Anakita Pertama
Henerges1, Sri Tiatri2
Universitas Tarumanagara,
Indonesia1
Universitas Tarumanagara,
Indonesia2
[email protected]1, [email protected]2
Abstrak |
Kehidupan mahasiswa pada era globalisasi melibatkan teknologi sebagai alat bantu dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Namun, penurunan interaksi langsung antar individu menjadi masalah penting yang perlu dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara empati dan kualitas hubungan interpersonal
pada mahasiswa, dengan fokus pada empat dimensi: Dukungan, Konflik, Komunikasi, dan Interaksi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif,
dengan populasi mahasiswa di Universitas Tarumanagara.
Sampel terdiri dari 260 mahasiswa yang diambil secara acak menggunakan
teknik probability random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur tingkat empati dengan skala Interpersonal
Reactivity Index (IRI) dan kualitas hubungan interpersonal melalui skala Quality of Relationship Inventory (QRI).
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian
menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,150 dengan nilai signifikansi 0,015, yang mengindikasikan
adanya hubungan negatif yang signifikan antara empati dan kualitas hubungan
interpersonal, meskipun dengan
tingkat kekuatan hubungan yang lemah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi empati yang dimiliki mahasiswa, semakin rendah kualitas hubungan interpersonal
yang mereka miliki. Temuan ini bertentangan
dengan teori yang menyatakan adanya hubungan positif antara kedua variabel tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk studi lebih lanjut
mengenai hubungan antara empati dan kualitas hubungan interpersonal
di kalangan mahasiswa. Kata kunci: empati,
kualitas hubungan interpersonal, mahasiswa. |
|
Abstract |
Student life in
the era of globalization involves technology as a tool in carrying out daily
activities. However, the decline in direct interaction between individuals is
an important problem that needs to be analyzed. This research aims to examine
the relationship between empathy and the quality of interpersonal
relationships in students, with a focus on four dimensions: Support,
Conflict, Communication, and Interaction. The method used in this research is
quantitative, with a population of students at Tarumanagara
University. The sample consisted of 260 students taken randomly using
probability random sampling techniques. Data was collected through a
questionnaire that measured the level of empathy using the Interpersonal
Reactivity Index (IRI) scale and the quality of interpersonal relationships
using the Quality of Relationship Inventory (QRI) scale. Data analysis was
carried out using the Spearman correlation test. The research results show a
correlation coefficient of -0.150 with a significance value of 0.015, which
indicates a significant negative relationship between empathy and the quality
of interpersonal relationships, even with a weak level of relationship
strength. Thus, it can be concluded that the higher the empathy students
have, the lower the quality of interpersonal relationships they have. This
finding contradicts the theory which states that there is a positive
relationship between these two variables. It is hoped that this research can
become a reference for further studies regarding the relationship between
empathy and the quality of interpersonal relationships among students. Keywords: empathy, quality of interpersonal
relationships, college students. |
*Correspondence
Author: Anakita Pertama Henerges
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Dalam
era globalisasi dan digitalisasi saat ini, interaksi antar individu menjadi
semakin rumit dan beragam. Hubungan interpersonal serta empati yang sehat dan
berkualitas menjadi salah satu aspek penting yang mendukung kesejahteraan
individu, terutama di kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan kelompok yang
sedang mengalami transisi dari remaja ke dewasa, di mana mereka dihadapkan pada
berbagai tantangan dan konflik, baik dalam bidang akademik maupun dalam
pengembangan diri serta hubungan sosial.
Kualitas
hubungan interpersonal merujuk pada sejauh mana interaksi antara individu
dipandang positif dan memuaskan oleh pihak yang terlibat. Hubungan
interpersonal yang berkualitas ditandai oleh adanya kepercayaan, keterbukaan,
dan saling menghargai antara individu. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Fitria (2003) didapatkan bahwa adanya pengaruh signifikan antara empati dengan
kualitas hubungan interpersonal, sumbangan efektif empati terhadap hubungan interpersonal
sebesar 29,7 %. Menurut Harahap, Hilda et al. (2024), komunikasi verbal
memainkan peran signifikan dalam meningkatkan kualitas hubungan interpersonal
di kelas Manajemen Dakwah-B UIN Sumatera Utara (H. R. Harahap et
al., 2024). Penelitian ini menyebutkan
bahwa komunikasi yang efektif dapat membangun kepercayaan dan keterbukaan antar
anggota kelas, sehingga hubungan interpersonal menjadi lebih baik. Selain itu,
penelitian oleh Nasichah et al. (2024) juga menekankan pentingnya komunikasi
efektif dalam lingkungan pendidikan, yang berkontribusi pada peningkatan
kualitas hubungan interpersonal di kelas BPI 4B UIN Jakarta (Ma et al., 2015a;
Mahadi, 2021). Dengan demikian, komunikasi
yang baik adalah salah satu faktor penting dalam membangun dan menjaga kualitas
hubungan interpersonal yang tinggi.
Selain
komunikasi, faktor lain seperti kepribadian dan keterampilan sosial juga
mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal. Menurut Yang dan Tu (2020),
kepribadian yang agreeable yakni, ramah dan suka bergaul dan empati dapat
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal di kalangan mahasiswa (Farah, 2024). Penelitian ini menunjukkan
bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat empati yang tinggi cenderung memiliki
hubungan interpersonal yang lebih baik. Penelitian oleh Soares et al. (2023)
juga menemukan bahwa keterampilan sosial adalah kunci untuk membangun hubungan
yang baik selama masa pandemi, di mana interaksi langsung menjadi terbatas (Kusuma et al.,
2021; Ma et al., 2015b). Berdasarkan pemahaman dari
berbagai penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kualitas hubungan interpersonal
dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk komunikasi yang efektif, kepribadian
yang agreeable, dan keterampilan sosial.
Peneliti
telah melakukan penelusuran terhadap studi terdahulu yang membahas kualitas
hubungan interpersonal dalam berbagai konteks. Studi oleh Nasichah et al.
(2024) menunjukkan bahwa komunikasi efektif sangat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal di lingkungan akademis (Abubakar, 2015). Dalam penelitian mereka,
efektifitas komunikasi di kelas menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam
kualitas hubungan antar mahasiswa. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Jasfar
(2002) dalam penelitiannya mengenai kualitas hubungan interpersonal dalam
transaksi penjualan menunjukkan bahwa hubungan interpersonal yang baik dapat
memperkuat kepercayaan dan kepuasan pelanggan (Saputra, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas hubungan interpersonal tidak hanya relevan dalam konteks akademis,
tetapi juga dalam dunia bisnis dan layanan. Yang dan Tu (2020) dalam studi
mereka juga menyoroti pentingnya empati sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal di kalangan mahasiswa, di mana
tingkat empati yang tinggi berhubungan dengan kualitas hubungan yang lebih baik (Farah, 2024).
Penelitian
yang dilakukan oleh Santos dan Galli (2017) juga menekankan pentingnya hubungan
interpersonal yang sehat dalam mendukung kesejahteraan subjektif pada anak-anak
melalui pembelajaran sosial dan emosional (A. Harahap et al.,
2024; Safarina, 2017). Intervensi kesejahteraan
subjektif ini menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan interpersonal sejak
usia dini dapat berdampak positif pada hubungan interpersonal di usia lanjut.
Penelitian ini juga membandingkan berbagai pendekatan dalam memahami dan meningkatkan
kualitas hubungan interpersonal, menunjukkan variasi konteks dan metode yang
digunakan. Secara keseluruhan, meskipun terdapat variasi dalam pendekatan dan
konteks, temuan-temuan dari penelitian terdahulu menggarisbawahi bahwa kualitas
hubungan interpersonal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti komunikasi
efektif, kepribadian yang agreeable, empati, dan keterampilan sosial. Namun,
penelitian yang akan dilakukan ini berusaha menggabungkan elemen-elemen
tersebut dalam satu kerangka yang lebih komprehensif untuk memahami hubungan
antara empati dan kualitas hubungan interpersonal khususnya pada mahasiswa.
Empati
adalah kemampuan untuk merasakan, memahami, dan menghargai perasaan serta
perspektif. orang lain. Maka dari itu, salah satu elemen kunci dalam membangun
hubungan interpersonal yang berkualitas dan positif adalah empati. Dalam
bukunya Goleman "Emotional Intelligence," Goleman menunjukkan
bahwa empati memungkinkan individu untuk membangun hubungan yang lebih baik
dengan orang lain, karena mereka dapat lebih memahami dan merasakan emosi orang
lain. Kemampuan untuk merespons perasaan orang lain secara sensitif dapat
meningkatkan komunikasi dan kolaborasi, yang penting dalam hubungan pribadi
maupun profesional. empati mendukung terciptanya komunikasi yang lebih baik,
meningkatkan kepercayaan, dan memperkaya hubungan interpersonal. Dengan
membangun koneksi emosional yang kuat, individu dapat mengalami hubungan yang
lebih memuaskan dan bermakna.
Menurut
Minarti (2005) empati adalah kemampuan (Nugraha et al.,
2017; Ratka, 2018). mengindra perasaan dari
perspektif orang lain. Maka dari itu diperlukan kemampuan untuk dapat merasakan
perasaan orang lain selama melakukan interaksi sosial agar membangun hubungan
interpersonal yang baik. Dalam empati, individu juga dikenalkan dengan emosi
dari orang lain. Semakin seseorang dapat memahami bagaimana perasaan emosi diri
sendiri, semakin baik juga ia akan memahami perasaan orang lain. Sehingga
dengan memiliki Tingkat empati yang tinggi, seseorang dapat memahami dan
menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain, sehingga akan
lebih mudah untuk menerima informasi yang telah diberikan kepadanya.
Penelitian
yang dilakukan oleh Kusasi (2014) yang meneliti hubungan dari empati dan
komunikasi interpersonal dengan kualitas hidup, menunjukan adanya korelasi yang
positif dan signifikan antara ketiga variabel tersebut (Duarte et al.,
2016). Penelitian ini menyoroti
pentingnya mengembangkan empati dan keterampilan komunikasi untuk meningkatkan
kualitas hidup siswa secara keseluruhan. hal ini menunjukan bahwa adanya
korelasi dari variabel-variable tersebut, akan tetapi penelitian ini difokuskan
kepada jenjang pendidikan sebagai siswa. Sementara itu penelitian ini juga
berfokus kepada kualitas hidup siswa yang menjadi subjek penelitian tersebut.
penelitian ini menunjukan bahwa empati berpengaruh kepada kualitas hidup, serta
komunikasi interpersonal menjadi salah satu faktor pendukungnya. dilihat dari
korelasi tersebut, penelitian yang akan dilakukan penulis akan menghubungkan
korelasi antara empati dan kualitas dari hubungan interpersonal, serta
penelitian ini akan difokuskan kepada mahasiswa sebagai subjek penelitian.
Meski
banyak ahli yang telah meneliti seputar empati dan kualitas hubungan
interpersonal, akan tetapi masih terbatas penelitian yang membahas hubungan
empati dan interpersonal terutama yang berfokus kepada mahasiswa. Hal yang
menjadi perbedaan penelitian ini dari penelitian terdahulu, yang Pertama adalah
mencari hubungan dari empati dan kualitas hubungan interpersonal. bahwa belum
ada penelitian yang mengaitkan empati dengan variabel kualitas hubungan
interpersonal. Kemudian penulis juga menggunakan �mahasiswa� sebagai subjek
yang difokuskan di penelitian ini, yang dimana menjadi pembeda dari penelitian sebelumnya.
Berdasarkan
latar belakang penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara empati dan kualitas hubungan interpersonal pada mahasiswa. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dari hubungan empati dan kualitas hubungan interpersonal
terhadap mahasiswa. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mahasiswa terkait dengan informasi mengenai hubungan antara empati
dan kualitas hubungan interpersonal terhadap mahasiswa. Manfaat penelitian ini
untuk studi-studi selanjutnya adalah sebagai sumber referensi serta memberikan
kontribusi pemikiran dalam bidang psikologi mengenai hubungan antara empati dan
kualitas hubungan interpersonal di kalangan mahasiswa.
METODE
PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan yaitu metode kuantitatif (Nugroho &
Umanto, 2017). Penelitian kuantitatif
adalah metode penelitian yang mengutamakan pengumpulan dan analisis data dalam
bentuk angka atau statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian secara
objektif dan ilmiah. Menurut Sugiyono (2018) Penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena yang
dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan
tindakan, secara menyeluruh. Penelitian ini menggunakan deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, dalam konteks alami yang spesifik, serta memanfaatkan
berbagai metode alami. desain penelitian yang
digunakan adalah desain korelasional yang dimana Desain ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana ada hubungan antara dua atau lebih variabel, apakah
hubungan tersebut positif, negatif, atau tidak ada hubungan sama sekali.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability random sampling. Metode ini memastikan representativitas responden dengan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu
dalam populasi untuk terpilih sebagai peserta. Kuesioner akan disebarkan melalui media sosial dan jaringan teman-teman peneliti, sehingga memungkinkan akses yang lebih luas kepada kelompok
sasaran yang diinginkan.
Prosedur Penelitian
1. �Persiapan Penelitian
Pada bab ini, akan dijelaskan
langkah-langkah yang diambil dalam persiapan penelitian untuk mengkaji hubungan
antara empati dan kualitas hubungan interpersonal pada mahasiswa. Persiapan
yang akan dilakukan peneliti untuk melakukan penelitian yaitu peneliti
mengidentifikasi masalah yang terjadi di lingkungan peneliti untuk mendapatkan
gambaran penelitian yang dilakukan, peneliti merancang proposal penelitian yang
akan diajukan ke pihak universitas untuk meminta izin pelaksanaan penelitian
ini, peneliti menyusun instrumen Penelitian yang digunakan sesuai dengan
variabel penelitian yaitu Empati dan Kualitas Hubungan Interpersonal pada
mahasiswa, pengujian instrumen penelitian dilakukan untuk mendapatkan validitas
dan reliabilitasnya sebelum digunakan. Analisis instrumen beserta revisi
instrumen akan dilakukan jika ada hal yang tidak sesuai. menyebarkan instrumen
penelitian untuk mendapatkan data yang dapat diolah oleh peneliti. analisis
data dan kesimpulan dari penelitian dirancang sedemikian rupa untuk mendapatkan
hasil yang sesuai.
2. �Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian
ini, penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode probability
random sampling untuk memastikan representativitas responden. Kuesioner
disebarkan melalui media sosial dan juga melalui jaringan teman-teman peneliti,
yang memungkinkan akses yang lebih luas kepada kelompok sasaran yang
diinginkan. Kuesioner ini mencakup beberapa bagian penting, termasuk informasi
penelitian, instruksi mengenai penggunaan alat ukur, dan surat persetujuan
bersyarat (informed consent) yang menjelaskan tujuan penelitian serta hak
responden.
Alat ukur empati yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 22 pertanyaan yang dirancang untuk
mengukur tingkat empati responden dengan menggunakan skala Likert 1-5, di mana
1 menunjukkan "sangat tidak setuju" dan 5 menunjukkan "sangat
setuju." Selain itu, kualitas hubungan interpersonal juga diukur dengan
kuesioner terpisah yang juga terdiri dari 22 pertanyaan, namun menggunakan
skala Likert 1-4, di mana 1 menunjukkan "Tidak sama sekali" dan 4
menunjukkan "Sangat banyak." Pada bagian akhir kuesioner, responden
diberikan ucapan terima kasih atas partisipasinya, yang menggambarkan apresiasi
peneliti terhadap waktu dan kontribusi yang telah diberikan oleh peserta dalam
penelitian ini. Dari penyebaran kuesioner yang sudah dilakukan oleh peneliti,
responden yang didapat sebanyak 265 partisipan, akan tetapi 5 responden yang
didapat tidak sesuai dengan kriteria penelitian ini. Sehingga responden yang
diperoleh sebanyak 260 partisipan.
Pengolahan Data dan Teknik
Analisis Data
1. �Pengolahan Data
Pengolahan data dapat
didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk mendapatkan data atau
ringkasan data dari sekumpulan data mentah dengan menerapkan rumus-rumus
tertentu, sehingga menghasilkan informasi yang relevan dan diperlukan (Habeeb et al., 2019; Plageras et al., 2018). Tahap-tahap pengolahan data
dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti yang pertama pengumpulan data
yang merupakan langkah pertama di mana informasi terkumpul melalui berbagai
metode, dalam penelitian ini peneliti akan mengumpulkan data dengan
angket/kuesioner yang sudah dirancang sesuai dengan penelitian. Menurut
Creswell (2014), "Pengumpulan data yang tepat dan sistematis adalah
fondasi dari penelitian yang valid." Penting untuk memastikan bahwa metode
yang digunakan sesuai dengan pertanyaan penelitian (Djunaedi et al.,
2024; Sovacool et al., 2018). Dalam penelitian ini
peneliti akan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Setelah data
dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah menyusun data tersebut dalam format
yang dapat dikelola. Dwianto (2015) menekankan, "Penyusunan data yang baik
memudahkan proses analisis dan interpretasi selanjutnya."
Data yang sudah disusun perlu
dibersihkan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan, seperti data yang
hilang, duplikat, atau tidak konsisten. Proses ini penting untuk memastikan
keandalan data yang akan dianalisis. Nunnally (1978) menyatakan, �Validitas
data sangat tergantung pada pembersihan dan pengolahan data yang sistematis.�
Dalam tahap analisis data, data dianalisis menggunakan teknik yang sesuai.
Menurut Field (2013), "Analisis yang tepat tidak hanya memberikan
informasi tetapi juga wawasan yang berguna dari data." Setelah analisis,
peneliti perlu menginterpretasikan hasil analisis untuk menyimpulkan makna dari
data yang telah diolah. Interpretasi harus memperhatikan konteks dan tujuan
penelitian. Kvale (2007) menjelaskan bahwa "interpretasi hasil yang baik
dapat menyajikan konsep-konsep yang sebelumnya tidak terlihat."
Hasil penelitian perlu disusun
dalam bentuk laporan yang sistematik, mencakup latar belakang penelitian,
metodologi, hasil analisis, diskusi, dan kesimpulan. Pelaporan juga dapat
mencakup visualisasi data seperti grafik atau tabel untuk memudahkan pemahaman.
Wiersma dan Jurs (2005) mencatat, �Laporan yang baik adalah kunci untuk
menyebarkan hasil penelitian kepada audiens yang lebih luas."
2. �Teknik Analisis data
Peneliti mendapatkan data dari
Google form yang telah disebarkan dan diisi oleh partisipan. Dari data
yang telah diperoleh, peneliti mengolah data menggunakan aplikasi IBM SPSS 25,
langkah-langkah analisis data yang telah diperoleh yang pertama adalah penguji
akan melakukan uji reliabilitas pada masing masing alat ukur variabel untuk
melihat nilai Cronbach Alpha pada setiap alat ukur yang telah digunakan dan
menentukan apakah alat ukur tersebut dapat dinyatakan reliabel. Field (2013)
menyatakan bahwa "Analisis korelasi adalah alat yang sangat berguna dalam
penelitian kuantitatif untuk merumuskan dan menjawab pertanyaan penelitian
tentang relasi antar variabel." Ini menunjukkan bahwa analisis korelasi
dapat membantu peneliti untuk merumuskan hipotesis yang lebih baik dan
menjelaskan fenomena yang kompleks. Peneliti akan menggunakan metode analisis
korelasi, akan tetapi uji asumsi perlu dilakukan terlebih dahulu untuk
menentukan metode korelasi yang digunakan.
Peneliti akan melakukan uji
asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh oleh peneliti berdistribusi
normal atau tidak. Apabila data yang diperoleh oleh peneliti berdistribusi
normal maka proses analisis yang digunakan yaitu dengan metode Pearson, akan
tetapi jika didapatkan data berdistribusi tidak normal maka metode analisis
yang digunakan yaitu metode Spearman. Seluruh data yang akan dipaparkan oleh
peneliti akan ditampilkan dalam bentuk tabel serta penjelasan tentang hasil
yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Gambaran Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
hubungan antara variabel Empati (X) dan Kualitas Hubungan Interpersonal (Y) di
kalangan mahasiswa. Subjek penelitian terdiri dari mahasiswa aktif berusia 18
hingga 25 tahun. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat
empati yang tinggi, sementara kualitas hubungan interpersonal juga berada pada
kategori tinggi, meskipun terdapat beberapa responden dalam kategori sedang dan
rendah.
a. �Gambaran Variabel Empati
Penelitian ini menggunakan
menggunakan kuesioner untuk mengukur variabel Empati dengan skala Likert 1
sampai 5.� Dapat dilihat pada tabel 1., Nilai rata-rata (Mean) yang
didapatkan pada skala empati bernilai 94,30. Hasil dari nilai responden pada
variabel empati diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang,
dan tinggi: A) tidak ada responden yang mendapatkan nilai �rendah�, B)
responden yang mendapatkan nilai �sedang� berjumlah 18 (6,9%) responden, C)
sedangkan responden yang mendapatkan nilai �tinggi� berjumlah 242 (93,1%),
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Gambaran skor empati
N |
Mean |
Std. Deviation |
Minimum |
Maximum |
260 |
94,30 |
8,018 |
70 |
105 |
Tabel 2. Gambaran kategori
empati
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Persentase kumulatif |
Rendah |
0 |
0% |
0% |
Sedang |
18 |
6,9% |
6,9% |
Tinggi |
242 |
93,1% |
100% |
Total |
260 |
|
|
b. �Gambaran Variabel Kualitas Hubungan
Interpersonal
Pada variabel ini kuesioner
yang digunakan menggunakan skala Likert 1 sampai 4 untuk mengukur Kualitas
hubungan interpersonal. Pada tabel 3. terlihat rata-rata (Mean)
yang didapatkan pada alat ukur ini yaitu sebesar 70,43. Nilai responden
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu �Rendah�, �Sedang�, dan �Tinggi�: A.)
responden yang mendapatkan nilai dengan kategori �Rendah� sebanyak 2 (0,8%),
B.) responden yang mendapatkan nilai dengan kategori �Sedang� sebanyak 43
(16,5%), C.) dan partisipan yang mendapatkan nilai dengan kategori �Tinggi�
sebanyak 215 (82,7%) responden, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 3. Gambaran skor kualitas
hubungan interpersonal
N |
Mean |
Std. Deviation |
Minimum |
Maximum |
260 |
70,43 |
7,533 |
30 |
84 |
Tabel 4. Gambaran kategori
kualitas hubungan interpersonal
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Persentase kumulatif |
Rendah |
2 |
0,8% |
0,8% |
Sedang |
43 |
16,5% |
17,3% |
Tinggi |
215 |
82,7% |
100% |
Total |
260 |
|
|
2.
Analisis data Utama
a. �Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan oleh
peneliti untuk melihat apakah data yang didapatkan berdistribusi normal atau
tidak normal. Uji yang dilakukan untuk melihat normalitas data menggunakan uji
Kolmogorov-Smimov. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menentukan
kesesuaian distribusi data dengan distribusi normal dengan membandingkan
distribusi kumulatif empirik data terhadap distribusi kumulatif normal, di mana
nilai signifikansi (p) yang dihasilkan menunjukkan sejauh mana data dapat
dikatakan mengikuti distribusi normal (Kumar & Kumar, 2020). Data yang diperoleh
dapat dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansinya (p) lebih besar
dari 0,05, dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Uji normalitas variabel
N |
Std. Deviation |
P |
Distribusi |
260 |
7,456 |
0,000 |
Tidak normal |
Berdasarkan
analisis yang dilakukan menggunakan SPSS IMB 25, diketahui bahwa� bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) didapatkan
sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam uji normalitas menunjukkan bahwa data tidak
berdistribusi normal, dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,00. Hal ini
mendorong penggunaan uji korelasi Spearman untuk analisis hipotesis.
b. uji linieritas
Uji linieritas dilakukan oleh
peneliti yang bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan secara linier antara kedua
variabel atau tidak.� Uji linieritas akan
dilakukan menggunakan SPSS dan melihat nilai signifikan liniernya, jika nilai
signifikan linier lebih besar dari 0,05 maka adanya hubungan yang signifikan
dalam kedua variabel tersebut.
Tabel 6. Uji linieritas antara variabel
empati dan kualitas hubungan interpersonal
N |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
260 |
29 |
43,174 |
0,752 |
0,819 |
Dilihat dari Tabel 6., dapat dikatakan bahwa hasil
uji linieritas yang diperoleh dari nilai Deviation Linearity Sig. adalah 0,819
yang berarti lebih besar dari 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan linier secara signifikan antara variabel Empati (X) dengan Kualitas
Hubungan Interpersonal (Y).
c. �Uji Hipotesis
Pada bab ini peneliti akan
melakukan uji hipotesis Hubungan Antara Empati dan Kualitas Hubungan
Interpersonal Terhadap mahasiswa. Metode analisis uji hipotesis yang akan
dilakukan yaitu dengan menggunakan uji korelasi Spearman , dengan bantuan
aplikasi SPSS IBM 25 yang akan disajikan dalam bentuk tabel beserta penjelasannya.
Analisis yang korelasi bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel Empati
(X) dan variabel Kualitas Hubungan Interpersonal (Y) terhadap mahasiswa.
Pengujian hipotesis akan
dilakukan berdasarkan penolakan atau penerimaan hipotesis dalam penelitian ini
didasari pada hasil yang didapat pada aplikasi SPSS. Penolakan atau penerimaan
hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti akan dijabarkan menjadi H൦ diterima dan H1 ditolak bila
nilai signifikan� >� 0,05, yang artinya tidak ada hubungan
signifikan antara Empati dan Kualitas Hubungan Interpersonal. H1 diterima dan H൦ ditolak bila nilai
signifikan� <� 0,05, yang artinya adanya hubungan yang
signifikan antara Empati dan Kualitas Hubungan Interpersonal.
Tabel 7. Uji Spearman variabel empati
dan kualitas hubungan interpersonal
Variabel |
N |
Koefisien Korelasi |
Signifikansi |
Keterangan |
Empati dan Kualitas
Hubungan Interpersonal |
260 |
-0,150 |
0,015 |
Signifikan, hubungan negatif |
Pada tabel 7., terlihat bahwa hipotesis
yang menunjukan adanya hubungan signifikan dengan nilai p (0,015) < 0,05
diterima. Hal ini menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
variabel Empati (X) dengan variabel Kualitas Hubungan Interpersonal (Y) dengan
nilai signifikansi sebesar 0,015 dengan menggunakan analisis korelasi Spearman.
Dari hasil analisis yang
didapat, nilai koefisien korelasi sebesar -0,150 yang menunjukan hipotesis
ditolak. Hal ini menunjukan adanya hubungan negatif antara variabel Empati (X)
dengan variabel Kualitas Hubungan Interpersonal (Y). Semakin besar empati yang
dimiliki mahasiswa, semakin kecil kualitas hubungan interpersonalnya. Begitupun
juga sebaliknya, jika semakin kecil empati yang dimiliki mahasiswa, maka
semakin besar kualitas hubungan interpersonalnya.
Dalam melihat kekuatan
korelasi antara hubungan, peneliti akan melihat nilai koefisien korelasinya.
Kategori nilai koefisien korelasi berdasarkan Rank Spearman yaitu 0,00 - 0,25
dikategorisasikan memiliki hubungan �lemah�, nilai koefisien korelasi sebesar
0,26 � 0,50 dikategorisasikan memiliki hubungan �cukup�, Nilai koefisien
korelasi sebesar 0,51 � 0,75 dikategorisasikan memiliki hubungan �kuat�, nilai
koefisien korelasi sebesar 0,76 � 0,99 dikategorisasikan� memiliki hubungan �sangat kuat�. Hasil yang
didapatkan pada penelitian ini, nilai koefisien korelasi sebesar (-)0,150 yang
dimana variabel Empati dengan Kualitas Hubungan Interpersonal memiliki hubungan
pada kategori �Lemah�
3.
Eksplorasi Korelasi Negatif
Korelasi negatif yang
ditemukan dalam penelitian ini, di mana peningkatan empati justru diikuti oleh
penurunan kualitas hubungan interpersonal, perlu dianalisis lebih lanjut.
Beberapa alasan potensial untuk temuan ini mungkin meliputi:
a. Konteks Sosial: Mahasiswa yang
sangat empatik mungkin lebih rentan terhadap stres emosional, yang dapat
memengaruhi kemampuan mereka untuk menjalin hubungan yang sehat.
b. Persepsi Empati: Ada
kemungkinan bahwa empati yang tinggi dapat menyebabkan mahasiswa mengambil
tanggung jawab emosional yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat membebani
hubungan interpersonal mereka.
c. Perbedaan dalam Penilaian:
Responden mungkin memiliki definisi yang berbeda tentang apa yang dimaksud
dengan "hubungan interpersonal berkualitas," yang dapat memengaruhi
hasil.
Temuan ini dapat dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa empati sering kali
berhubungan positif dengan kualitas hubungan. Misalnya, beberapa studi
menunjukkan bahwa empati dapat meningkatkan komunikasi dan saling pengertian
dalam hubungan. Namun, dalam konteks ini, perbedaan mungkin disebabkan oleh
tekanan akademis dan sosial yang dihadapi mahasiswa.
4.
Analisis data Tambahan
a. �Uji beda skor Kualitas Hubungan Interpersonal
terhadap ayah, ibu, dan teman
Pada uji beda ini, peneliti
akan menguji apakah terdapat perbedaan skor responden yang menjawab terhadap
ayah, ibu, atau teman pada variabel kualitas hubungan interpersonal. Analisis
yang digunakan akan menggunakan oneway Anova post Hoc test yang dimana
akan melihat korelasi antar tiga kelompok jawaban. Jika nilai signifikan (p)
> dari 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan, dan sebaliknya jika
signifikan (p) < dari 0,05 maka ada perbedaan antara kelompok tersebut.
Tabel 8. Uji banding Post Hoc
variabel kualitas hubungan
interpersonal tiga kelompok
Kelompok (I) |
Kelompok (j) |
Signifikansi (p) |
Ayah |
Ibu |
1,000 |
Teman (sahabat dekat,
pasangan) |
0,161 |
|
Ibu |
Ayah |
1,000 |
Teman (sahabat dekat,
pasangan) |
0,062 |
|
Teman (sahabat dekat,
pasangan) |
Ayah |
0,161 |
Ibu |
0,062 |
���
Pada tabel 8. terlihat bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara ayah, ibu, dan Teman. Didapatkan bahwa nilai
signifikan (p) antara kelompok Ayah dan ibu sebesar 1,000 yang dimana lebih
besar dari 0,05, maka dinyatakan tidak ada perbedaan. Jika melihat perbandingan
kelompok Ayah dan Teman, didapatkan signifikan (p) sebesar 0,161 yang dimana
lebih besar dari 0,05, dapat dinyatakan juga bahwa tidak ada perbedaan. Yang
terakhir adalah kelompok Ibu dan Teman didapatkan signifikan (p) sebesar 0,062
yang dimana masih lebih besar dari 0,05, maka dinyatakan bahwa tidak ada
perbedaan antara ketiga kelompok tersebut.
KESIMPULAN
Setelah
peneliti mendapatkan data dan dianalisis yang sudah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dalam simpulan peneliti akan merangkum dan menjawab rumusan
masalah pada penelitian ini. Rangkuman dan jawaban dari rumusan masalah pada
topik penelitian �Hubungan antara Empati dan Kualitas Hubungan Interpersonal
pada Mahasiswa� menunjukkan bahwa dari hasil analisis, didapatkan bahwa empati
dan kualitas hubungan interpersonal memiliki hubungan signifikan yang negatif.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat empati pada mahasiswa,
semakin rendah kualitas hubungan interpersonal-nya. Tingkat kekuatan hubungan
yang didapat, dikategorisasikan bahwa variabel empati dan kualitas hubungan
interpersonal memiliki hubungan yang lemah. Implikasi dari temuan ini dapat memberikan
wawasan bagi pendidik dan praktisi dalam mengembangkan program intervensi yang
lebih efektif. Diperlukan pendekatan yang mempertimbangkan pengembangan empati
sekaligus meningkatkan keterampilan sosial untuk memperbaiki kualitas hubungan
interpersonal mahasiswa. Dengan memahami dinamika ini, diharapkan dapat
tercipta lingkungan sosial yang lebih sehat dan mendukung bagi mahasiswa, yang
pada gilirannya dapat berdampak positif pada kesejahteraan mereka secara
keseluruhan.
Abubakar, F. (2015). Pengaruh komunikasi interpersonal antara
dosen dan mahasiswa terhadap motivasi belajar dan prestasi akademik mahasiswa. Jurnal
Pekommas, 18(1), 53�62. https://doi.org/10.30818/jpkm.2015.1180106
Djunaedi, H., SE, M., Sos, M. S., Rahmawati,
M. P. A., Suryadi, I. G. I., & Pahmi, S. P. (2024). Metode Penelitian
Administrasi. YPAD Penerbit.
Duarte, J., Pinto-Gouveia, J., & Cruz,
B. (2016). Relationships between nurses� empathy, self-compassion and
dimensions of professional quality of life: A cross-sectional study. International
Journal of Nursing Studies, 60, 1�11.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2016.02.015
Farah, A. (2024). Pengaruh Keterbukaan
Pengalaman, Conscientiousness, Ekstroversi, Agreeableness Dan Neurotisme
Terhadap Loyalitas Pelanggan Layanan Seluler Pada Masyarakat Di Kota
Lhokseumawe. Universitas Malikussaleh.
Habeeb, R. A. A., Nasaruddin, F., Gani, A.,
Hashem, I. A. T., Ahmed, E., & Imran, M. (2019). Real-time big data
processing for anomaly detection: A survey. International Journal of
Information Management, 45, 289�307.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2018.08.006
Harahap, A., Juita, J., Sharmila, S., &
Mariska, Y. (2024). Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental dalam Perspektif Agama
Islam. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(4),
7836�7848. https://doi.org/10.31004/innovative.v4i4.13344
Harahap, H. R., Nisa, S. K., Habib, M. F.
A., Marwiyah, M., Adelia, R., Aswan, M. R. P., & Hutasuhut, I. J. (2024).
Peran Komunikasi Verbal dalam Meningkatkan Kualitas Hubungan Interpersonal di
Kelas Manajemen Dakwah-B UIN Sumatera Utara. Innovative: Journal Of Social
Science Research, 4(3), 16028�16042.
https://doi.org/10.31004/innovative.v4i3.12483
Kusuma, L., Dimyati, D., & Harun, H.
(2021). Perhatian orang tua dalam mendukung keterampilan sosial anak selama
pandemi covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1),
373�491. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.959
Ma, J., Han, X., Yang, J., & Cheng, J.
(2015a). Examining the necessary condition for engagement in an online learning
environment based on learning analytics approach: The role of the instructor. The
Internet and Higher Education, 24, 26�34.
Ma, J., Han, X., Yang, J., & Cheng, J.
(2015b). Examining the necessary condition for engagement in an online learning
environment based on learning analytics approach: The role of the instructor. The
Internet and Higher Education, 24(5), 26�34.
https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2014.09.005
Mahadi, U. (2021). Komunikasi pendidikan
(urgensi komunikasi efektif dalam proses pembelajaran). JOPPAS: Journal of
Public Policy and Administration Silampari, 2(2), 80�90.
Nugraha, D., Apriliya, S., & Veronicha,
R. K. (2017). Kemampuan empati anak usia dini. Jurnal PAUD Agapedia, 1(1),
30�39.
Nugroho, S., & Umanto, F. D. D. E.
(2017). Metode kuantitatif. UNIB Press.
Plageras, A. P., Psannis, K. E., Stergiou,
C., Wang, H., & Gupta, B. B. (2018). Efficient IoT-based sensor BIG Data
collection�processing and analysis in smart buildings. Future Generation
Computer Systems, 82, 349�357.
https://doi.org/10.1016/j.future.2017.09.082
Ratka, A. (2018). Empathy and the
development of affective skills. American Journal of Pharmaceutical
Education, 82(10), 7192. https://doi.org/10.5688/ajpe7192
Safarina, N. A. (2017). Hubungan harga
diri dan optimisme dengan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa Magister
Psikologi Universitas Medan Area. Universitas Medan Area.
Saputra, I. (2022). Pengaruh Reputasi,
Kualitas Informasi, Dan E-Wom Terhadapminat Beli Pada Situsjual Beli Online
Toko Prdia Dengan Kepercayaan Pelanggan Sebagai Variabel Mediasi.
Universitas Muhammadiyah Metro.
Sovacool, B. K., Axsen, J., & Sorrell,
S. (2018). Promoting novelty, rigor, and style in energy social science:
Towards codes of practice for appropriate methods and research design. Energy
Research & Social Science, 45, 12�42.
|
� 2024 by the authors.
Submitted for possible open access publication under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |