Yunita
Laura Vianthi1, Widiastuti2
Universitas
Dwijendra, Bali, Indonesia1
Universitas
Dwijendra, Bali, Indonesia2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak |
Setelah dilakukan revitalisasi koridor oleh
Pemerintah Kota Denpasar pada akhir tahun 2021, terjadi peningkatan fungsi
bangunan yang ditandai dengan perubahan dan penambahan fungsi bangunan serta
munculnya aktivitas pendukung di sepanjang Jl. Gajah Mada, Denpasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh fungsi bangunan dan
aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor tersebut. Metode yang
digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan studi korelasi,
menggunakan teknik analisis uji SEM-PLS dan didukung oleh analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi bangunan dan aktivitas
pendukung berpengaruh terhadap perkembangan koridor Jl. Gajah Mada, baik
secara parsial maupun simultan, dengan kontribusi sebesar 59%. Secara rinci,
nilai t-statistics yang diperoleh adalah 33,628 untuk aspek fisik, 61,542
untuk aspek ekonomi, dan 27,667 untuk aspek sosial budaya. Meskipun pengaruh
dari masing-masing variabel bervariasi, variabel yang paling berpengaruh
terhadap perkembangan koridor adalah aspek ekonomi dari aktivitas komersial. Kata kunci: aktivitas
pendukung, fungsi bangunan, pengaruh, perkembangan koridor |
|
Abstract |
After the revitalization of the
corridor by the Denpasar City Government at the end of 2021, there was an
increase in building functions which was marked by changes and additions to
building functions as well as the emergence of supporting activities along
Jl. Gajah Mada, Denpasar. This study aims to identify the influence of
building functions and supporting activities on the development of the
corridor. The method used is descriptive quantitative research with
correlation studies, using SEM-PLS test analysis techniques and supported by
qualitative descriptive analysis. The results of the study show that the
function of buildings and supporting activities affects the development of
the Jl. Gajah Mada corridor, both partially and simultaneously, with a
contribution of 59%. In detail, the t-statistics value obtained was 33,628
for the physical aspect, 61,542 for the economic aspect, and 27,667 for the
socio-cultural aspect. Although the influence of each variable varies, the
variable that is Keywords: supporting activities, building
functions, influences, corridor developments |
*Correspondence
Author: Yunita Laura Vianthi
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Perkembangan
koridor diartikan sebagai segala perubahan secara menyeluruh, baik perubahan fisik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi di dalam koridor yang dibentuk oleh
dua deretan massa bangunan yang membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan dua
kawasan secara netral (Liang et al., 2018;
Peng et al., 2017; Pierik et al., 2016). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
pada tahun 2022, kontribusi sektor perdagangan dan jasa terhadap PDB Kota
Denpasar mencapai 65%, menunjukkan pentingnya pengembangan koridor dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Perkembangan
sebuah koridor beserta semua aktivitas di dalamnya akan mengalami kemajuan
seiring berjalannya waktu, yang disebabkan oleh interaksi dengan area sekitar
dan peningkatan kegiatan ekonomi (Pradani & Haryanto, 2021). Implikasinya, koridor tersebut yang semula
tidak berkembang menjadi semarak untuk melakukan perubahan fungsi, baik
perubahan fungsi lahan maupun perubahan fungsi bangunan serta dalam
pelayanannya mempunyai peluang sehingga dapat dimanfaatkan oleh fungsi lain,
yaitu fungsi sekunder.
Fungsi
sekunder diartikan sebagai kegiatan pendukung aktivitas utama yang sering
disebut sebagai aktivitas pendukung dan semua kegiatan-kegiatan yang mendukung
ruang koridor (Forintos &
Czigany, 2019).
Sejalan dengan tren urbanisasi yang meningkat, di mana sekitar 56% populasi
Indonesia kini tinggal di daerah perkotaan (BPS, 2021), aktivitas pendukung
memainkan peran krusial dalam perkembangan suatu koridor karena menghubungkan
dua atau lebih pusat kegiatan umum, sehingga membuat fungsi kegiatan utama
menjadi lebih dinamis, berkelanjutan, dan ramai (Ghassani, 2015; Putra et al., 2020; Rudiarto et al.,
2018)Bentuk
aktivitas pendukung pada suatu koridor, secara umum ada dua, yaitu: (1) Ruang
terbuka meliputi taman rekreasi, taman kota, plaza, taman budaya, area pedagang
kaki lima, jalur pejalan kaki, serta kelompok hiburan tradisional atau lokal;
dan (2) Ruang tertutup mencakup bangunan yang dirancang untuk kepentingan umum,
seperti area pertokoan eceran dan grosir, pusat pemerintahan, serta pusat jasa
dan kantor. Data
menunjukkan bahwa area publik yang baik dapat meningkatkan kunjungan hingga 30%. Aktivitas pendukung meliputi berbagai kegiatan
komersial, seperti perdagangan yang dilakukan melalui bangunan fisik seperti
toko, struktur sementara, serta pedagang kaki lima membuat koridor semakin
berkembang dan menarik konsumen untuk mengunjungi koridor (Ikioda, 2016; Miranda et al., 2021; Setyaningrum et
al., 2021)Pengaruh
yang muncul adalah meningkatnya intensitas dan variasi aktivitas, yang
menghasilkan dampak positif bagi koridor (Elahi et al., 2022).
Karakteristiknya ditentukan oleh fungsi bangunan di sekitarnya serta aktivitas
yang berlangsung di koridor tersebut.
Fenomena
yang ada adalah setelah dilakukannya revitalisasi koridor oleh Pemerintah Kota
Denpasar di akhir tahun 2021, terjadi peningkatan fungsi bangunan dengan
berubahnya dan bertambahnya fungsi bangunan serta munculnya aktivitas pendukung
di koridor Jalan Gajah Mada Denpasar. Sebagai contoh, laporan dari Dinas
Perdagangan Kota Denpasar menunjukkan bahwa setelah revitalisasi, omzet
pedagang kaki lima meningkat hingga 50%. �Berdasarkan Perda No. 27 Tahun 2011 tentang
RTRW Kota Denpasar Tahun 2011-2031, pemerintah menanggapi di akhir 2021 perlu
adanya arahan pengelolaan koridor Jalan Gajah Mada dikembangkan melalui
revitalisasi penataan fungsi yang melingkupinya dan aktivitas yang dapat
mendukung perkembangan koridor. Program
revitalisasi koridor yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kota Denpasar untuk
mengembalikan identitas sebagai Kawasan Heritage, terbukti efektif dalam
menarik lebih banyak wisatawan, dengan peningkatan kunjungan wisatawan sebesar
40% pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, terjadi perubahan aktivitas pada
area ruang terbuka publik Pasar Badung menjadi tempat diselenggarakannya
sejumlah aktivitas pendukung, di antaranya seperti festival dan acara kesenian
serta kebudayaan pada waktu-waktu tertentu. Alhasilnya, seiring berjalannya waktu di akhir
tahun 2021 koridor Jalan Gajah Mada semakin berkembang dan hidup kembali.
Beberapa pengguna bangunan pada koridor ini merubah fungsi bangunanya menjadi
fungsi coffee shop/cafe, selain itu ada pula yang menambah fungsi bangunannya
menjadi dua fungsi, yaitu fungsi primer sebagai bisnis alat tulis dan fungsi
sekunder sebagai kedai kopi.
Seiring
berkembangnya pemanfaatan fungsi bangunan, deretan pertokoan di sepanjang
koridor Jalan Gajah Mada menyebabkan munculnya aktivitas pendukung, yaitu
menarik minat pedagang kaki lima (PKL) untuk mendekat. Data dari survei
lapangan menunjukkan bahwa 70% pengunjung merasa lebih tertarik untuk
mengunjungi koridor dengan adanya aktivitas PKL, yang menciptakan suasana yang
lebih hidup. Sekarang terlihat pada bagian depan ruko terdapat aktivitas
Pedagang Kaki Lima seperti pedagang kuliner malam, pedagang asongan, pedagang
sesajen dan buah, pedagang minuman, delman, angkutan umum dan lain-lain yang
ikut menjajakan dagangannya di sepanjang koridor Jalan Gajah Mada. Bentuk
aktivitas pendukung lainnya adalah seperti keberadaan Taman Tukad Korea sebagai
taman rekreasi, kemudian terdapat ruang terbuka publik pada aula depan Pasar
Badung sebagai tempat berkumpul dan tempat event serta festival budaya yang
menarik minat masyarakat untuk berkunjung, sehingga menjadikan koridor ini
lebih ramai dan hidup. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penting dilakukannya
sebuah kajian yang mendalam untuk mengetahui tingkat pengaruh fungsi bangunan
dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor Jalan Gajah Mada,
Denpasar, secara fisik, ekonomi, sosial, dan budaya (Darko et al., 2017;
Liu et al., 2017).
Penelitian ini juga berpotensi untuk memberikan rekomendasi kebijakan bagi
pemerintah daerah dalam pengembangan koridor yang berkelanjutan. Penelitian ini
dapat digunakan sebagai dasar interpretasi untuk memberikan pemahaman akan
pentingnya memanfaatkan koridor bersejarah sebagai aset wisata sekaligus untuk
mempertahankan fungsi dan identitas koridor dalam mengembangkan koridor.
METODE PENELITIAN
Mengacu
pada jenis penelitian yang dilakukan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
menguji hipotesis yang menyatakan seberapa besar pengaruh atau tingkat pengaruh
fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor. Maka, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif deskriptif dengan pendekatan Post Positivistik Rasionalistik (Elahi et al., 2022). Penelitian berlokasi di
Jalan Gajah Mada, Kelurahan Dauh
Puri Kangin, Kecamatan
Denpasar Utara. Berikut dapat
dilihat pada Gambar 1 merupakan
peta lokasi penelitian.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Sumber:
http://www.google.com/maps (telah diolah
kembali)
Dalam penelitian ini variabel yang diidentifikasi adalah variabel eksogen atau variabel bebas
(independen variable), yaitu
variabel fungsi bangunan (X1) dan variabel aktivitas pendukung (X2). Sedangkan, variabel endogen atau variabel terikat
(dependen variable) dalam penelitian ini adalah perkembangan koridor (Y). Indikator yang dikaji, meliputi kondisi fisik bangunan
(fungsi ruang, kondisi bangunan, fasade bangunan), kondisi spasial bangunan (orientasi bangunan, luas bangunan, jarak antar bangunan, jarak bangunan dengan jalan dan ketinggian bangunan), kondisi aktivitas pendukung (jenis, jumlah, jalur pedestrian, parkir), kondisi fisik dalam perkembangan
koridor (perubahan/penambahan fungsi bangunan, luas bangunan, ketinggian bangunan), kondisi ekonomi dalam perkembangan
koridor (aktivitas komersial di dalam koridor), dan kondisi sosial budaya dalam
perkembangan koridor (jenis dan jumlah aktivitas budaya, aktivitas sosial). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pengamatan (observasi) mengenai perkembangan fungsi bangunan dan aktivitas pendukung yang terjadi dan teknik survey yang terdiri dari observasi,
kuesioner dan wawancara kepada pengguna bangunan di koridor Jalan Gajah
Mada, Denpasar.
Populasi dalam penelitian
ini adalah pengguna koridor sebagai pemilik bangunan dan pengguna koridor sebagai pedagang kaki lima, pejalan kaki,
delman dan transportasi angkutan umum yang ada di koridor. Sedangkan satuan analisisnya, yaitu bangunan yang berada di sepanjang koridor jalan dan satuan pengamatannya adalah pengguna koridor dan pemilik bangunan. Bangunan yang menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 135 bangunan dan untuk jumlah responden
sebanyak 114 pemilik bangunan dan 46 pengguna koridor, yaitu pedagang kaki lima dan pengunjung.
Untuk penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah stratified
random sampling. Teknik analisis data yang digunakan, meliputi teknik analisis deskriptif untuk menjawab rumusan masalah pertama dan teknik analisis statistik Partial Least Square�Structural Equation Model
(SEM-PLS) untuk menjawab rumusan masalah kedua. Analisis deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik perkembangan kondisi fisik fungsi bangunan
dan aktivitas pendukung
yang terjadi pada koridor
Jalan Gajah Mada, Denpasar. Sedangkan, analisis SEM-PLS digunakan untuk melakukan analisis regresi (korelasi) dan menguji hubungan antar variabel yang ada, yaitu pada masing-masing variabel
fungsi bangunan dengan perkembangan koridor serta aktivitas
pendukung dengan perkembangan koridor. Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap: (1) Tahap pertama adalah menguji model pengukuran, yang mencakup validitas dan reliabilitas konstruk dari setiap indikator;
dan (2) Tahap kedua adalah menguji model struktural untuk menentukan adanya pengaruh antar variabel atau korelasi antar
konstruk yang diukur menggunakan uji t dari PLS.
Dalam penelitian ini, analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mengelompokkan
informasi yang dikumpulkan dari wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis menggunakan pendekatan tematik, di mana peneliti mengidentifikasi tema dan pola yang muncul dari data. Setelah tema diidentifikasi, data kualitatif diintegrasikan dengan hasil analisis
kuantitatif melalui triangulasi, yang memungkinkan peneliti untuk membandingkan dan mengonfirmasi temuan dari kedua
jenis data. Dengan demikian, hasil analisis kualitatif dapat memberikan konteks dan pemahaman yang lebih dalam mengenai
hasil kuantitatif, memperkaya interpretasi dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang pengaruh fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Pengaruh Fungsi Bangunan dan
Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor
A.
Hasil Analisis Uji Instrumen Penelitian
1)
Hasil Uji Validitas
Uji validitas terdiri atas
validitas konvergen dan validitas diskriminan serta ditentukan menggunakan
nilai outer loading dan average variance extracted (AVE). Validitas konvergen
dianggap layak apabila nilai outer loading ≥ 0,7 dan nilai AVE ≥
0,5. Dapat disimak pada Tabel 1 berikut merupakan hasil uji convergent validity
dengan pendekatan dua tahap.
Tabel 1. Convergent Validity Result with Two-Stage
Approach
Indikator |
Fungsi Bangunan (X1) |
Aktivitas Pendukung (X2) |
Perkembangan Koridor (Y) |
AVE |
Fungsi Ruang (X1.1) |
0.908 |
|
|
0.801 |
Kondisi Bangunan (X1.2) |
0.889 |
|
|
|
Fasade Bangunan (X1.3) |
0.887 |
|
|
|
Aktivitas Utama (X2.1) |
|
0.854 |
|
0.797 |
Kegiatan Pendukung (X2.2) |
|
0.930 |
|
|
Perkembangan Koridor Secara Fisik (Y1.1) |
|
|
0.821 |
0.734 |
Perkembangan Korido Secara Ekonomi
(Y1.2) |
|
|
0.903 |
|
Perkembangan Koridor Secara
Sosial Budaya (Y1.3) |
|
|
0.845 |
Berdasarkan pada Tabel 1, hasil validitas konvergen dengan pendekatan dua tahap, dapat
dilihat dari nilai AVE fungsi bangunan (X1) = 0,801, aktivitas pendukung (X2) = 0,797 dan perkembangan
koridor (Y) = 0,743 memiliki
nilai lebih besar daripada 0,50. Secara keseluruhan pada nilai AVE setiap dimensi hasil dari
pengujian validitas menunjukkan bahwa seluruh indikator penelitian memiliki nilai loading factor > 0,70 dan nilai
Average Variant Extracted (AVE) > 0,50. Dengan demikian kontruk validity dengan pendekatan dua tahap dinyatakan
valid.
2) Hasil Uji Diskriminan
Teknik yang diterapkan untuk menilai tingkat
validitas diskriminan meliputi evaluasi kriteria Fornell-Larcker dan
HTMT.
a. Analisis Fornell-Lacker
Dapat disimak pada Tabel 2, diperoleh hasil nilai square root AVE dari setiap dimensi memiliki nilai terbesar pada konstruk
masing-masing. Dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat masalah pada kriteria Fornell-Larcker.
Tabel 2. Pengujian Validitas Diskriminan:
Fornell-Larcker
Variabel |
X1 |
X2 |
Y |
Fungsi Bangunan (X1) |
0.895 |
||
Aktivitas Pendukung (X2) |
0.298 |
0.893 |
|
Perkembangan Koridor (Y) |
0.454 |
0.727 |
0.857 |
��
b. Analisis Heterotrait-Monotrait Ratio
(HTMT)
Dapat dilihat pada Tabel 3, nilai HTMT pada setiap korelasi antar konstruk bernilai < 1 (dibawah 1), sehingga model penelitian ini memiliki tingkat validitas yang baik.
Tabel 3. Pengujian Validitas Diskriminan:
HTMT
Variabel |
X1 |
X2 |
Y |
Fungsi Bangunan (X1) |
|||
Aktivitas Pendukung (X2) |
0.347 |
||
Perkembangan Koridor (Y) |
0.538 |
0.897 |
����������������
B. Hasil Uji Realibilitas
Pengujian konsistensi internal dilakukan dengan melihat nilai cronbach�s
alpha dan composite reliability. Dapat disimak pada Tabel 4 berikut merupakan hasil evaluasi konsistensi internal dengan pendekatan dua tahap, dilihat
dari nilai composite
reliability fungsi bangunan
(X1) = 0,875; aktivitas pendukung
(2) = 0,753 dan perkembangan koridor
(Y) = 0,819 memiliki nilai lebih besar daripada
0,60 dan nilai cronbach�s
alpha fungsi bangunan (X1)
= 0,923; aktivitas pendukung
(X2) = 0,887 dan perkembangan koridor
(Y) = 0,892 memiliki nilai lebih besar daripada
0,60.
Tabel 4. Reliability
Statistics Internal Consistency Evaluation Result with Two Stage Approach
Variabel |
Dimensi |
Cronbach's
Alpha |
Composite
Reliability |
N of
item |
Fungsi Bangunan (X1) |
Undimensional |
0.875 |
0.923 |
3 |
Aktivitas Pendukung (X2) |
Undimensional |
0.753 |
0.887 |
18 |
Perkembangan Koridor (Y) |
Undimensional |
0.819 |
0.892 |
11 |
Berdasarkan pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai composite reliability memiliki
nilai lebih dari 0,8 dan cronbach�s alpha lebih dari 0,7. Dengan demikian seluruh variabel pada penelitian ini dinyatakan reliabel.
C. Hasil Analisis Pengaruh Simultan Fungsi Bangunan dan Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor
Sesuai dengan tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh fungsi bangunan (X1) dan aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor (Y), analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis SEM-PLS, pengolahan data dengan SmartPLS 3.2.9. Adapun, hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
a. H1 = Fungsi Bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perkembangan Koridor.
b. H2 = Aktivitas Pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perkembangan Koridor.
Mengacu pada hipotesis tersebut, maka dikembangkan hubungan antar variabel dilengkapi dengan hubungan setiap variabel laten dengan indikatornya masing-masing seperti
pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Model Struktural Two-Stage
Approach
Setelah melakukan pengujian model pengukuran reflektif, tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap model struktural. Adapun
pengujian terhadap model struktural, meliputi uji kolinearitas, uji R-Square dan uji hipotesis
hubungan kausal.
1) Analisis Uji Kolinearitas
Analisis terhadap indikasi collinearity apabila memiliki nilai Inner Variance
Inflation Factor (VIF) < 0,2 atau > 5. Dapat disimak pada Tabel 5, nilai dari setiap
konstruk di dalam penelitian ini tidak terdapat collinearity dalam model, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
interkorelasi atau kolinearitas antar variabel atau dengan
kata lain tidak adanya dua atau lebih
indikator yang sama berada dalam satu
blok indikator.
Tabel 5. Uji Kolinearitas (Nilai VIF)
Variabel |
VIF |
X1.1 (Fungsi Bangunan) |
2.631 |
X1.2 (Kondisi Bangunan) |
2.334 |
X1.3 (Fasade Bangunan) |
2.239 |
X2.1 (Aktivitas Utama) |
1.572 |
X2.2 (Aktivitas Pendukung) |
1.572 |
Y1.1 (Perkembangan Secara Fisik) |
1.561 |
Y1.2 (Perkembangan Secara Ekonomi) |
2.509 |
Y1.3 (Perkembangan Secara Sosial Budaya) |
2.118 |
2) Analisis Pengujian Model dengan Pengukuran R square
Analisis R� digunakan untuk mengukur seberapa besar variabilitas variabel endogen
yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen. Nilai R� yang lebih tinggi menunjukkan
bahwa variabel eksogen lebih efektif
dalam menjelaskan variabel endogen. Terdapat tiga kategori untuk
R�: 0,19 untuk tingkat lemah, 0,33 untuk moderat, dan 0,67 untuk substansial. Semakin mendekati angka 1, semakin tinggi tingkat akurasi prediksi yang dianggap sempurna. Nilai R2 (R square) digunakan
untuk mengetahui besar pengaruh variabel eksogen, yaitu fungsi bangunan
dan aktivitas pendukung terhadap variabel endogen, yaitu perkembangan koridor. Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa perkembangan koridor (Y) dapat di jelaskan oleh variabel eksogen fungsi bangunan (X1) dan aktivitas pendukung (X2) sebesar 59% sedangkan sisanya 41% oleh variabel lain
yang tidak diteliti.
Tabel 6. R� (R square)
R
Square |
R
Square Adjusted |
|
Y |
0.590 |
0.584 |
3) F� (F square)
Analisis F� digunakan untuk mengevaluasi apakah pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen signifikan ketika terjadi perubahan, seperti penghapusan variabel eksogen. Jika F� >
0,02, ini menunjukkan pengaruh yang lemah; F� > 0,15
menunjukkan pengaruh yang moderat; dan F� > 0,35 menunjukkan
pengaruh struktural yang kuat. Dapat dilihat
pada Tabel 19 terlihat pengaruh
variabel fungsi bangunan (FB) terhadap perkembangan koridor (PK) memiliki nilai F square sebesar 0,151, hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan fungsi bangunan terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif dengan tingkat pengaruh sedang. Kemudian pengaruh variabel aktivitas pendukung (AP) terhadap perkembangan koridor (PK) memiliki nilai F square sebesar 0.936, hal tersebut mengindikasikan
bahwa hubungan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif dan tingkat pengaruh kuat. Berdasarkan hasil uji F square tersebut diketahui bahwa variabel aktivitas pendukung (X2) memiliki pengaruh yang paling besar dengan nilai
F square sebesar 0.936 (pengaruh
kuat), setelahnya fungsi bangunan (X1) dengan pengaruh 0.151 (pengaruh sedang/moderat).
Tabel 7. F� (F square)
Variabel |
X1 |
X2 |
Y |
FB (X1) |
0.151 |
||
AP
(X2) |
0.936 |
||
PK
(Y) |
4) Hasil Uji Hipotesis Direct
Effect
Dalam penelitian ini, digunakan uji dua sisi dengan
tingkat signifikansi 5%. Hipotesis akan diterima jika nilai
t lebih besar dari 1,96 atau lebih kecil dari
-1,96. Pengujian dilakukan dengan teknik bootstrapping sesuai rekomendasi (Hair Jr et
al., 2017). Evaluasi model struktural
koefisien jalur dapat dilihat dari
hasil masing-masing hubungan
antar variabel, yang dianggap signifikan jika nilai t-statistik
> 1,96 dan nilai p-value < 0,05. Dapat dilihat pada Tabel 20 terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki t statistics sebesar
3,3337 (> 1,96) dan p value sebesar 0,001 (p <
0,05), hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan fungsi bangunan terhadap perkembangan koridor berpengaruh signifikan. Maka dapat dikatakan bahwa fungsi bangunan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor. Kemudian, pengaruh aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki t statistics
sebesar 12,867 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05), hal tersebut mengindikasikan bahwa hubungan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor berpengaruh signifikan. Maka dapat dikatakan bahwa aktivitas pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor.
Tabel 8. Hasil Uji
Direct Effect Simultan Pengaruh
X1 dan X2 terhadap Y
|
Original
Sample (O) |
Sample
Mean (M) |
Standard
Deviation (STDEV) |
T
Statistics (|O/STDEV|) |
P
Value s |
X1 � Y |
0.261 |
0.255 |
0.078 |
3.337 |
0.001 |
X2 � Y |
0.649 |
0.647 |
0.050 |
12.867 |
0.000 |
Dengan demikian, berdasarkan hasil uji hipotesis direct effect pada Tabel 7 f square dan Tabel 8 t
statistics dan p value hipotesis yang menyatakan bahwa:
a. H1 = Pengaruh Fungsi Bangunan (X1) terhadap Perkembangan Koridor (Y) memiliki nilai t-statistics 3,337 yang lebih
besar daripada 1,96 dan
p-value 0,001 yang lebih kecil
daripada 0,05. Dengan ini dapat dinyatakan
bahwa H1 diterima (terbukti kebenarannya) atau artinya X1 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Y.
b. H2 = Pengaruh Aktivitas Pendukung (X2) terhadap Perkembangan Koridor (Y) memiliki nilai t-statistics 12,867 yang lebih
besar daripada 1,96 dan
p-value 0,000 yang lebih kecil
daripada 0,05. Dengan ini dapat dinyatakan
bahwa H2 diterima (terbukti kebenarannya) atau artinya X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Y.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh fungsi bangunan dan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor secara simultan, variabel fungsi bangunan (X1) dan varibael aktivitas pendukung (X2) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor, yang artinya semakin tinggi nilai varibael
fungsi bangunan dan semakin tinggi nilai variabel aktivitas pendukung, maka semakin tinggi
nilai perkembangan koridor (Y).
D. Hasil Analisis Pengaruh Parsial Fungsi Bangunan dan Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor
Dalam analisis pengaruh secara parsial digunakan pendekatan two-tailed test dengan
level signifikansi 5%. Hubungan
antar variabel dapat dinyatakan signifikan apabila nilai t-statistics > 1,96 dan nilai
p-value < 0,05.
1) Pengaruh Fungsi Bangunan
(X1) dan Aktivitas Pendukung
(X2) Terhadap Perkembangan Koridor Secara Fisik (Y1.1)
Dapat dilihat pada Tabel 9 terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor secara fisik (Y1.1) memiliki t statistics sebesar
28,491 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p <
0,05) dan pengaruh variabel
aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor secara fisik (Y1.1) memiliki t
statistics sebesar 38,765 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).
Tabel 9. Hasil Uji
Direct Effect Parsial Pengaruh
X1 dan X2 terhadap Y1.1
|
Original
Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard
Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Value |
Y1.1 <- X1 |
0.889 |
0.884 |
0.031 |
28.491 |
0.000 |
Y1.1 <- X2 |
0.903 |
0.899 |
0.023 |
38.765 |
0.000 |
Y1.1 <- X1 dan X2 |
0.896 |
0.891 |
0.027 |
33.628 |
0.000 |
Berdasarkan pada Tabel 9, menunjukkan bahwa:
a) Variabel fungsi bangunan
(fungsi, bentuk, fasade) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik dengan
nilai t statistics sebesar
28,491 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p <
0,05).
b) Variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama, aktivitas pendukung) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik dengan
nilai t statistics sebesar
38,765 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p <
0,05).
c) Secara keseluruhan variabel fungsi bangunan dan variabel aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik dengan nilai
t statistics sebesar 33,628 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).
Alhasilnya, dapat disimpulkan
bahwa fungsi bangunan dan aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara fisik. Variabel
fungsi bangunan (fungsi ruang (X1.1), kondisi bangunan (X1.2), fasade bangunan (X1.3)) dan variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama (X2.1), aktivitas pendukung (X2.2)) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel-variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor secara fisik, yang artinya semakin tinggi nilai variabel-variabel
tersebut, maka semakin tinggi nilai perkembangan koridor secara fisik (Y12).
2) Pengaruh Fungsi Bangunan
(X1) dan Aktivitas Pendukung
(X2) Terhadap Perkembangan Koridor Secara Ekonomi (Y1.2)
Dapat dilihat pada Tabel 10 terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor secara ekonomi (Y1.2) memiliki t statistics sebesar
42,457 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p <
0,05) dan pengaruh variabel
aktivitas pendukung (X2) ter hadap perkembangan
koridor secara ekonomi (Y1.2) memiliki t
statistics sebesar 80,627 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).
Tabel 10. Hasil Uji
Direct Effect Parsial Pengaruh
X1 dan X2 terhadap Y1.2
|
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Value |
Y1.2 <- X1 |
0.908 |
0.905 |
0.021 |
42.457 |
0.000 |
Y1.2 <- X2 |
0.930 |
0.930 |
0.012 |
80.627 |
0.000 |
Y1.2 <- X1 dan X2 |
0.919 |
0.917 |
0.016 |
61.542 |
0.000 |
���������������������������������������
Dapat disimak pada Tabel 10, menunjukkan bahwa:
a. Variabel fungsi bangunan
(fungsi, bentuk, fasade) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi dengan nilai t statistics sebesar 45,457 (> 1,96) dan p value sebesar
0,000 (p < 0,05).
b. Variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama, aktivitas pendukung) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi dengan nilai t statistics sebesar 80,627 (> 1,96) dan p value sebesar
0,000 (p < 0,05).
c. Secara keseluruhan variabel fungsi bangunan dan variabel aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi dengan nilai t statistics sebesar 61,542
(> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p < 0,05).
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi bangunan
dan aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara ekonomi. Variabel fungsi bangunan (fungsi ruang (X1.1), kondisi bangunan (X1.2), fasade bangunan (X1.3)) dan variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama (X2.1), aktivitas pendukung (X2.2)) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel-variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor secara ekonomi, yang artinya semakin tinggi nilai variabel-variabel
tersebut, maka semakin tinggi nilai perkembangan koridor secara ekonomi (Y1.2).
3) Pengaruh Fungsi Bangunan
(X1) dan Aktivitas Pendukung
(X2) Terhadap Perkembangan Koridor Secara Sosial Budaya (Y1.3)
Dapat disimak pada Tabel 11, terlihat pengaruh variabel fungsi bangunan (X1) terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya
(Y1.3) memiliki t statistics sebesar
27,237 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p <
0,05) dan pengaruh variabel
aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya (Y1.3) memiliki t statistics sebesar
28,098 (> 1,96) dan p value sebesar 0,000 (p <
0,05).
Tabel 11. Hasil Uji Direct Effect Parsial
Pengaruh X1 dan X2 terhadap
Y1.3
|
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Value |
Y1.3 <- X1 |
0.821 |
0.819 |
0.030 |
27.237 |
0.000 |
Y1.3 <- X2 |
0.887 |
0.881 |
0.032 |
28.098 |
0.000 |
Y1.3 <- X1
dan X2 |
0.854 |
0.850 |
0.031 |
27.667 |
0.000 |
Dapar disimak pada Tabel 11, menunjukkan bahwa:
a. Variabel fungsi bangunan
(fungsi, bentuk, fasade) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya
dengan nilai t statistics sebesar 27,237 (> 1,96) dan p value sebesar
0,000 (p < 0,05).
b. Variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama, aktivitas pendukung) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya
dengan nilai t statistics sebesar 28,098 (> 1,96) dan p value sebesar
0,000 (p < 0,05).
c. Secara keseluruhan variabel fungsi bangunan dan variabel aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial dan budaya dengan nilai t statistics sebesar 27,667 (> 1,96) dan p value sebesar
0,000 (p < 0,05).
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi bangunan
dan aktivitas pendukung berpengaruh signifikan terhadap perkembangan koridor secara sosial budaya. Variabel fungsi bangunan (fungsi ruang (X1.1), kondisi bangunan (X1.2), fasade bangunan (X1.3)) dan variabel aktivitas pendukung (aktivitas utama (X2.1), aktivitas pendukung (X2.2)) memiliki nilai positif yang menunjukkan hubungan positif antara variabel-variabel tersebut dengan variabel perkembangan koridor secara sosial budaya, yang artinya semakin tinggi nilai variabel-variabel
tersebut, maka semakin tinggi nilai perkembangan koridor secara sosial budaya (Y1.3).
Pembahasan
A. Pengaruh Fungsi Bangunan
Terhadap Perkembangan Koridor
Pengaruh fungsi bangunan
(X1) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki nilai t-statistics sebesar 3,337
(t > 1,96), hal tersebut
mengindikasikan bahwa hubungan fungsi bangunan terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif. Dalam pengujian hubungan antara kedua variabel
tersebut memperoleh nilai p-value 0,001 (p < 0,05) yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyo, R. A. (2008) yang dimana
fungsi bangunan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan sebuah koridor. Selain itu, fungsi bangunan yang beragam dapat menimbulkan
aktivitas yang beragam juga
dan menjadikan koridor selalu hidup dan berkembang. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Ghassani, P., et al (2015) yang menyatakan
bahwa fungsi bangunan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor sebesar 60%. Keberagaman fungsi bangunan menjadi faktor utama penyebab munculnya keberagaman activity
support yang mendorong perkembangan
sebuah koridor. Keberagaman fungsi bangunan yang menerapkan konsep mix-used menjadi daya tarik untuk
dikunjungi, sehingga koridor dapat selalu
hidup dan menerus tanpa terbatas oleh waktu.
B. Pengaruh Aktivitas Pendukung Terhadap Perkembangan Koridor
�Pengaruh aktivitas pendukung (X2) terhadap perkembangan koridor (Y) memiliki nilai t-statistics sebesar 12,867 (t > 1,96), hal
tersebut mengindikasikan bahwa hubungan aktivitas pendukung terhadap perkembangan koridor berpengaruh positif. Dalam pengujian hubungan antara kedua variabel tersebut memperoleh nilai p-value 0,000 (p < 0,05) yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan koridor.
Menurut Sasmito, A., (2011), aktivitas pendukung merupakan salah satu elemen �penghidup� kegiatan kota dengan
diwarnai karakter lingkungan yang terdiri dari berbagai fungsi
dan keanekaragaman aktivitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nuraini Utomo (2008) dimana pengelolaan sebuah koridor jalan, akan sangat berkaitan erat dengan faktor
fisik (pemanfaatan/fungsi ruang) maupun
non-fisik (aktivitas pendukung) yang ada di sekeliling koridor jalan tersebut. Selain itu, pada penelitian oleh Nuraini Utomo juga menyatakan bahwa aktivitas pendukung (activity
support) memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan
terhadap perkembangan koridor, baik secara
parsial maupun simultan. Perkembangan sebuah koridor jalan tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas yang berlangsung di dalamnya, di mana interaksi pengguna sangat mempengaruhi kegiatan yang terjadi (activity
support). Beragam aktivitas
pendukung memberikan karakteristik unik pada koridor jalan tersebut,
menciptakan nilai yang membedakannya dari koridor jalan lainnya.
Selanjutnya, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Aulia, F. P., et al., (2020) menyatakan bahwa pedagang kaki lima (PKL) sebagai bagian dari activity support yang
dimana keberadaan activity
support berupa PKL memberikan
dampak positif dan signifikan dalam mendorong perkembangan sebuah koridor (Aulia et al., 2020). Semakin banyaknya PKL semakin menarik minat konsumen
untuk ikut meramaikan koridor dan membuat koridor lebih hidup. Semakin
ramai sebuah bangunan ruko, maka akan semakin
mengundang PKL untuk berjualan disekitarnya. Semakin banyak PKL yang berjualan, maka semakin ramai pula ruko-ruko sekitar yang mulanya sepi karena
dampak kehadiran PKL. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara PKL dan bangunan ruko/toko
memiliki hubungan timbal balik yang positif. Karakteristik lokasi yang dipilih oleh PKL mempunyai ciri-ciri dekat dengan ruko-ruko yang ramai pengunjung atau mendekati titik-titik keramaian dan berkumpul dengan PKL yang sejenis.
C. Pemaknaan
Pada hipotesis diduga variabel fungsi bangunan dan aktivitas pendukung mempengaruhi perkembangan koridor. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis direct effect menunjukkan
bahwa hipotesis tersebut terbukti dengan nilai pengaruh
antara fungsi bangunan dan aktivitas pendukung dengan perkembangan koridor sebesar +0,59 atau 59%. Nilai ini termasuk dalam
kategori pengaruh yang tinggi yang memiliki arti semakin tinggi atau beragam fungsi
bangunan dan aktivitas pendukung, maka semakin tinggi perkembangan koridornya. Besarnya pengaruh tersebut menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara fungsi
bangunan dan aktivitas pendukung dengan perkembangan koridor Jl. Gajah
Mada. Secara keseluruhan, fungsi bangunan dan aktivitas pendukung memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan koridor, hal ini disebabkan
karena fungsi bangunan merupakan aspek fisik dari
koridor yang dapat dinikmati oleh pengunjung setiap waktu, baik
pagi, siang ataupun malam dan aktivitas pendukung merupakan aspek non fisik yang dapat dinikmati tanpa terbatas waktu yang terdiri dari aktivitas
rekreasi, aktivitas kuliner malam, aktivitas foto-foto maupun aktivitas formal (festival
kesenian/budaya/pagelaran sekolah) yang sifatnya insidentil atau hanya diselenggarakan
pada waktu-waktu tertentu saja.
Aktivitas yang ada di koridor JL Gajah Mada terdiri dari aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama merupakan aktivitas yang sesuai dengan fungsi bangunan
yang ada, seperti perkantoran, perdagangan dan jasa, sedangkan aktivitas pendukung adalah aktivitas yang mendukung koridor, baik formal (pasar malam, kuliner malam, tempat rekreasi Taman Tukad Korea, festival-festival kesenian
dan kebudayaan) maupun
informal (PKL, parkir, tempat
foto-foto prewedding maupun
pembuatan video/foto tugas sekolah). Aktivitas pendukung yang ada di koridor Gajah Mada telah menjadi salah satu aktivitas yang identik dengan koridor ini, sehingga
semakin menarik minat masyarakat berkunjung dan semakin banyak aktivitas pendukung yang diselenggarakan di
koridor Jl. Gajah Mada, maka
semakin tinggi pula tingkat perkembangan koridornya.
Perkembangan koridor Jl. Gajah Mada juga
dipengaruhi faktor lain di luar model penelitian ini, yaitu sebesar
41%. Menurut Hashemnezhad
et al. (2013), salah satu faktor
yang memengaruhi perkembangan
koridor adalah "sense
of place" suatu lokasi,
yang dipengaruhi oleh subjektivitas
individu berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan latar belakang yang dimiliki. Jika seseorang memiliki pengalaman positif atau negatif
di suatu tempat, atau memiliki pengetahuan
lebih tentang lokasi tertentu, maka mereka akan
merasakan "sense of place" yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali mengunjungi tempat tersebut. Demikian pula di koridor Jl. Gajah Mada; jika seseorang memiliki pengalaman positif atau negatif saat
berada di sana, atau memiliki pengetahuan
lebih tentang koridor tersebut termasuk sejarah, budaya, dan lain-lain maka mereka akan merasakan
tingkat "sense of place" yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali berkunjung ke koridor
ini. Semakin tinggi tingkat atau nilai sense of place suatu koridor, maka semakin tinggi
nilai perkembangan sebuah koridor jalan.
Menurut Utomo, A. N., (2008), salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan koridor adalah persepsi penghuni. Persepsi pada dasarnya merupakan proses aktif dalam menghasilkan informasi dari lingkungan, yang dipandu oleh motivasi dan kebutuhan individu. Persepsi manusia dapat berubah-ubah
karena adanya proses fisiologis, dan atribut ruang dapat mempengaruhi
cara pandang seseorang terhadap lingkungan tersebut. Faktor-faktor pemahaman ruang (tingkah laku) mencakup aspek psikologis yang lebih mendalam mengenai pengguna. Ini melibatkan bagaimana persepsi mereka terhadap suatu ruang atau bangunan,
kebutuhan interaksi sosial antara pengguna,
serta makna simbolis yang melekat pada ruang atau bangunan
tersebut.
Kegiatan yang terjadi di sebuah koridor jalan berasal dari
ide kreatif, sudut pandang, atau persepsi
pihak-pihak yang terlibat. Persepsi tentang kelayakan sebuah koridor jalan dapat
dilihat dari berbagai segi, baik teknis maupun
non-teknis. Hasil dari persepsi atau sudut
pandang pihak-pihak yang berinteraksi dalam sebuah koridor jalan akan sangat memengaruhi kegiatan yang terjadi di dalamnya (activity
support). Pada akhirnya, hal
ini akan berdampak pada perkembangan koridor jalan tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa perkembangan
fungsi bangunan di koridor Jalan Gajah Mada mengalami peningkatan, dengan
perubahan dan penambahan fungsi bangunan menjadi fungsi komersial dan sosial
budaya, yang menarik minat pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan di
lokasi-lokasi ramai seperti coffee shop, bank, pasar, Taman Tukad Korea, dan
Aula Depan Pasar Badung. Perkembangan koridor interstisial sebagian besar
dipengaruhi oleh perubahan fungsi bangunan, yang meningkatkan building
coverage. Penelitian ini mengonfirmasi hipotesis bahwa fungsi bangunan dan
aktivitas pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan
koridor, dengan pengaruh sebesar 59%, sementara 41% dipengaruhi oleh faktor
lain di luar model penelitian. Secara fisik, ekonomi, dan sosial budaya, fungsi
bangunan dan aktivitas pendukung menunjukkan hubungan sangat tinggi dengan
perkembangan koridor Jl. Gajah Mada, masing-masing dengan t-statistics 33,628;
61,542; dan 27,667, yang mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan antara
variabel-variabel tersebut.
Aulia, F. P., Sardjono, A. B., & Sari, S. R. (2020). Analisa Activity
Support Yang Mendorong Perkembangan Sebuah Koridor (Studi Kasus: Jalan
Tlogosari Raya Semarang). Jurnal Arsitektur ARCADE, 4(2),
115�119.
Darko, A., Zhang, C., & Chan, A. P. C. (2017). Drivers for green
building: A review of empirical studies. Habitat International, 60,
34�49. https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2016.12.007
Elahi, E., Khalid, Z., Tauni, M. Z., Zhang, H., & Lirong, X. (2022).
Extreme weather events risk to crop-production and the adaptation of innovative
management strategies to mitigate the risk: A retrospective survey of rural
Punjab, Pakistan. Technovation, 117, 102255.
https://doi.org/10.1016/j.technovation.2021.102255
Forintos, N., & Czigany, T. (2019). Multifunctional application of
carbon fiber reinforced polymer composites: Electrical properties of the
reinforcing carbon fibers�A short review. Composites Part B: Engineering,
162, 331�343. https://doi.org/10.1016/j.compositesb.2018.10.098
Ghassani, D. P. (2015). Pengaruh Keberagaman Activity Support Terhadap
Terbentuknya Citra Kawasan Di Jalan Pandanaran Kota Semarang. NALARs, 14(1).
https://doi.org/10.24853/nalars.14.1.%25p
Hair Jr, J. F., Matthews, L. M., Matthews, R. L., & Sarstedt, M.
(2017). PLS-SEM or CB-SEM: updated guidelines on which method to use. International
Journal of Multivariate Data Analysis, 1(2), 107�123.
https://doi.org/10.1504/IJMDA.2017.087624
Ikioda, F. (2016). The impact of road construction on market and street
trading in Lagos. Journal of Transport Geography, 55, 175�181.
https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2015.11.006
Liang, J., He, X., Zeng, G., Zhong, M., Gao, X., Li, X., Li, X., Wu, H., Feng,
C., & Xing, W. (2018). Integrating priority areas and ecological corridors
into national network for conservation planning in China. Science of the
Total Environment, 626, 22�29.
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2018.01.086
Liu, Y., Van Nederveen, S., & Hertogh, M. (2017). Understanding
effects of BIM on collaborative design and construction: An empirical study in
China. International Journal of Project Management, 35(4),
686�698. https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2016.06.007
Miranda, A. S., Fan, Z., Duarte, F., & Ratti, C. (2021). Desirable
streets: Using deviations in pedestrian trajectories to measure the value of
the built environment. Computers, Environment and Urban Systems, 86,
101563. https://doi.org/10.1016/j.compenvurbsys.2020.101563
Peng, J., Zhao, H., & Liu, Y. (2017). Urban ecological corridors
construction: A review. Acta Ecologica Sinica, 37(1), 23�30.
https://doi.org/10.1016/j.chnaes.2016.12.002
Pierik, M. E., Dell�Acqua, M., Confalonieri, R., Bocchi, S., &
Gomarasca, S. (2016). Designing ecological corridors in a fragmented landscape:
A fuzzy approach to circuit connectivity analysis. Ecological Indicators,
67, 807�820. https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2016.03.032
Pradani, D. D., & Haryanto, R. (2021). Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Kegiatan Komersial Di Koridor Jalan Kedungmundu Raya dan Sambiroto
Raya. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 10(4), 281�290.
https://doi.org/10.14710/tpwk.2021.32329
Putra, A. S., Tong, G., & Pribadi, D. O. (2020). Food security
challenges in rapidly urbanizing developing countries: Insight from Indonesia. Sustainability,
12(22), 9550. https://doi.org/10.3390/su12229550
Rudiarto, I., Handayani, W., & Sih Setyono, J. (2018). A regional
perspective on urbanization and climate-related disasters in the northern
coastal region of central Java, Indonesia. Land, 7(1), 34.
https://doi.org/10.3390/land7010034
Setyaningrum, W., Pandelaki, E. E., & Suprapti, A. (2021).
Karakteristik Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pusat Kota Pekalongan. Sinektika J
Arsit, 18, 160�168.
|
� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |