�STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BAKTI PANTAS DALAM PELAPORAN PENANGANAN MASALAH GIZI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

 

 

Serianti

Universitas Sanggabuana, Indonesia

Email: [email protected]

 

 

Abstrak

Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang signifikan di Indonesia, termasuk di Kabupaten Kutai Kartanegara. Untuk menanggulangi masalah ini, program Bapak Asuh Anak Stunting Paket Lima Pantas (Bakti Pantas) diluncurkan dengan tujuan untuk meningkatkan intervensi gizi pada balita dan mengurangi prevalensi stunting. Aplikasi Bakti Pantas digunakan untuk memfasilitasi pelaporan dan pengelolaan intervensi gizi secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengelolaan aplikasi Bakti Pantas dalam mendukung pelaporan masalah gizi pada balita serta evaluasi dampaknya terhadap penurunan stunting di Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan wawancara kepada petugas kesehatan dan pemangku kepentingan terkait, serta analisis data aplikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Bakti Pantas telah mempermudah pelaporan status gizi balita, memungkinkan pemantauan yang lebih cepat dan tepat waktu, serta mendukung koordinasi antar pihak terkait dalam pemberian intervensi. Meskipun demikian, beberapa tantangan terkait keterbatasan akses teknologi dan pelatihan masih perlu diatasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pengelolaan aplikasi Bakti Pantas memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung upaya penurunan stunting melalui pelaporan yang lebih efektif dan koordinasi yang lebih baik antara tenaga medis dan keluarga balita. Rekomendasi untuk pengembangan lebih lanjut mencakup peningkatan aksesibilitas aplikasi dan pelatihan bagi pengguna.

 

Kata kunci: Aplikasi Bakti Pantas; masalah gizi balita; stunting; pengelolaan data; Kabupaten Kutai Kartanegara.

 

Abstract

Stunting is a significant nutritional issue in Indonesia, including in Kutai Kartanegara Regency. To address this problem, the Bapak Asuh Anak Stunting Paket Lima Pantas (Bakti Pantas) program was launched to improve nutritional interventions for children under five and reduce the prevalence of stunting. The Bakti Pantas application is used to facilitate reporting and management of nutritional interventions effectively. This study aims to analyze the management strategies of the Bakti Pantas application in supporting the reporting of nutritional issues in children under five and evaluating its impact on reducing stunting in Kutai Kartanegara Regency. The research employs a qualitative approach with interviews of health workers and relevant stakeholders, along with data analysis from the application. The findings indicate that the Bakti Pantas application has simplified reporting on the nutritional status of children, enabling faster and more accurate monitoring, and enhancing coordination between stakeholders in providing interventions. However, challenges related to limited access to technology and training still need to be addressed. The study concludes that the management of the Bakti Pantas application significantly contributes to efforts to reduce stunting through more effective reporting and better coordination between medical personnel and families of children. Recommendations for further development include improving application accessibility and user training.

 

Keywords: Bakti Pantas application; toddler malnutrition; stunting; data management; Kutai Kartanegara Regency.

*Correspondence Author: Serianti

Email: [email protected]

 




 

PENDAHULUAN

 

Stunting adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, termasuk di Kabupaten Kutai Kartanegara (Saleh et al., 2021; Vaivada et al., 2020). Stunting terjadi ketika balita mengalami kekurangan gizi kronis yang menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak, sehingga berisiko terhadap penurunan kualitas hidup di masa depan (Perkins et al., 2017; Setiawan et al., 2022). Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, yang mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik dan kognitif anak. Di Indonesia, stunting menjadi prioritas kesehatan nasional (Rahman et al., 2023). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2023, diketahui memiliki angka prevalensi stunting sebesar 17,6%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab langsung seperti asupan gizi dan infeksi penyakit (Sundari & Nuryanto, 2016). Sedangkan penyebab tidak langsung seperti pola asuh, tingkat pengetahuan, PHBS keluarga, ketersediaan pangan, politik dan kebijakan stakeholder (Wello et al., 2021). Upaya penurunan stunting masih memerlukan penanganan khusus agar dapat mencapai target Nasional sebesar <14%.

Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Menurut World Health Organization (WHO) (2018), stunting didefinisikan sebagai tinggi badan anak yang lebih rendah dibandingkan dengan standar usia dan jenis kelamin, yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu yang lama, infeksi berulang, serta faktor lingkungan yang buruk (Manggala et al., 2018; Perumal et al., 2018). Dampak stunting tidak hanya dirasakan pada tahap balita, tetapi juga dapat berlanjut hingga dewasa, memengaruhi kapasitas kerja, daya saing, dan kualitas hidup secara keseluruhan (Galasso & Wagstaff, 2019; Zubaidi, 2021).

Penyebab stunting sangat kompleks dan melibatkan faktor gizi, kesehatan, sanitasi, dan pendidikan. Menurut UNICEF (2019), intervensi gizi pada seribu hari pertama kehidupan (dari konsepsi hingga dua tahun pertama) merupakan periode yang sangat kritis untuk mencegah stunting (Saavedra & Dattilo, 2022; Soofi et al., 2024). Pemberian makanan yang cukup dan bergizi, serta pemantauan kesehatan yang rutin, menjadi langkah utama dalam intervensi gizi untuk mengatasi stunting (Black et al., 2015; Precious et al., 2023).

 

Aplikasi Bakti Pantas sebagai Solusi

Penggunaan teknologi informasi dalam pengelolaan data kesehatan telah berkembang pesat, termasuk dalam pengelolaan gizi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) mengembangkan berbagai aplikasi untuk mendukung program kesehatan masyarakat, termasuk untuk pemantauan status gizi balita. Sistem informasi kesehatan berbasis aplikasi memungkinkan pengumpulan data secara lebih efisien, mempermudah pelaporan, serta memfasilitasi komunikasi antara petugas kesehatan dan masyarakat.

Aplikasi merupakan bagian dari upaya ini, di mana teknologi berfungsi untuk mempercepat pengumpulan dan analisis data, serta meningkatkan koordinasi antara pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat (Pratama et al., 2020).

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mengembangkan aplikasi Bakti Pantas, yang bertujuan untuk mempermudah proses pelaporan dan pemantauan masalah gizi pada balita. Kata Bakti Pantas merupakan singkatan dari Bapak Bunda Asuh Anak Stunting Lima Paket Pantas. Aplikasi ini dirancang untuk digunakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan posyandu, serta masyarakat sebagai bagian dari upaya bersama dalam penurunan stunting. Bakti Pantas memungkinkan pengumpulan data gizi secara lebih efisien dan real-time, serta memfasilitasi analisis data yang lebih cepat dalam rangka menentukan langkah-langkah intervensi yang tepat. Selain itu, aplikasi ini dapat diakses oleh masyarakat secara umum baik individu, ataupun kelompok dari perusahaan lembaga maupun lembaga non pemerintah.

Aplikasi ini telah diterapkan sejak satu tahun terakhir, belum aja kajian yang mengkaji secara mendalam mengenai strategi pengelolaannya dan dampaknya terhadap efektivitas pelaporan penanganan masalah gizi balita, khususnya dalam konteks penurunan stunting di Kutai Kartanegara. Selain itu, aplikasi Bakti m Pantas merupakan salah satu inovasi dari daerah dalam program stunting. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada analisis terhadap pengelolaan aplikasi Bakti Pantas, dengan tujuan untuk menilai sejauh mana aplikasi ini dapat meningkatkan efektivitas pelaporan, serta kontribusinya terhadap penurunan angka stunting di wilayah tersebut.

Strategi pengelolaan aplikasi dalam program kesehatan mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Menurut Lepori et al. (2015), pengelolaan aplikasi kesehatan memerlukan pendekatan yang melibatkan berbagai stakeholder, serta pelatihan yang memadai bagi pengguna aplikasi. Keterlibatan masyarakat dan tenaga kesehatan dalam setiap tahap penggunaan aplikasi sangat penting untuk memastikan data yang dikumpulkan akurat dan dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.

Koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam penurunan stunting�termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor kesehatan�merupakan faktor kunci dalam keberhasilan program. Suhartono et al. (2017) mengungkapkan bahwa kolaborasi yang baik antara stakeholder dalam pengelolaan intervensi gizi dapat mempercepat pencapaian target penurunan angka stunting, dengan memanfaatkan data yang tersedia secara real-time untuk merencanakan tindakan yang tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengelolaan aplikasi Bakti Pantas dalam mendukung pelaporan masalah gizi pada balita di Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan fokus pada efektivitas aplikasi dalam memfasilitasi intervensi gizi dan pemantauan status gizi secara real-time. Menilai dampak aplikasi Bakti Pantas terhadap koordinasi antara tenaga kesehatan, keluarga balita, dan pemerintah dalam upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Kutai Kartanegara. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi aplikasi Bakti Pantas, baik dari segi akses teknologi, pelatihan pengguna, maupun integrasi dengan sistem layanan kesehatan yang ada. Memberikan rekomendasi untuk pengembangan lebih lanjut aplikasi Bakti Pantas guna meningkatkan efektivitasnya dalam mendukung program penurunan stunting melalui pengelolaan gizi yang lebih terstruktur dan berbasis data.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menambah wawasan dan pemahaman ilmiah mengenai penerapan teknologi informasi, khususnya aplikasi kesehatan, dalam program penurunan stunting. Memberikan informasi yang berguna bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan aplikasi Bakti Pantas dalam pelaporan dan pengelolaan masalah gizi pada balita. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku kebijakan tentang pentingnya pengelolaan data kesehatan berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas intervensi gizi dan kesehatan anak.

 

 

METODE PENELITIAN

 

Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dan deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena terkait pengelolaan aplikasi Bakti Pantas, serta dampaknya terhadap intervensi gizi dan penurunan stunting (Gallegos et al., 2017). Data yang diperoleh akan dianalisis secara tematik untuk menemukan pola, hubungan, dan informasi yang relevan

 

Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Lokasi ini dipilih karena adanya penerapan aplikasi Bakti Pantas yang digunakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan posyandu untuk pelaporan masalah gizi balita serta untuk mendukung upaya penurunan stunting di daerah tersebut.

 

Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari Petugas Kesehatan, Pemangku Kepentingan Pemerintah, Keluarga Balita

Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan informan berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian, seperti pengalaman dalam penggunaan aplikasi atau keterlibatan dalam program stunting.

 

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik yaitu yang pertama wawancara mendalam, kedua observasi partisipatif, dan yang ketiga dokumentasi

 

Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang disusun berdasarkan tujuan penelitian dan fokus pada pengelolaan aplikasi, dampak terhadap penurunan stunting, serta tantangan implementasi aplikasi. Selain itu, pedoman observasi juga digunakan untuk mengamati penggunaan aplikasi di lapangan.

 


 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa temuan utama terkait dengan penggunaan dan pengelolaan aplikasi Bakti Pantas dalam pelaporan masalah gizi balita di Kabupaten Kutai Kartanegara.

 

1.      Pengelolaan Aplikasi Bakti Pantas

Aplikasi Bakti Pantas digunakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan posyandu untuk memantau status gizi balita dan melaporkan hasil pemantauan tersebut ke sistem pusat. Berdasarkan wawancara dengan 32 tenaga kesehatan yang terlibat dalam penggunaan aplikasi, sebagian besar menyatakan bahwa aplikasi ini mempermudah mereka dalam mengakses dan melaporkan data terkait penanganan masalah gizi balita. Mereka juga melaporkan adanya pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk menginput data pelaporan dibandingkan dengan sistem manual sebelumnya.

Meskipun demikian, beberapa tenaga kesehatan mengungkapkan adanya kesulitan dalam penggunaan fitur tertentu pada aplikasi, terutama pada saat pertama kali menggunakan aplikasi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang memadai bagi pengguna baru.

 

Gambar 1. Dashboard Aplikasi Bakti Pantas

 

Dashboard menyajikan landing page untuk komunikasi publik agar seluruh masyarakat yang berkepentingan mendapatkan akses terhadap informasi umum terkait Bakti Pantas.

 

 

Gambar 2. Landing Page Aplikasi Bakti Pantas

 

2.      Peningkatan Efektivitas Pelaporan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi Bakti Pantas telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengelolaan gizi balita di Kabupaten Kutai Kartanegara. Efektivitas aplikasi ini tampak dari kemudahan pelaporan dan pemantauan status gizi balita secara real-time, serta peningkatan koordinasi antara tenaga kesehatan, keluarga balita, dan pemerintah.

Wawancara dengan 32 tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa banyak dari mereka merasakan manfaat besar dari aplikasi ini dalam hal akses dan pelaporan data terkait gizi balita. Sebagian besar responden menyatakan bahwa aplikasi ini berhasil mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menginput data pelaporan dibandingkan dengan sistem manual sebelumnya. Namun, beberapa responden juga mencatat adanya kesulitan dalam menggunakan fitur tertentu, terutama pada saat pertama kali menggunakan aplikasi. Kendala ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang memadai bagi pengguna baru.

Dari hasil observasi, aplikasi Bakti Pantas terbukti telah meningkatkan efektivitas pelaporan. Sebelumnya, pelaporan dilakukan secara manual, yang memakan waktu dan sering kali tidak akurat. Dengan adanya aplikasi ini, data dapat diakses dan diperbarui secara real-time, yang secara signifikan meningkatkan efisiensi pelaporan. Analisis dokumen pelaporan menunjukkan bahwa jumlah laporan yang diterima oleh Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara meningkat setelah aplikasi diterapkan, dengan laporan yang lebih tepat waktu dan lebih lengkap.

Meski demikian, penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pertama, akses teknologi yang terbatas menjadi kendala bagi beberapa tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil. Kedua, terdapat kebutuhan untuk pelatihan pengguna yang lebih intensif dan berkelanjutan agar pengguna baru dapat mengoptimalkan penggunaan aplikasi. Pelatihan ini harus mencakup panduan penggunaan fitur-fitur dasar serta cara penyelesaian masalah yang umum terjadi. Ketiga, beberapa tenaga kesehatan menyarankan perlunya integrasi aplikasi Bakti Pantas dengan sistem kesehatan lainnya untuk memudahkan aliran informasi dan koordinasi antar lembaga.

Secara keseluruhan, aplikasi Bakti Pantas telah memberikan dampak positif dalam pengelolaan gizi balita di Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun, untuk meningkatkan efektivitasnya, penting untuk mengatasi tantangan yang ada, seperti akses teknologi, pelatihan pengguna, dan integrasi sistem. Dengan langkah-langkah ini, aplikasi diharapkan dapat lebih optimal dalam mendukung upaya peningkatan gizi balita di daerah tersebut.

 

Gambar 3. Akses dan Pelaporan Aplikasi Bakti Pantas

 

3.      Tantangan dalam Penggunaan Aplikasi

Meskipun aplikasi Bakti Pantas memberikan kemudahan, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Beberapa tenaga kesehatan mengeluhkan keterbatasan infrastruktur teknologi, terutama di daerah-daerah terpencil yang memiliki koneksi internet yang tidak stabil. Selain itu, keterbatasan dalam pelatihan penggunaan aplikasi juga menjadi hambatan, karena tidak semua tenaga kesehatan merasa cukup terlatih dalam mengoperasikan aplikasi ini secara optimal.

Selain itu, beberapa pengguna aplikasi dari kalangan masyarakat juga mengungkapkan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam memahami cara melaporkan status gizi balita melalui aplikasi, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa menggunakan teknologi.

 

Pembahasan

1.      Pengelolaan Aplikasi dan Peningkatan Efektivitas Pelaporan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi Bakti Pantas berhasil meningkatkan efektivitas pelaporan masalah gizi balita, yang merupakan langkah penting dalam upaya penurunan stunting. Efektivitas pelaporan dapat diukur melalui beberapa indikator, seperti kecepatan pengumpulan data, akurasi informasi, dan frekuensi pelaporan. Sistem yang terintegrasi ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk melakukan pemantauan dan pelaporan secara lebih efisien, sehingga informasi mengenai status gizi balita dapat tersedia lebih cepat dan akurat. Dengan adanya aplikasi ini, waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan menganalisis data menjadi lebih singkat, serta mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pelaporan. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi Bakti Pantas belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga memberikan kontribusi baru bagi pengembangan teknologi dalam bidang kesehatan, khususnya dalam penanganan masalah gizi balita.

Keakuratan dan ketepatan waktu pelaporan yang lebih baik akan mendukung perencanaan intervensi yang lebih tepat sasaran dan berbasis data, yang dapat mempercepat pengambilan keputusan dalam penanganan masalah gizi balita. Selain itu, aplikasi ini juga memberikan kemudahan dalam monitoring dan evaluasi hasil intervensi gizi yang dilakukan, karena data yang tersedia selalu up-to-date dan dapat diakses oleh pihak terkait kapan saja.

Studi ini juga memperkuat pentingnya penggunaan aplikasi berbasis teknologi dalam program penurunan stunting, yang sejalan dengan pendekatan yang diusulkan oleh WHO (2018) untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan memperhatikan rekomendasi yang diberikan, seperti peningkatan akses teknologi, intensifikasi pelatihan pengguna, dan integrasi sistem, diharapkan aplikasi Bakti Pantas dapat lebih efektif mendukung upaya penurunan stunting di Kabupaten Kutai Kartanegara.

 

2.      Tantangan dalam Penggunaan Aplikasi

Meskipun aplikasi ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan efektivitas pelaporan, tantangan yang dihadapi dalam implementasinya perlu diatasi agar aplikasi ini dapat digunakan secara optimal. Hasil wawancara dengan beberapa tenaga kesehatan menunjukkan bahwa keterbatasan infrastruktur teknologi di beberapa daerah, terutama di daerah pedesaan yang tidak memiliki akses internet yang memadai, menjadi hambatan signifikan dalam penerapan aplikasi ini. Mereka melaporkan bahwa kondisi ini mengganggu kelancaran proses pelaporan yang berbasis aplikasi, sehingga informasi yang diperoleh tidak selalu tepat waktu.

Selain itu, kurangnya pelatihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dalam menggunakan aplikasi juga menjadi kendala. Wawancara dengan kader posyandu mengindikasikan bahwa banyak dari mereka merasa kurang percaya diri dalam menggunakan aplikasi karena minimnya pelatihan yang diberikan. Oleh karena itu, pelatihan yang memadai perlu diberikan secara berkala untuk memastikan bahwa aplikasi digunakan dengan benar dan dapat memberikan manfaat maksimal.

Analisis terhadap tantangan ini menunjukkan bahwa keterbatasan infrastruktur dan pelatihan yang kurang berperan besar dalam efektivitas penggunaan aplikasi. Beberapa kecamatan masih kesulitan dalam hal akses internet yang stabil dan perangkat yang memadai. Meskipun aplikasi ini dirancang untuk mempermudah penggunaan, penting untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan dan kader posyandu mendapatkan pelatihan yang cukup untuk menggunakan aplikasi ini secara efektif. Pemerintah Daerah sedang berupaya untuk meningkatkan fasilitas dan pelatihan agar aplikasi ini bisa digunakan secara optimal di seluruh wilayah Kutai Kartanegara. Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, diharapkan aplikasi Bakti Pantas dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam upaya penanganan masalah gizi balita dan penurunan stunting.

 

3.      Dampak Terhadap Penurunan Stunting

Aplikasi Bakti Pantas memiliki peran yang sangat penting dalam mempercepat dan mempermudah proses pengelolaan intervensi masalah gizi. Sebelumnya, pengumpulan data dan pelaporan terkait intervensi balita bermasalah gizi di posyandu dan puskesmas dilakukan secara manual, yang tentu memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan. Dengan adanya aplikasi ini, proses pelaporan menjadi lebih cepat dan data yang dihasilkan lebih akurat. Dengan informasi terkini mengenai penanganan masalah gizi, sangat berguna dalam perencanaan kebijakan dan intervensi yang lebih tepat.

Aplikasi ini memungkinkan untuk memperoleh data yang lebih detail dan terperinci mengenai kondisi gizi balita. Dengan informasi yang lebih lengkap, kami dapat merencanakan intervensi yang lebih efektif dan menyasar kelompok yang membutuhkan perhatian khusus. Misalnya, dengan mengetahui daerah atau kecamatan mana yang memiliki prevalensi stunting tertinggi, kami bisa mengarahkan program pemberian makanan tambahan atau suplemen dengan lebih efisien. Aplikasi ini juga membantu memantau perkembangan setiap balita secara berkala, sehingga kami bisa menilai efektivitas intervensi yang sudah dilakukan dan membuat penyesuaian jika diperlukan.

Selain membantu mempercepat pelaporan, aplikasi Bakti Pantas juga mendukung transparansi dalam pengelolaan data. Pejabat di tingkat kabupaten atau kecamatan dapat dengan mudah mengakses data yang telah dilaporkan oleh posyandu atau puskesmas. Hal ini meningkatkan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran untuk intervensi gizi dan memastikan bahwa program-program yang dijalankan tepat sasaran. Aplikasi ini juga memudahkan dalam melakukan koordinasi lintas sektor, misalnya dengan sektor kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan keluarga, untuk menciptakan program yang lebih terintegrasi dalam menanggulangi masalah stunting.

Kontribusi terhadap Penurunan Stunting Aplikasi Bakti Pantas berpotensi memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan angka stunting di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dengan sistem pelaporan yang lebih efisien dan akurat, perencanaan intervensi gizi yang berbasis data dapat dilakukan dengan lebih baik. Selain itu, aplikasi ini juga memungkinkan untuk melakukan pemantauan yang lebih ketat terhadap status gizi balita, sehingga intervensi dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran. Meskipun demikian, penurunan stunting tidak hanya bergantung pada sistem pelaporan yang baik, tetapi juga pada faktor-faktor lain seperti akses terhadap makanan bergizi, pendidikan tentang pola makan sehat, serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, aplikasi Bakti Pantas harus menjadi bagian dari upaya komprehensif dalam penurunan stunting yang melibatkan berbagai sektor terkait.

Aplikasi Bakti Pantas dapat terus berkembang dan semakin efisien dalam mendukung pengelolaan masalah gizi balita. Selanjutnya, aplikasi ini dapat terintegrasi dengan data sistem kesehatan lainnya, sehingga mendapatkan gambaran yang lebih holistik mengenai kesehatan ibu dan anak. Selain itu, kami juga berharap agar sistem ini dapat diperbarui secara berkala agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan di lapangan.

Dengan demikian, dampak aplikasi Bakti Pantas secara langsung dirasakan manfaatnya, diantaranya:

1)     Kualitas Intervensi Gizi (Harna et al., 2017). Aplikasi Bakti Pantas dapat mendukung perencanaan intervensi yang lebih tepat sasaran dengan data yang lebih akurat. Misalnya, seberapa cepat masalah gizi balita dapat diidentifikasi dan diintervensi berdasarkan laporan dari aplikasi.

2)     Pemantauan Status Gizi Balita secara individu. Aplikasi membantu memantau perkembangan gizi balita secara berkelanjutan dan apakah hal ini berkontribusi pada deteksi dini serta pencegahan stunting.

3)     Keterpaduan Lintas Sektor. Peran aplikasi dalam mengintegrasikan data gizi balita dengan sektor-sektor lain yang terkait, seperti sektor pendidikan, sanitasi, dan pemberdayaan keluarga, dalam upaya menurunkan stunting. Paket intervensi dalam penanganan sasaran balita bermasalah gizi adalah Pantas Sehat, Pantas Pangan, Pantas Pendidikan, Pantas Tempat Tinggal, Pantas Sejahtera

 

 

KESIMPULAN

 

Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah yang pertama efektivitas aplikasi. Aplikasi bakti pantas telah terbukti efektif dalam memfasilitasi pelaporan status gizi balita secara cepat, akurat, dan terstruktur. Kedua peningkatan koordinasi. Implementasi aplikasi ini telah meningkatkan koordinasi antara tenaga kesehatan, keluarga balita, dan pemerintah daerah. Ketiga tantangan implementasi. Meskipun aplikasi memberikan manfaat yang signifikan, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti terbatasnya akses teknologi di daerah terpencil, kebutuhan akan pelatihan lebih lanjut untuk petugas kesehatan dan keluarga balita, serta perlunya integrasi aplikasi dengan sistem kesehatan lainnya untuk memaksimalkan pemanfaatan data. Dan yang terakhir adalah Dampak terhadap penurunan stunting. Aplikasi Bakti Pantas memberikan kontribusi positif terhadap upaya penurunan stunting, terutama dalam mempercepat deteksi masalah gizi dan memungkinkan intervensi lebih cepat.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Black, M. M., P�rez-Escamilla, R., & Rao, S. F. (2015). Integrating nutrition and child development interventions: scientific basis, evidence of impact, and implementation considerations. Advances in Nutrition, 6(6), 852�859. https://doi.org/10.3945/an.115.010348

Galasso, E., & Wagstaff, A. (2019). The aggregate income losses from childhood stunting and the returns to a nutrition intervention aimed at reducing stunting. Economics & Human Biology, 34, 225�238. https://doi.org/10.1016/j.ehb.2019.01.010

Gallegos, C., Tesar, A. J., Connor, K., & Martz, K. (2017). The use of a game-based learning platform to engage nursing students: A descriptive, qualitative study. Nurse Education in Practice, 27, 101�106. https://doi.org/10.1016/j.nepr.2017.08.019

Harna, H., Kusharto, C. M., & Roosita, K. (2017). Intervensi susu tinggi protein terhadap tingkat konsumsi zat gizi makro dan status gizi pada kelompok usia dewasa. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(4), 354�361. https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i4.3157

Manggala, A. K., Kenwa, K. W. M., Kenwa, M. M. L., Jaya, A. A. G. D. P., & Sawitri, A. A. S. (2018). Risk factors of stunting in children aged 24-59 months. Paediatrica Indonesiana, 58(5), 205�212. https://doi.org/10.14238/pi58.5.2018.205-12

Perkins, J. M., Kim, R., Krishna, A., McGovern, M., Aguayo, V. M., & Subramanian, S. V. (2017). Understanding the association between stunting and child development in low-and middle-income countries: Next steps for research and intervention. Social Science & Medicine, 193, 101�109. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2017.09.039

Perumal, N., Bassani, D. G., & Roth, D. E. (2018). Use and misuse of stunting as a measure of child health. The Journal of Nutrition, 148(3), 311�315. https://doi.org/10.1093/jn/nxx064

Precious, F. K., Owhor, G. A., Opeyemi, M.-O. A., Igwe, S. C., Beauty, O. C., Sy, F. A. R., Yepes, P. I. G., Ayuba, D., Ogaya, J. B., & Lucero-Prisno III, D. E. (2023). Why nutrition programs for children remain important. In Advances in Food Security and Sustainability (Vol. 8, pp. 187�215). Elsevier. https://doi.org/10.1016/bs.af2s.2023.08.002

Rahman, H., Rahmah, M., & Saribulan, N. (2023). Upaya Penanganan Stunting di Indonesia: Analisis Bibliometrik Dan Analisis Konten. Jurnal Ilmu Pemerintahan Suara Khatulistiwa, 8(1), 44�59. https://doi.org/10.33701/jipsk.v8i1.3184

Saavedra, J. M., & Dattilo, A. M. (2022). Nutrition in the first 1000 days of life: society�s greatest opportunity. In Early nutrition and long-term health (pp. 3�25). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-824389-3.00023-4

Saleh, A., Syahrul, S., Hadju, V., Andriani, I., & Restika, I. (2021). Role of maternal in preventing stunting: a systematic review. Gaceta Sanitaria, 35, S576�S582. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.087

Setiawan, A. S., Indriyanti, R., Suryanti, N., Rahayuwati, L., & Juniarti, N. (2022). Neonatal stunting and early childhood caries: A mini-review. Frontiers in Pediatrics, 10, 871862. https://doi.org/10.3389/fped.2022.871862

Soofi, S. B., Khan, G. N., Sajid, M., Hussainyar, M. A., Shams, S., Shaikh, M., Ouma, C., Azami, S., Naeemi, M., & Hussain, A. (2024). Specialized nutritious foods and behavior change communication interventions during the first 1000 d of life to prevent stunting: a quasi-experimental study in Afghanistan. The American Journal of Clinical Nutrition, 120(3), 560�569. https://doi.org/10.1016/j.ajcnut.2024.07.007

Sundari, E., & Nuryanto, N. (2016). Hubungan asupan protein, seng, zat besi, dan riwayat penyakit infeksi dengan z-score tb/u pada balita. Journal of Nutrition College, 5(4), 520�529. https://doi.org/10.14710/jnc.v5i4.16468

Vaivada, T., Akseer, N., Akseer, S., Somaskandan, A., Stefopulos, M., & Bhutta, Z. A. (2020). Stunting in childhood: an overview of global burden, trends, determinants, and drivers of decline. The American Journal of Clinical Nutrition, 112, 777S-791S. https://doi.org/10.1093/ajcn/nqaa159

Wello, E. A., Safei, I., Juniarty, S., & Kadir, A. (2021). Literature Review Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting pada Anak Balita. Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran, 1(3), 234�240. https://doi.org/10.33096/fmj.v1i3.70

Zubaidi, H. A. K. (2021). Tinggi Badan dan Perilaku Merokok Orangtua Berpotensi Terjadinya Stunting pada Balita. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(2), 279�286. https://doi.org/10.37287/jppp.v3i2.414

 

 

� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).