemerintah menanggapi di akhir 2021 perlu adanya arahan pengelolaan koridor Jalan Gajah Mada dikembangkan melalui revitalisasi penataan fungsi yang melingkupinya dan aktivitas yang dapat mendukung perkembangan koridor. Program revitalisasi koridor yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kota Denpasar untuk mengembalikan identitas sebagai Kawasan Heritage, terbukti efektif dalam menarik lebih banyak wisatawan, dengan peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 40% pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, terjadi perubahan aktivitas pada area ruang terbuka publik Pasar Badung menjadi tempat diselenggarakannya sejumlah aktivitas pendukung, di antaranya seperti festival dan acara kesenian serta kebudayaan pada waktu-waktu tertentu. Alhasilnya, seiring berjalannya waktu di akhir tahun 2021 koridor Jalan Gajah Mada semakin berkembang dan hidup kembali. Beberapa pengguna bangunan pada koridor ini merubah fungsi bangunanya menjadi fungsi coffee shop/cafe, selain itu ada pula yang menambah fungsi bangunannya menjadi dua fungsi, yaitu fungsi primer sebagai bisnis alat tulis dan fungsi sekunder sebagai kedai kopi.

Seiring berkembangnya pemanfaatan fungsi bangunan, deretan pertokoan di sepanjang koridor Jalan Gajah Mada menyebabkan munculnya aktivitas pendukung, yaitu menarik minat pedagang kaki lima (PKL) untuk mendekat. Data dari survei lapangan menunjukkan bahwa 70% pengunjung merasa lebih tertarik untuk mengunjungi koridor dengan adanya aktivitas PKL, yang menciptakan suasana yang lebih hidup. Sekarang terlihat pada bagian depan ruko terdapat aktivitas Pedagang Kaki Lima seperti pedagang kuliner malam, pedagang asongan, pedagang sesajen dan buah, pedagang minuman, delman, angkutan umum dan lain-lain yang ikut menjajakan dagangannya di sepanjang koridor Jalan Gajah Mada. Bentuk aktivitas pendukung lainnya adalah seperti keberadaan Taman Tukad Korea sebagai taman rekreasi, kemudian terdapat ruang terbuka publik pada aula depan Pasar Badung sebagai tempat berkumpul dan tempat event serta festival budaya yang menarik minat masyarakat untuk berkunjung, sehingga menjadikan koridor ini lebih ramai dan hidup. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penting dilakukannya sebuah kajian yang mendalam untuk mengetahui tingkat pengaruh fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor Jalan Gajah Mada, Denpasar, secara fisik, ekonomi, sosial, dan budaya (Darko et al., 2017; Liu et al., 2017). Penelitian ini juga berpotensi untuk memberikan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan koridor yang berkelanjutan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar interpretasi untuk memberikan pemahaman akan pentingnya memanfaatkan koridor bersejarah sebagai aset wisata sekaligus untuk mempertahankan fungsi dan identitas koridor dalam mengembangkan koridor.

 

 

METODE PENELITIAN

 

Mengacu pada jenis penelitian yang dilakukan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan seberapa besar pengaruh atau tingkat pengaruh fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor. Maka, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan Post Positivistik Rasionalistik (Elahi et al., 2022). Penelitian berlokasi di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Dauh Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Utara. Berikut dapat dilihat pada Gambar 1 merupakan peta lokasi penelitian.

 

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Sumber: http://www.google.com/maps (telah diolah kembali)

 

Dalam penelitian ini variabel yang diidentifikasi adalah variabel eksogen atau variabel bebas (independen variable), yaitu variabel fungsi bangunan (X1) dan variabel aktivitas pendukung (X2). Sedangkan, variabel endogen atau variabel terikat (dependen variable) dalam penelitian ini adalah perkembangan koridor (Y). Indikator yang dikaji, meliputi kondisi fisik bangunan (fungsi ruang, kondisi bangunan, fasade bangunan), kondisi spasial bangunan (orientasi bangunan, luas bangunan, jarak antar bangunan, jarak bangunan dengan jalan dan ketinggian bangunan), kondisi aktivitas pendukung (jenis, jumlah, jalur pedestrian, parkir), kondisi fisik dalam perkembangan koridor (perubahan/penambahan fungsi bangunan, luas bangunan, ketinggian bangunan), kondisi ekonomi dalam perkembangan koridor (aktivitas komersial di dalam koridor), dan kondisi sosial budaya dalam perkembangan koridor (jenis dan jumlah aktivitas budaya, aktivitas sosial). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan (observasi) mengenai perkembangan fungsi bangunan dan aktivitas pendukung yang terjadi dan teknik survey yang terdiri dari observasi, kuesioner dan wawancara kepada pengguna bangunan di koridor Jalan Gajah Mada, Denpasar.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna koridor sebagai pemilik bangunan dan pengguna koridor sebagai pedagang kaki lima, pejalan kaki, delman dan transportasi angkutan umum yang ada di koridor. Sedangkan satuan analisisnya, yaitu bangunan yang berada di sepanjang koridor jalan dan satuan pengamatannya adalah pengguna koridor dan pemilik bangunan. Bangunan yang menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 135 bangunan dan untuk jumlah responden sebanyak 114 pemilik bangunan dan 46 pengguna koridor, yaitu pedagang kaki lima dan pengunjung.

Untuk penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Teknik analisis data yang digunakan, meliputi teknik analisis deskriptif untuk menjawab rumusan masalah pertama dan teknik analisis statistik Partial Least Square�Structural Equation Model (SEM-PLS) untuk menjawab rumusan masalah kedua. Analisis deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik perkembangan kondisi fisik fungsi bangunan dan aktivitas pendukung yang terjadi pada koridor Jalan Gajah Mada, Denpasar. Sedangkan, analisis SEM-PLS digunakan untuk melakukan analisis regresi (korelasi) dan menguji hubungan antar variabel yang ada, yaitu pada masing-masing variabel fungsi bangunan dengan perkembangan koridor serta aktivitas pendukung dengan perkembangan koridor. Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap: (1) Tahap pertama adalah menguji model pengukuran, yang mencakup validitas dan reliabilitas konstruk dari setiap indikator; dan (2) Tahap kedua adalah menguji model struktural untuk menentukan adanya pengaruh antar variabel atau korelasi antar konstruk yang diukur menggunakan uji t dari PLS.

Dalam penelitian ini, analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mengelompokkan informasi yang dikumpulkan dari wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis menggunakan pendekatan tematik, di mana peneliti mengidentifikasi tema dan pola yang muncul dari data. Setelah tema diidentifikasi, data kualitatif diintegrasikan dengan hasil analisis kuantitatif melalui triangulasi, yang memungkinkan peneliti untuk membandingkan dan mengonfirmasi temuan dari kedua jenis data. Dengan demikian, hasil analisis kualitatif dapat memberikan konteks dan pemahaman yang lebih dalam mengenai hasil kuantitatif, memperkaya interpretasi dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang pengaruh fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor.


 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Hasil Analisis Pengaruh Fungsi Bangunan dan Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor

 

A.    Hasil Analisis Uji Instrumen Penelitian

1)     Hasil Uji Validitas

Uji validitas terdiri atas validitas konvergen dan validitas diskriminan serta ditentukan menggunakan nilai outer loading dan average variance extracted (AVE). Validitas konvergen dianggap layak apabila nilai outer loading ≥ 0,7 dan nilai AVE ≥ 0,5. Dapat disimak pada Tabel 1 berikut merupakan hasil uji convergent validity dengan pendekatan dua tahap.

 

Tabel 1. Convergent Validity Result with Two-Stage Approach

 Indikator

Fungsi

Bangunan

(X1)

Aktivitas

Pendukung

(X2)

Perkembangan

Koridor

(Y)

AVE

Fungsi Ruang (X1.1)

0.908

 

 

0.801

Kondisi Bangunan (X1.2)

0.889

 

 

Fasade Bangunan (X1.3)

0.887

 

 

Aktivitas Utama (X2.1)

 

0.854

 

0.797

Kegiatan Pendukung (X2.2)

 

0.930

 

Perkembangan Koridor Secara Fisik

(Y1.1)

 

 

0.821

0.734

Perkembangan Korido Secara

Ekonomi (Y1.2)

 

 

0.903

Perkembangan Koridor Secara Sosial

Budaya (Y1.3)

 

 

0.845

 

Berdasarkan pada Tabel 1, hasil validitas konvergen dengan pendekatan dua tahap, dapat dilihat dari nilai AVE fungsi bangunan (X1) = 0,801, aktivitas pendukung (X2) = 0,797 dan perkembangan koridor (Y) = 0,743 memiliki nilai lebih besar daripada 0,50. Secara keseluruhan pada nilai AVE setiap dimensi hasil dari pengujian validitas menunjukkan bahwa seluruh indikator penelitian memiliki nilai loading factor > 0,70 dan nilai Average Variant Extracted (AVE) > 0,50. Dengan demikian kontruk validity dengan pendekatan dua tahap dinyatakan valid.

 

2)     Hasil Uji Diskriminan

Teknik yang diterapkan untuk menilai tingkat validitas diskriminan meliputi evaluasi kriteria Fornell-Larcker dan HTMT.

 

a.      Analisis Fornell-Lacker

Dapat disimak pada Tabel 2, diperoleh hasil nilai square root AVE dari setiap dimensi memiliki nilai terbesar pada konstruk masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah pada kriteria Fornell-Larcker.

 

Tabel 2. Pengujian Validitas Diskriminan: Fornell-Larcker

Variabel

X1

X2

Y

Fungsi Bangunan (X1)

0.895

Aktivitas Pendukung (X2)

0.298

0.893

Perkembangan Koridor (Y)

0.454

0.727

0.857

 

 

��

b.      Analisis Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT)

Dapat dilihat pada Tabel 3, nilai HTMT pada setiap korelasi antar konstruk bernilai < 1 (dibawah 1), sehingga model penelitian ini memiliki tingkat validitas yang baik.

 

Tabel 3. Pengujian Validitas Diskriminan: HTMT

Variabel

X1

X2

Y

Fungsi Bangunan (X1)

Aktivitas Pendukung (X2)

0.347

Perkembangan Koridor (Y)

0.538

0.897

����������������

B.     Hasil Uji Realibilitas

Pengujian konsistensi internal dilakukan dengan melihat nilai cronbach�s alpha dan composite reliability. Dapat disimak pada Tabel 4 berikut merupakan hasil evaluasi konsistensi internal dengan pendekatan dua tahap, dilihat dari nilai composite reliability fungsi bangunan (X1) = 0,875; aktivitas pendukung (2) = 0,753 dan perkembangan koridor (Y) = 0,819 memiliki nilai lebih besar daripada 0,60 dan nilai cronbach�s alpha fungsi bangunan (X1) = 0,923; aktivitas pendukung (X2) = 0,887 dan perkembangan koridor (Y) = 0,892 memiliki nilai lebih besar daripada 0,60.

 

Tabel 4. Reliability Statistics Internal Consistency Evaluation Result with Two Stage Approach

Variabel

Dimensi

Cronbach's Alpha

Composite Reliability

N of item

Fungsi

Bangunan (X1)

Undimensional

0.875

0.923

3

Aktivitas

Pendukung (X2)

Undimensional

0.753

0.887

18

Perkembangan

Koridor (Y)

Undimensional

0.819

0.892

11

 

Berdasarkan pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai composite reliability memiliki nilai lebih dari 0,8 dan cronbach�s alpha lebih dari 0,7. Dengan demikian seluruh variabel pada penelitian ini dinyatakan reliabel.

 

C.    Hasil Analisis Pengaruh Simultan Fungsi Bangunan dan Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor

Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh fungsi bangunan (X1) dan aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor (Y), analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis SEM-PLS, pengolahan data dengan SmartPLS 3.2.9. Adapun, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

a.      H1 = Fungsi Bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perkembangan Koridor.

b.      H2 = Aktivitas Pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perkembangan Koridor.

Mengacu pada hipotesis tersebut, maka dikembangkan hubungan antar variabel dilengkapi dengan hubungan setiap variabel laten dengan indikatornya masing-masing seperti pada Gambar 2 berikut.

 

Gambar 2. Model Struktural Two-Stage Approach

 

Setelah melakukan pengujian model pengukuran reflektif, tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap model struktural. Adapun pengujian terhadap model struktural, meliputi uji kolinearitas, uji R-Square dan uji hipotesis hubungan kausal.

 

1)   Analisis Uji Kolinearitas

Analisis terhadap indikasi collinearity apabila memiliki nilai Inner Variance Inflation Factor (VIF) < 0,2 atau > 5. Dapat disimak pada Tabel 5, nilai dari setiap konstruk di dalam penelitian ini tidak terdapat collinearity dalam model, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel atau dengan kata lain tidak adanya dua atau lebih indikator yang sama berada dalam satu blok indikator.

 

Tabel 5. Uji Kolinearitas (Nilai VIF)

Variabel

VIF

X1.1 (Fungsi Bangunan)

2.631

X1.2 (Kondisi Bangunan)

2.334

X1.3 (Fasade Bangunan)

2.239

X2.1 (Aktivitas Utama)

1.572

X2.2 (Aktivitas Pendukung)

1.572

Y1.1 (Perkembangan Secara Fisik)

1.561

Y1.2 (Perkembangan Secara Ekonomi)

2.509

Y1.3 (Perkembangan Secara Sosial Budaya)

2.118

 

2)     Analisis Pengujian Model dengan Pengukuran R square

Analisis R� digunakan untuk mengukur seberapa besar variabilitas variabel endogen yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen. Nilai R� yang lebih tinggi menunjukkan bahwa variabel eksogen lebih efektif dalam menjelaskan variabel endogen. Terdapat tiga kategori untuk R�: 0,19 untuk tingkat lemah, 0,33 untuk moderat, dan 0,67 untuk substansial. Semakin mendekati angka 1, semakin tinggi tingkat akurasi prediksi yang dianggap sempurna. Nilai R2 (R square) digunakan untuk mengetahui besar pengaruh variabel eksogen, yaitu fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap variabel endogen, yaitu perkembangan koridor. Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa perkembangan koridor (Y) dapat di jelaskan oleh variabel eksogen fungsi bangunan (X1) dan aktivitas pendukung (X2) sebesar 59% sedangkan sisanya 41% oleh variabel lain yang tidak diteliti.

 

Tabel 6. R� (R square)

R Square

R Square Adjusted

Y

0.590

0.584

 

3)     F� (F square)

Analisis F� digunakan untuk mengevaluasi apakah pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen signifikan ketika terjadi perubahan, seperti penghapusan variabel eksogen. Jika F� > 0,02, ini menunjukkan pengaruh yang lemah; F� > 0,15 menunjukkan pengaruh yang moderat; dan F� > 0,35 menunjukkan pengaruh struktural yang kuat. Dapat dilihat pada Tabel 19 terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (FB) terhadap perkembangan koridor (PK) memiliki nilai F square sebesar 0,151, hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan fungsi bangunan terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif dengan tingkat pengaruh sedang. Kemudian pengaruh variabel aktivitas pendukung (AP) terhadap perkembangan koridor (PK) memiliki nilai F square sebesar 0.936, hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif dan tingkat pengaruh kuat. Berdasarkan hasil uji F square tersebut diketahui bahwa variabel aktivitas pendukung (X2) memiliki pengaruh yang paling besar dengan nilai F square sebesar 0.936 (pengaruh kuat), setelahnya fungsi bangunan (X1) dengan pengaruh 0.151 (pengaruh sedang/moderat).

 

Tabel 7. F� (F square)

Variabel

X1

X2

Y

FB (X1)

0.151

AP (X2)

0.936

PK (Y)

 

4)     Hasil Uji Hipotesis Direct Effect

Dalam penelitian ini, digunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi 5%. Hipotesis akan diterima jika nilai t lebih besar dari 1,96 atau lebih kecil dari -1,96. Pengujian dilakukan dengan teknik bootstrapping sesuai rekomendasi (Hair Jr et al., 2017). Evaluasi model struktural koefisien jalur dapat dilihat dari hasil masing-masing hubungan antar variabel, yang dianggap signifikan jika nilai t-statistik > 1,96 dan nilai p-value < 0,05. Dapat dilihat pada Tabel 20 terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki t statistics sebesar 3,3337 (> 1,96) dan p value sebesar 0,001 (p < 0,05), hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan fungsi bangunan terhadap perkembangan koridor berpengaruh signifikan. Maka dapat dikatakan bahwa fungsi bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor. Kemudian, pengaruh aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki t statistics sebesar 12,867 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05), hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor berpengaruh signifikan. Maka dapat dikatakan bahwa aktivitas pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor.

 

Tabel 8. Hasil Uji Direct Effect Simultan Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y

 

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|)

P Value s

X1 � Y

0.261

0.255

0.078

3.337

0.001

X2 � Y

0.649

0.647

0.050

12.867

0.000

 

Dengan demikian, berdasarkan hasil uji hipotesis direct effect pada Tabel 7 f square dan Tabel 8 t statistics dan p value hipotesis yang menyatakan bahwa:

a.      H1 = Pengaruh Fungsi Bangunan (X1) terhadap Perkembangan Koridor (Y) memiliki nilai t-statistics 3,337 yang lebih besar daripada 1,96 dan p-value 0,001 yang lebih kecil daripada 0,05. Dengan ini dapat dinyatakan bahwa H1 diterima (terbukti kebenarannya) atau artinya X1 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Y.

b.      H2 = Pengaruh Aktivitas Pendukung (X2) terhadap Perkembangan Koridor (Y) memiliki nilai t-statistics 12,867 yang lebih besar daripada 1,96 dan p-value 0,000 yang lebih kecil daripada 0,05. Dengan ini dapat dinyatakan bahwa H2 diterima (terbukti kebenarannya) atau artinya X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Y.

Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor secara simultan, variabel fungsi bangunan (X1) dan varibael aktivitas pendukung (X2) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor, yang artinya semakin tinggi nilai varibael fungsi bangunan dan semakin tinggi nilai variabel aktivitas pendukung, maka semakin tinggi nilai perkembangan koridor (Y).

 

D.    Hasil Analisis Pengaruh Parsial Fungsi Bangunan dan Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor

Dalam analisis pengaruh secara parsial digunakan pendekatan two-tailed test dengan level signifikansi 5%. Hubungan antar variabel dapat dinyatakan signifikan apabila nilai t-statistics > 1,96 dan nilai p-value < 0,05.

 

1)     Pengaruh Fungsi Bangunan (X1) dan Aktivitas Pendukung (X2) Terhadap Perkembangan Koridor Secara Fisik (Y1.1)

Dapat dilihat pada Tabel 9 terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor secara fisik (Y1.1) memiliki t statistics sebesar 28,491 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan pengaruh variabel aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor secara fisik (Y1.1) memiliki t statistics sebesar 38,765 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

 

Tabel 9. Hasil Uji Direct Effect Parsial Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y1.1

 

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (|O/STDEV|)

P Value

Y1.1 <- X1

0.889

0.884

0.031

28.491

0.000

Y1.1 <- X2

0.903

0.899

0.023

38.765

0.000

Y1.1 <- X1 dan X2

0.896

0.891

0.027

33.628

0.000

 

Berdasarkan pada Tabel 9, menunjukkan bahwa:

a)      Variabel fungsi bangunan (fungsi, bentuk, fasade) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik dengan nilai t statistics sebesar 28,491 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

b)     Variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama, aktivitas pendukung) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik dengan nilai t statistics sebesar 38,765 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

c)      Secara keseluruhan variabel fungsi bangunan dan variabel aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik dengan nilai t statistics sebesar 33,628 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

Alhasilnya, dapat disimpulkan bahwa fungsi bangunan dan aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik. Variabel fungsi bangunan (fungsi ruang (X1.1), kondisi bangunan (X1.2), fasade bangunan (X1.3)) dan variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama (X2.1), aktivitas pendukung (X2.2)) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel-variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor secara fisik, yang artinya semakin tinggi nilai variabel-variabel tersebut, maka semakin tinggi nilai perkembangan koridor secara fisik (Y12).


 

2)     Pengaruh Fungsi Bangunan (X1) dan Aktivitas Pendukung (X2) Terhadap Perkembangan Koridor Secara Ekonomi (Y1.2)

Dapat dilihat pada Tabel 10 terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor secara ekonomi (Y1.2) memiliki t statistics sebesar 42,457 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan pengaruh variabel aktivitas pendukung (X2) ter hadap perkembangan koridor secara ekonomi (Y1.2) memiliki t statistics sebesar 80,627 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

 

Tabel 10. Hasil Uji Direct Effect Parsial Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y1.2

 

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (|O/STDEV|)

P Value

Y1.2 <- X1

0.908

0.905

0.021

42.457

0.000

Y1.2 <- X2

0.930

0.930

0.012

80.627

0.000

Y1.2 <- X1 dan X2

0.919

0.917

0.016

61.542

0.000

���������������������������������������

Dapat disimak pada Tabel 10, menunjukkan bahwa:

a.      Variabel fungsi bangunan (fungsi, bentuk, fasade) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi dengan nilai t statistics sebesar 45,457 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

b.      Variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama, aktivitas pendukung) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi dengan nilai t statistics sebesar 80,627 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

c.      Secara keseluruhan variabel fungsi bangunan dan variabel aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi dengan nilai t statistics sebesar 61,542 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi bangunan dan aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi. Variabel fungsi bangunan (fungsi ruang (X1.1), kondisi bangunan (X1.2), fasade bangunan (X1.3)) dan variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama (X2.1), aktivitas pendukung (X2.2)) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel-variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor secara ekonomi, yang artinya semakin tinggi nilai variabel-variabel tersebut, maka semakin tinggi nilai perkembangan koridor secara ekonomi (Y1.2).

 

3)     Pengaruh Fungsi Bangunan (X1) dan Aktivitas Pendukung (X2) Terhadap Perkembangan Koridor Secara Sosial Budaya (Y1.3)

Dapat disimak pada Tabel 11, terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya (Y1.3) memiliki t statistics sebesar 27,237 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan pengaruh variabel aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya (Y1.3) memiliki t statistics sebesar 28,098 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

 

Tabel 11. Hasil Uji Direct Effect Parsial Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y1.3

 

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (|O/STDEV|)

P Value

Y1.3 <- X1

0.821

0.819

0.030

27.237

0.000

Y1.3 <- X2

0.887

0.881

0.032

28.098

0.000

Y1.3 <- X1 dan X2

0.854

0.850

0.031

27.667

0.000

 

Dapar disimak pada Tabel 11, menunjukkan bahwa:

a.      Variabel fungsi bangunan (fungsi, bentuk, fasade) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya dengan nilai t statistics sebesar 27,237 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

b.      Variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama, aktivitas pendukung) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya dengan nilai t statistics sebesar 28,098 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

c.      Secara keseluruhan variabel fungsi bangunan dan variabel aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial dan budaya dengan nilai t statistics sebesar 27,667 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi bangunan dan aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya. Variabel fungsi bangunan (fungsi ruang (X1.1), kondisi bangunan (X1.2), fasade bangunan (X1.3)) dan variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama (X2.1), aktivitas pendukung (X2.2)) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel-variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor secara sosial budaya, yang artinya semakin tinggi nilai variabel-variabel tersebut, maka semakin tinggi nilai perkembangan koridor secara sosial budaya (Y1.3).

 

Pembahasan

A.    Pengaruh Fungsi Bangunan Terhadap Perkembangan Koridor

Pengaruh fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki nilai t-statistics sebesar 3,337 (t > 1,96), hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan fungsi bangunan terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif. Dalam pengujian hubungan antara kedua variabel tersebut memperoleh nilai p-value 0,001 (p < 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyo, R. A. (2008) yang dimana fungsi bangunan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan sebuah koridor. Selain itu, fungsi bangunan yang beragam dapat menimbulkan aktivitas yang beragam juga dan menjadikan koridor selalu hidup dan berkembang. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Ghassani, P., et al (2015) yang menyatakan bahwa fungsi bangunan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor sebesar 60%. Keberagaman fungsi bangunan menjadi faktor utama penyebab munculnya keberagaman activity support yang mendorong perkembangan sebuah koridor. Keberagaman fungsi bangunan yang menerapkan konsep mix-used menjadi daya tarik untuk dikunjungi, sehingga koridor dapat selalu hidup dan menerus tanpa terbatas oleh waktu.

 

B.     Pengaruh Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor

�Pengaruh aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki nilai t-statistics sebesar 12,867 (t > 1,96), hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif. Dalam pengujian hubungan antara kedua variabel tersebut memperoleh nilai p-value 0,000 (p < 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor.

Menurut Sasmito, A., (2011), aktivitas pendukung merupakan salah satu elemen �penghidup� kegiatan kota dengan diwarnai karakter lingkungan yang terdiri dari berbagai fungsi dan keanekaragaman aktivitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nuraini Utomo (2008) dimana pengelolaan sebuah koridor jalan, akan sangat berkaitan erat dengan faktor fisik (pemanfaatan/fungsi ruang) maupun non-fisik (aktivitas pendukung) yang ada di sekeliling koridor jalan tersebut. Selain itu, pada penelitian oleh Nuraini Utomo juga menyatakan bahwa aktivitas pendukung (activity support) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor, baik secara parsial maupun simultan. Perkembangan sebuah koridor jalan tidak dapat dipisahkan dari aktivitas yang berlangsung di dalamnya, di mana interaksi pengguna sangat mempengaruhi kegiatan yang terjadi (activity support). Beragam aktivitas pendukung memberikan karakteristik unik pada koridor jalan tersebut, menciptakan nilai yang membedakannya dari koridor jalan lainnya.

Selanjutnya, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Aulia, F. P., et al., (2020) menyatakan bahwa pedagang kaki lima (PKL) sebagai bagian dari activity support yang dimana keberadaan activity support berupa PKL memberikan dampak positif dan signifikan dalam mendorong perkembangan sebuah koridor (Aulia et al., 2020). Semakin banyaknya PKL semakin menarik minat konsumen untuk ikut meramaikan koridor dan membuat koridor lebih hidup. Semakin ramai sebuah bangunan ruko, maka akan semakin mengundang PKL untuk berjualan disekitarnya. Semakin banyak PKL yang berjualan, maka semakin ramai pula ruko-ruko sekitar yang mulanya sepi karena dampak kehadiran PKL. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara PKL dan bangunan ruko/toko memiliki hubungan timbal balik yang positif. Karakteristik lokasi yang dipilih oleh PKL mempunyai ciri-ciri dekat dengan ruko-ruko yang ramai pengunjung atau mendekati titik-titik keramaian dan berkumpul dengan PKL yang sejenis.

 

C.    Pemaknaan

Pada hipotesis diduga variabel fungsi bangunan dan aktivitas pendukung mempengaruhi perkembangan koridor. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis direct effect menunjukkan bahwa hipotesis tersebut terbukti dengan nilai pengaruh antara fungsi bangunan dan aktivitas pendukung dengan perkembangan koridor sebesar +0,59 atau 59%. Nilai ini termasuk dalam kategori pengaruh yang tinggi yang memiliki arti semakin tinggi atau beragam fungsi bangunan dan aktivitas pendukung, maka semakin tinggi perkembangan koridornya. Besarnya pengaruh tersebut menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara fungsi bangunan dan aktivitas pendukung dengan perkembangan koridor Jl. Gajah Mada. Secara keseluruhan, fungsi bangunan dan aktivitas pendukung memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan koridor, hal ini disebabkan karena fungsi bangunan merupakan aspek fisik dari koridor yang dapat dinikmati oleh pengunjung setiap waktu, baik pagi, siang ataupun malam dan aktivitas pendukung merupakan aspek non fisik yang dapat dinikmati tanpa terbatas waktu yang terdiri dari aktivitas rekreasi, aktivitas kuliner malam, aktivitas foto-foto maupun aktivitas formal (festival kesenian/budaya/pagelaran sekolah) yang sifatnya insidentil atau hanya diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu saja.

Aktivitas yang ada di koridor JL Gajah Mada terdiri dari aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama merupakan aktivitas yang sesuai dengan fungsi bangunan yang ada, seperti perkantoran, perdagangan dan jasa, sedangkan aktivitas pendukung adalah aktivitas yang mendukung koridor, baik formal (pasar malam, kuliner malam, tempat rekreasi Taman Tukad Korea, festival-festival kesenian dan kebudayaan) maupun informal (PKL, parkir, tempat foto-foto prewedding maupun pembuatan video/foto tugas sekolah). Aktivitas pendukung yang ada di koridor Gajah Mada telah menjadi salah satu aktivitas yang identik dengan koridor ini, sehingga semakin menarik minat masyarakat berkunjung dan semakin banyak aktivitas pendukung yang diselenggarakan di koridor Jl. Gajah Mada, maka semakin tinggi pula tingkat perkembangan koridornya.

Perkembangan koridor Jl. Gajah Mada juga dipengaruhi faktor lain di luar model penelitian ini, yaitu sebesar 41%. Menurut Hashemnezhad et al. (2013), salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan koridor adalah "sense of place" suatu lokasi, yang dipengaruhi oleh subjektivitas individu berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan latar belakang yang dimiliki. Jika seseorang memiliki pengalaman positif atau negatif di suatu tempat, atau memiliki pengetahuan lebih tentang lokasi tertentu, maka mereka akan merasakan "sense of place" yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali mengunjungi tempat tersebut. Demikian pula di koridor Jl. Gajah Mada; jika seseorang memiliki pengalaman positif atau negatif saat berada di sana, atau memiliki pengetahuan lebih tentang koridor tersebut termasuk sejarah, budaya, dan lain-lain maka mereka akan merasakan tingkat "sense of place" yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali berkunjung ke koridor ini. Semakin tinggi tingkat atau nilai sense of place suatu koridor, maka semakin tinggi nilai perkembangan sebuah koridor jalan.

Menurut Utomo, A. N., (2008), salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan koridor adalah persepsi penghuni. Persepsi pada dasarnya merupakan proses aktif dalam menghasilkan informasi dari lingkungan, yang dipandu oleh motivasi dan kebutuhan individu. Persepsi manusia dapat berubah-ubah karena adanya proses fisiologis, dan atribut ruang dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap lingkungan tersebut. Faktor-faktor pemahaman ruang (tingkah laku) mencakup aspek psikologis yang lebih mendalam mengenai pengguna. Ini melibatkan bagaimana persepsi mereka terhadap suatu ruang atau bangunan, kebutuhan interaksi sosial antara pengguna, serta makna simbolis yang melekat pada ruang atau bangunan tersebut.

Kegiatan yang terjadi di sebuah koridor jalan berasal dari ide kreatif, sudut pandang, atau persepsi pihak-pihak yang terlibat. Persepsi tentang kelayakan sebuah koridor jalan dapat dilihat dari berbagai segi, baik teknis maupun non-teknis. Hasil dari persepsi atau sudut pandang pihak-pihak yang berinteraksi dalam sebuah koridor jalan akan sangat memengaruhi kegiatan yang terjadi di dalamnya (activity support). Pada akhirnya, hal ini akan berdampak pada perkembangan koridor jalan tersebut.

 

 

KESIMPULAN

 

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa perkembangan fungsi bangunan di koridor Jalan Gajah Mada mengalami peningkatan, dengan perubahan dan penambahan fungsi bangunan menjadi fungsi komersial dan sosial budaya, yang menarik minat pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan di lokasi-lokasi ramai seperti coffee shop, bank, pasar, Taman Tukad Korea, dan Aula Depan Pasar Badung. Perkembangan koridor interstisial sebagian besar dipengaruhi oleh perubahan fungsi bangunan, yang meningkatkan building coverage. Penelitian ini mengonfirmasi hipotesis bahwa fungsi bangunan dan aktivitas pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor, dengan pengaruh sebesar 59%, sementara 41% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian. Secara fisik, ekonomi, dan sosial budaya, fungsi bangunan dan aktivitas pendukung menunjukkan hubungan sangat tinggi dengan perkembangan koridor Jl. Gajah Mada, masing-masing dengan t-statistics 33,628; 61,542; dan 27,667, yang mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel-variabel tersebut.

 


 

BIBLIOGRAFI

 

Aulia, F. P., Sardjono, A. B., & Sari, S. R. (2020). Analisa Activity Support Yang Mendorong Perkembangan Sebuah Koridor (Studi Kasus: Jalan Tlogosari Raya Semarang). Jurnal Arsitektur ARCADE, 4(2), 115�119.

Darko, A., Zhang, C., & Chan, A. P. C. (2017). Drivers for green building: A review of empirical studies. Habitat International, 60, 34�49. https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2016.12.007

Elahi, E., Khalid, Z., Tauni, M. Z., Zhang, H., & Lirong, X. (2022). Extreme weather events risk to crop-production and the adaptation of innovative management strategies to mitigate the risk: A retrospective survey of rural Punjab, Pakistan. Technovation, 117, 102255. https://doi.org/10.1016/j.technovation.2021.102255

Forintos, N., & Czigany, T. (2019). Multifunctional application of carbon fiber reinforced polymer composites: Electrical properties of the reinforcing carbon fibers�A short review. Composites Part B: Engineering, 162, 331�343. https://doi.org/10.1016/j.compositesb.2018.10.098

Ghassani, D. P. (2015). Pengaruh Keberagaman Activity Support Terhadap Terbentuknya Citra Kawasan Di Jalan Pandanaran Kota Semarang. NALARs, 14(1). https://doi.org/10.24853/nalars.14.1.%25p

Hair Jr, J. F., Matthews, L. M., Matthews, R. L., & Sarstedt, M. (2017). PLS-SEM or CB-SEM: updated guidelines on which method to use. International Journal of Multivariate Data Analysis, 1(2), 107�123. https://doi.org/10.1504/IJMDA.2017.087624

Ikioda, F. (2016). The impact of road construction on market and street trading in Lagos. Journal of Transport Geography, 55, 175�181. https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2015.11.006

Liang, J., He, X., Zeng, G., Zhong, M., Gao, X., Li, X., Li, X., Wu, H., Feng, C., & Xing, W. (2018). Integrating priority areas and ecological corridors into national network for conservation planning in China. Science of the Total Environment, 626, 22�29. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2018.01.086

Liu, Y., Van Nederveen, S., & Hertogh, M. (2017). Understanding effects of BIM on collaborative design and construction: An empirical study in China. International Journal of Project Management, 35(4), 686�698. https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2016.06.007

Miranda, A. S., Fan, Z., Duarte, F., & Ratti, C. (2021). Desirable streets: Using deviations in pedestrian trajectories to measure the value of the built environment. Computers, Environment and Urban Systems, 86, 101563. https://doi.org/10.1016/j.compenvurbsys.2020.101563

Peng, J., Zhao, H., & Liu, Y. (2017). Urban ecological corridors construction: A review. Acta Ecologica Sinica, 37(1), 23�30. https://doi.org/10.1016/j.chnaes.2016.12.002

Pierik, M. E., Dell�Acqua, M., Confalonieri, R., Bocchi, S., & Gomarasca, S. (2016). Designing ecological corridors in a fragmented landscape: A fuzzy approach to circuit connectivity analysis. Ecological Indicators, 67, 807�820. https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2016.03.032

Pradani, D. D., & Haryanto, R. (2021). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kegiatan Komersial Di Koridor Jalan Kedungmundu Raya dan Sambiroto Raya. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 10(4), 281�290. https://doi.org/10.14710/tpwk.2021.32329

Putra, A. S., Tong, G., & Pribadi, D. O. (2020). Food security challenges in rapidly urbanizing developing countries: Insight from Indonesia. Sustainability, 12(22), 9550. https://doi.org/10.3390/su12229550

Rudiarto, I., Handayani, W., & Sih Setyono, J. (2018). A regional perspective on urbanization and climate-related disasters in the northern coastal region of central Java, Indonesia. Land, 7(1), 34. https://doi.org/10.3390/land7010034

Setyaningrum, W., Pandelaki, E. E., & Suprapti, A. (2021). Karakteristik Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pusat Kota Pekalongan. Sinektika J Arsit, 18, 160�168.

 

� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).