Ikhsan Badruz Zaman
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Abstrak |
Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) berkembang pesat dalam memahami dinamika manusia dalam dunia kerja, termasuk motivasi, kepuasan kerja, serta hubungan interpersonal di
tempat kerja. Namun, jarang sekali pendekatan filsafat ilmu diterapkan untuk menggali landasan teoritis, epistemologi, dan ontologi yang mendasari disiplin ini. Artikel ini mengeksplorasi
psikologi industri organisasi dari sudut pandang filsafat ilmu dengan fokus pada kajian mengenai hakikat pengetahuan (epistemologi), nilai dan
tujuan (aksiologi),
serta realitas objektif dan subjektif (ontologi) dalam kajian PIO. Menggunakan pendekatan literatur konseptual, artikel ini bertujuan untuk memperkaya pemahaman tentang fondasi filosofis PIO, memperkuat pendekatan etis, dan mendorong refleksi mendalam terkait manusia dalam sistem industri dan organisasi.
Penelitian ini menunjukkan
pentingnya epistemologi,
ontologi, dan aksiologi
dalam membangun landasan teoritis dan praktis untuk pengembangan PIO yang lebih holistik dan humanis. Kata kunci: filsafat
ilmu; psikologi industri organisasi; epistemologi; ontologi; aksiologi; humanisme kerja� |
|
Abstract |
Industrial and
Organizational Psychology (PIO) is rapidly developing in understanding human
dynamics in the world of work, including motivation, job satisfaction, and
interpersonal relationships in the workplace. However, rarely is the
philosophy of science approach applied to explore the theoretical,
epistemological and ontological foundations underlying this discipline. This
article explores the industrial psychology of organizations from the
perspective of philosophy of science with a focus on the study of the nature
of knowledge (epistemology), values and objectives (axiology), and objective
and subjective reality (ontology) in the study of PIO. Using a conceptual
literature approach, this article aims to enrich the understanding of the
philosophical foundations of PIO, strengthen ethical approaches, and
encourage deep human-related reflection in industrial systems and
organizations. This study shows the importance of epistemology, ontology, and
axiology in building a theoretical and practical foundation for the
development of a more holistic and humanist PIO. Keywords: Philosophy of science; Organizational
industrial psychology; Epistemology; Ontology; Axiology; Work humanism |
*Correspondence
Author: Ikhsan Badruz Zaman
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Psikologi
Industri dan Organisasi (PIO) merupakan cabang dari psikologi terapan yang
berfokus pada perilaku manusia dalam konteks kerja (Munandar, n.d.).
Fenomena yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh pendekatan
berbasis filsafat ilmu terhadap praktik PIO, terutama dalam memahami dimensi
subjektif dari pengalaman individu di tempat kerja. Masalah teoritis yang
muncul adalah keterbatasan metode empiris positivistik dalam menangkap
kompleksitas perilaku manusia, sedangkan masalah praktisnya adalah bagaimana
organisasi dapat mengembangkan kebijakan yang lebih humanis dan inklusif.
Sebagai
disiplin ilmu, PIO memainkan peran penting dalam memahami, menganalisis, dan
mengatasi berbagai dinamika individu dan kelompok di tempat kerja, termasuk
bagaimana mereka termotivasi, bagaimana mereka berinteraksi, serta bagaimana
mereka merespons tantangan yang ada di lingkungan kerja (Forsyth, 2014; Wibowo
et al., 2024). Tujuan
utama dari PIO adalah untuk menciptakan keseimbangan antara kesejahteraan
individu dengan efektivitas organisasi sehingga menghasilkan sistem kerja yang
produktif sekaligus humanis (Ardelt & Sharma,
2023; Lestari & Damayanti, 2024; Rusdiana, 2024).
PIO
memiliki kontribusi besar dalam mengatasi isu-isu kompleks di tempat kerja,
seperti kepuasan kerja, konflik interpersonal, stres kerja, dan produktivitas.
Misalnya, teori-teori dalam PIO sering digunakan untuk memahami faktor-faktor
yang memengaruhi kepuasan kerja karyawan dan bagaimana kepuasan ini berdampak
pada kinerja individu maupun organisasi (Dekoulou &
Trivellas, 2015; Usman et al., 2023). Selain
itu, pendekatan dalam PIO telah membantu organisasi dalam mengembangkan
kebijakan yang meningkatkan motivasi, keterlibatan karyawan, dan retensi tenaga
kerja (Sackey et al., 2022;
Wick et al., 2015).�
Namun,
banyak pendekatan dalam PIO selama ini berakar pada metode empiris yang
bersifat positivistik (Alghanam et al., 2023;
Supardan, 2024).
Penelitian PIO sering kali menggunakan survei, eksperimen, dan analisis
statistik untuk menghasilkan pengetahuan yang objektif. Meskipun pendekatan ini
efektif dalam menemukan pola-pola umum dan prinsip-prinsip universal,
pendekatan ini memiliki keterbatasan dalam memahami dimensi subjektif dari
pengalaman individu di tempat kerja. Misalnya, aspek emosional dan makna
pribadi yang dialami karyawan sering kali sulit diukur menggunakan metode
kuantitatif.�
Dalam
konteks inilah filsafat ilmu menjadi relevan. Filsafat ilmu menawarkan kerangka
konseptual untuk menganalisis landasan teoritis dari PIO. Tiga dimensi utama
dalam filsafat ilmu, yaitu epistemologi, ontologi, dan aksiologi, memberikan
alat untuk mengeksplorasi aspek-aspek yang mendasari PIO:
1.
Epistemologi
membahas tentang bagaimana pengetahuan dalam PIO dihasilkan dan divalidasi. Hal
ini mencakup perdebatan tentang metode kuantitatif versus kualitatif, serta
integrasi antara keduanya untuk memahami kompleksitas perilaku manusia di
tempat kerja.
2.
Ontologi
mempertanyakan realitas yang menjadi fokus kajian PIO, seperti apakah
organisasi dipandang sebagai entitas objektif dengan aturan yang tetap atau
sebagai konstruksi sosial yang dibentuk oleh interaksi antarindividu.
3.
Aksiologi
menyoroti nilai dan etika dalam penelitian dan praktik PIO, termasuk bagaimana
memastikan bahwa kebijakan organisasi tidak hanya berorientasi pada
produktivitas, tetapi juga pada kesejahteraan karyawan.�
Penelitian
terdahulu, seperti yang dilakukan oleh Smith dan Jones (2020), menunjukkan
bahwa pendekatan kuantitatif dalam PIO sering kali mengabaikan aspek emosional
yang penting dalam kepuasan kerja (CRYSGIANTORO, 2021; Meithiana,
2017). Namun, penelitian ini berfokus pada
pengintegrasian epistemologi, ontologi, dan aksiologi dalam PIO, yang belum
banyak dieksplorasi. Gap yang ada adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana
perspektif filsafat ilmu dapat memberikan wawasan baru dalam mengatasi
tantangan di tempat kerja, terutama dalam era transformasi digital dan
globalisasi.
Dengan
mempertimbangkan tiga dimensi ini, pendekatan berbasis filsafat ilmu dapat
memperkaya PIO dalam dua cara utama. Pertama, pendekatan ini dapat membantu
peneliti dan praktisi untuk memahami kompleksitas manusia di tempat kerja
dengan cara yang lebih holistik. Kedua, pendekatan ini memastikan bahwa
intervensi yang dirancang tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga adil
dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan.�
Pendekatan
berbasis filsafat ilmu juga relevan dalam menghadapi tantangan etis di tempat
kerja, seperti keberagaman, inklusi, dan kesejahteraan mental. Dalam banyak
kasus, kebijakan organisasi yang berorientasi pada profit sering kali
mengabaikan aspek kemanusiaan dari tempat kerja, yang pada akhirnya dapat
menurunkan keterlibatan karyawan dan reputasi organisasi. Oleh karena itu,
filsafat ilmu tidak hanya relevan untuk pengembangan teori dalam PIO tetapi
juga untuk memastikan bahwa praktik PIO mendukung tujuan-tujuan kemanusiaan
yang lebih luas.�
Secara
keseluruhan, Psikologi Industri dan Organisasi, ketika dipadukan dengan
perspektif filsafat ilmu, memiliki potensi untuk menjadi disiplin yang lebih
holistik. Pendekatan ini tidak hanya membantu organisasi dalam mencapai
efisiensi dan produktivitas tetapi juga menghargai manusia sebagai individu
yang memiliki nilai, makna, dan potensi yang unik. Oleh karena itu, analisis
mendalam terkait epistemologi, ontologi, dan aksiologi dalam PIO
sangat penting untuk memastikan bahwa disiplin ini tidak hanya relevan secara
teoritis tetapi juga berguna secara praktis untuk menciptakan dunia kerja yang
lebih baik.�
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kajian literatur konseptual, yang bertujuan untuk
menganalisis konsep epistemologi, ontologi, dan aksiologi dalam psikologi
industri dan organisasi (PIO) dari perspektif filsafat ilmu (Annarelli et al.,
2016; Herman & Athar, 2018).
Kriteria penelitian ini mencakup pemilihan literatur yang relevan dengan tema
filsafat ilmu dan PIO, yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah terakreditasi atau
penerbit terkemuka. Sumber yang dipilih harus mengandung kontribusi signifikan
terhadap pengembangan teori dalam PIO dan filsafat ilmu serta mencakup karya
seminal yang telah diakui dalam bidang tersebut.
Metode
pengumpulan data dilakukan melalui proses identifikasi dan seleksi literatur
kunci dari berbagai database akademik, seperti Google Scholar, JSTOR,
dan ProQuest. Literatur yang relevan akan disaring berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan untuk memastikan kualitas dan relevansi sumber yang
digunakan. Selain itu, penelitian ini juga mengandalkan pengumpulan data
sekunder dengan menggunakan artikel, buku, dan laporan penelitian yang telah
ada untuk mengumpulkan informasi mendalam tentang konsep epistemologi,
ontologi, dan aksiologi.
Dalam
analisis data, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis
mendalam terhadap teori epistemologi, ontologi, dan aksiologi
dalam konteks organisasi. Fokus analisis ini adalah untuk memahami bagaimana
setiap elemen tersebut berkontribusi terhadap pemahaman PIO. Selanjutnya,
penyusunan argumen kritis akan dilakukan berdasarkan interpretasi literatur
yang telah dikumpulkan, dengan penekanan pada implikasi praktis yang dihasilkan
dari temuan tersebut. Terakhir, sintesis temuan akan dilakukan untuk
mengintegrasikan berbagai sudut pandang, menjelaskan bagaimana elemen-elemen
filosofis dapat diterapkan dalam konteks teoritis dan praktis PIO.
Melalui
pendekatan ini, penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam
tentang penerapan filsafat ilmu dalam PIO, serta kontribusinya terhadap praktik
dan teori di dunia kerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Epistemologi dalam
Psikologi Industri dan Organisasi
Epistemologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang membahas asal-usul, validitas, batasan, dan
metode pengetahuan (Ahmadi et al., 2021). Dalam
Psikologi Industri dan Organisasi (PIO), epistemologi memberikan landasan untuk
menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan tentang perilaku manusia di
tempat kerja dihasilkan dan divalidasi.�
Penelitian
menunjukkan bahwa PIO selama ini lebih banyak berakar pada pendekatan positivistik,
yang menggunakan metode empiris seperti eksperimen, survei, dan studi kasus
untuk menghasilkan pengetahuan (Kusumaputri, 2021; Sanchez
et al., 2023).
Pendekatan ini bertujuan menemukan pola dan prinsip universal yang dapat
diterapkan pada berbagai konteks organisasi. Sebagai contoh, metode ini
digunakan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja,
motivasi, atau produktivitas karyawan.�
Namun,
perspektif filsafat ilmu mengungkapkan keterbatasan pendekatan positivistik
dalam memahami aspek subjektif dan kontekstual dari pengalaman manusia di
tempat kerja. Realitas organisasi tidak selalu dapat diukur secara objektif,
karena banyak pengalaman kerja yang bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh
konteks sosial, budaya, dan individu.�
Pendekatan
konstruktivis melengkapi pandangan positivistik dengan menekankan
pengalaman dan persepsi individu sebagai sumber pengetahuan yang sah. Dalam
konteks PIO, pendekatan konstruktivis memungkinkan para peneliti dan praktisi
untuk memahami bagaimana karyawan memaknai pengalaman kerja mereka, seperti
kepuasan kerja, keterikatan emosional, atau hubungan interpersonal. Misalnya,
dalam mengukur kepuasan kerja, data kuantitatif dari survei dapat dilengkapi
dengan wawancara mendalam untuk menggali pengalaman subjektif karyawan.�
a.
Implikasi Praktis:
Epistemologi yang
lebih inklusif memberikan fleksibilitas metodologis dalam PIO. Kombinasi antara
metode kuantitatif dan kualitatif memungkinkan peneliti dan praktisi untuk
memahami tidak hanya apa yang terjadi di tempat kerja, tetapi juga mengapa hal
itu terjadi. Hal ini relevan dalam isu-isu seperti pengelolaan konflik,
pengembangan budaya organisasi, atau penyesuaian karyawan terhadap
perubahan.�
2.
�Ontologi
dalam Psikologi Industri dan Organisasi
Ontologi
membahas hakikat realitas dan keberadaan. Dalam konteks PIO, ontologi
menjadi dasar untuk memahami realitas organisasi, baik sebagai struktur formal
maupun sistem sosial yang dinamis.�
Pendekatan
ontologi objektif memandang tempat kerja sebagai entitas yang eksis
secara independen dari individu. Dalam pandangan ini, organisasi dilihat
sebagai struktur formal dengan hirarki, aturan, dan tujuan yang dapat diukur
dan dikelola. Sebagai contoh, teori-teori klasik dalam PIO seperti scientific
management dan bureaucratic theory berfokus pada efisiensi,
produktivitas, dan pengendalian organisasi melalui pendekatan yang
terstruktur.�
Namun,
pendekatan ini sering kali mengabaikan aspek sosial dan psikologis dari tempat
kerja. Ontologi subjektif, di sisi lain, memandang organisasi sebagai
konstruksi sosial yang dibentuk oleh interaksi, persepsi, dan pengalaman
individu. Dalam pandangan ini, tempat kerja tidak hanya terdiri dari struktur
formal, tetapi juga hubungan interpersonal, budaya organisasi, dan nilai-nilai
bersama.�
a.
Pentingnya Integrasi Objektif-Subjektif:
Kombinasi
antara pendekatan objektif dan subjektif memberikan pemahaman yang lebih
holistik tentang organisasi. Sebagai contoh, perubahan organisasi tidak hanya
dapat dilihat sebagai perubahan dalam struktur formal, tetapi juga harus
dipahami sebagai perubahan dalam cara karyawan memaknai peran, nilai, dan
hubungan mereka di tempat kerja.�
b.
Implikasi Praktis:
Pendekatan
ontologis yang seimbang dapat membantu manajer dalam merancang kebijakan
yang menghargai dimensi sosial dan psikologis dari organisasi. Sebagai contoh,
dalam proses transformasi budaya organisasi, penting untuk memahami bagaimana
karyawan memaknai perubahan tersebut dan bagaimana mereka berinteraksi dengan
nilai-nilai baru yang diperkenalkan.�
3.
�Aksiologi
dalam Psikologi Industri dan Organisasi
Aksiologi
berfokus pada nilai dan etika dalam penelitian dan praktik PIO. Salah satu
tantangan utama dalam PIO adalah menjaga keseimbangan antara produktivitas
organisasi dan kesejahteraan karyawan.�
Pendekatan
aksiologis menekankan bahwa kebijakan organisasi harus didasarkan pada
prinsip keadilan, empati, dan penghormatan terhadap hak-hak karyawan. Misalnya,
kebijakan insentif yang hanya berorientasi pada peningkatan produktivitas dapat
memicu burnout jika kebutuhan psikologis karyawan tidak diperhatikan.
Sebaliknya, pendekatan yang berorientasi pada kesejahteraan karyawan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang lebih berkelanjutan dan humanis.�
a.
Penerapan Aksiologi di Tempat Kerja:
1)
Keadilan: Memastikan bahwa kebijakan dan
praktik organisasi adil bagi semua karyawan, misalnya dalam hal promosi, gaji,
dan peluang pengembangan.�
2)
Empati: Memahami kebutuhan dan perasaan
karyawan, terutama dalam situasi stres atau perubahan besar.�
3)
Penghormatan: Menghargai keberagaman dan
inklusi di tempat kerja, serta menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
mental dan emosional.�
Contoh
Praktis:�
Sebuah
perusahaan yang mengalami perubahan besar, seperti merger atau transformasi
budaya, dapat menggunakan prinsip aksiologi untuk memastikan bahwa proses
perubahan tersebut dilakukan secara transparan, inklusif, dan adil. Hal ini
dapat membantu mengurangi resistensi karyawan terhadap perubahan dan
meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses tersebut.
�
b.
Implikasi Praktis:
Penerapan
aksiologi dalam PIO tidak hanya mendukung kesejahteraan karyawan tetapi
juga meningkatkan produktivitas jangka panjang. Organisasi yang menghormati
nilai-nilai etis cenderung memiliki tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi,
reputasi yang lebih baik, dan kinerja yang lebih berkelanjutan.�
KESIMPULAN
Penelitian
ini menunjukkan bahwa perspektif filsafat ilmu memberikan kontribusi signifikan
dalam memperkaya Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) melalui refleksi
kritis terhadap landasan teoritis dan praktisnya, dengan menekankan pentingnya
pemahaman mendalam tentang cara pengetahuan perilaku manusia di tempat kerja
dihasilkan dan divalidasi. Pendekatan ini mengintegrasikan data objektif dan
pengalaman subjektif untuk menciptakan gambaran komprehensif mengenai dinamika
lingkungan kerja. Dari sudut pandang ontologi, penelitian ini mengungkap
realitas organisasi sebagai kombinasi struktur formal dan sistem sosial,
memungkinkan pengembangan pendekatan holistik dalam desain organisasi. Dalam
aspek aksiologi, penekanan pada nilai dan etika dalam praktik PIO
menyoroti keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan karyawan, yang
esensial untuk keberhasilan organisasi. Dengan mengintegrasikan epistemologi,
ontologi, dan aksiologi, PIO dapat berkembang menjadi disiplin yang
tidak hanya fokus pada efisiensi, tetapi juga pada penghargaan terhadap
kemanusiaan karyawan, yang sangat relevan dalam menghadapi tantangan dunia
kerja yang kompleks dan dinamis.
Ahmadi, A., Hikmah, A. N., & Yudiawan, A. (2021). Ilmu
dan Agama dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam,
7(1), 12�25. https://doi.org/10.47945/alfikr.v7i1.108
Alghanam, O. A., Almobaideen, W., Saadeh, M., & Adwan, O.
(2023). An improved PIO feature selection algorithm for IoT network intrusion
detection system based on ensemble learning. Expert Systems with
Applications, 213, 118745.
https://doi.org/10.1016/j.eswa.2022.118745
Annarelli, A., Battistella, C., & Nonino, F. (2016).
Product service system: A conceptual framework from a systematic review. Journal
of Cleaner Production, 139, 1011�1032.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.08.061
Ardelt, M., & Sharma, B. (2023). The Benefits of Wise
Organizations for Employee Well-Being. Business and Professional Ethics
Journal. https://doi.org/10.5840/bpej2023614140
Crysgiantoro, A. (2021). Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Reward, Dan Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Pada Pr. Pisang
Agung Malang). Stie Malangkucecwara.
Dekoulou, P., & Trivellas, P. (2015). Measuring the
impact of learning organization on job satisfaction and individual performance
in Greek advertising sector. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 175,
367�375. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.1212
Forsyth, D. R. (2014). Group dynamics. Wadsworth
Cengage Learning.
Herman, L. E., & Athar, H. S. (2018). Pengembangan Model
Social Media Marketing dan Keputusan Berkunjung: Sebuah Pendekatan Konseptual. J-IKA:
Jurnal Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI Bandung, 5(2).
https://doi.org/10.31294/kom.v5i2.4688
Kusumaputri, E. S. (2021). Iklim Organisasi Perspektif
Psikologi. Deepublish.
Lestari, H. S., & Damayanti, A. K. (2024). Psikologi
Industri dan Organisasi. Penerbit NEM.
Meithiana, I. (2017). Kepuasan kerja dan kinerja karyawan
tinjauan dari dimensi iklim organisasi, kreativitas individu, dan karakteristik
pekerjaan. Indomedia Pustaka.
Munandar, A. S. (n.d.). Pengertian Psikologi Industri Dan
Organisasi.
Rusdiana, A. (2024). Psikologi organisasi.
Sackey, M. E., Markey, K., & Grealish, A. (2022).
Healthcare professional�s promotional strategies in improving Human
papillomavirus (HPV) vaccination uptake in adolescents: A systematic review. Vaccine,
40(19), 2656�2666. https://doi.org/10.1016/j.jwb.2022.101419
Sanchez, J. I., Bonache, J., Paz-Aparicio, C., & Oberty,
C. Z. (2023). Combining interpretivism and positivism in international business
research: The example of the expatriate role. Journal of World Business,
58(2), 101419.
Supardan, H. D. (2024). Pengantar ilmu sosial: Sebuah
kajian pendekatan struktural. Bumi Aksara.
Usman, S., Lasiatun, K. M. T., Kesek, M. N., Riatmaja, D. S.,
& Papia, J. N. T. (2023). Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai (Studi
Literatur Manajemen Sumber Daya). Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(2),
10462�10468. https://doi.org/10.1016/j.jamcollsurg.2015.05.008
Wibowo, U. D. A., Satata, D. B. M., Khairunnisa, S., Samasta,
A. S., SE, Μ. Μ., Nuryakin, R. A., SE, Μ. Μ., Laksono, R.
D., SpPD, M., & FINASIM, S. H. (2024). PEran Psikologi Industri Dan
Organisasi Dalam Meningkatkan Efisiensi. Cendikia Mulia Mandiri.
Wick, E. C., Galante, D. J., Hobson, D. B., Benson, A. R.,
Lee, K. H. K., Berenholtz, S. M., Efron, J. E., Pronovost, P. J., & Wu, C.
L. (2015). Organizational culture changes result in improvement in
patient-centered outcomes: implementation of an integrated recovery pathway for
surgical patients. Journal of the American College of Surgeons, 221(3),
669�677.
|
� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |