Nadila Putri Efendi1, Ibrahim Besar2, Fredericha Resti Minarti3, Isnaini
Wahdania4, Ilma Aditya Musin5
Universitas Lampung, Indonesia1
Universitas Lampung, Indonesia2
Universitas Lampung, Indonesia3
Universitas Lampung, Indonesia4
Universitas Lampung, Indonesia5
Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4, [email protected]5
Abstrak |
Arus informasi
dan persaingan yang semakin
ketat di era teknologi informasi menuntut bisnis, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), untuk menerapkan
strategi komunikasi pemasaran
yang efektif. Askha Jaya, sebuah
UMKM yang memproduksi keripik
pisang khas Lampung, menghadapi
tantangan untuk mempertahankan daya saing di pasar oleh-oleh. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi
pemasaran keripik pisang
Askha Jaya menggunakan model AIDA (Attention,
Interest, Desire, Action). Pendekatan deskriptif kualitatif diterapkan dengan menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk mengeksplorasi efektivitas aktivitas pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Askha Jaya berhasil
mengintegrasikan elemen
branding visual, kampanye media sosial,
dan keterlibatan pelanggan
untuk menarik perhatian dan membangun minat. Perusahaan membangun keinginan melalui positioning kualitas premium dan dukungan
influencer, sementara akses
pembelian yang mudah dan
call-to-action yang jelas mendorong
tindakan pelanggan. Upaya
ini tidak hanya meningkatkan daya saing tetapi
juga membangun kepercayaan
dan loyalitas konsumen. Rekomendasi diberikan untuk lebih menyempurnakan
strategi pemasaran, khususnya
melalui promosi digital
yang ditingkatkan dan manajemen
hubungan pelanggan. Kata Kunci: komunikasi
pemasaran; model AIDA; UMKM; keripik
pisang; Askha Jaya; daya saing |
|
Abstract |
The increasing flow of
information and competition in the era of information technology requires
businesses, especially Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs), to
implement effective marketing communication strategies. Askha Jaya, an MSME
producing Lampung's signature banana chips, faces the challenge of sustaining
competitiveness in the souvenir market. This study aims to analyze the marketing communication strategy of Askha
Jaya's banana chips using the AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) model.
A qualitative descriptive approach was applied, utilizing observation,
in-depth interviews, and documentation to explore the effectiveness of
marketing activities. The results reveal that Askha Jaya's strategy
effectively integrates elements of visual branding, social media campaigns,
and customer engagement to attract attention and generate interest. The
company builds desire through premium quality positioning and influencer
endorsements, while easy purchasing access and clear calls-to-action drive customer
actions. These efforts not only enhance competitiveness but also establish
strong consumer trust and loyalty. Recommendations are provided to further
refine marketing strategies, particularly through enhanced digital promotion
and customer relationship management. Keywords: marketing communication;
AIDA model; MSMEs; banana chips; Askha Jaya; competitiveness |
*Correspondence
Author: Nadila Putri Efendi
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Masyarakat
modern saat ini memiliki akses terhadap informasi yang sangat luas seiring
dengan perkembangan teknologi informasi. Berbagai industri diharuskan untuk
merencanakan strategi bisnis produk yang dihasilkan agar mampu bersaing di
pasar global. Dalam menghadapi persaingan tersebut, diperlukan strategi bisnis
yang kreatif, variatif, dan komunikatif, yang disampaikan melalui pendekatan
komunikasi bisnis. Menurut Effendy (2000), strategi komunikasi adalah gabungan
antara perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Asri, 2022; Islami
et al., 2018). Untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi komunikasi perlu menunjukkan bagaimana operasionalnya harus
dijalankan secara praktis (Baumgartner &
Rauter, 2017; S. Rahman & Nurhadi, 2023). Dengan demikian, strategi
komunikasi mencakup keseluruhan perencanaan, taktik, dan metode yang digunakan
untuk memfasilitasi komunikasi, dengan memperhatikan semua aspek dalam proses
komunikasi demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah entitas bisnis yang beroperasi di
berbagai sektor dan berkontribusi pada kepentingan masyarakat. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, Usaha Mikro didefinisikan
sebagai usaha produktif yang dimiliki oleh individu atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria tertentu. Sementara itu, Usaha Kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dijalankan oleh individu atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang dari usaha
menengah atau besar, dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang.
UMKM memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian di negara
berkembang, karena keberadaannya dapat memberikan jaminan kesejahteraan
masyarakat dalam berbagai situasi.
Selama
krisis keuangan pada tahun 1998, daya tahan UMKM terlihat jelas. Banyak
perusahaan besar yang mengalami kebangkrutan, tetapi UMKM tetap bertahan dan
bahkan jumlahnya meningkat (Srijani, 2020). Pertumbuhan sektor UMKM menjadi
perhatian utama pemerintah, yang menunjukkan komitmen dalam memperluas
jangkauan UMKM di Indonesia. Faktanya, UMKM memiliki dampak signifikan terhadap
perekonomian nasional, dengan hampir seluruh penduduk Indonesia bergantung pada
sektor ini (Windusancono, 2021). UMKM berkontribusi penting
terhadap pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) dan pengurangan kemiskinan, serta mendukung pembangunan
daerah (Darliah et al., 2024;
Lin et al., 2022; Ndubisi et al., 2021).
UMKM
sering kali dimulai dengan modal sendiri dan menghadapi keterbatasan dalam
manajemen, sumber daya manusia, serta akses ke konsumen. Meskipun demikian, di
tengah persaingan dengan perusahaan besar, UMKM mampu bertahan dan bahkan
mencapai profitabilitas yang cukup baik dalam hal arus kas. Beberapa UMKM juga
berhasil memperluas usaha dan mendiversifikasi basis pelanggan. Di Indonesia,
UMKM mendapatkan perhatian serius dan diatur oleh Kementerian Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Kemenkop UMKM), menjadikannya salah satu
pilar perekonomian nasional.
Dalam
konteks bisnis, komunikasi menjadi aspek penting untuk mendukung interaksi yang
efektif. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak
lain dengan mempertimbangkan situasi bisnis yang semakin kompetitif (Eggert et al.,
2018; Lee et al., 2021). Komunikasi bisnis berfungsi
sebagai basis untuk meningkatkan profitabilitas melalui berbagai metode,
termasuk manajemen hubungan (Kustami &
Sulistiyono, 2023; Schulz et al., 2019). Hubungan ini melibatkan
manajemen bisnis, pertukaran ide, serta interaksi dengan pihak eksternal
seperti komunitas, pesaing, pemasok, dan pelanggan (Winata, n.d.).
Komunikasi
pemasaran muncul sebagai bentuk komunikasi yang lebih kompleks. Menurut Kotler
(2016), komunikasi pemasaran mencakup semua upaya perusahaan untuk
menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen, baik secara langsung
maupun tidak langsung, mengenai produk dan merek yang ditawarkan. Adisaputro
(2010) menambahkan bahwa strategi komunikasi pemasaran adalah langkah-langkah kreatif
yang terus menerus diupayakan oleh perusahaan untuk mencapai target pemasaran
dan memaksimalkan kepuasan konsumen (I. A. Rahman &
Panuju, 2017; Susilo, 2020).
Strategi
komunikasi pemasaran adalah cara perusahaan mencapai misi, tujuan, dan sasaran
dengan menciptakan keselarasan antara tujuan, keterampilan, dan kapabilitas
yang dimiliki serta peluang dan tantangan di pasar (Key &
Czaplewski, 2017; Shen et al., 2016).
Askha
Jaya adalah salah satu UMKM yang berlokasi di Bandar Lampung, yang berfokus
pada penyediaan oleh-oleh khas Lampung, termasuk keripik pisang, kopi, dan
souvenir. Didirikan pada tahun 1996, Askha Jaya berlokasi di Jl. Pagar Alam,
Segala Mider, Kecamatan Tanjung Karang, Kota Bandar Lampung, Lampung 35151.
Keripik pisang yang diproduksi di sini tidak hanya sekadar camilan, tetapi juga
merupakan salah satu produk unggulan yang menjadi kekhasan daerah Bandar
Lampung, berkat cita rasa dan metode pengolahan yang khas. Mereka menawarkan 18
varian rasa keripik pisang, termasuk cokelat, susu, melon, moka, keju, jagung
manis, jagung bakar, balado, durian, dan lainnya. Selain keripik pisang, mereka
juga menjual produk lain seperti pie pisang, keripik singkong, keripik tempe,
keripik buah, kemplang, ango, sale pisang, marning, kopi, hingga souvenir khas
Lampung. Harga keripik pisang mulai dari Rp 12.500, dan mereka memiliki empat
outlet yang tersebar di Sentra Industri Keripik Gang PU Lampung.
Omset
pendapatan Keripik Askha Jaya mencapai sekitar Rp 240.000.000 per bulan, dengan
produksi 4-5 ton keripik setiap bulannya. Pengunjung Keripik Askha Jaya berasal
dari berbagai wilayah, dengan 50% dari Palembang, 25% dari Bandar Lampung, 20%
dari Jabodetabek, dan 5% dari daerah lainnya. Keripik Askha Jaya banyak
dikunjungi saat hari libur nasional seperti Natal, Tahun Baru, dan hari besar
umat Islam. Namun, persaingan yang ketat dalam bisnis makanan ringan
mengharuskan Keripik Askha Jaya untuk menerapkan strategi efektif dalam menarik
konsumen, termasuk menjaga kualitas produk, memberikan inovasi, menawarkan
harga kompetitif, dan memberikan layanan yang baik.
Peneliti
tertarik melakukan penelitian ini karena melihat saat ini banyaknya UMKM yang
bergelut dibidang pusat oleh-oleh Keripik Pisang terutama di daerah Bandar
Lampung dan sekitarnya, sehingga untuk tetap mempertahankan kestabilan
penjualannya Askha jaya harus mempunyai strategi khusus yang mereka terapkan
untuk memasarkan produk mereka dalam meningkatkan daya saing untuk oleh-oleh
khas Lampung.
Tujuan
penelitian adalah untuk menganalisis strategi komunikasi pemasaran produk
keripik pisang askha jaya dalam meningkatkan daya saing untuk oleh-oleh khas
Lampung. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran produk keripik pisang askha
jaya dalam meningkatkan daya saing untuk oleh-oleh khas Lampung
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif (Kumar et al., 2017). Pendekatan ini dipilih untuk
memahami secara mendalam strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan oleh
UMKM Askha Keripik Pisang, khususnya
dalam konteks penerapan model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action).
Penelitian deskriptif kualitatif
bertujuan untuk memberikan gambaran rinci terkait aktivitas
pemasaran dan efektivitas
strategi tersebut dalam meningkatkan daya saing produk di pasar.
Data dikumpulkan melalui tiga metode
utama, yaitu observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas pemasaran di berbagai saluran, termasuk promosi melalui media sosial, interaksi langsung dengan konsumen di toko, serta partisipasi dalam pameran lokal. Wawancara mendalam dilakukan dengan pemilik usaha untuk
memahami perencanaan strategi
pemasaran, tim pemasaran untuk mengeksplorasi implementasi
strategi, dan konsumen untuk
mendapatkan wawasan mengenai pengalaman serta persepsi mereka terhadap produk dan promosi. Dokumentasi berupa materi promosi seperti brosur, unggahan media sosial, konten video, serta data penjualan (jika tersedia) juga dikumpulkan untuk mendukung analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi pemasaran UMKM Askha
Keripik Pisang
Strategi Komunikasi Pemasaran
Produk Keripik Pisang Askha untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Rumah Tangga
dapat dilakukan dengan mengkaitkan teori AIDA (Attention, Interest, Desire,
Action). AIDA merupakan salah satu model dalam komunikasi pemasaran yang
berfokus pada bagaimana mempengaruhi konsumen dari tahap awal hingga keputusan
pembelian.
1.
Attention (Perhatian)
Langkah pertama dalam strategi
komunikasi pemasaran adalah menarik perhatian target konsumen. Dalam konteks
produk Keripik Pisang Askha, strategi yang bisa digunakan termasuk:
a. Visual Branding yang Menarik:
Pengemasan yang unik dan menarik bisa memancing perhatian di rak penjualan atau
di platform online. Misalnya, menggunakan warna mencolok dan desain kreatif
pada kemasan.
Warna, bentuk, dan visual yang
digunakan, seperti dilakukan dengan dominasi warna kuning pada keripik pisang
Askha, adalah elemen penting di tahap ini membuat kemasan produk lebih mudah
dikenali dari kejauhan. Warna dan desain kemasan membantu mengomunikasikan
karakteristik brand Askha kualitas, dalam menciptakan produk berkualitas.
Gambar 1. Visual Branding
b. Promosi
di Media Sosial: Menggunakan platform media sosial seperti Instagram, atau
TikTok untuk memamerkan produk melalui konten visual (foto dan video) yang
menarik perhatian pengguna. Penggunaan influencer atau food vlogger juga dapat memperluas
jangkauan audiens.
Keripik
Pisang Askha bisa memanfaatkan kampanye visual di media sosial dengan
menggunakan konten foto dan video pendek yang menunjukkan keunikan produk,
seperti proses pembuatan keripik secara tradisional atau klaim bahwa produk
mereka lebih berkualiatas premium. Pembuatan konten reels oleh Keripik Pisang
Askha merupakan strategi pemasaran digital yang efektif. Reels di media sosial,
terutama Instagram, berfungsi untuk menarik perhatian audiens dengan cepat dan
efektif melalui format video pendek yang dinamis.
Gambar 2. Promosi
Media Sosial
2.
Interest (Minat)
Setelah
menarik perhatian, langkah berikutnya adalah membangun minat. Konsumen harus
merasa bahwa produk ini berbeda atau memiliki keunggulan dibandingkan pesaing.� Keripik�
Askha� juga� menampilkan�
beberapa� highlight� pada�
akun instagramnya. Highlight di
Instagram yang menampilkan bahwa artis dan orang penting pernah mengunjungi dan
membeli produk Keripik Pisang Askha.
Dengan
menampilkan tokoh-tokoh terkenal atau artis yang membeli produk, Keripik Pisang
Askha sedang berusaha membangun minat konsumen. Orang-orang seringkali tertarik
pada apa yang digunakan atau dikonsumsi oleh tokoh terkenal yang mereka kagumi.
Ketika melihat artis atau orang penting membeli dan menggunakan produk ini,
minat konsumen akan meningkat karena mereka melihat bahwa produk tersebut
memiliki daya tarik di kalangan orang-orang yang memiliki pengaruh.
Kehadiran
artis atau tokoh penting memberikan validasi sosial. Konsumen akan berpikir
bahwa produk ini bukan hanya populer di kalangan masyarakat umum, tetapi juga
diapresiasi oleh figur-figur yang mereka hormati. Ketika produk dilihat
digunakan oleh figur publik, orang cenderung berpikir bahwa produk ini relevan
dan mengikuti tren. Hal ini bisa menimbulkan rasa ingin tahu dan minat untuk
mencoba produk tersebut.
Gambar 3. Promosi Sosial
Media
Klaim
�Premium Quality�. Posisi Produk di Pasar, dengan menyatakan bahwa produknya
adalah �premium quality�, Keripik Pisang Askha memposisikan diri sebagai produk
yang berada di kelas atas dibandingkan dengan keripik pisang biasa.
�Ini menargetkan segmen konsumen yang lebih
peduli pada kualitas dan bersedia membayar lebih untuk produk yang menawarkan
pengalaman dan nilai lebih baik.
Kepercayaan
terhadap Kualitas Bahan, Klaim kualitas premium biasanya mencakup penggunaan
bahan baku terbaik, proses produksi yang lebih higienis, dan hasil akhir yang
superior. Ini bisa menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen yang mencari
produk dengan rasa yang lebih baik, tekstur yang lebih renyah, dan tampilan
yang lebih menarik.
3.
Desire (Keinginan)
Setelah
minat terbentuk, strategi komunikasi harus mengarah pada penciptaan keinginan
untuk memiliki atau membeli produk tersebut.
Testimoni
dan Ulasan Positif, menggunakan testimoni pelanggan yang puas, baik melalui
media sosial maupun marketplace, dapat menciptakan dorongan psikologis bahwa
produk ini memiliki kualitas baik dan layak dicoba.
Program
Promosi atau Diskon, Penawaran spesial seperti �beli 1 gratis 1� atau potongan
harga pada periode tertentu juga bisa membangkitkan keinginan untuk segera
membeli produk.
Di
marketplace seperti Shopee ulasan positif dan rating tinggi dari pelanggan
terbukti dapat meningkatkan keinginan konsumen baru untuk membeli produk.
Gambar 4. Ulasan Pembeli
4.
Action (Tindakan)
Tahap
terakhir adalah mendorong konsumen untuk melakukan tindakan, yaitu membeli
produk.
a. Mudahnya
Akses Pembelian: Keripik Pisang Askha harus tersedia di berbagai saluran distribusi,
baik di toko offline, maupun platform online seperti marketplace atau melalui
toko e-commerce resmi.
b. Call-to-Action
yang Jelas: Setiap iklan atau promosi harus memiliki instruksi yang jelas,
seperti �Klik untuk Membeli� atau �Order Sekarang dan Dapatkan Diskon�, yang
mengarahkan konsumen langsung pada tindakan pembelian. CTA tersebut secara
eksplisit mendorong konsumen untuk melakukan tindakan, yaitu melakukan
pembelian dengan menekankan adanya diskon khusus. Contoh: Frasa "JANGAN SAMPAI TERLEWATKAN..."
menegaskan urgensi dan pentingnya mengambil tindakan segera. Ini
mendorong konsumen untuk tidak ragu dan segera melakukan checkout.
Gambar 5. Flayer Promosi
Menawarkan
diskon "UP TO 8%" adalah insentif yang menarik bagi konsumen untuk menyelesaikan
transaksi. Diskon ini menjadi daya tarik yang kuat untuk mendorong tindakan
pembelian. Contoh: Dengan mengungkapkan bahwa diskon hanya berlaku untuk
pembelian di platform tertentu (Shopee, TikTok Shop, dan Tokopedia), ini juga
memberi arahan jelas kepada konsumen tentang di mana mereka dapat melakukan
pembelian.
Pembahasan
Model AIDA
(Attention, Interest, Desire, Action) merupakan pendekatan yang sangat efektif dalam mengukur efektivitas promosi, terutama dalam konteks pemasaran di media sosial. Salah satu alasan utama mengapa
AIDA dipilih dibandingkan dengan model lain adalah karena model ini secara jelas menggambarkan
perjalanan konsumen dari tahap kesadaran
hingga tindakan pembelian. Dalam dunia yang semakin
digital, di mana konsumen dikelilingi
oleh berbagai informasi,
AIDA membantu pemasar untuk merancang strategi yang lebih terfokus dan terarah.
Sebagai contoh,
dalam pemasaran melalui media sosial, perhatian (Attention) menjadi langkah pertama yang krusial. Dengan banyaknya konten yang bersaing, menarik perhatian konsumen menjadi tantangan tersendiri. Setelah perhatian diperoleh, AIDA mengarahkan pemasar untuk membangun
ketertarikan (Interest) dengan
menyajikan informasi yang relevan dan menarik. Hal ini berbeda dengan
model lain yang mungkin tidak
secara eksplisit menekankan pentingnya tahap awal ini.
Selanjutnya, dalam
konteks internet lainnya, seperti email marketing atau iklan banner, pendekatan AIDA
juga memberikan struktur
yang jelas untuk mengukur seberapa efektif pesan yang disampaikan dapat memicu hasrat (Desire) dan tindakan (Action). Model lain mungkin
lebih fokus pada hasil akhir, tanpa
memperhatikan proses yang dilalui
konsumen, sehingga sulit untuk mengevaluasi
langkah-langkah yang perlu diperbaiki.
Dengan demikian,
AIDA bukan hanya sebuah model, tetapi juga alat analisis yang kuat untuk memahami
dan meningkatkan efektivitas
strategi pemasaran, terutama
dalam memanfaatkan media sosial yang dinamis.
Penerapan model AIDA dalam
mengukur efektifitas promosi UMKM
1.
Attention (Menarik Perhatian)
Mulai dari hirarki respons konsumen yang
menunjukkan perhatian terhadap produk atau layanan yang kita tawarkan, hingga
respons aksi konsumen untuk menggunakan produk atau layanan tersebut, semua
dijelaskan di sini. Tahap Attention dalam model AIDA berarti menarik perhatian.
Ini adalah tahap yang paling penting, meskipun sering kali diabaikan. Promosi
merupakan elemen krusial dalam pemasaran; alat promosi harus mampu menarik
perhatian konsumen agar produk atau layanan yang kita tawarkan dapat terjual.
Media sosial kini menjadi sarana komunikasi yang juga berfungsi sebagai pasar.
Oleh karena itu, skenario promosi yang mampu menarik perhatian konsumen melalui
media sosial sangatlah penting. Baik melalui media visual maupun tulisan, iklan
harus mampu menarik perhatian calon konsumen yang awalnya penasaran, sehingga
mendorong mereka untuk mengeksplorasi produk atau layanan yang ditawarkan.
Elemen ini sangat penting untuk mendorong calon konsumen ke tahap berikutnya.
2.
Interest (Membangun Minat)
Setelah berhasil menarik perhatian calon
konsumen, langkah selanjutnya adalah membangkitkan ketertarikan atau Interest
dalam konsep AIDA. Ketertarikan ini berarti calon konsumen mulai mengumpulkan
informasi mengenai barang atau jasa yang ditawarkan. Untuk membangun minat,
penting untuk jelas menjelaskan keunggulan produk atau jasa kita dibandingkan
dengan yang lain. Sajikan profil barang atau jasa dengan lebih mendetail,
disertai dengan pesan-pesan positif dari konsumen yang telah menggunakan produk
kita. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan calon konsumen bahwa produk atau jasa
yang ditawarkan memiliki kualitas yang lebih baik dan berbeda dari produk lain
yang sudah ada di pasar. Selain itu, penggunaan visual yang menarik dan
informasi yang mudah diakses di media sosial juga dapat meningkatkan minat,
karena konsumen cenderung mencari informasi secara cepat dan efisien.
3.
Desire (Meningkatkan Hasrat)
Standar pemasaran dalam konsep AIDA berikutnya
adalah Desire, yang berarti adanya niat. Alat pemasaran yang digunakan melalui
media sosial akan lebih efektif jika dapat mendorong keinginan calon konsumen
untuk menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan. Persaingan di media sosial
sangat ketat, sehingga calon konsumen biasanya akan membandingkan beberapa produk
dari pesaing. Dalam tahap ini, penting untuk menciptakan narasi yang kuat dan
emosional yang dapat menghubungkan konsumen dengan produk. Misalnya,
menggunakan testimoni pelanggan yang menunjukkan bagaimana produk telah
memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah mereka dapat meningkatkan hasrat.
Selain itu, menciptakan rasa urgensi, seperti penawaran terbatas atau diskon
khusus, juga dapat mendorong konsumen untuk segera bertindak. Dengan menekankan
manfaat dan nilai tambah dari produk kita, kita dapat membangun keinginan yang
lebih kuat di benak konsumen, sehingga mereka merasa bahwa produk kita adalah
pilihan yang tepat untuk mereka. Dengan
kata lain, konsumen memerlukan dorongan atau motivasi untuk memilih membeli
produk kita. Oleh karena itu, penting untuk menekankan bahwa calon konsumen
benar-benar membutuhkan produk yang kita tawarkan.
4.
Action (Memotivasi Tindakan)
Proses
pemasaran dapat dianggap berhasil ketika respon calon konsumen mencapai tujuan,
yaitu melakukan pembelian. Dalam konsep AIDA, tahap ini disebut Action.
Penawaran nilai tambah sering kali menjadi pemicu bagi calon konsumen untuk
mengambil tindakan membeli. Namun, keberhasilan tidak berhenti di sini; penting
untuk terus menjaga kepuasan konsumen dan melakukan promosi secara berkelanjutan
agar dapat menarik lebih banyak pelanggan. Dalam era digital, kemudahan akses
dan kecepatan informasi sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan
konsumen. Oleh karena itu, penyediaan informasi yang jelas dan proses pembelian
yang mudah dapat meningkatkan kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian.
Selain itu, mengimplementasikan program loyalitas atau insentif bagi pelanggan
yang kembali juga dapat mendorong tindakan berulang. Saat ini, AIDA telah berkembang menjadi
AIDA(S), di mana S berarti Satisfaction (Kepuasan). Penting untuk menciptakan
dan mempertahankan pengalaman yang menyenangkan bagi pelanggan yang telah
menjadi konsumen, sehingga mereka mau membeli produk atau jasa kita lagi dan
merekomendasikannya kepada teman-teman mereka. Ini dapat memperluas bisnis
kita, karena word of mouth adalah salah satu metode iklan yang sangat efektif.
Metode ini mencerminkan loyalitas konsumen terhadap produk yang telah
memberikan kepuasan melalui pelayanan yang baik. Loyalitas ini memiliki nilai
yang tinggi. Dengan demikian, apapun metode pemasaran yang digunakan, tidak ada
artinya jika pelanggan tidak puas. Oleh karena itu, fokuslah untuk membuat
pelanggan puas, karena itulah tujuan utama dari setiap usaha untuk menyediakan
produk atau layanan yang berkualitas.
Kaitannya antara UMKM Askha
Keripik dengan komunikasi bisnis sangat erat, terutama dalam beberapa aspek
berikut:
1) Branding dan Identitas
Komunikasi bisnis membantu
Askha Keripik dalam membangun merek yang kuat. Melalui pesan yang konsisten,
visual yang menarik (seperti desain kemasan), dan cerita produk, UMKM dapat
menciptakan identitas yang mudah dikenali oleh konsumen.
2) Strategi Pemasaran
Komunikasi bisnis memainkan
peran penting dalam merancang strategi pemasaran yang efektif. Misalnya, konten
reels yang dibuat Askha Keripik dapat digunakan untuk menjangkau audiens di
media sosial, mempromosikan produk, dan menarik perhatian konsumen baru.
3) Interaksi dengan Konsumen
Melalui komunikasi yang
efektif, Askha Keripik dapat membangun hubungan yang baik dengan pelanggan. Ini
termasuk menjawab pertanyaan, menerima masukan, dan berinteraksi di platform
media sosial, yang semuanya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.
4) Kampanye Promosi
Komunikasi bisnis membantu
dalam merancang kampanye promosi yang menarik. Ini termasuk pengumuman tentang
produk baru, diskon, atau acara spesial yang dapat meningkatkan visibilitas dan
penjualan.
5) Pengumpulan Umpan Balik
Komunikasi yang baik
memungkinkan UMKM untuk mengumpulkan umpan balik dari pelanggan, yang penting
untuk pengembangan produk dan peningkatan kualitas layanan.
6) Pengembangan Jaringan
Melalui komunikasi yang
efektif, Askha Keripik dapat memperluas jaringan bisnisnya, berkolaborasi
dengan pemasok, distributor, atau bahkan bisnis lain untuk memperluas jangkauan
pasar.
Secara keseluruhan, komunikasi
bisnis yang efektif sangat penting bagi keberhasilan UMKM seperti Askha Keripik
dalam membangun merek, menjangkau pasar, dan berinteraksi dengan pelanggan.
KESIMPULAN
Asri, I. (2022). Strategi Komunikasi Organisasi Dalam
Membangun Semangat Kerja Pegawai Pusdiklat Tenaga Administasi Kemennterian
Agama RI. Ikon--Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 27(3), 267�285.
https://doi.org/10.37817/ikon.v27i3.2615
Baumgartner, R. J., & Rauter, R. (2017). Strategic
perspectives of corporate sustainability management to develop a sustainable
organization. Journal of Cleaner Production, 140, 81�92.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.04.146
Darliah, N., Hayadi, B. H., Yusuf, F. A., & Astutiningsih,
A. (2024). Optimalisasi Iso 9001: 2015 Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing
Agro Industri. Sindoro: Cendikia Pendidikan, 4(10), 41�51.
https://doi.org/10.9644/sindoro.v4i10.3630
Eggert, A., Ulaga, W., Frow, P., & Payne, A. (2018).
Conceptualizing and communicating value in business markets: From value in
exchange to value in use. Industrial Marketing Management, 69,
80�90. https://doi.org/10.1016/j.indmarman.2018.01.018
Islami, X., Mulolli, E., & Mustafa, N. (2018). Using
Management by Objectives as a performance appraisal tool for employee
satisfaction. Future Business Journal, 4(1), 94�108.
https://doi.org/10.1016/j.fbj.2018.01.001
Key, T. M., & Czaplewski, A. J. (2017). Upstream social
marketing strategy: An integrated marketing communications approach. Business
Horizons, 60(3), 325�333.
https://doi.org/10.1016/j.bushor.2017.01.006
Kumar, R., Sachan, A., & Mukherjee, A. (2017).
Qualitative approach to determine user experience of e-government services. Computers
in Human Behavior, 71, 299�306.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2017.02.023
Kustami, E., & Sulistiyono, E. (2023). Personalisasi
Pemasaran Email dalam Meningkatkan Program Loyalitas: Sebuah Konsep Komunikasi
Pemasaran. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi Dan Bisnis, 2(2),
74�87. https://doi.org/10.51903/jimeb.v2i2.606
Lee, J. Y.-H., Saunders, C., Panteli, N., & Wang, T.
(2021). Managing information sharing: Interorganizational communication in
collaborations with competitors. Information and Organization, 31(2),
100354. https://doi.org/10.1016/j.infoandorg.2021.100354
Lin, J. Y., Yang, Z., Li, Y., & Zhang, Y. (2022).
Development strategy and the MSMEs finance gap. Journal of Government and
Economics, 5, 100034. https://doi.org/10.1016/j.jge.2022.100034
Ndubisi, N. O., Zhai, X. A., & Lai, K. (2021). Small and
medium manufacturing enterprises and Asia�s sustainable economic development. International
Journal of Production Economics, 233, 107971.
https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2020.107971
Rahman, I. A., & Panuju, R. (2017). Strategi Komunikasi
Pemasaran Produk Fair N Pink Melalui Media Sosial Instagram. WACANA: Jurnal
Ilmiah Ilmu Komunikasi, 16(2), 214�224.
https://doi.org/10.32509/wacana.v16i2.26
Rahman, S., & Nurhadi, Z. F. (2023). Penerapan Strategi
Komunikasi Psikologi Sosial Program 5r Bidang Warehouse Pt. Puninar Yusen
Logistic Indonesia. Humantech: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 2(3),
534�543. https://doi.org/10.32670/ht.v2i3.2863
Schulz, P., Shehu, E., & Clement, M. (2019). When
consumers can return digital products: Influence of firm-and consumer-induced
communication on the returns and profitability of news articles. International
Journal of Research in Marketing, 36(3), 454�470.
https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2019.01.003
Shen, G. C.-C., Chiou, J.-S., Hsiao, C.-H., Wang, C.-H.,
& Li, H.-N. (2016). Effective marketing communication via social networking
site: The moderating role of the social tie. Journal of Business Research,
69(6), 2265�2270. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2015.12.040
Susilo, D. (2020). Strategi Komunikasi Pemasaran Produk
Deposito Online Bank Sinarmas Kantor Cabang Surabaya. PRecious: Public
Relations Journal, 1(1), 42�70. https://doi.org/10.24246/precious.v1i1.4193
Winata, A. (n.d.). Peran Komunikasi Bisnis Dalam Membantu
Perkembangan Umkm Tahu Payah.
Windusancono, B. A. (2021). Upaya Percepatan Pertumbuhan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Indonesia. Mimbar Administrasi
Fisip Untag Semarang, 18(1), 1�14.
https://doi.org/10.56444/mia.v18i1.557
|
� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |