Umi Sjarqiah1, Felia Handayani2, Yunetti3
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia1
Universitas Muhammadiyah Prof. DR Hamka, Indonesia2
Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Indonesia3
Email: [email protected]1,
[email protected]3, [email protected]2,
Abstrak |
Balita merupakan
kelompok yang rentan terhadap masalah gizi, di mana gizi kurang dan stunting masih menjadi isu utama
yang memerlukan perhatian
serius. Prevalensi kedua kondisi ini di Indonesia, khususnya di Kecamatan Duren Sawit, cukup tinggi, menunjukkan perlunya intervensi yang efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah gizi kurang dan stunting pada anak balita melalui
program intervensi yang melibatkan
berbagai pihak. Program intervensi, bernama Jakarta Beraksi Bersama Orang Tua Asuh Mengintervensi Anak Stunting Duren Sawit
(Batwan Duwit), dilaksanakan dengan kolaborasi antara rumah sakit, klinik, dan lembaga terkait. Tim Stunting RS Islam Jakarta Pondok Kopi berperan aktif dalam pemberdayaan
masyarakat melalui praktik perubahan perilaku dan pemulihan gizi, serta menyediakan
terapi medis jika diperlukan. Pelaksanaan program ini melibatkan kolaborasi antara petugas rumah sakit dan puskesmas, termasuk dokter, petugas gizi, serta lintas
sektoral seperti Camat,
Lurah, dan Dinas Sosial. Melalui
kerjasama ini, RS Islam
Jakarta Pondok Kopi mengembangkan
layanan prioritas
stunting dengan jalur fastrack, yang mempercepat
proses pendaftaran hingga
pengobatan bagi pasien. Pendekatan kolaboratif dalam program intervensi ini diharapkan dapat menurunkan prevalensi gizi kurang dan stunting pada balita di Kecamatan Duren Sawit, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang baik selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Kata kunci: Stunting,
terapi medis, pemulihan gizi, lintas sektoral. |
|
Abstract |
Toddlers are
vulnerable to nutrition problems, with undernutrition and stunting still
being major issues that require serious attention. The prevalence of these
two conditions in Indonesia, especially in Duren Sawit
Sub-district, is quite high, indicating the need for effective interventions.
This study aims to identify and address the problem of undernutrition and
stunting in children under five through an intervention program that involves
various parties. The intervention program, named Jakarta Beraksi
Bersama Orang Tua Asuh Mengintervensi
Anak Stunting Duren Sawit (Batwan
Duwit), is implemented with collaboration between
hospitals, clinics, and related institutions. The RS Islam Jakarta Pondok Kopi Stunting Team plays an active role in
community empowerment through behavior change practices and nutritional
recovery, as well as providing medical therapy if needed. The implementation
of this program involves collaboration between hospital and puskesmas officers, including doctors, nutrition
officers, as well as cross-sectoral agencies such as the sub-district head,
village head, and social services. Through this collaboration, RS Islam
Jakarta Pondok Kopi developed a priority stunting
service with a fastrack pathway, which speeds up
the registration process to treatment for patients. The collaborative
approach in this intervention program is expected to reduce the prevalence of
undernutrition and stunting among under-fives in Duren Sawit
Sub-district, as well as increase public awareness of the importance of good
nutrition during the First 1,000 Days of Life. Keywords: Stunting, medical therapy, nutritional
recovery, cross-sectoral. |
*Correspondence
Author: Umi Sjarqiah
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Masa
balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga
sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis (d�Souza et al.,
2017; Remer et al., 2017). Periode emas dapat
diwujudkan apabila pada masa ini balita memperoleh asupan gizi yang sesuai
untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya jika pada masa ini tidak memperoleh
makanan sesuai kebutuhan gizinya maka periode emas berubah menjadi periode
kritis yang akan menganggu tumbuh kembang anak, baik saat ini maupun masa
selanjutnya (Purwanti, 2021;
Saleh et al., 2021). Kekurangan gizi pada umumnya terjadi
pada balita karena pada umur tersebut mengalami pertumbuhan yang pesat (Harjani, 2024;
Katoch, 2022; Kramer & Allen, 2015). Balita merupakan kelompok
yang rentan gizi di masyarakat. Masa balita merupakan masa peralihan antara
saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa. Masalah gizi kurang dan gizi
buruk pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapatkan
perhatian yang serius (Lestari, 2016;
Liansyah, 2015). Prevalensi keduanya pada
anak balita di Indonesia masih tinggi. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan
kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai
terutama dalam 1.000 HPK (Alemayehu et al.,
2015; Yuniarti et al., 2019). Anak tergolong stunting
apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar
nasional yang berlaku (Ohyver et al.,
2017; Vaivada et al., 2020). Stunting mempengaruhi perkembangan
otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal (Devianto et al.,
2022; Wulandari & Arianti, 2023). Hal ini berisiko menurunkan
produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan
terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit
kronis di masa dewasanya.
Dampak
Stunting pada SDM
Permasalahan
stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK, akan berdampak pada
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) (Usman et al., 2021). Stunting menyebabkan organ
tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal (Adepoju &
Allen, 2019; Leroy & Frongillo, 2019). Balita stunting
berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan
menyebabkan 55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa
hidup sehat setiap tahunnya. Intervensi penurunan stunting
perlu dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi, yaitu intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif. Dampak jangka pendek stunting mencakup gagal
tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, serta gangguan metabolisme,
sedangkan dampak jangka panjangnya adalah penurunan kapasitas intelektual dan
risiko penyakit tidak menular. Gangguan struktur, fungsi
saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen akan menyebabkan penurunan
kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang berpengaruh pada
produktivitasnya saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan
gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan risiko penyakit
tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan
stroke.
Kolaborasi
Stunting Pondok Kopi
Kecamatan Duren Sawit salah satu kecamatan yang
prevalensi anak dengan gizi kurang dan stunting cukup tinggi sehingga untuk mengatasi hal ini, telah dibentuk program
Jakarta Beraksi Bersama Orang Tua Asuh Mengintervensi Anak Stunting Duren Sawit
(Batwan Duwit) yang berkolaborasi dengan rumah sakit, klinik, dan lembaga
terkait lainnya. Tim Stunting Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi berperan
aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pemulihan gizi. Kegiatan ini
melibatkan kolaborasi lintas sektoral, termasuk pihak puskesmas, Dinas Sosial,
dan lainnya. Kegiatan
ini dilakukan di Kelurahan Pondok Kopi RW 011. Adapun petugas yang terlibat
dalam kegiatan ini yaitu kolaborasi petugas di rumah sakit dengan pihak
puskesmas yaitu dokter, petugas gizi, dan dari lintas sektoral [Camat, Lurah,
Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP), Dinas Sosial,
Lingkungan Hidup, Sumber Daya Air, PKK, RW, RT dan Kader]. Dengan adanya
kerjasama ini, RS Islam Jakarta Pondok Kopi membuat pelayanan prioritas
stunting dalam jalur fastrack, yaitu mulai dari pasien melakukan pendaftaran
sampai selesai pengobatan.
Faktor
Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya
asupan gizi dan status kesehatan, sedangkan penyebab tidak langsung masalah
stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan
ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial,
sistem kesehatan dan lain-lain.
Untuk
mendukung program penurunan prevalensi angka stunting khususnya di Kelurahan
Pondok Kopi, maka tim stunting membuat inovasi dengan berkolaborasi dengan
pihak kelurahan dan puskesmas terdekat yaitu menerima rujukan anak stunting,
kemudian diberikan pemeriksaan medis. Bila ditemukan adanya faktor infeksi
seperti TB paru, Pneumonia, kondisi anemia dan yang lainnya maka diberikan
terapi medis lebih lanjut dan pemberian Pangan olahan untuk Keperluan Medis
Khusus (PKMK), berupa makanan cair yang tinggi energi dan protein, kemudian di
evaluasi setiap 1 � 2 minggu agar anak stunting dapat tumbuh secara optimal dan
bisa bebas dari stunting.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah gizi kurang
dan stunting pada anak balita, serta untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
yang dilakukan. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
bagi para pemangku kepentingan dalam merumuskan strategi penanggulangan
stunting yang lebih efektif, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya gizi yang baik selama 1.000 HPK. Dengan memahami fenomena ini, diharapkan
dapat dihasilkan solusi yang lebih tepat guna dalam menangani masalah gizi pada
balita.
METODE
PENELITIAN
Pendekatan
penelitian ini menggunakan metode Randomized Controlled Trial (RCT) untuk
menguji efektivitas intervensi dalam menurunkan prevalensi stunting di
Kelurahan Pondok Kopi. Tujuannya adalah mengevaluasi pemberian Pangan Olahan
untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) dan pelatihan perilaku orang tua dalam
meningkatkan status gizi serta pertumbuhan anak balita stunting. RCT ini
menggunakan desain parallel-group, di mana peserta dibagi secara acak menjadi
dua kelompok: kelompok intervensi yang menerima PKMK dan pelatihan perilaku,
serta kelompok kontrol yang hanya mendapatkan perawatan standar di Puskesmas.
Target populasi adalah anak balita (usia 6-59 bulan) dengan status stunting
sesuai kriteria WHO, tanpa penyakit penyerta berat, dan dengan persetujuan
orang tua. Dari 120 balita yang direkrut, masing-masing 60 anak dialokasikan
secara acak ke dalam kelompok intervensi dan kontrol. Data dapat dikumpulkan melalui pengukuran tinggi dan berat badan, kuesioner tentang asupan gizi, dan wawancara dengan orang tua, sementara analisis data dapat dilakukan menggunakan uji statistik seperti uji t atau ANOVA untuk membandingkan hasil antara kelompok
intervensi dan kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan percepatan penurunan
stunting dimulai di bulan Maret 2023 dengan program One Day Two Eggs terhadap
16 balita. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2023 � 8 Juni 2023.
Selama 3 (tiga) bulan dilakukan pemantauan makan telur melalui whatsapp group
yaitu dokumentasi balita saat makan telur. Dari 16 balita terduga stunting; 14
balita mengalami kenaikan berat badan dengan kenaikan terbesar yaitu 1.900 gr,
1 balita mengalami penurunan berat badan dengan penurunan terbesar 300 gr, dan
1 balita dengan berat badan tetap. Data kenaikan berat badan balita stunting
sebagai berikut.
Table 1. Kenaikan Berat Badan
Stunting Program One Day Eggs
Faktor � faktor yang
mempengaruhi anak yang tidak naik atau berat badan nya tidak bertambah
dikarenakan sakit seperti diare, demam dan infeksi lainnya. Selain itu faktor
yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor ekonomi, tempat tinggal, PHBS, dan
lain � lain. Perbaikan status gizi pada anak memang perlu waktu yang lama dan
efektifnya untuk pemberian intervensi membutuhkan waktu minimal 2 - 3 bulan
kedepan, sehingga kami tim stunting akan melanjutkan pemberian intervensi.
Pada bulan Juli 2023
dilaksanakan kembali Program Pos Gizi Tahap II terkait �Batman Duwit� selama 5
hari pada tanggal 17 � 25 Juli 2023 di 2 lokasi yang berbeda yaitu di RPTRA
Rawajaya dan Sekretariat RW 11 terhadap 24 balita. Dari 24 balita; 7 balita
mengalami kenaikan berat badan dengan kenaikan terbesar yaitu 300 gr, 8 balita
mengalami penurunan berat badan dengan penurunan terbesar yaitu 400 gr, dan 9
balita dengan berat badan tetap. Setelah pos gizi selesai dilanjutkan dengan
Program One Day Two Eggs Two Milks selama 2 minggu. Dari 24 balita; 12 balita
mengalami kenaikan berat badan dengan kenaikan terbesar yaitu 300 gr, 5 balita
mengalami penurunan berat badan dengan penurunan terbesar yaitu 900 gr, dan 7
balita dengan berat badan tetap. Data kenaikan berat badan balita stunting
sebagai berikut.
Table 2. Data Kenaikan Berat Badan Balita
Stunting Pos Gizi Tahap II
No |
Pos Gizi Tahap
II Nama����������������������������������� Berat Badan (Kg)������������� Kenaikan Berat Hari Ke-1����������������������������������������������� Hari Ke-5����� Badan
(Kg) Lokasi :
IRPTRA Rawajaya |
|||
1.
1 |
lianifah Azahira |
9,7 |
9,7 |
0 |
2.
2 |
Daniel Dananjaya |
8,7 |
8,5 |
-0,2 |
3.
3 |
Nadya Ma11iska |
11,9 |
11,5 |
-0,4 |
4.
4 |
Nur Aziza'h |
6,9 |
6,85 |
-0,05 |
5.
5 |
M.Fariz
Alfarizi |
9,6 |
9,6 |
0 |
6.
6 |
Nadiah Azrah |
8,5 |
8,6 |
0,1 |
7.
7 |
Tasya Ratna |
9,7 |
9,45 |
-0,25 |
8.
8 |
Faeyza M.Gibran |
9,3 |
9,3 |
0 |
9.
9 |
Azfar |
11,5 |
11,1 |
-0,4 |
10.
1 |
Fayra Khairina |
112,85 |
12,7 |
-0,15 |
11.
1 |
Khayla Almira |
112,9 |
13 |
0,1 |
12.
1 |
|
8,9 |
8 |
0,1 |
13.
1 |
Gracio |
|
12,4 |
0 |
14.
1 |
Putri Azzahra |
12 |
12 |
0 |
15.
1 |
Saffa Marwah |
110,85 |
111 |
0,15 |
Lokasi
: Sekretariat RW 11 |
||||
16.
|
AUhaya Raisya |
11,8 |
11,8 |
0 |
17.
|
Almeera Azzahra |
7,3 |
7,3 |
0 |
18.
|
Melati Alyanti |
11,4 |
11,5 |
0,1 |
19.
|
Ay1J Hasanah |
9,4 |
9,1 |
-0,3 |
20.
|
Charina Dwi |
112,3 |
12,3 |
0 |
21.
|
Haikal Hanm |
rn,4 |
rn,4 |
0 |
22.
|
Arkhan Hamizan |
9,.6 |
9,4 |
-0,2 |
23.
|
M. Rino Al Fatih |
12,3 |
12,6 |
0,3 |
24.
|
M. Febriansyah |
9,.7 |
9,8 |
0,1 |
Sebagai tindak lanjut dari
kegiatan ini, RS Islam Jakarta Pondok Kopi membuka poliklinik anak khusus
stunting dengan menerima rujukan dari Puskesmas Pondok Kopi, poliklinik ini
dibuka setiap hari Kamis sore 14.00 - 18.00 WIB.
Pada tanggal 10 Agustus 2023
dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada 13 balita di Poli Stunting RS Islam
Jakarta Pondok Kopi. Program ini adalah hasil kolaborasi untuk penanggulangan
stunting antara Kelurahan dan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi dengan RS Islam
Jakarta Pondok Kopi. Dari 13 balita stunting, 6 balita dilakukan mantoux test,
2 balita dirujuk untuk melakukan rehab medik. Seluruh balita mendapatkan PKMK
berupa susu formula tinggi energi dan protein dengan bantuan dana dari LAZISMU
RSIJPK, kemudian seluruh balita akan dikontrol secara teratur.
Table 3. Hasil Pemeriksaan
Kesehatan
No |
Nama |
Umur (Tahun) |
BB (kg) |
TB (cm) |
TB/BB |
Diagnosis Klinis |
Tindak Lanjut |
Jawaban Konsultasi/Rujukan |
1.
|
Nidia Mariska |
4 |
12.6 |
94 |
Normal |
Gizi Baik |
Kontrol Ulang |
Mantoux Test |
2.
|
Nadiah Azrah |
4 |
12.5 |
90 |
Normal |
Pendek |
Kontrol Ulang |
Gizi Kurang |
3.
|
Fayza A. Gibran |
4 |
13 |
95 |
Normal |
Sangat
pendek |
Kontrol Ulang |
Stunting |
4.
|
Zaidan Ilma |
4 |
11,5 |
85 |
Pendek |
Gizi Kurang |
Kontrol Ulang |
Gizi Kurang |
5.
|
Athiya Amirah |
4 |
12 |
92 |
Normal |
Gizi Baik |
Kontrol Ulang |
Stunting |
6.
|
Melati Ayu |
4 |
11 |
89 |
Pendek |
Gizi Kurang |
Kontrol Ulang |
Gizi Kurang |
7.
|
M. Rino
Al Fadhil |
4 |
10.5 |
80 |
Pendek |
Gizi Kurang |
Kontrol Ulang |
Stunting |
8.
|
Aulia Nabila |
4 |
12.2 |
91 |
Normal |
Gizi Baik |
Kontrol Ulang |
Stunting |
9.
|
Rania Fitriani |
4 |
11.8 |
87 |
Pendek |
Gizi Kurang |
Kontrol Ulang |
Gizi Kurang |
10.
|
Rania Alifa |
4 |
12.5 |
90 |
Normal |
Gizi Baik |
Kontrol Ulang |
Stunting |
11.
|
Aisyah Nafisa |
4 |
10.8 |
83 |
Pendek |
Gizi Kurang |
Kontrol Ulang |
Gizi Kurang |
12.
|
Rizki Fadhilah |
4 |
12.0 |
89 |
Normal |
Gizi Baik |
Kontrol Ulang |
Stunting |
13.
|
Melisa Rahmawati |
4 |
11.2 |
85 |
Pendek |
Gizi Kurang |
Kontrol Ulang |
Gizi Kurang |
Pada jadwal Poli Stunting
berikutnya dilakukan pemeriksaan kesehatan sesi kedua kepada 10 balita di Poli
Stunting RS Islam Jakarta Pondok Kopi. Dari 10 balita stunting, 3 balita
dilakukan mantoux test, 2 balita dirujuk ke rehab medik, 1 balita dirujuk untuk
melakukan konsul THT untuk Test Pendengaran, 1 balita dirujuk untuk melakukan
pemeriksaan TCM Genexpert. Seluruh 10 balita dijadwalkan kontrol kembali ke
Poli Stunting RSIJPK. Hasil observasi sebagai berikut.
Table 4. Hasil Observasi
No |
Nama |
Umur (Tahun) |
Data Krisi |
Jawaban Konsultasi/Rujukan |
|||||
BB (kg) |
TB (cm) |
BB/U |
TB/U |
TB/BB |
Diagnosis Klinis |
Tindak Lanjut |
|||
1.
|
Saffia Marwah |
4 |
10,4 |
8,7 |
Sangat Kurang |
Pendek |
Gizi Baik |
Stunting |
a. mantoux test b. Kontrol ulang 2 minggu |
2.
|
Taya Ratna |
3 |
9,5 |
88,6 |
Sangat Kurang |
Pendek |
Gizi Kurang |
Stunting |
Kontrol ulang 2 minggu |
3.
|
Charina Dwi |
3 |
12,6 |
94 |
Normal |
|
Gizi Baik |
Stunting |
Kontrol ulang 2 minggu |
4.
|
M. Fariz Alfianto |
3 |
10,4 |
83 |
Kurang |
Pendek |
Gizi Baik |
Stunting |
Kontrol ulang 2 minggu |
5.
|
Daniel Danandjaya |
3 |
8,6 |
84,5 |
Sangat Kurang |
Pendek |
Gizi Kurang |
a.
Stunting b.
Susp Gangguan pendengaran c.
Speech Delay |
a. Konsult THT untuk Test Pendengaran b.
Kontrol ulang 2 minggu |
6.
|
Nur Azizah |
3 |
6,9 |
79,5 |
Sangat Kurang |
Sangat Pendek |
Gizi Baik |
a.
Stunting b.
Speech Delay |
a. Konsul Rehab Medik b.
Kontrol ulang 2 minggu |
7.
|
Nadya Marinza |
4 |
11,1 |
89 |
Sangat Kurang |
Sangat Pendek |
Gizi Baik |
a.
Stunting b.
Susp Tb |
a. mantoux test b.
Kontrol ulang 2 minggu |
8.
|
Alimeera Azrah |
3 |
7,7 |
75 |
Kurang |
Pendek |
Gizi Kurang |
a.
Stunting b.
Susp Tb |
a. mantoux test b.
Kontrol ulang 2 minggu |
9.
|
Gracio |
3 |
12,3 |
85,6 |
Kurang |
Sangat Pendek |
Gizi Baik |
a.
Bukan Stunting b.
Perawakan c.
Speech Delay |
a. Konsul Rehab Medik b.
Kontrol ulang 2 minggu |
10.
|
Hafizah Azahara |
4 |
9,3 |
90,6 |
Sangat Kurang |
Pendek |
Gizi Buruk |
a.
Stunting b.
Susp Tb |
a. pemeriksaan TCM Genexpert b.
Kontrol ulang 2 minggu |
Indikator Mutu Prioritas Unit
Poliklinik
Grafik 1. Kepatuhan Asesmen Risiko Jatuh Rawat Jalan
Grifik 2. Waktu Tunggu RAJAL <
60 Menit
KESIMPULAN
Adepoju, A. A., & Allen, S. (2019). Malnutrition in
developing countries: nutrition disorders, a leading cause of ill health in the
world today. Paediatrics and Child Health, 29(9), 394�400.
https://doi.org/10.1016/j.paed.2019.06.005
Alemayehu, M., Tinsae, F., Haileslassie, K., Seid, O.,
Gebregziabher, G., & Yebyo, H. (2015). Undernutrition status and associated
factors in under-5 children, in Tigray, Northern Ethiopia. Nutrition, 31(7�8),
964�970. https://doi.org/10.1016/j.nut.2015.01.013
d�Souza, D., D�Souza, H., & Karmiloff-Smith, A. (2017).
Precursors to language development in typically and atypically developing
infants and toddlers: The importance of embracing complexity. Journal of
Child Language, 44(3), 591�627. https://doi.org/10.1017/S030500091700006X
Devianto, A., Dewi, E. U., & Yustiningsih, D. (2022).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stunting Dengan Angka Kejadian
Stunting di Desa Sanggrahan Prambanan Klaten: The Correlation Of Mother�s
Knowledge Levels About Stunting With Stunting Event Rate In Sanggrahan
Prambanan Village Klaten. Journal Nursing Research Publication Media
(NURSEPEDIA), 1(2), 81�88. https://doi.org/10.55887/nrpm.v1i2.13
Harjani, H. J. (2024). Pendidikan Gizi Seimbang Anak Usia
Dini Di Desa Cibeuteung Muara Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat. Al Fitrah: Journal Of Early Childhood Islamic Education, 7(1),
84�106. https://doi.org/10.29300/ja.v7i2.4416
Katoch, O. R. (2022). Determinants of malnutrition among
children: A systematic review. Nutrition, 96, 111565.
https://doi.org/10.1016/j.nut.2021.111565
Kramer, C. V, & Allen, S. (2015). Malnutrition in
developing countries. Paediatrics and Child Health, 25(9),
422�427. https://doi.org/10.1016/j.paed.2015.04.002
Leroy, J. L., & Frongillo, E. A. (2019). Perspective:
what does stunting really mean? A critical review of the evidence. Advances
in Nutrition, 10(2), 196�204.
https://doi.org/10.1093/advances/nmy101
Lestari, N. D. (2016). Analisis determinan gizi kurang pada
balita di Kulon Progo, Yogyakarta. IJNP (Indonesian Journal of Nursing
Practices), 1(1), 15�21. https://doi.org/10.18196/ijnp.v1i1.2682
Liansyah, T. M. (2015). Malnutrisi pada anak balita. Jurnal
Buah Hati, 2(1), 1�12. https://doi.org/10.46244/buahhati.v2i1.528
Ohyver, M., Moniaga, J. V, Yunidwi, K. R., & Setiawan, M.
I. (2017). Logistic regression and growth charts to determine children
nutritional and stunting status: a review. Procedia Computer Science, 116,
232�241. https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.10.045
Purwanti, Y. (2021). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Umsida
Press, 1�69. https://doi.org/10.21070/2021/978-623-6292-19-8
Remer, J., Croteau-Chonka, E., Dean III, D. C., D�arpino, S.,
Dirks, H., Whiley, D., & Deoni, S. C. L. (2017). Quantifying cortical development
in typically developing toddlers and young children, 1�6 years of age. Neuroimage,
153, 246�261. https://doi.org/10.1016/j.neuroimage.2017.04.010
Saleh, A., Syahrul, S., Hadju, V., Andriani, I., &
Restika, I. (2021). Role of maternal in preventing stunting: a systematic
review. Gaceta Sanitaria, 35, S576�S582.
https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.087
Usman, A. N., Syarif, S., Hadju, V., As�ad, S., & Baso,
Y. S. (2021). Use of technology for monitoring the development of nutritional
status 1000 hpk in stunting prevention in Indonesia. Gaceta Sanitaria, 35,
S231�S234. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.028
Vaivada, T., Akseer, N., Akseer, S., Somaskandan, A.,
Stefopulos, M., & Bhutta, Z. A. (2020). Stunting in childhood: an overview
of global burden, trends, determinants, and drivers of decline. The American
Journal of Clinical Nutrition, 112, 777S-791S.
https://doi.org/10.1093/ajcn/nqaa159
Wulandari, Y., & Arianti, M. (2023). Faktor�faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Jurnal Keperawatan Bunda
Delima, 5(1), 46�51. https://doi.org/10.59030/jkbd.v5i1.68
Yuniarti, T. S., Margawati, A., & Nuryanto, N. (2019).
Faktor Risiko Kejadian Stunting Anak Usia 1-2 Tahun Di Daerah Rob Kota
Pekalongan. Jurnal Riset Gizi, 7(2), 83�90.
https://doi.org/10.31983/jrg.v7i2.5179
|
� 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |