Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Desember 2024, 4 (12), 1315-1325

p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534

 

 

������������������������������������������������ Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index

 

Implementasi Model Pembelajaran Inovatif Dan Interaktif Pembelajaran Matematika Kelas 5 Sd Gmit Atambua III

 

Sofia Amtaran

Universitas terbuka, Indonesia

[email protected]

 

Abstrak

Hasil belajar yang bermutu hanya dapat diperoleh dari proses pembelajaran yang berkualitas baik pula. Situasi yang dihadapi Penulis yang mana hasil belajar Matematika pada siswa kelas 5 SD GMIT Atambua III rendah. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan guru hanya bersifat ceramah dan kurangnya partisipasi aktif dari siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran inovatif dan interaktif dalam pembelajaran matematika, guna meningkatkan partisipasi aktif serta pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi tantangan dalam pembelajaran matematika yang sering kali dianggap sulit dan membosankan oleh siswa. Prosedur pelaksanaan penelitian melibatkan tahap perencanaan, pengembangan, implementasi, serta evaluasi model pembelajaran melalui kegiatan pengajaran di kelas. Model ini menggabungkan strategi pembelajaran aktif, seperti diskusi kelompok, permainan edukatif, dan penggunaan alat peraga visual. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada pemahaman konsep matematika siswa serta motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan model inovatif dan interaktif ini juga membantu dalam mengurangi tingkat kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran matematika. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran inovatif dan interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas. Sebagai tindak lanjut, disarankan agar model ini diuji coba dalam berbagai lingkungan pembelajaran dan jenjang pendidikan untuk mengukur efektivitasnya secara lebih luas.

 

Keywords: Model Pembelajaran Inovatif, Partisipasi Aktif Siswa, Pemahaman Konsep Matematika

Abstrack

Quality learning outcomes can only be achieved through a quality learning process. The situation faced by the author is that the learning outcomes in Mathematics among fifth-grade students at GMIT Atambua III are low. This is due to the teaching methods used by the teacher, which are primarily lecture-based, and a lack of active participation from the students. This study aims to develop and implement an innovative and interactive learning model in mathematics education to enhance active participation and student understanding of concepts. This learning model is designed to address the challenges in mathematics education that are often perceived as difficult and boring by students. The research procedure involves stages of planning, development, implementation, and evaluation of the learning model through classroom teaching activities. This model combines active learning strategies, such as group discussions, educational games, and the use of visual aids. The research results indicate a significant improvement in students' understanding of mathematical concepts as well as their motivation to participate in learning. The use of this innovative and interactive model also helps reduce students' boredom with the subject of mathematics. The conclusion of this study is that the innovative and interactive learning model can improve the quality of mathematics education in the classroom. As a follow-up, it is recommended that this model be tested in various learning environments and educational levels to measure its effectiveness more broadly.

 

Keywords: Innovative Learning Model, Active Student Participation, Understanding of Mathematical Concepts.

������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������*Correspondence Author: Sofia Amtaran

Email: [email protected]

 

INTRODUCTION

Pendidikan dasar memainkan peran penting dalam membangun pondasi kemampuan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Dalam era globalisasi dan digitalisasi, terdapat kebutuhan yang mendesak untuk mengembangkan model pembelajaran yang inovatif dan interaktif untuk menghadapi tantangan abad ke-21 (Astuti & Nugroho, 2019). Sistem pendidikan global saat ini mendorong siswa untuk tidak hanya menguasai pengetahuan tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi, yang dikenal sebagai keterampilan abad ke-21 (Ba�in, 2023).


 

Di Indonesia, pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk metode pengajaran yang monoton, minimnya pemanfaatan teknologi, serta kurangnya pendekatan interaktif dalam proses pembelajaran (Hertina, 2024). Berdasarkan penelitian Wahyuni & Susanti (2020), pendekatan pembelajaran konvensional yang bersifat teacher-centered sering kali mengurangi partisipasi aktif siswa, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran inovatif menjadi sangat penting untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Isu global dalam pendidikan mencakup transformasi paradigma dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis teknologi dan interaktivitas. Negara-negara maju seperti Finlandia dan Korea Selatan telah sukses mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan efektif (Fuad T, 2023). Di sisi lain, negara berkembang termasuk Indonesia menghadapi kendala seperti kurangnya infrastruktur teknologi dan kompetensi guru dalam memanfaatkan media digital (Iwan S, 2022).

Menurut Hertina, (2024), teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan, tetapi implementasi di Indonesia masih terbatas. Salah satu solusi adalah melalui pelatihan guru untuk menguasai keterampilan teknologi dan penerapan model pembelajaran inovatif berbasis teknologi (Ba�in et al., 2023). Penelitian Prasetyo & Sari (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran interaktif berbasis teknologi dapat meningkatkan kreativitas siswa hingga 35% dibandingkan metode konvensional.

Di tingkat SD, tantangan spesifik mencakup kurangnya variasi dalam model pembelajaran yang digunakan. Penelitian Rahmawati & Fauzan (2021) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD hingga 40%, tetapi implementasinya masih terbatas karena kurangnya pelatihan bagi guru. Selain itu, pendekatan pembelajaran berbasis teknologi seperti augmented reality (AR) juga belum banyak diterapkan di Indonesia (Lestari & Widodo, 2019).

SD GMIT Atambua III merupakan salah satu sekolah dasar yang menghadapi kendala serupa. Berdasarkan observasi awal, sebagian besar metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional, yang mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran inovatif dan interaktif diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran inovatif tidak hanya relevan tetapi juga mendesak untuk memenuhi tuntutan pendidikan abad ke-21. Menurut Ponidi et al. (2021), pembelajaran inovatif dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, meningkatkan motivasi siswa, dan mendorong mereka untuk aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian Hidayat & Kurniawan (2021) menunjukkan bahwa pembelajaran aktif berbasis teknologi mampu meningkatkan hasil belajar siswa hingga 50% dibandingkan metode tradisional.

Selain itu, Anggraeni & Permana (2023) mengungkapkan bahwa inovasi dalam pembelajaran berbasis digital dapat meningkatkan literasi siswa, yang merupakan salah satu kompetensi penting di era digital. Penelitian ini sejalan dengan hasil studi Zainuddin & Hakim (2022), yang menunjukkan bahwa media interaktif dapat membantu siswa memahami konsep-konsep abstrak dalam pelajaran Matematika.

Tinjauan pustaka ini mengacu pada berbagai penelitian terkait penerapan model pembelajaran inovatif dan interaktif. Menurut Rusli et al. (2023), penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi siswa hingga 60%. Sementara itu, Hertina et al. (2024) menyoroti pentingnya integrasi teknologi dalam pembelajaran untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif.

Penelitian Maria Dona Febriana (2022) mengungkapkan bahwa model pembelajaran inovatif yang diterapkan di SD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan. Selain itu, Dwi Indah Lestari & Heri Kurnia (2023) menunjukkan bahwa pelatihan guru dalam menggunakan model pembelajaran inovatif sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi profesional mereka.

Penelitian ini menawarkan pembaharuan dalam konteks penerapan model pembelajaran inovatif di SD GMIT Atambua III. Sebelumnya, penelitian lebih banyak berfokus pada penggunaan teknologi dalam skala besar di sekolah perkotaan (Astuti & Nugroho, 2019). Namun, penelitian ini mencoba mengeksplorasi penerapan model pembelajaran di lingkungan pedesaan, yang memiliki keterbatasan infrastruktur.

Selain itu, penelitian ini memanfaatkan berbagai model pembelajaran interaktif, termasuk pembelajaran berbasis proyek dan game-based learning, yang jarang diterapkan di sekolah dasar di Indonesia (Syamsuddin & Kartika, 2022). Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi baru dalam pengembangan metode pembelajaran di lingkungan yang kurang mendukung teknologi.

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis efektivitas penerapan model pembelajaran inovatif dan interaktif di SD GMIT Atambua III. Mengidentifikasi kendala dan peluang dalam penerapan model pembelajaran ini di lingkungan sekolah dasar. Memberikan rekomendasi bagi guru dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan model pembelajaran inovatif. Dengan mengintegrasikan berbagai pendekatan inovatif, penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi praktis bagi para pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan efektif.

Secara keseluruhan, penerapan model pembelajaran inovatif dan interaktif merupakan langkah strategis untuk menghadapi tantangan pendidikan di era digital. Dengan memanfaatkan referensi dari berbagai penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SD GMIT Atambua III. Penerapan teknologi dan pendekatan pembelajaran yang relevan tidak hanya akan meningkatkan hasil belajar siswa tetapi juga membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan menarik.

 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran inovatif dan interaktif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan dukungan data kuantitatif untuk mengukur efektivitas penerapan model pembelajaran. Menurut Ponidi et al. (2021), penelitian tindakan kelas efektif untuk mengevaluasi dan meningkatkan praktik pembelajaran di lingkungan sekolah dasar.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SD GMIT Atambua III, dengan total siswa sebanyak 30 orang. Sampel diambil secara keseluruhan (total sampling), karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seluruh populasi dalam konteks implementasi model pembelajaran (Hertina et al., 2024).

Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, tes formatif, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengamati keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sementara wawancara dilakukan untuk mendapatkan perspektif siswa dan guru terkait pembelajaran. Tes formatif digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan, sebagaimana disarankan oleh Lestari & Kurnia (2023). Dokumentasi mencakup foto kegiatan dan hasil kerja siswa sebagai bahan pendukung analisis.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk menginterpretasikan data observasi dan wawancara, serta analisis kuantitatif sederhana untuk data hasil tes formatif. Data dianalisis dalam empat tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi, dan penarikan kesimpulan (Rusli et al., 2023). Proses analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang efektivitas dan kendala dalam penerapan model pembelajaran inovatif dan interaktif.�������� �

 

���������� HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inovatif dan interaktif berhasil meningkatkan motivasi siswa. Sebelum penelitian dilakukan, hanya 40% siswa yang terlihat antusias mengikuti pelajaran Matematika. Setelah penerapan model ini, angka tersebut meningkat menjadi 85%. Observasi kelas menunjukkan bahwa aktivitas seperti diskusi kelompok dan permainan edukatif mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Temuan ini konsisten dengan penelitian Ponidi et al. (2021), yang menekankan pentingnya model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.

Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-rata nilai tes formatif sebelum penerapan model pembelajaran inovatif adalah 65, sementara setelah implementasi, nilai tersebut meningkat menjadi 85. Peningkatan ini terlihat pada pemahaman siswa terhadap konsep-konsep abstrak dalam Matematika, seperti pecahan dan perbandingan, yang sebelumnya sulit dipahami. Temuan ini didukung oleh penelitian Zainuddin & Hakim (2022), yang menunjukkan bahwa media interaktif dapat membantu siswa memahami konsep abstrak secara lebih efektif.

Penerapan model pembelajaran inovatif juga meningkatkan keterlibatan aktif siswa. Dalam setiap sesi pembelajaran, lebih dari 90% siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok, permainan edukatif, dan kegiatan pemecahan masalah. Aktivitas ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berkolaborasi dengan teman-temannya, sebagaimana dijelaskan oleh Prasetyo & Sari (2020) bahwa pembelajaran interaktif dapat meningkatkan kreativitas dan partisipasi siswa. Berikut hasil-hasil yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung:

Sumber belajar yang digunakan di sekolah dapat meliputi;

a.       Buku Teks dan Buku Digital: Buku sebagai referensi utama, sementara e- book menawarkan akses digital yang lebih mudah dan interaktif.

b.       Video Pembelajaran: Menggunakan platform seperti YouTube untuk menyampaikan materi dengan cara yang lebih menarik.

c.       Aplikasi Pembelajaran: Menggunakan aplikasi seperti Quizlet, Kahoot!, dan Google Classroom untuk menyediakan latihan interaktif, kuis, dan forum diskusi.

d.       Multimedia: Multimedia diintegrasikan ke dalam pembelajaran melalui:

e.       Presentasi Interaktif: Menggunakan perangkat lunak seperti Microsoft PowerPoint atau Prezi untuk menyajikan materi dengan elemen visual dan audio.

f.        Simulasi dan Permainan Edukasi: Menggunakan perangkat lunak atau aplikasi yang menawarkan simulasi tentang konsep yang kompleks, terutama dalam mata pelajaran IPA dan Matematika.

g.       Proyek Kreatif: Menggunakan alat multimedia untuk proyek, di mana siswa dapat membuat soal sendiri dan menjadi rekan belajar bagi temannya.

 

Keberhasilan Penggunaan Sumber Belajar dan Multimedia

 

a.       Peningkatan Minat Belajar: Dengan mengintegrasikan multimedia, siswa menunjukkan peningkatan minat dan keterlibatan dalam pembelajaran. Misalnya, kelas yang menggunakan video dan aplikasi interaktif untuk mengajarkan konsep matematika sering kali menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.

b.       Pemahaman Konsep yang Lebih Baik: Siswa yang belajar melalui simulasi interaktif dalam pelajaran IPA dapat memahami fenomena ilmiah dengan lebih baik. Misalnya, menggunakan simulasi untuk memahami siklus air atau proses fotosintesis memberikan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan hanya membaca teks.

c.       Kolaborasi Siswa: Penggunaan aplikasi kolaboratif seperti Google Docs atau platform pembelajaran online memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam proyek, yang mendorong kolaborasi dan komunikasi yang lebih baik antar mereka.

 

Permasalahan yang Dihadapi

 

a.       Ketidakmerataan Akses Teknologi: Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan internet, menyebabkan kesenjangan dalam partisipasi. Di beberapa daerah, siswa mungkin tidak memiliki akses ke komputer atau tablet di rumah.

b.       Keterbatasan Pelatihan Guru: Banyak guru mungkin belum mendapatkan pelatihan yang cukup untuk memanfaatkan teknologi dan multimedia secara efektif dalam pengajaran mereka.

c.       Resistensi terhadap Perubahan: Beberapa guru dan siswa mungkin merasa lebih nyaman dengan metode pengajaran tradisional dan enggan untuk beradaptasi dengan pendekatan baru yang berbasis multimedia.

 

Solusi yang Telah Dilakukan di Sekolah

 

a.       Pengadaan Perangkat dan Infrastruktur: Sekolah dapat bekerja sama dengan pemerintah atau lembaga non-profit untuk menyediakan perangkat teknologi, seperti laptop atau tablet, bagi siswa yang membutuhkan. Juga, memastikan akses internet yang stabil di sekolah agar semua siswa dapat terlibat dalam pembelajaran online.

b.       Pelatihan dan Workshop untuk Guru: Mengadakan pelatihan berkala bagi guru tentang penggunaan teknologi dan sumber belajar digital. Ini dapat meliputi workshop tentang cara menggunakan aplikasi pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran multimedia, dan teknik pengajaran interaktif.

c.       Program Remedial dan Pendampingan: Sekolah dapat menawarkan program pendampingan untuk siswa yang kesulitan, baik dalam mengakses teknologi maupun memahami materi. Ini bisa dilakukan melalui sesi tambahan di sekolah atau program bimbingan online.

d.       Keterlibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan dengan memberikan informasi dan pelatihan tentang cara mendukung anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi untuk belajar di rumah. Ini juga dapat membantu mengatasi kesenjangan akses di rumah.

e.       Penyediaan Sumber Belajar yang Beragam: Menyediakan berbagai bentuk sumber belajar, baik yang digital maupun cetak, agar siswa yang tidak memiliki akses ke teknologi tetap dapat belajar secara efektif. Misalnya, menyediakan buku fisik, materi cetak, dan akses ke sumber online di sekolah.

 

Sedangkan 1. Pelaksanaan Asesmen dan Evaluasi

 

a.       Asesmen Formatif, Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik yang berkelanjutan kepada siswa dan guru. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan:

1.       Kuis Harian: Mengadakan kuis singkat di akhir setiap pelajaran tentang konsep rasio untuk mengukur pemahaman siswa. Kuis ini dapat berupa pertanyaan pilihan ganda, isian, atau soal singkat.

2.       Diskusi Kelompok: Mengorganisir siswa dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah rasio. Setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan soal bersama dan kemudian mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

3.       Tugas Proyek: Memberikan tugas proyek di mana siswa diminta untuk mengumpulkan data nyata, seperti membandingkan rasio antara dua hal (misalnya, jumlah buku yang dibaca di rumah dan di sekolah) dan membuat presentasi tentang temuan mereka.

 

b.       Asesmen Sumatif, Asesmen sumatif dilakukan pada akhir unit pembelajaran untuk mengevaluasi pencapaian siswa secara keseluruhan. Pelaksanaan ini mencakup:

1.       Ujian Tengah Semester (UTS): Menyusun ujian tertulis yang mencakup soal-soal tentang rasio, termasuk soal pilihan ganda dan soal uraian yang menguji pemahaman konsep dan penerapan rasio dalam konteks sehari-hari.

2.       Portofolio: Mengumpulkan semua pekerjaan siswa, termasuk tugas proyek, kuis, dan catatan kelas, untuk dinilai sebagai bagian dari portofolio akhir mereka.

 

c.       Keberhasilan yang Dicapai

1.       Peningkatan Pemahaman: Melalui asesmen formatif, guru dapat memberikan umpan balik yang cepat dan tepat waktu, sehingga siswa dapat memahami konsep rasio dengan lebih baik. Banyak siswa menunjukkan peningkatan dalam nilai kuis harian mereka seiring berjalannya waktu.

2.       Keterlibatan Siswa: Diskusi kelompok dan proyek membuat siswa lebih terlibat dan aktif dalam proses belajar. Siswa menunjukkan antusiasme dan kemampuan kolaborasi yang lebih baik.

3.       Analisis Data: Siswa mampu menggunakan rasio untuk menganalisis data nyata dalam proyek mereka, yang memberikan konteks praktis untuk penerapan konsep matematika.

 

d.       Permasalahan yang Dihadapi

1.       Keterbatasan Waktu: Terkadang, waktu yang dialokasikan untuk asesmen formatif tidak cukup, sehingga tidak semua siswa mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam diskusi atau proyek.

2.       Variasi Kemampuan Siswa: Ada siswa yang mengalami kesulitan memahami konsep rasio, yang dapat mempengaruhi performa mereka dalam asesmen sumatif. Hal ini juga dapat menciptakan perbedaan hasil yang signifikan di antara siswa.

3.       Teknologi dan Sumber Belajar: Dalam pelaksanaan tugas proyek, beberapa siswa mengalami kesulitan mengakses sumber daya online atau perangkat yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas mereka.

 

e.       Solusi yang Telah Dilakukan

1.       Pengelolaan Waktu yang Lebih Baik: Guru dapat merencanakan sesi belajar yang lebih fleksibel dan menggunakan waktu tambahan, seperti jam ekstra di luar kelas, untuk memberikan lebih banyak waktu bagi siswa yang membutuhkan dukungan lebih dalam diskusi atau proyek.

2.       Pembelajaran Diferensiasi: Mengimplementasikan pendekatan pembelajaran diferensiasi dengan memberikan materi tambahan atau bantuan lebih bagi siswa yang kesulitan. Misalnya, memberikan lembar kerja yang lebih sederhana atau menggunakan alat bantu visual untuk membantu pemahaman.

3.       Penyediaan Sumber Belajar: Sekolah dapat menyediakan akses ke perangkat dan internet, seperti lab komputer atau tablet yang dapat dipinjam oleh siswa, sehingga semua siswa memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan proyek dengan baik.

4.       Umpan Balik Berkelanjutan: Memberikan umpan balik berkelanjutan kepada siswa setelah setiap asesmen formatif untuk membantu mereka mengenali area yang perlu diperbaiki sebelum ujian sumatif. Hal ini dapat dilakukan melalui sesi pembelajaran tambahan atau bimbingan individual.

 

Dengan pelaksanaan asesmen dan evaluasi yang terencana, serta mengatasi tantangan yang muncul, pembelajaran tentang rasio di kelas 5 dapat lebih efektif dan memberikan hasil yang positif bagi semua siswa.

 

Skenario Pembelajaran Inovatif tentang Rasio

a.       Persiapan Pembelajaran

1.       Pengenalan Konsep: Guru memulai dengan menjelaskan konsep rasio menggunakan contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, seperti perbandingan antara jumlah siswa dan jumlah guru di kelas. Dalam hal ini, guru menggunakan gambar dan grafik untuk memperjelas pengertian rasio.

2.       Integrasi Budaya Lokal: Guru mengaitkan materi rasio dengan budaya lokal, seperti membandingkan jumlah hewan ternak di desa atau perbandingan bahan dalam resep makanan tradisional yang dikenal siswa. Misalnya, perbandingan jumlah telur dan tepung dalam membuat kue tradisional.

 

b.       Prosedur Pembelajaran

1.       Aktivitas Diskusi Kelas: Setelah penjelasan, siswa dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan contoh rasio yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mendorong interaksi dan berbagi ide di antara siswa.

2.       Tugas Proyek Kreatif: Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat poster atau presentasi digital yang menunjukkan rasio dalam konteks budaya lokal mereka. Misalnya, mereka dapat menghitung rasio antara jumlah penduduk dengan jumlah rumah di lingkungan mereka dan mendiskusikan implikasinya.

3.       Simulasi Interaktif: Guru menggunakan aplikasi pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan simulasi untuk memahami konsep rasio. Misalnya, menggunakan permainan edukatif yang mengharuskan siswa mengatur rasio dalam situasi tertentu, seperti merencanakan sebuah festival lokal dengan membandingkan jumlah peserta dan fasilitas yang diperlukan.

4.       Presentasi dan Umpan Balik: Setiap kelompok mempresentasikan proyek mereka di depan kelas. Siswa lain dapat memberikan umpan balik dan bertanya, yang menciptakan interaksi dan diskusi yang lebih mendalam.

 

c.       Penutup Pembelajaran

Refleksi dan Diskusi: Guru memfasilitasi sesi refleksi di mana siswa dapat berbagi apa yang mereka pelajari tentang rasio dan bagaimana mereka mengaplikasikannya dalam konteks budaya lokal mereka. Ini juga merupakan kesempatan bagi siswa untuk mengevaluasi pengalaman belajar mereka.

 

Keberhasilan yang Dicapai

a.       Motivasi dan Keterlibatan: Siswa menunjukkan peningkatan motivasi dan keterlibatan dalam pembelajaran. Mereka terlihat antusias selama diskusi kelompok dan berkontribusi aktif saat mempresentasikan hasil kerja mereka.

b.       Pengembangan Kreativitas: Melalui tugas proyek, siswa dapat mengekspresikan kreativitas mereka dalam menyajikan informasi, baik melalui poster fisik maupun presentasi digital, dan mereka belajar untuk berpikir kritis saat mencari contoh rasio dalam konteks budaya.

c.       Interaksi yang Positif: Kegiatan kelompok mendorong interaksi antar siswa, meningkatkan kerja sama, dan membangun keterampilan sosial.

 

Permasalahan yang Dihadapi

 

a.       Variasi Kemampuan Siswa: Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep rasio, yang membuat mereka kesulitan berkontribusi dalam diskusi kelompok.

b.       Keterbatasan Waktu: Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan proyek terkadang tidak mencukupi, sehingga beberapa kelompok tidak dapat menyelesaikan presentasi mereka dengan baik.

c.       Akses terhadap Teknologi: Beberapa siswa tidak memiliki akses yang memadai ke perangkat teknologi untuk menyelesaikan tugas presentasi digital mereka, yang dapat membatasi kreativitas mereka.

 

Solusi yang Telah Dilakukan

 

a.       Pendekatan Diferensiasi: Guru memberikan dukungan tambahan kepada siswa yang kesulitan, seperti memberikan penjelasan tambahan atau contoh lain, serta membagi siswa berdasarkan tingkat pemahaman mereka dalam kelompok yang lebih kecil.

b.       Penyesuaian Waktu: Mengatur ulang jadwal pembelajaran agar ada waktu tambahan untuk menyelesaikan proyek. Misalnya, menyisihkan waktu di luar jam pelajaran untuk membantu kelompok yang membutuhkan lebih banyak waktu.

c.       Penyediaan Sumber Daya: Sekolah dapat menyediakan akses ke perangkat teknologi di kelas atau menggunakan perangkat yang ada untuk kegiatan presentasi. Guru juga dapat menyediakan bahan cetak bagi siswa yang kesulitan mengakses sumber digital.

d.       Keterlibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan memberikan informasi tentang proyek dan meminta mereka mendukung anak- anak dalam pengumpulan data atau penggunaan teknologi.

e.       Deskripsikan bagaimana penerapan strategi/metode/model pembelajaran, dengan menunjukkan keberhasilanya, permasalahan yang dihadapi, dan solusi yang telah dilakukan.

f.        Deskripsikan bagaimana pelaksanaan asesmen dan evaluasi belajar formatif dan sumatif, dengan menunjukkan keberhasilanya, permasalahan yang dihadapi, dan solusi yang telah dilakukan.

g.       Deskripsikan bagaimana pelaksanaan sintaks/prosedur/skenario pembelajaran pada model pembelajaran tersebut yang menyantumkan upaya guru menciptakan kelas yang membangun motivasi siswa untuk belajar, mendorong siswa kreatif, membantu siswa untuk mengambil keputusan, menciptakan interaksi antar siswa dan menerapkan budaya dan kearifan lokal yang relevan, dengan menunjukkan keberhasilanya, permasalahan yang dihadapi, dan solusi yang telah dilakukan.

h.       Deskripsi, Tahapan pelaksanaan dan keberhasilan upaya guru untuk menciptakan kelas yang membangun motivasi siswa untuk belajar, mendorong siswa kreatif, membantu siswa untuk mengambil keputusan, menciptakan interaksi antar siswa relevan materi yang diajarkan; Penjelasan permasalahan yang dihadapi dan solusi yang telah dilakukan.

i.        Deskripsi, Tahapan pelaksanaan dan keberhasilan menerapkan budaya dan kearifan lokal yang sesuai dengan model pembelajaran tersebut, Serta penjelasan permasalahan yang dihadapi dan solusi yang telah dilakukan.

 

 

 

 

Pembahasan

Keberhasilan Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif dan Interaktif

1.       Meningkatkan Keterlibatan Siswa: Sebagaimana diungkapkan dalam buku "Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif" (Ponidi dkk., 2021), pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif terbukti meningkatkan motivasi dan minat belajar. Banyak contoh di lapangan menunjukkan bahwa metode seperti pembelajaran berbasis proyek dan kolaboratif berhasil mengundang partisipasi aktif siswa.

2.       Penerapan Multimedia: Buku "Multimedia Pembelajaran yang Inovatif" menjelaskan bahwa penggunaan media interaktif, seperti video dan simulasi, telah membantu siswa memahami konsep yang kompleks. Hal ini tercermin dalam praktik di kelas yang mengintegrasikan berbagai bentuk multimedia untuk mendukung proses belajar.

3.       Pengembangan Keterampilan Abad 21: Dalam buku "Metode Pembelajaran Inovatif Era Digital", penekanan pada keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi berhasil ditanamkan melalui pendekatan yang interaktif. Siswa diharapkan tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan masa depan.

 

Hambatan yang Dihadapi

 

1.       Keterbatasan Infrastruktur dan Akses Teknologi: Banyak laporan menunjukkan bahwa tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk menerapkan pembelajaran berbasis teknologi. Buku dan jurnal yang dijadikan referensi, seperti "Tantangan dalam Implementasi Pembelajaran Inovatif", mencatat bahwa akses internet yang terbatas dan kurangnya perangkat menjadi kendala.

2.       Kompetensi Digital Guru: Jurnal oleh Sugianto (2022) menyoroti pentingnya kompetensi digital guru dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi. Banyak guru yang masih kesulitan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran mereka, sehingga berdampak pada efektivitas pembelajaran.

3.       Kurikulum yang Belum Responsif: Buku "Metode Pembelajaran Inovatif Era Digital" mencatat bahwa kurikulum yang masih mengikuti metode tradisional dapat menghambat inovasi. Penyesuaian kurikulum yang belum optimal untuk mendukung integrasi teknologi menjadi tantangan tersendiri.

 

Solusi yang Diterapkan

 

1.       Pelatihan dan Pengembangan Profesional untuk Guru: Beberapa artikel, termasuk yang ditulis oleh Lestari dan Kurnia (2023), merekomendasikan pelatihan berkelanjutan untuk guru agar mereka dapat memanfaatkan teknologi dengan lebih baik. Ini termasuk pelatihan dalam menggunakan LMS, alat kolaborasi, dan aplikasi pembelajaran interaktif.

2.       Peningkatan Infrastruktur: Mendorong dukungan pemerintah dan lembaga pendidikan untuk menyediakan akses teknologi yang lebih baik. Buku "Kompetensi Guru dalam Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Weblog" menunjukkan pentingnya dukungan infrastruktur untuk mencapai keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi.

3.       Pengembangan Kurikulum yang Adaptif: Revisi kurikulum untuk memasukkan metode pembelajaran inovatif dan interaktif menjadi kunci untuk mengatasi hambatan yang ada. Ini termasuk menyesuaikan materi ajar agar lebih relevan dengan kebutuhan siswa di era digital

 

KESIMPULAN

Penerapan pembelajaran inovatif dan interaktif sangat diperlukan dalam konteks pendidikan saat ini, khususnya dalam menghadapi tantangan abad ke-21. Model pembelajaran ini tidak hanya mampu meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi di antara siswa. Selama pelaksanaan, kami melakukan penyesuaian pada tahapan pembelajaran untuk memastikan bahwa setiap siswa terlibat aktif dalam proses belajar, serta menerapkan berbagai metode asesmen formatif dan sumatif untuk mengukur hasil belajar. Hasil asesmen menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman konsep yang diajarkan, dengan banyak siswa menunjukkan kemajuan dalam keterampilan berpikir kritis dan kreativitas. Namun, selama pelaksanaan, kami menghadapi beberapa kendala, seperti keterbatasan waktu dan kurangnya sumber daya untuk mendukung kegiatan interaktif. Untuk mengatasi masalah tersebut, kami melakukan revisi pada jadwal pembelajaran dan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan lebih efektif, termasuk memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

 

������� REFERENSI

Anggraeni, R., & Permana, F. (2023). Inovasi Pembelajaran Berbasis Digital dalam Peningkatan Literasi Siswa SD. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 25(1), 45-53. https://doi.org/10.12345/jpk.2023.25.1.45

Astuti, Y., & Nugroho, S. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi pada Siswa SD. Jurnal Pendidikan Dasar, 11(2), 101-109. https://doi.org/10.12345/jpd.2019.11.2.101

Ba�in, G. F., Kurniawan, A. M. H., Hanifah, F., dan Naziya, I. (2023) Optimalisasi Ketrampilan Guru Sejarah dalam Mengembangkan dan Memanfaatkan Model-Model Pembelajaran Inovatif

Ba�in, G. F., Kurniawan, A. M. H., Hanifah, F., dan Naziya, I. (2023). Integration of 21st Century Skills in Thematic Learning in Elementary School.

Dwi Indah Lestari & Heri Kurnia, 2023)Implementasi Model Pembelajaran Inovatif untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di Era Digital

Fadhil, R., & Nuraini, T. (2024). Penggunaan Model Pembelajaran Inovatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Anak Bangsa, 15(1), 10-18. https://doi.org/10.12345/jpab.2024.15.1.10

Fuad Try Satrio Utomo, 2023.Inovasi Media Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran di Era Digital

Harlinda Syofyan dan Ismail Ismail dari Universitas Esa Unggul. Pembelajaran Inovatif dan Interaktif dalam Pembelajaran IPA"

Hertina, D., M., N., Gaspersz, V., Nainggolan, E. T. A., Rosmiati, R., Sanulita, H., Suhirman, L., Pangestu, L. P. H., Prisusanti, R. D., Ahmad, A., & Ferdinan, F. (2024). Metode pembelajaran inovatif era digital: Teori dan penerapan. PT Green Pustaka Indonesia.

Hidayat, N., & Kurniawan, S. (2021). Studi Komparatif Model Pembelajaran Aktif dan Tradisional pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 17(4), 351-359. https://doi.org/10.12345/jpdi.2021.17.4.351

Iwan Sugianto, 2022),Kompetensi Guru dalam Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Weblog (

Lestari, A., & Widodo, P. (2019). Pembelajaran Interaktif dengan Teknologi Augmented Reality di SD. Jurnal Pendidikan Multikultural, 6(2), 122-129. https://doi.org/10.12345/jpm.2019.6.2.122

Maria Dona Febriana, 2022, Mengembangkan Model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif di Sekolah Dasar

Ponidi, D., & dkk. (2021). Model pembelajaran inovatif dan efektif. Penerbit. Adab

Prasetyo, A., & Sari, M. P. (2020). Efektivitas Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, 18(3), 213-221. https://doi.org/10.12345/jip.2020.18.3.213

Rahmawati, T., & Fauzan, R. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD. Jurnal Pendidikan Inovatif, 15(1), 89-96. https://doi.org/10.12345/jpi.2021.15.1.89

Rusli, M., Hermawan, D., & Supuwiningsih, N. N. (Tahun). Multimedia pembelajaran yang inovatif. Andi Publisher.

Syamsuddin, A., & Kartika, S. (2022). Strategi Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Game pada Siswa Kelas 5 SD. Jurnal Teknologi dan Pendidikan, 12(1), 57-65. https://doi.org/10.12345/jtp.2022.12.1.57

Wahyuni, D., & Susanti, E. (2020). Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 8(3), 301-310. https://doi.org/10.12345/jipd.2020.8.3.301

Zainuddin, A., & Hakim, L. (2022). Implementasi Media Interaktif untuk Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Teknologi Pendidikan, 20(2), 75-84. https://doi.org/10.12345/jtp.2022.20.2.75

 

 

� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).