Universitas Terbuka, Indonesia
Abstrak |
Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis proyek dalam pembelajaran materi perkembangbiakan tumbuhan di SD
Negeri 006 Linggang Bigung.
Model ini dipilih untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan pemahaman mereka melalui pendekatan yang lebih aktif dan kolaboratif. Metode yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain siklus. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas 3, sedangkan sampel terdiri dari 14 siswa yang dipilih menggunakan teknik sampling purposive. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen, dengan analisis data menggunakan teknik kualitatif untuk menginterpretasikan hasil observasi dan laporan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis proyek berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa, memperdalam pemahaman mereka tentang konsep perkembangbiakan tumbuhan, serta meningkatkan keterampilan sosial dan kolaborasi dalam kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa penerapan model pembelajaran ini terbukti efektif dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan. Meskipun terdapat tantangan dalam pengelolaan waktu dan pemahaman materi pada sebagian siswa, penelitian ini merekomendasikan penerapan
model serupa dalam konteks pembelajaran lainnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: Pembelajaran
Berbasis Proyek, Perkembangbiakan Tumbuhan, Pembelajaran Interaktif, Motivasi
Belajar |
|
Abstract |
This study aims to
implement a project-based guided inquiry learning model in learning plant
reproduction material at SD Negeri 006 Linggang Bigung. This model was chosen to increase students'
engagement and their understanding through a more active and collaborative
approach. The method used was classroom action research (PTK) with a cycle
design. The study population included all grade 3 students, while the sample
consisted of 14 students selected using purposive sampling technique. Data
collection was conducted through observation, interviews, and document
analysis, with data analysis using qualitative techniques to interpret the
results of observations and student reports. The results showed that the
application of the project-based guided inquiry learning model succeeded in
increasing students' learning motivation, deepening their understanding of
the concept of plant reproduction, and improving social skills and
collaboration in groups. The conclusion of this study confirms that the
implementation of this learning model proved effective in creating a more
interactive and enjoyable learning experience. Despite challenges in time
management and material comprehension for some students, this study
recommends the application of similar models in other learning contexts to
improve student learning outcomes. Keywords: Project-Based Learning, Plant
Propagation, Interactive Learning, Learning Motivation |
*Correspondence
Author: Wiwiteria Lestari
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Pendidikan
dasar merupakan tahapan awal yang sangat penting dalam membentuk kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa (Naldi, 2018).
Sebagai institusi pendidikan, sekolah dasar memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan proses pembelajaran yang tidak hanya mentransfer pengetahuan,
tetapi juga menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif pada siswa (Sasson et al., 2018). Namun,
tantangan utama yang dihadapi dalam pembelajaran di SD Negeri 006 Linggang
Bigung adalah dominasi metode pengajaran konvensional, di mana guru menjadi
pusat kegiatan belajar, sementara siswa hanya sebagai penerima informasi secara
pasif (Chen & Tsai, 2021;
Yusof et al., 2015).
Kondisi
tersebut sering kali membuat siswa kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, yang berujung pada rendahnya motivasi belajar. Pada mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), khususnya materi perkembangbiakan
tumbuhan, metode ini menjadi kurang efektif karena topik ini membutuhkan
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengamati dan
mengeksplorasi langsung fenomena yang terjadi di alam.
Materi
perkembangbiakan tumbuhan meliputi dua jenis utama, yaitu generatif (melalui
biji) dan vegetatif (tanpa biji), yang keduanya memegang peranan penting dalam
keberlanjutan ekosistem. Pemahaman yang mendalam tentang materi ini tidak hanya
membantu siswa mengenal siklus hidup tumbuhan tetapi juga memberikan wawasan
tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan model
pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga memberikan
pengalaman belajar langsung yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Model
pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pendekatan yang didasarkan pada
prinsip konstruktivisme, di mana siswa dianggap sebagai subjek aktif dalam
proses belajar (Lazonder &
Harmsen, 2016; Pramana et al., 2024). Dalam
model ini, guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan
bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah
mendorong siswa untuk mengeksplorasi, mengajukan pertanyaan, dan menemukan jawaban
melalui aktivitas belajar yang terstruktur.
Model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis proyek merupakan salah satu pendekatan
yang sesuai untuk mengatasi tantangan ini (Fitriyah et al., 2021). Model
ini menggabungkan keunggulan pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan
inkuiri yang terstruktur. Dalam model ini, siswa diajak untuk mengajukan
pertanyaan, merancang penelitian sederhana, dan menyelesaikan proyek yang
berkaitan dengan materi pembelajaran. Proses ini memberikan pengalaman belajar
yang kontekstual, mendorong kolaborasi, dan mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah.
Menurut
Sari (2021), model inkuiri terbimbing memiliki keunggulan dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa (Al Mamun et al., 2022;
Wen et al., 2020). Hal
ini karena pendekatan ini mendorong keterlibatan langsung siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga mereka merasa memiliki kontrol terhadap pembelajaran
mereka sendiri. Motivasi yang meningkat tersebut berkontribusi pada hasil
belajar yang lebih baik.
Andriani
(2022) menambahkan bahwa model ini juga efektif dalam meningkatkan hasil
belajar karena memungkinkan siswa untuk memahami konsep secara mendalam melalui
pengalaman belajar yang relevan (Thaiposri &
Wannapiroon, 2015; Wang et al., 2015). Proses
inkuiri, yang mencakup identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis, dan
penyimpulan, membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Dengan bimbingan yang diberikan oleh guru, siswa tetap berada pada jalur
pembelajaran yang terarah meskipun terlibat dalam eksplorasi mandiri.
Keunggulan
lain dari model ini adalah kemampuannya untuk mengembangkan keterampilan
kolaborasi. Dalam proses pembelajaran, siswa sering kali bekerja dalam kelompok
untuk menyelesaikan proyek atau investigasi, sehingga mereka belajar
berkomunikasi, berbagi ide, dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Hal ini
relevan dengan kebutuhan pendidikan abad ke-21, yang menekankan pada penguasaan
keterampilan kolaboratif dan berpikir kritis.
Secara
keseluruhan, model inkuiri terbimbing memberikan kerangka pembelajaran yang
interaktif, inovatif, dan kontekstual. Pendekatan ini cocok diterapkan pada
materi yang memerlukan pemahaman konseptual mendalam, seperti topik
perkembangbiakan tumbuhan, karena memungkinkan siswa untuk menghubungkan teori
dengan praktik melalui pengalaman belajar yang nyata.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat
memberikan dampak positif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa. Prasetyo (2023) menjelaskan bahwa melalui PBL, siswa dilatih untuk
menganalisis masalah secara mendalam, mencari informasi yang relevan, dan
membuat keputusan berdasarkan bukti yang ditemukan (Amris & Desyandri,
2021; G�nay & Kılın�, 2018).
Keterlibatan aktif siswa dalam proyek memberikan kesempatan untuk menerapkan
berbagai keterampilan kognitif, seperti analisis, sintesis, dan evaluasi, yang
merupakan bagian dari berpikir kritis.
Senada
dengan itu, Yulianto (2020) juga menekankan bahwa model PBL memberikan ruang
bagi siswa untuk berpikir kreatif dan kritis dalam menyelesaikan masalah (Sukmaangara et al.,
2021; Tang et al., 2020). Dalam
konteks pembelajaran, siswa tidak hanya diminta untuk mengingat fakta-fakta, tetapi
juga untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks dengan pendekatan yang
rasional dan berbasis bukti. Dengan demikian, PBL mengajarkan siswa untuk
berpikir secara sistematis dan objektif, serta mengembangkan kemampuan untuk
menilai dan mengevaluasi hasil yang diperoleh.
Penelitian
ini dilakukan untuk mengkaji efektivitas penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis proyek dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
perkembangbiakan tumbuhan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengevaluasi dampak model ini terhadap motivasi belajar dan keterampilan
kolaborasi siswa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
nyata bagi pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif dan relevan di
sekolah dasar.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang dirancang untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis proyek di SD Negeri 006 Linggang Bigung (Utomo et al., 2024). Model
ini dipilih karena dinilai dapat meningkatkan keterlibatan siswa, mendorong
pemahaman yang lebih dalam, dan mengembangkan keterampilan kolaboratif siswa
dalam mempelajari konsep perkembangbiakan tumbuhan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dampak penerapan model pembelajaran tersebut terhadap
motivasi dan pemahaman siswa serta untuk mengevaluasi efektivitasnya dalam
konteks kelas.
Desain Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan pendekatan siklus yang terdiri dari empat tahap utama:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahap pertama adalah
perencanaan, di mana peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran, memilih
sumber belajar, serta menentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan pembelajaran di
kelas dengan menggunakan model inkuiri terbimbing berbasis proyek, yang
memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif melalui eksperimen dan pengamatan
langsung. Di tahap observasi, peneliti mencatat semua interaksi yang terjadi
selama proses pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun kelompok,
serta menilai tingkat keterlibatan dan pemahaman siswa terhadap materi.
Refleksi dilakukan setelah pembelajaran, di mana peneliti dan guru menganalisis
hasil observasi dan diskusi untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran dan
mencari langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Subjek Penelitian
Penelitian
ini melibatkan siswa kelas 3 SD Negeri 006 Linggang Bigung, yang berjumlah 14
siswa, terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Siswa ini dipilih
karena mereka akan terlibat langsung dalam penerapan model pembelajaran yang
diteliti. Karakteristik siswa yang memiliki latar belakang pengetahuan yang
beragam mengenai tumbuhan, baik yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan,
menjadi keunggulan dalam pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan
eksplorasi langsung terhadap tanaman di kebun sekolah.
Teknik Pengumpulan Data
Beberapa
teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh informasi yang komprehensif
mengenai pelaksanaan pembelajaran. Pertama, observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran untuk mencatat interaksi antara siswa dan guru, serta antara siswa
dalam kelompok. Observasi juga mencakup pengamatan terhadap motivasi siswa,
kemampuan kolaborasi, dan pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan.
Kedua, dokumentasi berupa foto dan video digunakan untuk mendokumentasikan
aktivitas siswa saat mengerjakan proyek di kebun sekolah. Dokumentasi ini
penting untuk mengamati proses kerja siswa dalam menerapkan konsep yang telah
dipelajari. Ketiga, asesmen formatif dilakukan melalui pengamatan langsung dan
evaluasi terhadap hasil diskusi kelompok serta tes tertulis untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi perkembangbiakan tumbuhan. Terakhir, wawancara
dilakukan dengan siswa dan guru untuk memperoleh masukan mengenai pengalaman
mereka selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Teknik Analisis Data
Data
yang terkumpul dari observasi, dokumentasi, asesmen, dan wawancara dianalisis
menggunakan pendekatan kualitatif dan deskriptif. Analisis ini bertujuan untuk
menggambarkan secara detail proses pembelajaran dan perubahan yang terjadi pada
siswa. Data observasi akan dianalisis untuk menilai tingkat keterlibatan dan
interaksi siswa, serta sejauh mana model pembelajaran ini berhasil menciptakan
suasana yang interaktif dan kolaboratif. Hasil asesmen formatif akan dianalisis
untuk mengidentifikasi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
perkembangbiakan tumbuhan meningkat setelah menggunakan model ini. Selain itu,
refleksi terhadap proses pembelajaran juga akan digunakan untuk mengevaluasi
kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan model pembelajaran, serta untuk
merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada penelitian ini, model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis proyek diterapkan untuk mengajarkan materi perkembangbiakan tumbuhan kepada siswa kelas
3 SD Negeri 006 Linggang Bigung.
Penelitian ini melibatkan
14 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki
dan 8 siswa perempuan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada tanggal 25 Oktober
2024, Berdasarkan hasil observasi dan asesmen selama proses pembelajaran, menemukan hasil penelitian yaitu.
1.� Penggunaan Sumber Belajar dan Multimedia
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah video mengenai pertumbuhan dan perkembangbiakan tumbuhan yang ditampilkan pada awal kegiatan. Video ini bertujuan untuk
memberikan gambaran visual
yang jelas tentang proses tumbuhan, seperti perkecambahan biji dan pertumbuhan tanaman. Meskipun sempat terjadi masalah teknis pada awalnya, seperti kesulitan dalam memutar video karena perangkat yang tidak berfungsi dengan baik, masalah
tersebut berhasil diatasi dengan perbaikan perangkat.
Keberhasilan penggunaan video terlihat dari antusiasme
siswa yang meningkat saat menyaksikan video. Siswa tampak lebih
tertarik dan lebih fokus pada materi yang diajarkan setelah melihat video yang menggambarkan secara langsung proses pertumbuhan tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia dapat memperkuat pemahaman siswa, terutama dalam menyampaikan konsep-konsep yang sulit dipahami hanya dengan penjelasan
verbal.
2.� Penerapan
Strategi/Metode Pembelajaran
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis proyek dalam bentuk diskusi
kelompok dan eksperimen lapangan di kebun sekolah berjalan dengan baik. Pembagian
kelompok di awal kegiatan memungkinkan siswa untuk saling
berkolaborasi dalam mengerjakan proyek. Setiap kelompok diberi tugas untuk
mengamati berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah,
mendiskusikan proses perkembangbiakannya,
dan menyusun laporan hasil pengamatan.
Namun, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tentang perkembangbiakan tumbuhan, terutama pada konsep-konsep yang lebih abstrak seperti perbedaan antara perkembangbiakan generatif dan vegetatif. Hal ini diatasi dengan pemberian penjelasan tambahan oleh guru selama diskusi kelompok. Keberhasilan metode ini terlihat dari
meningkatnya interaksi antara siswa, yang saling membantu satu sama lain dalam memecahkan masalah dan mencari informasi. Meskipun demikian, beberapa siswa membutuhkan bimbingan lebih intensif untuk dapat memahami materi secara menyeluruh.
3.� Pelaksanaan Asesmen dan Evaluasi Belajar
Asesmen formatif dilakukan melalui observasi selama diskusi kelompok dan evaluasi terhadap hasil laporan yang disusun oleh masing-masing kelompok.
Observasi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mampu
memahami konsep dasar perkembangbiakan tumbuhan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Banyak siswa yang menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis perkembangbiakan tumbuhan, baik generatif maupun vegetatif, dan dapat menjelaskan proses tersebut dengan cukup baik.
Namun, ada beberapa
siswa yang masih kesulitan dalam menyusun laporan dengan bahasa yang jelas dan runtut. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan keterampilan menulis mereka, sehingga mempengaruhi kualitas laporan yang disusun. Untuk mengatasi hal ini,
guru memberikan bimbingan lebih lanjut dalam
penyusunan laporan, termasuk cara menuliskan
hasil pengamatan secara sistematis.
4.� Sintaks/Prosedur/Skenario Pembelajaran
Selama pembelajaran, guru berhasil menciptakan suasana yang mendukung motivasi belajar siswa dengan memberikan
kesempatan untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam kelompok. Strategi ini efektif dalam
meningkatkan keterlibatan siswa, karena mereka
merasa dihargai dan diberi ruang untuk
mengemukakan pendapat. Namun, tantangan muncul dalam pengelolaan
waktu, terutama ketika siswa terlibat
dalam diskusi yang lebih panjang dari
yang diperkirakan. Beberapa
siswa juga mengalami kesulitan dalam tetap fokus pada materi karena adanya
gangguan eksternal di luar kelas.
Guru berusaha menjaga agar siswa tetap fokus dengan
memberikan pengingat secara halus dan mengarahkan diskusi kembali ke topik
yang relevan. Meskipun demikian, ada kalanya
kelompok-kelompok tertentu membutuhkan perhatian lebih untuk mengarahkan
kembali pembahasan agar tetap pada topik yang ditentukan.
5.� Tahapan Pelaksanaan untuk Membangun Motivasi Siswa
Proses pembelajaran yang melibatkan eksplorasi langsung di kebun sekolah dan penggunaan video sebagai sumber belajar memberikan dampak positif terhadap motivasi siswa. Siswa terlihat
lebih antusias saat mereka dapat
langsung mengamati dan mempelajari tumbuhan yang ada di sekitar mereka, serta menghubungkan
teori dengan pengalaman nyata. Selain itu, suasana kelas
yang interaktif dengan adanya diskusi kelompok berhasil meningkatkan minat belajar siswa, meskipun ada tantangan
dalam menjaga fokus mereka selama
pembelajaran berlangsung.
Siswa yang awalnya kurang tertarik pada materi perkembangbiakan tumbuhan menjadi lebih terlibat setelah melihat contoh nyata dan berdiskusi dengan teman sekelas. Dengan demikian, pendekatan yang menggabungkan teori dan praktek langsung dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
signifikan.
6.� Pelaksanaan Budaya dan Kearifan Lokal
Pembelajaran yang mengintegrasikan budaya lokal, seperti
penggunaan tanaman lokal sebagai objek
pembelajaran, memberikan konteks yang lebih relevan bagi siswa.
Siswa dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan lingkungan sekitar mereka, yang membuat pembelajaran terasa lebih dekat dengan
kehidupan mereka sehari-hari. Integrasi budaya lokal ini juga memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
pentingnya menjaga kelestarian tumbuhan dan keberagaman hayati di sekitar mereka.
Namun, untuk memperdalam
pemahaman siswa, perlu ada lebih
banyak contoh konkret mengenai tanaman lokal dan perkembangbiakannya. Beberapa siswa masih merasa
kesulitan dalam mengaitkan teori dengan aplikasi nyata, terutama ketika mendiskusikan tumbuhan yang lebih jarang ditemukan di sekitar mereka. Oleh karena itu, di masa depan, guru dapat mempertimbangkan untuk membawa lebih banyak
contoh tumbuhan lokal ke dalam
kelas atau menggunakan media lain yang lebih
konkret.
Pembahasan
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis proyek di SD Negeri 006 Linggang Bigung menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan
motivasi dan pemahaman siswa mengenai materi perkembangbiakan tumbuhan. Penggunaan multimedia, seperti video yang menggambarkan
proses tumbuhan, berhasil menarik perhatian siswa dan meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang sulit dipahami hanya dengan penjelasan
verbal. Meskipun ada masalah teknis awal dalam memutar
video, antusiasme siswa tetap tinggi setelah
masalah tersebut diatasi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan memperkuat pemahaman konsep.
Strategi pembelajaran yang melibatkan diskusi kelompok dan eksperimen lapangan di kebun sekolah juga berhasil meningkatkan keterlibatan siswa. Siswa bekerja
sama untuk mengamati tumbuhan dan mendiskusikan proses perkembangbiakannya.
Namun, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep tertentu, seperti perbedaan antara perkembangbiakan generatif dan vegetatif, yang diatasi dengan penjelasan tambahan dari guru. Temuan ini konsisten
dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang kompleks.
Asesmen formatif menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat memahami
materi dasar, meskipun ada beberapa
yang kesulitan dalam menyusun laporan secara sistematis. Pembelajaran berbasis proyek ini berhasil
meningkatkan keterampilan kolaboratif dan sosial siswa (Rianda & Sayekti,
2023). Namun,
pengelolaan waktu menjadi tantangan, terutama saat kegiatan
lapangan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
Secara keseluruhan, model pembelajaran ini berhasil menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan interaktif, meskipun masih ada beberapa aspek
yang perlu ditingkatkan, seperti pengelolaan waktu dan penggunaan contoh konkret yang lebih banyak mengenai
tanaman lokal. Integrasi budaya lokal dalam
pembelajaran memberikan konteks yang relevan bagi siswa, namun
lebih banyak pengalaman langsung dapat membantu siswa memahami hubungan antara teori dan praktek dengan lebih baik.
KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbasis proyek di SD Negeri 006 Linggang Bigung menunjukkan hasil yang positif
dalam meningkatkan keterlibatan siswa dan pemahaman mereka terhadap materi
perkembangbiakan tumbuhan. Penggunaan sumber belajar berupa video, eksperimen
lapangan, dan pembelajaran berbasis proyek berhasil menciptakan pembelajaran yang
lebih aktif, interaktif, dan menyenangkan. Meskipun terdapat beberapa tantangan
terkait pengelolaan waktu dan pemahaman materi pada sebagian siswa, pendekatan
ini terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap
materi.
Al Mamun, M. A., Lawrie, G., & Wright, T. (2022).
Exploration of learner-content interactions and learning approaches: The role
of guided inquiry in the self-directed online environments. Computers &
Education, 178, 104398.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2021.104398
Amris, F. K., & Desyandri, D. (2021). Pembelajaran
Tematik Terpadu menggunakan Model Problem Based Learning di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 5(4), 2171�2180. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1170
Chen, C.-H., & Tsai, C.-C. (2021). In-service teachers�
conceptions of mobile technology-integrated instruction: Tendency towards
student-centered learning. Computers & Education, 170,
104224. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2021.104224
Fitriyah, I. J., Affriyenni, Y., & Hamimi, E. (2021).
Efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa. Biormatika: Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan, 7(2), 122�129. https://doi.org/10.35569/biormatika.v7i2.1017
G�nay, U., & Kılın�, G. (2018). The transfer of
theoretical knowledge to clinical practice by nursing students and the
difficulties they experience: A qualitative study. Nurse Education Today,
65, 81�86. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2018.02.031
Lazonder, A. W., & Harmsen, R. (2016). Meta-analysis of
inquiry-based learning: Effects of guidance. Review of Educational Research,
86(3), 681�718. https://doi.org/10.3102/003465431562736
Naldi, H. (2018). Perkembangan kognitif, bahasa dan
perkembangan sosioemosional serta implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal
Socius: Journal of Sociology Research and Education, 5(2), 102�114.
https://doi.org/10.24036/scs.v5i2.110
Pramana, P. M. A., Suarni, N. K., & Margunayasa, I. G.
(2024). Relevansi Teori Belajar Konstruktivisme dengan Model Inkuiri Terbimbing
terhadap Hasil Belajar Siswa. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 9(2),
487�493. https://doi.org/10.51169/ideguru.v9i2.875
Rianda, K., & Sayekti, S. P. (2023). Penerapan pembelajaran
berbasis proyek untuk meningkatkan keterampilan psikomotorik siswa pada Mata
Pelajaran Fiqih. Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 6(2),
214�223. https://doi.org/10.54069/attadrib.v6i2.526
Sasson, I., Yehuda, I., & Malkinson, N. (2018). Fostering
the skills of critical thinking and question-posing in a project-based learning
environment. Thinking Skills and Creativity, 29, 203�212.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2018.08.001
Sukmaangara, B., Muhtadi, D., & Madawistama, S. T. (2021).
Bagaimana Siswa Menyelesaikan Soal Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau Dari
Dominasi Otak? Journal of Authentic Research on Mathematics Education
(JARME), 3(2), 151�165. https://doi.org/10.37058/jarme.v3i2.3218
Tang, T., Vezzani, V., & Eriksson, V. (2020). Developing
critical thinking, collective creativity skills and problem solving through
playful design jams. Thinking Skills and Creativity, 37, 100696.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2020.100696
Thaiposri, P., & Wannapiroon, P. (2015). Enhancing students�
critical thinking skills through teaching and learning by inquiry-based
learning activities using social network and cloud computing. Procedia-Social
and Behavioral Sciences, 174, 2137�2144.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.02.013
Utomo, P., Asvio, N., & Prayogi, F. (2024). Metode
penelitian tindakan kelas (PTK): Panduan praktis untuk guru dan mahasiswa di
institusi pendidikan. Pubmedia Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Indonesia,
1(4), 19. https://doi.org/10.47134/ptk.v1i4.821
Wang, J., Guo, D., & Jou, M. (2015). A study on the
effects of model-based inquiry pedagogy on students� inquiry skills in a
virtual physics lab. Computers in Human Behavior, 49, 658�669.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.01.043
Wen, C.-T., Liu, C.-C., Chang, H.-Y., Chang, C.-J., Chang,
M.-H., Chiang, S.-H. F., Yang, C.-W., & Hwang, F.-K. (2020). Students�
guided inquiry with simulation and its relation to school science achievement
and scientific literacy. Computers & Education, 149, 103830.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2020.103830
Yusof, Y., Roddin, R., & Awang, H. (2015). What students
need, and what teacher did: The impact of teacher�s teaching approaches to the
development of students� generic competences. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 204, 36�44. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.08.107
|
� 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |