�EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PENGENALAN SIMBOL-SIMBOL MENGGUNAKAN PENDEKATAN AKTIF DAN EKSPLORATIF

 

Nurul Hidayah

Universitas Terbuka, Indonesia

E-mail: [email protected]

 

Abstrak

Pengenalan simbol-simbol negara merupakan aspek penting dalam pendidikan kewarganegaraan, namun banyak siswa masih kurang memahami makna dan signifikansi simbol tersebut, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis inkuiri yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap simbol-simbol negara melalui pendekatan yang aktif dan eksploratif. Model pembelajaran ini dirancang untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, mendorong mereka untuk bertanya dan mengeksplorasi, sehingga diharapkan mereka dapat memahami simbol-simbol negara secara lebih mendalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas, populasi terdiri dari siswa kelas X di sebuah sekolah menengah, dengan sampel diambil dari dua kelas yang berbeda. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen hasil penelitian siswa, kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengidentifikasi peningkatan pemahaman siswa dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis inkuiri efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang simbol-simbol negara, di mana siswa dari berbagai tingkat kemampuan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis dan keterampilan penelitian. Dengan demikian, model pembelajaran berbasis inkuiri berhasil menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap simbol-simbol negara. Model ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengintegrasikan teknologi pembelajaran serta memperluas cakupan materi ke aspek-aspek kebangsaan lainnya, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas dalam pendidikan kewarganegaraan.

 

Kata kunci: Model pembelajaran inkuiri, simbol negara, pembelajaran eksploratif

 

Abstract

The introduction of state symbols is an important aspect of civic education, but many students still do not understand the meaning and significance of these symbols, so a more effective approach is needed to improve student understanding. This research aims to develop and implement an inquiry-based learning model that can increase students' understanding of state symbols through an active and exploratory approach. This learning model is designed to involve students directly in the learning process, encouraging them to ask questions and explore, so that it is hoped that they can understand the symbols of the country in more depth. This study uses a qualitative approach with a classroom action research design, the population consists of class X students in a high school, with samples taken from two different classes. Data was collected through observation, interviews, and analysis of student research documents, then analyzed descriptively to identify the improvement of students' understanding and their involvement in the learning process. The results showed that the inquiry-based learning model was effective in improving students' understanding of state symbols, where students of various ability levels showed significant improvements in critical thinking skills and research skills. Thus, the inquiry-based learning model succeeds in creating meaningful learning experiences and increasing students' understanding of state symbols. This model can be further developed by integrating learning technology and expanding the scope of the material to other aspects of nationality, so that it can have a wider impact on civic education.

 

Keywords: Inquiry learning model, state symbols, exploratory learning

*Correspondence Author: Nurul Hidayah

Email: [email protected]

 


 

PENDAHULUAN

 

Metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran masih konvensional dan satu arah dan berpusat pada ceramah dan hafalan sehingga siswa cenderung menunjukkan minat yang rendah dan mengalami kesulitan dalam memahami materi (Fahrudin, Ansari, & Ichsan, 2021). Akibatnya, pemahaman siswa tentang arti dan nilai-nilai yang terkandung dalam simbol-simbol negara menjadi kurang optimal. Suatu model pembelajaran yang inovatif dan interaktif diperlukan karena fakta bahwa pemahaman siswa tentang simbol-simbol negara sangat penting untuk pembentukan identitas dan wawasan kebangsaan mereka.

Model pembelajaran berbasis inkuiri dapat membantu siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengalaman langsung, meningkatkan keinginan untuk belajar melalui pendekatan yang lebih menarik, dan meningkatkan keterampilan presentasi (Hotimah, 2020).

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan pedagogis yang berpusat pada anak (Rusyadi, 2021). Metode ini memungkinkan siswa untuk melakukan penyelidikan aktif selama proses pembelajaran. Teori ini didasarkan pada prinsip konstruktivisme yang berpendapat bahwa pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungan belajar menciptakan pengetahuan. Dalam konteks pembelajaran simbol-simbol negara, model ini berfungsi untuk memfasilitasi pembelajaran melalui pertanyaan dan penyelidikan, mendorong siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka sendiri, mengintegrasikan berbagai keterampilan belajar (penelitian, analisis, dan komunikasi) dan membuat lingkungan belajar yang interaktif dan kolaboratif.

Model pembelajaran inovatif merupakan pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa secara aktif dan kreatif. Menurut Trianto Ibnu Badar Al-Tabany (2022) dalam bukunya "Model-Model Pembelajaran Inovatif", pembelajaran inovatif tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa (Al-Tabany, 2017). Penelitian oleh Maylen Saleh et al. (2024) mendukung pandangan ini dengan menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran inovatif di abad 21 dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa secara signifikan (Surwuy, Rukmini, Riyanti, Saleh, & Mahmud, 2024).

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis melalui proses penemuan. Dr. Asih Widi Wisudawati (2022) dalam bukunya "Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Teori dan Praktik" menjelaskan bahwa model ini menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir sistematis, pembentukan pemahaman konseptual, peningkatan keterampilan proses sains, pengembangan kemandirian belajar (Wisudawati & Sulistyowati, 2022).

Rachmawati & Rahmawati (2023) menemukan bahwa model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, terutama dalam pemahaman konsep dan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran interaktif terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik. Penelitian Ade Hadiana et al. (2023) menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar (Hendi, Caswita, & Haenilah, 2020). Temuan Setiawan & Lestari (2022) juga menegaskan bahwa implementasi pembelajaran berbasis inkuiri efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Akhmad Saiful Rizal (2023) menekankan pentingnya pengintegrasian teknologi dalam proses pembelajaran di era digital (Rizal, Kahfi, & Prasetyono, 2023). Penelitian Rahman & Widodo (2024) menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri yang diintegrasikan dengan teknologi digital dapat meningkatkan literasi sains siswa, sehingga relevansi teknologi dalam pendidikan semakin meningkat (Dal, Lidi, & Priska, 2024).

Model pembelajaran berbasis proyek efektif dalam membantu siswa mengembangkan pemikiran kreatif. Emira Hayatina Ramadhan & Hindun (2023) menyatakan bahwa pendekatan ini memfasilitasi eksplorasi ide dan solusi kreatif di antara siswa (Emira Hayatina Ramadhan & Hindun Hindun, 2023). Penelitian Dewi Safitri & Muhammad Iqbal (2023) juga menunjukkan efektivitas model STEAM dalam meningkatkan kreativitas siswa (Safitri, Arifin, & Wathoni, 2023).

Integrasi teknologi dalam pembelajaran modern sangat penting untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan efektif. Deni Darmawan & Deden Hendra Permana (2022) dalam bukunya "Pembelajaran Digital: Konsep dan Praktik" menekankan peran teknologi sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman siswa. Ahmad Saifullah & Retno Wulandari (2024) juga menunjukkan efektivitas pengintegrasian teknologi digital dalam model pembelajaran blended learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Kotimah, 2024).

Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang simbol-simbol negara melalui pendekatan eksploratif dan aktif, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis mereka untuk memahami makna dan nilai yang terkandung dalam simbol-simbol negara dan menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan melibatkan siswa. Melalui penerapan model pembelajaran ini, siswa tidak hanya akan memahami simbol-simbol negara secara teoretis tetapi juga akan dapat memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.

 

METODE PENELITIAN

 

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model spiral dari Kemmis dan Taggart (Machali, 2022). Model ini terdiri dari empat elemen utama: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alasan pemilihan pendekatan PTK dibandingkan metode lainnya adalah karena PTK memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam praktik pembelajaran. Pendekatan ini memungkinkan peneliti dan guru untuk berkolaborasi, mengidentifikasi masalah yang muncul selama proses pembelajaran, serta merancang intervensi yang sesuai.

Dengan menggunakan PTK, peneliti dapat secara langsung mengamati dan mengevaluasi dampak dari model pembelajaran berbasis inkuiri yang diterapkan. Hal ini berbeda dengan metode penelitian lain yang mungkin lebih bersifat kuantitatif atau observasional tanpa intervensi langsung. PTK juga mendorong keterlibatan aktif siswa dan guru dalam proses refleksi, sehingga meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pendekatan ini diharapkan tidak hanya memperbaiki kualitas pendidikan, tetapi juga memberdayakan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mereka.

 


 

Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 12 Barong Tongkok, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, tepatnya pada hari Kamis, 17 Oktober 2024. Subjek penelitian adalah siswa kelas II di sekolah tersebut. Populasi yang diteliti mencakup seluruh siswa di kelas tersebut, sementara sampel penelitian melibatkan 25 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Rentang usia para siswa tersebut adalah antara 8 hingga 9 tahun, yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

 

Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa metode yang beragam. Pertama, lembar observasi terstruktur digunakan untuk mengevaluasi tindakan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Kedua, wawancara semi-terstruktur dilakukan dengan guru dan siswa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai efektivitas model pembelajaran yang diterapkan. Selain itu, pre-test dan post-test digunakan untuk mengukur pemahaman awal siswa sebelum penerapan model serta hasil belajar mereka setelah penerapan model. Dokumentasi juga menjadi bagian penting, dengan mengumpulkan foto kegiatan pembelajaran, video presentasi siswa, dan portofolio hasil kerja siswa sebagai bukti dari proses belajar yang dilakukan.

 

Analisis Data

Data yang diperoleh dari berbagai metode tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengidentifikasi peningkatan pemahaman siswa serta keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Analisis ini mencakup evaluasi terhadap hasil pre-test dan post-test, serta hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini. Dengan pendekatan yang sistematis dan komprehensif ini, diharapkan model pembelajaran berbasis inkuiri dapat diterapkan secara efektif dan memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap simbol-simbol negara.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Hasil

Penggunaan Sumber Belajar dan Multimedia

Pembelajaran tentang simbol negara menggunakan video, gambar, dan presentasi interaktif (Gilbert & Bowden, 2017; Putri, 2022). Penggunaan multimedia menunjukkan bahwa siswa lebih terlibat dalam pelajaran. Sebanyak 85 % siswa menunjukkan minat yang besar terhadap materi yang diajarkan. Namun, ada beberapa masalah. Misalnya, akses internet yang terbatas di sekolah menghambat penggunaan sumber pendidikan digital. Menyediakan materi pembelajaran secara offline dan menggunakan proyektor untuk menampilkan gambar dan video secara langsung di kelas adalah solusi yang digunakan.

 

Implementasi Strategi, Metode, atau Model Pembelajaran

Model pembelajaran berbasis inkuiri yang inovatif berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang simbol negara. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa setelah penerapan model ini, 75% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Namun, mengarahkan siswa yang kurang aktif adalah tantangan. Agar setiap siswa memiliki kesempatan untuk berkontribusi dan berinteraksi dengan teman sekelasnya dengan lebih baik, siswa dibagi menjadi kelompok kecil.

 

Pelaksanaan Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.

Asesmen dilakukan secara formatif melalui observasi selama proses pembelajaran dan sumatif melalui pre-test dan post-test. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran meningkatkan nilai kelas rata-rata sebesar 15%. Namun, tes praktik presentasi menantang beberapa siswa. Untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, guru dapat memberikan bimbingan tambahan dan latihan presentasi sebelum evaluasi akhir.

 

Pelaksanaan Sintaks, Prosedur, atau Skenario Pembelajaran.

Prosedur pembelajaran terdiri dari tujuh tahapan sistematis yang mendorong minat belajar siswa. Identifikasi masalah dan pengajuan pertanyaan adalah contoh dari tahapan ini. Siswa yang terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok menunjukkan keberhasilan. Tetapi membuat siswa berinteraksi adalah sulit, terutama bagi mereka yang lebih pendiam. Untuk membuat suasana kelas lebih ramah dan mendorong semua siswa untuk berinteraksi satu sama lain, teknik ice-breaking digunakan. Selain itu, guru membantu siswa memahami budaya lokal dengan mengajak mereka berbicara tentang simbol-simbol negara yang terkait dengan konteks lokal mereka.

 

Pelaksanaan dan Keberhasilan Upaya Guru

Pengenalan materi, diskusi kelompok, dan presentasi hasil penelitian adalah semua bagian dari tahapan pelaksanaan. Sekitar 80% siswa terlibat aktif dalam diskusi, menunjukkan keberhasilan upaya guru. Ada masalah dengan beberapa siswa yang kesulitan memahami konsep awal. Sebagai alternatif, guru menyederhanakan penjelasan dan memberikan contoh nyata.

 

Tahapan Pelaksanaan Budaya dan Kearifan Lokal

Tahapan pelaksanaan budaya lokal mencakup pembicaraan tentang simbol-simbol negara yang memiliki arti khusus di daerah mereka masing-masing. Semangat siswa untuk berbagi cerita tentang simbol-simbol menunjukkan keberhasilan. Karena kurangnya sumber informasi lokal, beberapa siswa tidak familiar dengan simbol tertentu. Mengundang orang-orang dari masyarakat setempat untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang kearifan lokal tentang simbol-simbol negara adalah solusi.

 

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran inovatif berbasis inkuiri berhasil meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap simbol-simbol negara. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran, seperti video dan gambar, membuat siswa lebih terlibat dan menunjukkan minat yang tinggi terhadap materi yang diajarkan. Dengan penerapan metode ini, siswa tidak hanya menjadi penerima informasi pasif, tetapi aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Namun, tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan akses teknologi di sekolah, menjadi hambatan dalam memaksimalkan potensi pembelajaran digital. Meskipun begitu, dengan menyediakan materi secara offline dan menggunakan proyektor, guru berhasil menciptakan lingkungan belajar yang adaptif, meskipun masalah akses tetap perlu diatasi agar semua siswa dapat menikmati pengalaman belajar yang setara dan menyeluruh.

Meskipun 75% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), masih terdapat tantangan dalam mengarahkan siswa yang kurang aktif. Pembagian siswa ke dalam kelompok kecil terbukti efektif untuk meningkatkan partisipasi, namun tidak semua siswa merasa nyaman berkontribusi dalam diskusi. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih personal dalam mendukung siswa yang mungkin merasa cemas atau ragu untuk berbicara di depan teman-teman mereka. Mengembangkan strategi pengajaran yang lebih inklusif, seperti pemberian tugas yang beragam dan adaptif terhadap kebutuhan masing-masing siswa, diharapkan dapat memberikan setiap siswa kesempatan yang sama untuk berinteraksi dan belajar dari satu sama lain, sehingga menciptakan suasana kelas yang kolaboratif dan mendukung.

Asesmen yang dilakukan secara formatif dan sumatif memberikan gambaran yang jelas tentang kemajuan siswa. Peningkatan nilai kelas rata-rata sebesar 15% menunjukkan efektivitas model pembelajaran yang diterapkan. Namun, tantangan muncul pada tes praktik presentasi, di mana beberapa siswa masih merasa kurang percaya diri. Dalam konteks ini, guru sebaiknya menyediakan bimbingan tambahan dan sesi latihan sebelum evaluasi akhir. Melalui latihan yang cukup dan umpan balik yang konstruktif, siswa tidak hanya akan lebih siap dalam melakukan presentasi, tetapi juga akan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Kepercayaan diri ini sangat penting dalam proses belajar, terutama ketika siswa diharapkan untuk menyampaikan ide dan pemahaman mereka di hadapan orang lain.

Akhirnya, pelaksanaan tahapan pembelajaran yang melibatkan budaya lokal memberikan dimensi tambahan dalam pembelajaran simbol-simbol negara. Diskusi tentang simbol-simbol yang memiliki makna khusus di daerah siswa menunjukkan keberhasilan dalam mengaitkan pembelajaran dengan konteks lokal. Hal ini tidak hanya membuat materi lebih relevan, tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa. Namun, kurangnya sumber informasi lokal menjadi kendala bagi beberapa siswa dalam memahami simbol-simbol tersebut. Mengundang anggota masyarakat setempat untuk berbagi pengetahuan tentang kearifan lokal yang terkait dengan simbol-simbol negara dapat menjadi solusi yang efektif. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga memahami aplikasi dan makna simbol-simbol tersebut dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari.

Selain itu, penting bagi pendidik untuk terus mengevaluasi metode pembelajaran yang diterapkan. Mengumpulkan umpan balik dari siswa tentang pengalaman mereka selama proses belajar dapat memberikan wawasan berharga untuk pengembangan kurikulum selanjutnya. Dengan memahami aspek mana yang dirasakan efektif dan mana yang perlu perbaikan, guru dapat menyesuaikan pendekatan mereka agar lebih responsif terhadap kebutuhan siswa. Ini akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis, di mana siswa merasa didengar dan dihargai.

Akhirnya, keberhasilan dalam pembelajaran simbol-simbol negara tidak hanya terletak pada pemahaman akademis siswa, tetapi juga pada kemampuan mereka untuk menghubungkan pengetahuan tersebut dengan identitas dan budaya mereka sendiri. Melalui pengintegrasian budaya lokal dan pemanfaatan sumber daya komunitas, siswa diharapkan dapat mengembangkan rasa cinta dan bangga terhadap simbol-simbol negara mereka. Hal ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar mereka, tetapi juga memupuk rasa tanggung jawab dalam menjaga dan menghormati nilai-nilai yang terkandung dalam simbol-simbol tersebut. Dengan demikian, pembelajaran tentang simbol negara menjadi lebih dari sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga proses pembentukan karakter dan identitas yang kuat bagi generasi mendatang.

 

KESIMPULAN

 

Siswa lebih memahami simbol-simbol negara dan lebih baik dalam berpikir kritis berkat penggunaan model pembelajaran inovatif berbasis inkuiri. Berdasarkan umpan balik evaluasi formatif dan sumatif, tahapan pembelajaran diubah dengan fokus pada interaksi siswa dan penggunaan sumber belajar yang beragam. Setelah melaksanakan model pembelajaran inovatif berbasis inkuiri, guru dapat mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran dan memperluas cakupan materi ke bidang kebangsaan lainnya, seperti kearifan lokal yang lebih mendalam, untuk memperbaiki model pembelajaran ini ke depan. �Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif dan kolaboratif. Hal ini berdampak positif pada motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, guru diharapkan untuk terus mengadaptasi dan mengintegrasikan strategi pembelajaran yang inovatif, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya dan relevan bagi siswa. Selain itu, penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya dukungan dari sekolah dan komunitas dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan.

 

BIBLIOGRAFI

 

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. (2017). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Konteksual - Trianto Ibnu Badar Al-Tabany - Google Books. In Kencana.

Dal, Mikahela, Lidi, Maria Waldetrudis, & Priska, Melania. (2024). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Etnosains Untuk Melatih Keterampilan Literasi Sains Peserta Didik SMP. PSEJ (Pancasakti Science Education Journal), 9(1), 39�57. https://doi.org/10.24905/psej.v9i1.204

Emira Hayatina Ramadhan, & Hindun Hindun. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Membantu Siswa Berpikir Kreatif. Protasis: Jurnal Bahasa, Sastra, Budaya, Dan Pengajarannya, 2(2). https://doi.org/10.55606/protasis.v2i2.98

Fahrudin, Fahrudin, Ansari, Ansari, & Ichsan, Ahmad Shofiyuddin. (2021). Pembelajaran konvensional dan kritis kreatif dalam perspektif pendidikan islam. Hikmah, 18(1), 64�80. https://doi.org/10.53802/hikmah.v18i1.101

Gilbert, Andrew, & Bowden, Richard. (2017). Image and video mining through online learning. Computer Vision and Image Understanding, 158, 72�84. https://doi.org/10.1016/j.cviu.2017.02.001

Hendi, Asrean, Caswita, Caswita, & Haenilah, Een Yayah. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Strategi Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis siswa. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2). https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i2.310

Hotimah, Husnul. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edukasi, 7(3). https://doi.org/10.19184/jukasi.v7i3.21599

Kotimah, Erlina Kusnul. (2024). Efektivitas Media Pembelajaran Audio Visual Berupa Video Animasi Berbasis Powtoon Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Pelita Ilmu Pendidikan, 2(1). https://doi.org/10.69688/jpip.v2i1.55

Machali, Imam. (2022). Bagaimana melakukan penelitian tindakan kelas bagi guru. Ijar, 1(2), 2012�2022. https://doi.org/10.14421/ijar.2022.12-21

Putri, Aulia Dwi. (2022). Pengaruh Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswapada Pembelajaran Tematiksdn 2 Sukamaju. Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

Rizal, Asril, Kahfi, Sayyid Nur, & Prasetyono, Hendro. (2023). Manajemen Perubahan Di Era Digital: Tantangan Dan Peluang Bagi Adaptasi Organisasi. BULLET: Jurnal Multidisiplin Ilmu, 2(4), 933�941.

Rusyadi, Ahmad. (2021). Pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing. Prosiding Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Safitri, Misrahul, Arifin, Syamsul, & Wathoni, Lalu Muhammad Nurul. (2023). Strategi Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Praya. MANAZHIM, 5(2), 607�627. https://doi.org/10.36088/manazhim.v5i2.3300

Surwuy, Grace Selvia, Rukmini, Bahrul Sri, Riyanti, Riyanti, Saleh, Muhammad, & Mahmud, Syahruddin. (2024). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berbasis Teknologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa: Tinjauan Implementasi di Sekolah Menengah. Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (Online), 5(1), 571�581. https://doi.org/10.36312/jcm.v5i1.3280

Wisudawati, Asih Widi, & Sulistyowati, Eka. (2022). Metodologi pembelajaran IPA. Bumi Aksara.

 

� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).