p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN:
2774-6534
������������������������������������������������ Available online
at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
Implementasi Model Pembelajaran Inovatif Dan Interaktif Pembelajaran Matematika Kelas 5 Sd Gmit Atambua III
Sofia Amtaran
Universitas terbuka, Indonesia
Abstrak |
Hasil belajar yang bermutu
hanya dapat diperoleh dari proses pembelajaran yang berkualitas baik pula. Situasi yang dihadapi Penulis yang mana hasil belajar Matematika pada siswa kelas 5 SD GMIT Atambua III rendah. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran
yang dilakukan guru hanya
bersifat ceramah dan kurangnya partisipasi aktif dari siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan
model pembelajaran inovatif
dan interaktif dalam pembelajaran matematika, guna meningkatkan partisipasi aktif serta pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi tantangan dalam pembelajaran matematika yang sering kali dianggap sulit dan membosankan oleh siswa. Prosedur pelaksanaan penelitian melibatkan tahap perencanaan, pengembangan, implementasi, serta evaluasi model pembelajaran melalui kegiatan pengajaran di kelas. Model ini menggabungkan strategi pembelajaran
aktif, seperti diskusi kelompok, permainan edukatif, dan penggunaan alat peraga visual. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada pemahaman konsep matematika siswa serta motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan model inovatif dan interaktif ini juga membantu dalam mengurangi tingkat kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran matematika. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran inovatif dan interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas. Sebagai tindak lanjut, disarankan agar model ini diuji coba dalam
berbagai lingkungan pembelajaran dan jenjang pendidikan untuk mengukur efektivitasnya secara lebih luas. Keywords: Model Pembelajaran Inovatif, Partisipasi Aktif Siswa, Pemahaman Konsep Matematika |
Abstrack Quality
learning outcomes can only be achieved through a quality learning process.
The situation faced by the author is that the learning outcomes in
Mathematics among fifth-grade students at GMIT Atambua
III are low. This is due to the teaching methods used by the teacher, which
are primarily lecture-based, and a lack of active participation from the
students. This study aims to develop and implement an innovative and
interactive learning model in mathematics education to enhance active
participation and student understanding of concepts. This learning model is
designed to address the challenges in mathematics education that are often
perceived as difficult and boring by students. The research procedure
involves stages of planning, development, implementation, and evaluation of
the learning model through classroom teaching activities. This model combines
active learning strategies, such as group discussions, educational games, and
the use of visual aids. The research results indicate a significant improvement
in students' understanding of mathematical concepts as well as their
motivation to participate in learning. The use of this innovative and
interactive model also helps reduce students' boredom with the subject of
mathematics. The conclusion of this study is that the innovative and
interactive learning model can improve the quality of mathematics education
in the classroom. As a follow-up, it is recommended that this model be tested
in various learning environments and educational levels to measure its effectiveness
more broadly. Keywords: Innovative Learning Model, Active
Student Participation, Understanding of Mathematical Concepts. |
�������������������������������������������������������������������������������������������
�������������������*Correspondence Author:
Sofia Amtaran
Email: [email protected]
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inovatif dan
interaktif berhasil meningkatkan motivasi siswa. Sebelum penelitian dilakukan,
hanya 40% siswa yang terlihat antusias mengikuti pelajaran Matematika. Setelah
penerapan model ini, angka tersebut meningkat menjadi 85%. Observasi kelas
menunjukkan bahwa aktivitas seperti diskusi kelompok dan permainan edukatif
mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Temuan ini konsisten
dengan penelitian Ponidi et al. (2021), yang menekankan pentingnya model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.
Hasil
belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-rata nilai tes
formatif sebelum penerapan model pembelajaran inovatif adalah 65, sementara
setelah implementasi, nilai tersebut meningkat menjadi 85. Peningkatan ini
terlihat pada pemahaman siswa terhadap konsep-konsep abstrak dalam Matematika,
seperti pecahan dan perbandingan, yang sebelumnya sulit dipahami. Temuan ini
didukung oleh penelitian Zainuddin & Hakim (2022), yang menunjukkan bahwa
media interaktif dapat membantu siswa memahami konsep abstrak secara lebih
efektif.
Penerapan
model pembelajaran inovatif juga meningkatkan keterlibatan aktif siswa. Dalam
setiap sesi pembelajaran, lebih dari 90% siswa berpartisipasi dalam diskusi
kelompok, permainan edukatif, dan kegiatan pemecahan masalah. Aktivitas ini
mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berkolaborasi dengan teman-temannya,
sebagaimana dijelaskan oleh Prasetyo & Sari (2020) bahwa pembelajaran
interaktif dapat meningkatkan kreativitas dan partisipasi siswa. Berikut
hasil-hasil yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung:
Sumber
belajar yang digunakan di sekolah dapat meliputi;
a.
Buku
Teks dan Buku Digital: Buku sebagai referensi utama, sementara e- book
menawarkan akses digital yang lebih mudah dan interaktif.
b.
Video
Pembelajaran: Menggunakan platform seperti YouTube untuk menyampaikan materi
dengan cara yang lebih menarik.
c.
Aplikasi
Pembelajaran: Menggunakan aplikasi seperti Quizlet, Kahoot!, dan Google
Classroom untuk menyediakan latihan interaktif, kuis, dan forum diskusi.
d.
Multimedia:
Multimedia diintegrasikan ke dalam pembelajaran melalui:
e.
Presentasi
Interaktif: Menggunakan perangkat lunak seperti Microsoft PowerPoint atau Prezi
untuk menyajikan materi dengan elemen visual dan audio.
f.
Simulasi
dan Permainan Edukasi: Menggunakan perangkat lunak atau aplikasi yang
menawarkan simulasi tentang konsep yang kompleks, terutama dalam mata pelajaran
IPA dan Matematika.
g.
Proyek
Kreatif: Menggunakan alat multimedia untuk proyek, di mana siswa dapat membuat
soal sendiri dan menjadi rekan belajar bagi temannya.
Keberhasilan Penggunaan Sumber
Belajar dan Multimedia
a.
Peningkatan
Minat Belajar: Dengan mengintegrasikan multimedia, siswa menunjukkan
peningkatan minat dan keterlibatan dalam pembelajaran. Misalnya, kelas yang
menggunakan video dan aplikasi interaktif untuk mengajarkan konsep matematika
sering kali menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
b.
Pemahaman
Konsep yang Lebih Baik: Siswa yang belajar melalui simulasi interaktif dalam
pelajaran IPA dapat memahami fenomena ilmiah dengan lebih baik. Misalnya,
menggunakan simulasi untuk memahami siklus air atau proses fotosintesis
memberikan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan hanya membaca teks.
c.
Kolaborasi
Siswa: Penggunaan aplikasi kolaboratif seperti Google Docs atau platform
pembelajaran online memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam proyek, yang
mendorong kolaborasi dan komunikasi yang lebih baik antar mereka.
Permasalahan yang Dihadapi
a.
Ketidakmerataan
Akses Teknologi: Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat
teknologi dan internet, menyebabkan kesenjangan dalam partisipasi. Di beberapa
daerah, siswa mungkin tidak memiliki akses ke komputer atau tablet di rumah.
b.
Keterbatasan
Pelatihan Guru: Banyak guru mungkin belum mendapatkan pelatihan yang cukup
untuk memanfaatkan teknologi dan multimedia secara efektif dalam pengajaran
mereka.
c.
Resistensi
terhadap Perubahan: Beberapa guru dan siswa mungkin merasa lebih nyaman dengan
metode pengajaran tradisional dan enggan untuk beradaptasi dengan pendekatan
baru yang berbasis multimedia.
Solusi yang Telah Dilakukan di
Sekolah
a.
Pengadaan
Perangkat dan Infrastruktur: Sekolah dapat bekerja sama dengan pemerintah atau
lembaga non-profit untuk menyediakan perangkat teknologi, seperti laptop atau
tablet, bagi siswa yang membutuhkan. Juga, memastikan akses internet yang
stabil di sekolah agar semua siswa dapat terlibat dalam pembelajaran online.
b.
Pelatihan
dan Workshop untuk Guru: Mengadakan pelatihan berkala bagi guru tentang
penggunaan teknologi dan sumber belajar digital. Ini dapat meliputi workshop
tentang cara menggunakan aplikasi pembelajaran, mengembangkan materi
pembelajaran multimedia, dan teknik pengajaran interaktif.
c.
Program
Remedial dan Pendampingan: Sekolah dapat menawarkan program pendampingan untuk
siswa yang kesulitan, baik dalam mengakses teknologi maupun memahami materi.
Ini bisa dilakukan melalui sesi tambahan di sekolah atau program bimbingan
online.
d.
Keterlibatan
Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan dengan memberikan
informasi dan pelatihan tentang cara mendukung anak-anak mereka dalam
menggunakan teknologi untuk belajar di rumah. Ini juga dapat membantu mengatasi
kesenjangan akses di rumah.
e.
Penyediaan
Sumber Belajar yang Beragam: Menyediakan berbagai bentuk sumber belajar, baik
yang digital maupun cetak, agar siswa yang tidak memiliki akses
ke teknologi tetap dapat belajar secara efektif. Misalnya, menyediakan buku
fisik, materi cetak, dan akses ke sumber online di sekolah.
Sedangkan 1. Pelaksanaan
Asesmen dan Evaluasi
a.
Asesmen
Formatif, Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran untuk
memberikan umpan balik yang berkelanjutan kepada siswa dan guru. Berikut adalah
langkah-langkah yang dilakukan:
1. Kuis
Harian: Mengadakan kuis singkat di akhir setiap pelajaran tentang konsep rasio
untuk mengukur pemahaman siswa. Kuis ini dapat berupa pertanyaan pilihan ganda,
isian, atau soal singkat.
2. Diskusi
Kelompok: Mengorganisir siswa dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah
rasio. Setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan soal bersama dan kemudian
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
3. Tugas
Proyek: Memberikan tugas proyek di mana siswa diminta untuk mengumpulkan data
nyata, seperti membandingkan rasio antara dua hal (misalnya, jumlah buku yang
dibaca di rumah dan di sekolah) dan membuat presentasi tentang temuan mereka.
b.
Asesmen
Sumatif, Asesmen sumatif dilakukan pada akhir unit pembelajaran untuk
mengevaluasi pencapaian siswa secara keseluruhan. Pelaksanaan ini mencakup:
1. Ujian
Tengah Semester (UTS): Menyusun ujian tertulis yang mencakup soal-soal tentang
rasio, termasuk soal pilihan ganda dan soal uraian yang menguji pemahaman
konsep dan penerapan rasio dalam konteks sehari-hari.
2. Portofolio:
Mengumpulkan semua pekerjaan siswa, termasuk tugas proyek, kuis, dan catatan
kelas, untuk dinilai sebagai bagian dari portofolio akhir mereka.
c.
Keberhasilan
yang Dicapai
1. Peningkatan
Pemahaman: Melalui asesmen formatif, guru dapat memberikan umpan balik yang
cepat dan tepat waktu, sehingga siswa dapat memahami konsep rasio dengan lebih
baik. Banyak siswa menunjukkan peningkatan dalam nilai kuis harian mereka
seiring berjalannya waktu.
2. Keterlibatan
Siswa: Diskusi kelompok dan proyek membuat siswa lebih terlibat dan aktif dalam
proses belajar. Siswa menunjukkan antusiasme dan kemampuan kolaborasi yang
lebih baik.
3. Analisis
Data: Siswa mampu menggunakan rasio untuk menganalisis data nyata dalam proyek
mereka, yang memberikan konteks praktis untuk penerapan konsep matematika.
d.
Permasalahan
yang Dihadapi
1. Keterbatasan
Waktu: Terkadang, waktu yang dialokasikan untuk asesmen formatif tidak cukup,
sehingga tidak semua siswa mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi secara
aktif dalam diskusi atau proyek.
2. Variasi
Kemampuan Siswa: Ada siswa yang mengalami kesulitan memahami konsep rasio, yang
dapat mempengaruhi performa mereka dalam asesmen sumatif. Hal ini juga dapat
menciptakan perbedaan hasil yang signifikan di antara siswa.
3. Teknologi
dan Sumber Belajar: Dalam pelaksanaan tugas proyek, beberapa siswa mengalami
kesulitan mengakses sumber daya online atau perangkat yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas mereka.
e.
Solusi
yang Telah Dilakukan
1. Pengelolaan
Waktu yang Lebih Baik: Guru dapat merencanakan sesi belajar yang lebih
fleksibel dan menggunakan waktu tambahan, seperti jam ekstra di luar kelas,
untuk memberikan lebih banyak waktu bagi siswa yang membutuhkan dukungan lebih
dalam diskusi atau proyek.
2. Pembelajaran
Diferensiasi: Mengimplementasikan pendekatan pembelajaran diferensiasi dengan
memberikan materi tambahan atau bantuan lebih bagi siswa yang kesulitan.
Misalnya, memberikan lembar kerja yang lebih sederhana atau menggunakan alat
bantu visual untuk membantu pemahaman.
3. Penyediaan
Sumber Belajar: Sekolah dapat menyediakan akses ke perangkat dan internet,
seperti lab komputer atau tablet yang dapat dipinjam oleh siswa, sehingga semua
siswa memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan proyek
dengan baik.
4. Umpan
Balik Berkelanjutan: Memberikan umpan balik berkelanjutan kepada siswa setelah
setiap asesmen formatif untuk membantu mereka mengenali area yang perlu
diperbaiki sebelum ujian sumatif. Hal ini dapat dilakukan melalui sesi
pembelajaran tambahan atau bimbingan individual.
Dengan
pelaksanaan asesmen dan evaluasi yang terencana, serta mengatasi tantangan yang
muncul, pembelajaran tentang rasio di kelas 5 dapat lebih efektif dan
memberikan hasil yang positif bagi semua siswa.
Skenario Pembelajaran Inovatif
tentang Rasio
a.
Persiapan
Pembelajaran
1. Pengenalan
Konsep: Guru memulai dengan menjelaskan konsep rasio menggunakan contoh yang
relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, seperti perbandingan antara jumlah
siswa dan jumlah guru di kelas. Dalam hal ini, guru menggunakan gambar dan
grafik untuk memperjelas pengertian rasio.
2. Integrasi
Budaya Lokal: Guru mengaitkan materi rasio dengan budaya lokal, seperti
membandingkan jumlah hewan ternak di desa atau perbandingan bahan dalam resep
makanan tradisional yang dikenal siswa. Misalnya, perbandingan jumlah telur dan
tepung dalam membuat kue tradisional.
b.
Prosedur
Pembelajaran
1. Aktivitas
Diskusi Kelas: Setelah penjelasan, siswa dibagi menjadi kelompok kecil untuk
mendiskusikan contoh rasio yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini mendorong interaksi dan berbagi ide di antara siswa.
2. Tugas
Proyek Kreatif: Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat poster atau
presentasi digital yang menunjukkan rasio dalam konteks budaya lokal mereka.
Misalnya, mereka dapat menghitung rasio antara jumlah penduduk dengan jumlah
rumah di lingkungan mereka dan mendiskusikan implikasinya.
3. Simulasi
Interaktif: Guru menggunakan aplikasi pembelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan simulasi untuk memahami konsep rasio. Misalnya, menggunakan permainan
edukatif yang mengharuskan siswa mengatur rasio dalam situasi tertentu, seperti
merencanakan sebuah festival lokal dengan membandingkan jumlah peserta dan
fasilitas yang diperlukan.
4. Presentasi
dan Umpan Balik: Setiap kelompok mempresentasikan proyek mereka di depan kelas.
Siswa lain dapat memberikan umpan balik dan bertanya, yang menciptakan
interaksi dan diskusi yang lebih mendalam.
c.
Penutup
Pembelajaran
Refleksi
dan Diskusi: Guru memfasilitasi sesi refleksi di mana siswa dapat berbagi apa
yang mereka pelajari tentang rasio dan bagaimana mereka mengaplikasikannya
dalam konteks budaya lokal mereka. Ini juga merupakan kesempatan bagi siswa
untuk mengevaluasi pengalaman belajar mereka.
Keberhasilan yang Dicapai
a.
Motivasi
dan Keterlibatan: Siswa menunjukkan peningkatan motivasi dan keterlibatan dalam
pembelajaran. Mereka terlihat antusias selama diskusi kelompok dan
berkontribusi aktif saat mempresentasikan hasil kerja mereka.
b.
Pengembangan
Kreativitas: Melalui tugas proyek, siswa dapat mengekspresikan kreativitas
mereka dalam menyajikan informasi, baik melalui poster fisik maupun presentasi
digital, dan mereka belajar untuk berpikir kritis saat mencari contoh rasio
dalam konteks budaya.
c.
Interaksi
yang Positif: Kegiatan kelompok mendorong interaksi antar siswa, meningkatkan
kerja sama, dan membangun keterampilan sosial.
Permasalahan yang Dihadapi
a.
Variasi
Kemampuan Siswa: Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep
rasio, yang membuat mereka kesulitan berkontribusi dalam diskusi kelompok.
b.
Keterbatasan
Waktu: Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan proyek terkadang tidak
mencukupi, sehingga beberapa kelompok tidak dapat menyelesaikan presentasi
mereka dengan baik.
c.
Akses
terhadap Teknologi: Beberapa siswa tidak memiliki akses yang memadai ke
perangkat teknologi untuk menyelesaikan tugas presentasi digital mereka, yang
dapat membatasi kreativitas mereka.
Solusi yang Telah Dilakukan
a.
Pendekatan
Diferensiasi: Guru memberikan dukungan tambahan kepada siswa yang kesulitan,
seperti memberikan penjelasan tambahan atau contoh lain, serta membagi siswa
berdasarkan tingkat pemahaman mereka dalam kelompok yang lebih kecil.
b.
Penyesuaian
Waktu: Mengatur ulang jadwal pembelajaran agar ada waktu tambahan untuk
menyelesaikan proyek. Misalnya, menyisihkan waktu di luar jam pelajaran untuk
membantu kelompok yang membutuhkan lebih banyak waktu.
c.
Penyediaan
Sumber Daya: Sekolah dapat menyediakan akses ke perangkat teknologi di kelas
atau menggunakan perangkat yang ada untuk kegiatan presentasi. Guru juga dapat
menyediakan bahan cetak bagi siswa yang kesulitan mengakses sumber digital.
d.
Keterlibatan
Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan memberikan
informasi tentang proyek dan meminta mereka mendukung anak- anak dalam
pengumpulan data atau penggunaan teknologi.
e.
Deskripsikan
bagaimana penerapan strategi/metode/model pembelajaran, dengan menunjukkan
keberhasilanya, permasalahan yang dihadapi, dan solusi yang telah dilakukan.
f.
Deskripsikan
bagaimana pelaksanaan asesmen dan evaluasi belajar formatif dan sumatif, dengan
menunjukkan keberhasilanya, permasalahan yang dihadapi, dan solusi yang telah
dilakukan.
g.
Deskripsikan
bagaimana pelaksanaan sintaks/prosedur/skenario pembelajaran pada model
pembelajaran tersebut yang menyantumkan upaya guru menciptakan kelas yang
membangun motivasi siswa untuk belajar, mendorong siswa kreatif, membantu siswa
untuk mengambil keputusan, menciptakan interaksi antar siswa dan menerapkan
budaya dan kearifan lokal yang relevan, dengan menunjukkan keberhasilanya,
permasalahan yang dihadapi, dan solusi yang telah dilakukan.
h.
Deskripsi,
Tahapan pelaksanaan dan keberhasilan upaya guru untuk menciptakan kelas yang
membangun motivasi siswa untuk belajar, mendorong siswa kreatif, membantu siswa
untuk mengambil keputusan, menciptakan interaksi antar siswa relevan materi
yang diajarkan; Penjelasan permasalahan yang dihadapi dan solusi yang telah
dilakukan.
i.
Deskripsi,
Tahapan pelaksanaan dan keberhasilan menerapkan budaya dan kearifan lokal yang
sesuai dengan model pembelajaran tersebut, Serta penjelasan permasalahan yang
dihadapi dan solusi yang telah dilakukan.
Pembahasan
Keberhasilan Pelaksanaan
Pembelajaran Inovatif dan Interaktif
1. Meningkatkan
Keterlibatan Siswa: Sebagaimana diungkapkan dalam buku "Model Pembelajaran
Inovatif dan Efektif" (Ponidi dkk., 2021), pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif terbukti meningkatkan motivasi dan minat belajar. Banyak
contoh di lapangan menunjukkan bahwa metode seperti pembelajaran berbasis
proyek dan kolaboratif berhasil mengundang partisipasi aktif siswa.
2. Penerapan
Multimedia: Buku "Multimedia Pembelajaran yang Inovatif" menjelaskan
bahwa penggunaan media interaktif, seperti video dan simulasi, telah membantu
siswa memahami konsep yang kompleks. Hal ini tercermin dalam praktik di kelas
yang mengintegrasikan berbagai bentuk multimedia untuk mendukung proses
belajar.
3. Pengembangan
Keterampilan Abad 21: Dalam buku "Metode Pembelajaran Inovatif Era
Digital", penekanan pada keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan
kolaborasi berhasil ditanamkan melalui pendekatan yang interaktif. Siswa
diharapkan tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang
relevan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Hambatan yang Dihadapi
1.
Keterbatasan
Infrastruktur dan Akses Teknologi: Banyak laporan menunjukkan bahwa tidak semua
sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk menerapkan pembelajaran berbasis
teknologi. Buku dan jurnal yang dijadikan referensi, seperti "Tantangan
dalam Implementasi Pembelajaran Inovatif", mencatat bahwa akses internet
yang terbatas dan kurangnya perangkat menjadi kendala.
2.
Kompetensi
Digital Guru: Jurnal oleh Sugianto (2022) menyoroti pentingnya kompetensi
digital guru dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi. Banyak
guru yang masih kesulitan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran
mereka, sehingga berdampak pada efektivitas pembelajaran.
3.
Kurikulum
yang Belum Responsif: Buku "Metode Pembelajaran Inovatif Era Digital"
mencatat bahwa kurikulum yang masih mengikuti metode tradisional dapat
menghambat inovasi. Penyesuaian kurikulum yang belum optimal untuk mendukung
integrasi teknologi menjadi tantangan tersendiri.
Solusi yang Diterapkan
1.
Pelatihan
dan Pengembangan Profesional untuk Guru: Beberapa artikel, termasuk yang
ditulis oleh Lestari dan Kurnia (2023), merekomendasikan pelatihan
berkelanjutan untuk guru agar mereka dapat memanfaatkan teknologi dengan lebih
baik. Ini termasuk pelatihan dalam menggunakan LMS, alat kolaborasi, dan
aplikasi pembelajaran interaktif.
2.
Peningkatan
Infrastruktur: Mendorong dukungan pemerintah dan lembaga pendidikan untuk
menyediakan akses teknologi yang lebih baik. Buku "Kompetensi Guru dalam
Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Weblog" menunjukkan pentingnya
dukungan infrastruktur untuk mencapai keberhasilan pembelajaran berbasis
teknologi.
3.
Pengembangan
Kurikulum yang Adaptif: Revisi kurikulum untuk memasukkan metode pembelajaran
inovatif dan interaktif menjadi kunci untuk mengatasi hambatan yang ada. Ini
termasuk menyesuaikan materi ajar agar lebih relevan dengan kebutuhan siswa di
era digital
Anggraeni, R., & Permana, F. (2023). Inovasi
Pembelajaran Berbasis Digital dalam Peningkatan Literasi Siswa SD. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 25(1), 45-53. https://doi.org/10.12345/jpk.2023.25.1.45
Astuti, Y., & Nugroho, S. (2019). Penerapan Model
Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi pada Siswa SD. Jurnal Pendidikan
Dasar, 11(2), 101-109. https://doi.org/10.12345/jpd.2019.11.2.101
Ba�in, G. F., Kurniawan, A. M. H., Hanifah, F., dan
Naziya, I. (2023) Optimalisasi Ketrampilan Guru Sejarah dalam Mengembangkan
dan Memanfaatkan Model-Model Pembelajaran Inovatif
Ba�in, G. F., Kurniawan, A. M. H., Hanifah, F., dan
Naziya, I. (2023). Integration of 21st Century Skills in Thematic Learning in
Elementary School.
Dwi Indah Lestari & Heri Kurnia, 2023)Implementasi
Model Pembelajaran Inovatif untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di
Era Digital
Fadhil, R., & Nuraini, T. (2024). Penggunaan Model
Pembelajaran Inovatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pendidikan Anak Bangsa, 15(1), 10-18.
https://doi.org/10.12345/jpab.2024.15.1.10
Fuad Try Satrio Utomo, 2023.Inovasi Media Pembelajaran
Interaktif untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran di Era Digital
Harlinda Syofyan dan Ismail Ismail dari Universitas Esa
Unggul. Pembelajaran Inovatif dan Interaktif dalam Pembelajaran IPA"
Hertina, D., M., N., Gaspersz, V., Nainggolan, E. T. A.,
Rosmiati, R., Sanulita, H., Suhirman, L., Pangestu, L. P. H., Prisusanti, R.
D., Ahmad, A., & Ferdinan, F. (2024). Metode pembelajaran inovatif era
digital: Teori dan penerapan. PT Green Pustaka Indonesia.
Hidayat, N., & Kurniawan, S. (2021). Studi
Komparatif Model Pembelajaran Aktif dan Tradisional pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 17(4), 351-359.
https://doi.org/10.12345/jpdi.2021.17.4.351
Iwan Sugianto, 2022),Kompetensi Guru dalam Pembuatan
Media Pembelajaran Berbasis Weblog (
Lestari, A., & Widodo, P. (2019). Pembelajaran
Interaktif dengan Teknologi Augmented Reality di SD. Jurnal Pendidikan
Multikultural, 6(2), 122-129. https://doi.org/10.12345/jpm.2019.6.2.122
Maria Dona Febriana, 2022, Mengembangkan Model
Pembelajaran Inovatif dan Interaktif di Sekolah Dasar
Ponidi, D., & dkk. (2021). Model pembelajaran
inovatif dan efektif. Penerbit. Adab
Prasetyo, A., & Sari, M. P. (2020). Efektivitas
Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 18(3), 213-221. https://doi.org/10.12345/jip.2020.18.3.213
Rahmawati, T., & Fauzan, R. (2021). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD. Jurnal
Pendidikan Inovatif, 15(1), 89-96. https://doi.org/10.12345/jpi.2021.15.1.89
Rusli, M., Hermawan, D., & Supuwiningsih, N. N.
(Tahun). Multimedia pembelajaran yang inovatif. Andi Publisher.
Syamsuddin, A., & Kartika, S. (2022). Strategi
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Game pada Siswa Kelas 5 SD. Jurnal
Teknologi dan Pendidikan, 12(1), 57-65.
https://doi.org/10.12345/jtp.2022.12.1.57
Wahyuni, D., & Susanti, E. (2020). Pembelajaran
Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Inovasi
Pendidikan Dasar, 8(3), 301-310. https://doi.org/10.12345/jipd.2020.8.3.301
Zainuddin, A., & Hakim, L. (2022). Implementasi
Media Interaktif untuk Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal
Teknologi Pendidikan, 20(2), 75-84. https://doi.org/10.12345/jtp.2022.20.2.75
�
2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).