Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, November 2021, 1 (11), 1525-1537
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v1i11.242 http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
TINJAUAN ASPEK ERGONOMI TATA RUANG PENYIMPANAN
REKAM MEDIS DI RS HERMINA ARCAMANIK BANDUNG
Muti Lestari1, Yuyun Yunengsih2, Sali Setiatin3
Politeknik Piksi Ganesha Bandung, Indonesia1, 2, 3
[email protected]1, yoen1903@gmail.com2, [email protected]3
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
01-09-2021
16-11-2021
18-11-2021
Latar Belakang: Penataan ruang penyimpanan yang baik
dibutuhkan untuk memudahkan pekerjaan petugas. Penataan
ruang penyimpanan harus dilakukan berdasarkan aspek
ergonomi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk meninjau aspek
ergonomi tata ruang penyimpanan rekam medis di RS
Hermina Arcamanik Bandung.
Metode: Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Cara
pengumpulan data dengan metode observasi dan wawancara.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dari segi pengelolaan
dan perlengkapan sudah sesuai dengan teori yang ada, hanya
terdapat kendala pada ketersediaan jumlah alat bantu pijakan.
Suhu di ruang penyimpanan sudah ideal, tingkat kebisingan
rendah, dan pencahayaan sudah merata. Jenis dan ukuran rak
rekam medis sudah ergonomi. Luas ruangan penyimpanan
rekam medis belum ergonomi karena tidak sesuai dengan
standar menurut ilmu ergonomi dan ruangan penyimpanan
dokumen rekam medis terbagi menjadi dua ruangan yang
terpisah. Jarak antar rak terbuka masih belum ergonomi
karena petugas penyimpanan rekam medis masih kesulitan
saat mengambil dan menyimpan berkas rekam medis karena
jarak antar rak yang begitu sempit.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
RS Hermina Arcamanik Bandung dapat disimpulkan bahwa
Aspek ergonomi ruangan penyimpanan di RS Hermina
Arcamanik Bandung dari segi pengelolaan dan perlengkapan
sudah sesuai dengan teori yang ada, hanya terdapat kendala
pada ketersediaan jumlah alat bantu pijakan. Suhu di ruang
penyimpanan di RS Hermina Arcamanik Bandung sudah
ideal, tingkat kebisingan rendah, dan pencahayaan sudah
merata.
Kata kunci: aspek ergonomi; tata ruang; penyimpanan
rekam medis.
Abstract
Background: A good arrangement of storage space is
needed to facilitate the work of officers. The arrangement
of storage space must be carried out based on ergonomic
aspects.
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1526
Objective: This study aims to review the ergonomic aspects
of medical record storage at Hermina Arcamanik Hospital,
Bandung.
Methods: This type of research uses qualitative methods
and by using a descriptive approach. The way of collecting
data is by using observation and interview methods.
Results: The results showed that in terms of management
and equipment, it was in accordance with the existing
theory, there were only obstacles in the availability of the
number of footing aids. The temperature in the storage
room are ideal, the noise level is low, and the lighting is
evenly distributed. The type and size of the medical record
rack is ergonomic. The area of the medical record storage
room is not ergonomic because it is not in accordance with
the standards according to ergonomics and the medical
record document storage room is divided into two separate
rooms. The distance between the open shelves is still not
ergonomic because the medical record storage officer still
has difficulty taking and storing medical record files
because the distance between the shelves is so narrow.
Conclusion: Based on the results of research conducted at
Hermina Arcamanik Hospital in Bandung, it can be
concluded that the ergonomic aspect of the storage room at
Hermina Arcamanik Hospital Bandung in terms of
management and equipment is in accordance with the
existing theory, there are only constraints on the
availability of the number of footing aids. The temperature
in the storage room at Hermina Arcamanik Hospital in
Bandung are ideal, the noise level is low, and the lighting is
evenly distributed.
Keywords: ergonomics aspect; spatial; record storage
medical.
*Correspondent Author: Muti Lestari
PENDAHULUAN
Agar fungsi rekam medis sebagai penyimpanan data dan informasi pelayanan
pasien tetap terjaga kualitasnya, terdapat berbagai persyaratan yang harus tetap
diperhatikan. Terdapat 6 faktor yang berkaitan dengan penyimpanan, ialah mudah di akses,
bermutu, terpelihara keamanan (Security), fleksibilitas, bisa dihubungkan dengan
bermacam sumber (Conn Eutivity), serta efektif (Hatta, 2013).
Penyimpanan berkas rekam kedokteran adalah salah satu bagian dari sistem rekam
kedokteran rumah sakit. Dengan demikian, penyimpanan memiliki peranan yang sangat
berarti dari bermacam data yang dipunyai oleh jasa pelayanan kesehatan. Dalam penerapan
penyimpanan berkas rekam kedokteran dibutuhkan terdapatnya sarana yang mencukupi
untuk berkas rekam kedokteran ataupun untuk petugas penerapan penyimpanan berkas
rekam kedokteran. Banyak opsi yang ada dalam melaksanakan penjajaran rekam
kedokteran antara lain dengan menempatkan rekam kedokteran kedalam lemari terbuka
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1527
(open solves), lemari kabinet (filing cabinet), ataupun dengan memakai teknologi
microfilm ataupun digital scanning serta terakhir secara komputerisasi (rekam kesehatan
elektronik). Opsi terhadap metode yang digunakan bergantung pada kebutuhan serta sarana
rumah sakit (Suardi & Budi, 2013).
Budi (2011:93) mengemukakan ruang penyimpanan rekam medis merupakan
suatu tempat untuk penyimpanan berkas rekam medis pasien rawat jalan, rawat inap dan
merupakan salah satu bagian dari unit rekam medis yang bertanggung jawab dalam
penyimpanan dan pengembalian rekam medis (Djohar, Oktavia, & Damayanti, 2018).
Sebagaimana meneurut (Murodi, 2018) berpendapat bahwa ergonomi merupakan kajian
interaksi antara manusia dan mesin, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya .
Tujuannya adalah mencapai sistem kerja yang produktif dan kualitas yang terbaik, disertai
dengan kemudahan, kenyamanan, dan efisiensi kerja, tanpa mengabaikan kesehatan dan
keselamatan kerja (Harahap, 2019).
Ergonomi adalah ilmu dan pelaksanaannya yang berupaya untuk menyerasikan
pekerjaan dan zona terhadap orang maupun sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efisiensi yang setinggi tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimal- optimalnya (Hutabarat, 2017). Upaya antara lain berbentuk membiasakan
dimensi tempat kerja dengan ukuran badan supaya tidak meletihkan. Pengaturan suhu,
cahaya, bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia (RI, 2006). Beberapa
perbaikan ergonomi yang telah dilakukan oleh para ahli di luar negeri, terbukti bahwa
dengan penerapan ergonomi mampu memberikan keuntungan secara ekonomi,
meningkatkan keselamatan dan kenyaman kerja. Pengendalian ergonomi digunakan untuk
menyesuaikan tempat kerja dengan pekerja supaya badan pekerja terletak di posisi yang
baik dan mengurangi efek kerja (Jepisah, 2020).
Hasil penelitian Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan Lembaga
Kesehatan Depkes RI menyatakan, akibat dari pemakaian fasilitas kerja yang tidak
ergonomis akan menyebabkan perasaan tidak nyaman, kurang konsentrasi, mengantuk, dan
lain sebagainya. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah
jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi, dan menurunnya produktivitas kerja (Fanny,
2017). Kesesuaian ikatan antara antropometri pekerja dengan perlengkapan yang
digunakan sangat mempengaruhi pada perilaku kerja, tingkatan keletihan, keahlian kerja
serta produktivitas kerja (Tarwaka & Sudiajeng, 2004).
Rustiyanto, E dan Rahayu W.A (2011) menyatakan bahwa hal-hal yang harus
diperhatikan di dalam ruangan penyimpanan dokumen rekam medis yaitu suhu, luas
ruangan penyimpanan/filing, jarak, aman, pencahayaan, debu, vektor penyakit (Rustiyanto
& Rahayu, 2011). Hal tersebut tentunya harus diperhatikan dikarenakan petugas akan
bekerja secara terus menerus di tempat kerja, dengan tempat kerja yang nyaman serta ruang
gerak petugas yang efisien maka kinerja petugas pun bisa optimal serta meminimalisir
terjadinya kelelahan akibat kerja. Sedangkan jarak ideal untuk akses jalan petugas antara
satu rak lemari dengan rak lemari lainnya menurut Rustiyanto (2011) kurang lebih 180 cm
200 cm, sedangkan lorong di bagian sub rak 80 cm 100 cm. Jarak antara 2 buah rak
untuk lalu lalang dianjurkan selebar 90 cm (Depkes RI, 2014).
Berdasarkan pengalaman praktik kerja lapangan pada semester 6 yang peneliti
lakukan di ruang penyimpanan rekam medis di RS Hermina Arcamanik Bandung, peneliti
melihat pengelolaan rekam medisnya cukup baik, akan tetapi ada beberapa permasalahan
yaitu ruang penyimpanan berkas rekam medis di RS Hermina Arcamanik Bandung dibagi
menjadi dua ruangan dan masing-masing ruangan berada pada lokasi yang terpisah yaitu
ruangan di lantai 5, ruangan ini adalah tempat ruang kerja petugas rekam medis dan di
dalam ruangan ini terdapat 130 rak terbuka sebagai tempat penyimpanan berkas rekam
medis aktif, kemudian ruangan di lantai 6, ruangan ini adalah tempat ruang kerja khusus
kepala bagian rekam medis dan di dalam ruangan ini terdapat 30 rak terbuka sebagai tempat
penyimpanan berkas rekam medis aktif dan terdapat banyak berkas rekam medis inaktif
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1528
yang disimpan di lantai. Dengan ruangan penyimpanan yang terpisah tentu membuat
petugas rekam medis memerlukan waktu yang cukup lama saat pengambilan berkas rekam
medis pasien yang berada di lantai 6 karena petugas harus naik ke lantai 6 menggunakan
tanggal lift untuk mengambil berkas rekam medis yang dibutuhkan.
Masih banyak berkas rekam medis yang di simpan di lantai/kardus tidak pada rak
penyimpanan, jarak antar rak yang begitu sempit, dokumen rekam medis yang tersimpan
di rak dengan tidak rapi serta masih banyak dokumen rekam medis yang sengaja dipaksa
dimasukan pada rak meskipun rak sudah penuh. Sehingga menyulitkan ruang gerak petugas
karena jarak antar rak yang begitu sempit dan petugas kesulitan saat melakukan
pengambilan dan penyimpanan secara bersamaan, serta menimbulkan risiko dokumen
rekam medis mudah robek maupun jatuh ketika tersenggol petugas rekam medis pada saat
pengambilan dan penyimpanan dokumen rekam medis.
Tidak disediakan tangga/kursi pijakan di setiap lorong antar rak sehingga
mengharuskan petugas memanjat rak untuk mengambil rekam medis yang tidak terjangkau.
Hal tersebut kurang aman sehingga memungkinkan adanya risiko jatuh, terkilir dan
sebagainya. Selain itu juga berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu petugas di
tempat penyimpanan dokumen rekam medis bahwa petugas mengeluhkan merasa pengap
saat bekerja. Penelitian ini bertujuan menentukan aspek ergonomi tata ruang penyimpanan
rekam medis di RS HERMINA Arcamanik Bandung.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Mathar, Nurlina, & Puspa, 2019) membahas
tentang perancangan ergonomi di ruang filing yang membantu dalam pekerjaan rekam
medis. Sedangkan penelitian tersebut tidak menjelaskan tentang ruangan tersebut apakah
sudah ergonomi atau belum. Pentingnya penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah
ruang penyimpanan di RS Hermina Arcamanik sudah memenuhi ergonomi atau belum.
Ergonomi sangat penting untuk kenyamanan dan keamanan dalam bekerja. Berdasarkan
permasalahan diatas menjadi dasar pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian
dengan judul Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di RS
Hermina Arcamanik Bandung“.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan angka-angka statistik tetapi
mendeskripsikan dengan kata-kata keadaan di lapangan (Subandi, 2011). Konsep
penelitian ini adalah aspek ergonomi tata ruang penyimpanan rekam medis.
Populasi ialah daerah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai
kuantitas serta ciri tertentu yang diresmikan oleh periset agar dipelajari serta setelah itu
ditarik kesimpulannya (Siyoto & Sodik, 2015). Populasi penelitian ini adalah petugas yang
berada di unit rekam medis. Pengertian sampel menurut Notoatmojo (2018) adalah
sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoamodjo Soekidjo, 2018). Sampel dalam penelitian ini menggunakan
Total Sampling yaitu semua populasi menjadi sampel.
Instrumen penelitian menggunakan alat perekam sebagai alat bantu dalam
melakukan pengumpulan data, meteran, dan wawancara. Waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan April-Juni 2021 di ruang penyimpanan rekam medis RS Hermina Arcamanik
Bandung. Cara pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara bertujuan untuk
mengamati dan mengetahui gambaran tata ruang penyimpanan rekam medis berdasarkan
aspek ergonomi di RS Hermina Arcamanik Bandung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1529
A. Hasil Penelitian
Penulis telah melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap aspek ergonomi
tata ruang penyimpanan rekam medis, serta wawancara terhadap kepala bagian rekam
medis dan petugas pengambilan dan penyimpanan rekam medis. Adapun item-item yang
dilakukan pengamatan, pengukuran dan wawancara adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Denah letak ruangan rekam medis di RS Hermina Arcamanik Bandung
Keterangan denah ruangan rekam medis:
1. Rak penyimpanan rekam medis
2. Meja pengolahan rekam medis pasien baru
3. Meja pengolahan rekam medis rawat inap (input diagnosa, statistik)
4. Meja pengolahan rekam medis rawat jalan
5. Meja assembling
6. Meja pengolahan pelaporan rekam medis
7. Dumbwaiter ( lift sirkulasi berkas rekam medis lantai 1, lantai 2 dan lantai
perawatan )
8. Rak penyimpanan non aktif
9. Ruangan KTK
Ergonomi Ruang Penyimpanan di Unit Rekam Medis RS Hermina Arcamanik Bandung
1) Pengelolaan dan Perlengkapan di Ruang Penyimpanan Rekam Medis
a) Struktur Bangunan
Struktur bangunan ruang penyimpanan di RS Hermina Arcamanik Bandung kuat
terpelihara dan bersih.
b) Atap
Atap ruang penyimpanan di RS Hermina Arcamanik Bandung kuat dan tidak
bocor.
c) Dinding
Dinding ruang filing di RS Hermina Arcamanik Bandung kuat dan berwarna
terang.
d) Langit-Langit
Langit-langit ruang penyimpanan di RS Hermina Arcamanik Bandung kuat,
bersih dan berwarna terang.
e) Lantai
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1530
Lantai ruang penyimpanan di RS Hermina Arcamanik kuat, kedap air, permukaan
rata, bersih dan tidak licin.
f) Keamanan Rekam Medis
Terdapat alat Access Control khusus petugas rekam medis di depan pintu ruang
penyimpanan rekam medis untuk menjamin kerahasiaan isi rekam medis.
g) Vektor Penyakit
Tidak terindikasi adanya sarang hewan yang merupakan vektor (pembawa)
penyakit seperti serangga (kecoa, lalat, nyamuk) dan tikus di ruang penyimpanan
RS Hermina Arcamanik Bandung.
h) Debu
Debu di ruangan penyimpanan juga harus kita perhatikan, agar kandungan debu
di dalam udara ruang penyimpanan memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
(1) Kegiatan membersihkan ruangan penyimpanan dilakukan pada pagi dan
sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum
pump ).
(2) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
i) Petunjuk Penyimpanan
Petunjuk Penyimpanan rekam medis di RS Hermina Arcamanik Bandung
menggunakan stiker nomor yang ditempelkan di setiap sisi samping rak
penyimpanan. Stiker nomor tersebut mudah digunakan dan dilihat.
j) Kode Warna Rekam Medis
Rekam Medis di RS Hermina Arcamanik Bandung menggunakan kode warna
dalam bentuk stiker untuk dua digit terakhir nomor rekam medis pasien.
k) Mesin Penghancur Kertas
RS Hermina Arcamanik Bandung tidak mempunyai mesin penghancur kertas
karena pemusnahan rekam medis dilakukan oleh pihak ketiga.
l) Wastafel dan cairan pencuci tangan, masker, air galon
Wastafel dan cairan pencuci tangan, masker, air galon di dalam ruangan
penyimpanan RS Hermina Arcamanik Bandung sudah disediakan.
m) Alat Bantu Pijakan
Alat bantu pijakan di ruang penyimpanan RS Hermina Arcamanik Bandung
adalah tangga yang terbuat dari bahan aluminium, namun jumlahnya hanya ada
2 buah, sehingga setiap lorong antar rak tidak disediakan tangga untuk alat bantu
pijakan.
n) Suhu
Hasil penelitian di ruang penyimpanan rekam medis RS Hermina Arcamanik
Bandung yaitu ada AC (Air Conditioner) dan ventilasi. Suhu udara untuk
menggunakan AC sebaiknya 22-26 oC dan suhu udara untuk ruangan yang tidak
ber AC berkisar antara 18-28 oC.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu di Ruang Penyimpanan RS Hermina
Arcamanik Bandung
Waktu
Suhu
Pagi ( 07.00-14.00)
24oC
Siang ( 14.00-21.00)
25oC
Sore (15.00-21.00)
24oC
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa suhu di ruang
penyimpanan RS Hermina Arcamanik Bandung sudah ideal menurut teori
Rustiyanto dan Warih Ambar (2011) adalah 18-28 oC (Rustiyanto & Rahayu,
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1531
2011). Adapun rata-rata suhu di ruang penyimpanan RS Hermina Arcamanik
Bandung adalah 24,3 oC.
o) Pencahayaan dan Kebisingan
Menurut (Darmawan, Roziqin, & Erawantini, 2020) bahwa lingkungan
fisik tempat kerja bagi manusia salah satunya dipengaruhi oleh cahaya.
Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran
pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan dan kebisingan tidak diukur
secara ilmiah oleh peneliti karena keterbatasan alat ukur. Berdasarkan hasil
pengamatan pencahayaan di ruang penyimpanan RS Hermina Arcamanik
Bandung di setiap lorong ruang penyimpanan rekam medis cukup terang. Karena
setiap lampu ditempatkan di setiap lorong rak penyimpanan. Adapun ruang
penyimpanan di RS Hermina Arcamanik Bandung memiliki tingkat kebisingan
yang rendah, mengingat ruang penyimpanan cukup tertutup. Hal tersebut sesuai
dengan standar ILO (2013). Rendahnya tingkat kebisingan di ruang penyimpanan
RS Hermina Arcamanik Bandung baik untuk mendukung kesehatan kerja petugas
terutama berkaitan dengan gangguan pendengaran, baik gangguan pendengaran
sementara ataupun permanen.
2) Jenis dan ukuran rak ruangan penyimpanan rekam medis di RS Hermina Arcamanik
Berdasarkan hasil pengamatan, di dalam ruangan penyimpanan rekam medis di RS
Hermina Arcamanik Bandung menggunakan rak penyimpanan rekam medis dengan jenis
rak terbuka yang terbuat dari bahan besi dan kayu. Rak terbuka adalah lemari yang tidak
berpintu yang dapat digunakan untuk menyimpan berkas pasien. Standar ideal untuk rak
terbuka yaitu panjang 1,15 m, lebar 0,4 m, tinggi 2,1 m. Satu sub rak terdiri dari 8 kotak
ukuran masing-masing sub rak yaitu panjang 1,15 m, lebar 0,4 m, tinggi 0,3 m.
Adapun hasil pengukuran fisik terhadap rak penyimpanan berkas rekam medis di
RS Hermina Arcamanik Bandung adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengukuran Rak Penyimpanan
No
Ukuran (cm)
1
249,5
2
250
3
50
4
40
5
26
Sumber : Data Primer
3) Luas Ruangan penyimpanan berkas rekam medis di RS Hermina Arcamanik
Bandung
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ruangan penyimpanan berkas rekam
medis di RS Hermina Arcamanik Bandung dibagi menjadi 2 ruangan yaitu ruangan
penyimpanan rekam medis di lantai 5 dan ruangan penyimpanan rekam medis di lantai 6
serta ruangan yang di gabung dengan ruang kerja rekam medis. Luas ruangan merupakan
hasil perhitungan panjang dikalikan lebar ruangan. Setelah dilakukan pengukuran maka
ditemukan ukuran luas untuk ruangan lantai 5 yaitu 26 m2 dan untuk ruangan lantai 6 yaitu
23 m2. Luas ruangan penyimpanan harus memadai (baik untuk rak berkas rekam medis
aktif dan inaktif). Ruangan penyimpanan dokumen rekam medis aktif dan inaktif sebaiknya
disendirikan, karena hal ini akan lebih mudah di dalam melaksanakan pemusnahan
dokumen rekam medis (Rustiyanto & Rahayu, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti berasumsi bahwa luas ruangan
penyimpanan di RS Hermina Arcamanik Bandung belum ergonomi karena tidak sesuai
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1532
dengan standar menurut ilmu ergonomi dan ruangan penyimpanan dokumen rekam medis
menjadi 2 ruangan yang terpisah. Luas ruangan pun masih sempit karena ruang
penyimpanan rekam medis digabung dengan ruang kerja rekam medis. Masih terdapat
banyak berkas rekam medis yang letak tidak pada tempatnya sedangkan menurut teori luas
ruangan penyimpanan harus memadai baik untuk berkas aktif dan inaktif dan luas ruangan
sesuai dengan ilmu ergonomi.
4) Jarak antar rak penyimpanan berkas rekam medis di RS Hermina Arcamanik Bandung
Rumah sakit harus bisa mendesain ruangan penyimpanan rekam medis agar
petugas di bagian penyimpanan tidak terlalu sempit sehingga akan mempengaruhi
kenyaman petugas. Jarak antara rak penyimpanan yang satu dengan yang lainnya harus kita
perhitungkan jangan sampai terlalu sempit atau terlalu lebar, sehingga akan memakan
ruangan yang banyak. Jarak ideal untuk akses jalan petugas antara satu rak lemari dengan
rak lemari lainnya kurang lebih 180 cm 200 cm, sedang lorong di bagian sub rak 80 cm
100 cm (Rustiyanto & Rahayu, 2011). Menurut (DepKes, 2006), jarak antara dua buah
rak untuk lalu-lalang dianjurkan selebar 90 cm.
Jarak rata-rata antara satu rak dengan yang lain untuk ruang gerak petugas di ruang
penyimpanan RS Hermina Arcamanik Bandung 65 cm sedangkan rata-rata lebar jalan
untuk akses jalan petugas adalah sebesar 70 cm. Berdasarkan hasil wawancara kepada
petugas rekam medis, petugas rekam medis menyatakan bahwa jarak antar rak sempit
sehingga ketika petugas akan mengambil maupun menyimpan berkas rekam medis pasien
merasa kesulitan. Maka untuk ukuran jarak antar rak penyimpanan belum ergonomi. Hal
tersebut mengakibatkan ruang gerak petugas dalam mengambil dan menyimpan berkas
rekam medis menjadi terbatas dan petugas harus bergantian dalam melakukan pengambilan
berkas rekam medis pada tempat yang sama. Pengukuran jarak antar rak penyimpanan
berguna untuk mempermudah dalam lalu lalang petugas rekam medis dalam melakukan
pengambilan maupun penyimpanan dokumen rekam medis secara bersamaan tanpa
mengalami hambatan.
B. Pembahasan
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka & Sudiajeng, 2004).
Ruang penyimpanan rekam medis memiliki makna penting sehubungan dengan
riwayat penyakit seseorang serta kerahasiaan yang tercantum di dalamnya. Oleh karena itu,
metode penyimpanannya wajib diatur sedemikian rupa supaya kerahasiaannya bisa
terpelihara. Terciptanya kemudahan petugas rekam medis dalam pengambilan dan
penyimpanan dokumen rekam medis terdapatnya tata ruang penyimpanan yang ergonomis
cocok dengan dimensi jangkauan ukuran badan manusia (Putri, Triyanti, & Setiadi, 2014).
Sistem penyimpanan rekam medis di RS Hermina Arcamanik Bandung dilakukan
secara sentralisasi yaitu sistem penyimpanan dimana semua rekam medis pasien disimpan
dalam satu berkas dan satu tempat, baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Sistem
penjajaran yang digunakan di RS Hermina Arcamanik Bandung adalah Terminal Digit
Filing (TDF), yaitu sistem penyimpanan rekam medis dengan mensejajarkan folder rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka atau dua digit kelompok
terakhir.
RS Hermina Arcamanik Bandung memiliki ruang penyimpanan dengan rak
penyimpanan berjumlah 160 rak, tempat penyimpanan dokumen rekam medis
menggunakan rak terbuka yang masing-masing rak tersebut terdapat 6 sub rak. Petugas
yang melakukan pengambilan dan penyimpanan rekam medis sebanyak 4 orang dengan
jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Petugas rekam medis bekerja dengan kondisi
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1533
ruangan tempat penyimpanan yang kurang memadai. Berikut merupakan gambar kondisi
ruang penyimpanan dokumen rekam medis di RS Hermina Arcamanik Bandung.
Berdasarkan dari gambar diatas terlihat bahwa tata ruang yang masih belum baik,
banyak dokumen rekam medis yang di simpan di lantai/kardus tidak pada rak
penyimpanan, di dalam ruang penyimpanan dokumen rekam medis di Unit Rekam Medis
Hermina Arcamanik Bandung terdapat 160 rak penyimpanan rekam medis sedangkan
jumlah rekam medis yang tidak masuk rak dari tahun 2012 2018 yaitu 33275 dokumen
rekam medis. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak dokumen rekam medis yang
belum tersimpan di rak penyimpanan. Dokumen rekam medis yang tersimpan di rak dengan
tidak rapi serta masih banyak dokumen rekam medis yang sengaja dipaksa dimasukan pada
rak meskipun rak sudah penuh.
Guna membantu petugas dalam mengambil rekam medis di rak paling atas tidak
disediakan tangga/kursi pijakan di setiap lorong rak, sehingga mengharuskan petugas
memanjat rak untuk mengambil rekam medis yang tidak terjangkau. Hal tersebut kurang
aman sehingga memungkinkan adanya risiko jatuh, terkilir dan sebagainya.
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1534
Seperti gambar berikut:
Selain itu juga kesulitan dalam pengambilan rekam medis karena jarak antara rak
yang satu dengan yang lainnya begitu sempit, sehingga petugas kesulitan melakukan
pengambilan dan penyimpanan secara bersamaan di tempat yang sama (harus bergantian
dalam melakukan pengambilan maupun penyimpanan dokumen rekam medis). Hal ini
tentu menyulitkan ruang gerak petugas karena jarak antar rak yang begitu sempit, serta
menimbulkan risiko dokumen rekam medis mudah robek ataupun jatuh ketika tersenggol
petugas rekam medis pada saat pengambilan maupun penyimpanan dokumen rekam medis.
Seperti gambar berikut:
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1535
Standar jarak ideal untuk akses jalan petugas antara satu rak lemari dengan rak
lemari lainnya kurang lebih 180 cm 200 cm, sedang lorong di bagian sub rak 80 cm
100 cm (Rustiyanto & Rahayu, 2011). Menurut Depkes (2006), jarak antara dua buah rak
untuk lalu-lalang dianjurkan selebar 90 cm (DepKes, 2006).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RS Hermina Arcamanik Bandung
dapat disimpulkan bahwa aspek ergonomi ruangan penyimpanan di RS Hermina Arcamanik
Bandung dari segi pengelolaan dan perlengkapan sudah sesuai dengan teori yang ada, hanya
terdapat kendala pada ketersediaan jumlah alat bantu pijakan. Suhu di ruang penyimpanan
di RS Hermina Arcamanik Bandung sudah ideal, tingkat kebisingan rendah, dan
pencahayaan sudah merata.
Jenis dan ukuran rak ruangan penyimpanan rekam medis sudah ergonomi. Luas
ruangan penyimpanan belum ergonomi karena tidak sesuai dengan standar menurut ilmu
ergonomi dan ruangan penyimpanan pun dibagi menjadi dua ruangan yang terpisah. Jarak
antar rak terbuka di ruangan penyimpanan rekam medis masih belum ergonomi
Commented [sk1]: Sebaiknya kesimpulan merupakan
justifikasi penulis berdasarkan hasil penelitian
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1536
dikarenakan keterbatasan ruangan penyimpanan berkas rekam medis dan petugas masih
kesulitan saat mengambil maupun menyimpan dokumen rekam medis karena jarak antar
rak yang begitu sempit. Petugas yang mengambil rekam medis di rak paling atas tidak
disediakan tangga/kursi pijakan di setiap lorong rak, sehingga mengharuskan petugas
memanjat rak untuk mengambil rekam medis yang tidak terjangkau, seperti di rak paling
atas. Hal ini akan membahayakan para petugas dan resiko akan jatuh. Sebaiknya sediakan
tangga/kursi pijakan di setiap lorong rak untuk mempermudah pengambilan rekam medis
yang tidak terjangkau.
BIBLIOGRAFI
Darmawan, Mochammad Arief, Roziqin, Mochammad Choirur, & Erawantini, Feby.
(2020). Desain Tata Ruang Filing Poliklinik JKN Berdasarkan Lingkungan Fisik
yang Ergonomis. J-REMI: Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(3), 186
197.
DepKes, R. I. (2006). Petunjuk Teknis Peyelenggaraan Rekam Medis, Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik. Jakarta: DepKes RI.
Depkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Klinik. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 65(879), 20042006.
Djohar, Djusmalinar, Oktavia, Nova, & Damayanti, Fitrah Tri. (2018). Analisis Penyebab
Terjadinya Missfile Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan di Ruang Penyimpanan
(Filling) RSUD Kota Bengkulu Tahun 2017. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia (JMIKI), 6(2), 7986.
Fanny, Nabilatul. (2017). Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan
Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali.
Indonesian Journal On Medical Science, 4(1).
Harahap, Aisyah Aulia. (2019). Perancangan Tempat Perendaman Pembuatan Tahu
Sumedang Yang Ergonomis Menggunakan Workplace Ergonomic Risk Assessment
(Wera). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Hatta, G. R. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press.
Hutabarat, Julianus. (2017). Dasar Dasar Pengetahuan Ergonomi. Media Nusa Creative.
Jepisah, Doni. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ergonomi Ruangan Filling
Terhadap Akses Petugas Rekam Medis Di Rsud Siak Tahun 2018. Menara Ilmu,
14(1).
Mathar, Irmawati, Nurlina, Nurlina, & Puspa, Puspa. (2019). Perancangan Ulang Tata
Kelola Ruang Filling Berdasarkan Ilmu Ergonomi Di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun. SMIKNAS, 171181.
Murodi, Murodi. (2018). Analisis Pekerja Manual Material Handling (MMH) Product
Finish Good Untuk Mencegah Musculoskeletal Disorders (Studi Kasus di PT.
Martina Berto, Tbk, Jakarta). Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Notoamodjo Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Putri, Anggy Pramudhita, Triyanti, Endang, & Setiadi, Dedi. (2014). Analisis Tata Ruang
Tempat Penyimpanan Dokumen Rekam Medis Pasien Ditinjau dari Aspek
Antropometri Petugas Rekam Medis. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia (JMIKI), 2(2).
RI, Depkes. (2006). Pedoman Penyelenggaraan & Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia Revisi II. REVISI II.
Rustiyanto, Efile:///G:/ALL REFERENCE/rustiyanyo. risr., & Rahayu, Warih Ambar.
Muti Lestari, Yuyun Yunengsih, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1525-1537
Tinjauan Aspek Ergonomi Tata Ruang Penyimpanan Rekam Medis di Rs Hermina
Arcamanik Bandung
1537
(2011). Manajemen Filing Dokumen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Permata Indonesia.
Siyoto, Sandu, & Sodik, Muhammad Ali. (2015). Dasar metodologi penelitian. Literasi
Media Publishing.
Suardi, Rahmi Primagusti, & Budi, Savitri Citra. (2013). Perancangan Ulang Ruang Filing
Berdasarkan Ilmu Ergonomi di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI), 1(2).
Subandi, Subandi. (2011). Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian
Pertunjukan. Harmonia Journal of Arts Research and Education, 11(2), 62082.
Tarwaka, Solichul, & Sudiajeng, Lilik. (2004). Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan
kerja dan produktivitas. Uniba, Surakarta, 3450.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).