Universitas Terbuka, Indonesia �
Abstrak |
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran
interaktif yang inovatif berbasis inkuiri terstruktur untuk meningkatkan hasil belajar dalam membandingkan dan mengurutkan pecahan pada siswa kelas 4 di SDN Maumaru. Model pembelajaran ini dirancang dengan mengintegrasikan kearifan dan budaya lokal, termasuk tradisi berbagi pada acara-acara besar serta penggunaan produk lokal seperti pepaya, ubi kayu, labu lilin,
dan pisang sebagai sarana
pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan pendekatan campuran, yaitu kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif.
Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah whole
sampling, dengan populasi
target seluruh siswa kelas 4 yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan melalui tes formatif dan sumatif untuk mengukur hasil belajar, serta observasi dan wawancara untuk mendalami proses pembelajaran dan pengalaman siswa. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik deskriptif untuk menggambarkan karakteristik
data, serta analisis inferensial seperti uji t untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa, di mana hanya satu siswa
yang masih berada dalam kategori kurang berkembang, dua siswa mulai
berkembang, dan 19 siswa menunjukkan kemajuan yang
sangat baik. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran interaktif berbasis inkuiri terstruktur secara signifikan meningkatkan hasil belajar siswa, serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Sebagai tindak lanjut, model ini dapat diterapkan secara lebih luas dengan berbagai
materi lain yang diadaptasi
dari media lokal untuk mendukung pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna. Kata kunci: model
pembelajaran inovatif, interaktif, inkuiri terstruktur, Kearifan lokal, hasil
belajar, pecahan, pendidikan dasar. |
|
Abstract |
This research aims
to develop and implement an innovative interactive learning model based on
structured inquiry to improve learning outcomes in comparing and ordering
fractions for grade 4 students at SDN Maumaru. This
learning model is designed to integrate local wisdom and culture, including
the tradition of sharing at large events and the use of local products such
as papaya, cassava, wax gourd and bananas as learning tools. This research
uses a mixed approach, namely a combination of quantitative and qualitative
methods. The sampling technique used was whole sampling, with a target
population of all grade 4 students, totaling 22 students, consisting of 12
male students and 10 female students. Data collection is carried out through
formative and summative tests to measure learning outcomes, as well as
observations and interviews to explore the learning process and student
experiences. Data analysis was carried out using descriptive statistical
techniques to describe the characteristics of the data, as well as
inferential analysis such as the t test to test hypotheses regarding
differences in learning outcomes before and after implementing the learning
model. The results showed a significant increase in students' understanding,
where only one student was still in the underdeveloped category, two students
were starting to develop, and 19 students showed very good progress. This
research concludes that the application of a structured inquiry-based
interactive learning model significantly improves student learning outcomes,
as well as developing critical and creative thinking skills. As a follow-up,
this model can be applied more widely with various other materials adapted
from local media to support more contextual and meaningful learning. Keywords: innovative, interactive, structured
inquiry, local wisdom, learning outcomes, fractions, basic education. |
*Correspondence
Author: Melkianus Domu Pedi
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Pembelajaran
inovatif merupakan pendekatan yang sangat penting dalam pendidikan dasar,
terutama untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Oktavianti & Ratnasari,
2018). Fenomena
ini menciptakan tantangan teoritis dan praktis yang perlu diatasi.� Menurut
Amalia dan Martini (2022), model pembelajaran inovatif membantu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif, yang pada gilirannya motivasi
dan hasil belajar (Shalikhah, 2017). Dalam
konteks pendidikan dasar, pendekatan ini sangat tepat digunakan mengingat
karakteristik anak yang cenderung lebih aktif dan membutuhkan variasi dalam
metode pembelajarannya. Dengan menggunakan pendekatan yang inovatif, diharapkan
para siswa tidak hanya mengembangkan pengetahuan, tetapi juga kemampuan
berpikir kritis dan kreatif yang sangat dibutuhkan di era modern ini.
Di SDN
Maumaru, pembelajaran di Kelas 4 menghadapi sejumlah tantangan signifikan,
terutama dalam mata pelajaran matematika. Data awal menunjukkan bahwa hanya
sekitar 40% siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran (KKTP)
dalam tes sumatif. Hal ini mengindikasikan bahwa metode pembelajaran yang
selama ini digunakan kurang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa.
Kurangnya interaksi antara guru dan murid dan antara murid dan mata pelajaran
merupakan faktor utama. Pembelajaran tradisional, di mana guru mendominasi
kelas, membuat siswa menjadi pasif dan tidak melibatkan mereka secara aktif
dalam proses pembelajaran (Mamahit, 2021; Nazarenko, 2015).
Selain
itu, konteks sosial budaya masyarakat sekitar yang mayoritas penduduknya adalah
petani juga mempengaruhi cara siswa dalam memahami materi. Masyarakat yang
memiliki kebiasaan berbagi peristiwa besar, seperti hajatan dan ritual adat,
dapat digunakan sebagai konteks dalam pembelajaran agar materi menjadi lebih
relevan dan menarik (Susilowati, 2016). Namun,
selama ini aspek kearifan lokal masyarakat ini belum diintegrasikan ke dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, model pembelajaran yang inovatif dan
interaktif sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Model
pembelajaran inovatif dan interaktif berbasis inkuiri memiliki potensi yang
besar untuk meningkatkan hasil belajar siswa, menurut Amrina dkk. (2023), model
ini tidak hanya mendorong partisipasi aktif siswa, tetapi juga mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan analitis (Chiang et al., 2014;
Siregar et al., 2024). Dalam
pendekatan ini, siswa didorong untuk mengeksplorasi dan menemukan konsep secara
mandiri melalui pengalaman langsung. Ketika bekerja dengan pecahan, siswa dapat
menggunakan benda-benda nyata seperti pepaya, pisang, dan buah-buahan lain di
sekitar mereka untuk membuat perbandingan dan mengurutkannya.
Materi
pecahan sering kali menjadi tantangan bagi siswa Kelas 4 SD. Banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami konsep membandingkan dan mengurutkan
pecahan. Hal ini disebabkan oleh sifat abstrak dari materi tersebut, yang
seringkali tidak dapat dipahami secara langsung tanpa konteks yang relevan (Hariyani et al., 2022). Dari 22 siswa dalam penelitian ini, empat siswa
berada pada tahap belum berkembang, sembilan siswa mulai berkembang, dan
sembilan siswa berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang
mendesak untuk menerapkan metode yang lebih efektif dalam mengajarkan materi
pecahan.
Pentingnya
model ini juga terletak pada kemampuannya untuk mengakomodasi gaya belajar
siswa yang berbeda-beda. Setiap siswa memiliki cara pemahaman yang berbeda dan
model pembelajaran interaktif memberikan ruang belajar yang disesuaikan dengan
gaya belajar masing-masing (Paiva et al., 2016). Oleh
karena itu, model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara signifikan.
Model
pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang menekankan pada proses penemuan
dan penyelidikan. Melalui model ini, siswa didorong untuk mengajukan
pertanyaan, melakukan penyelidikan dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan. Menurut Dr Rahmawati (2020), model ini sangat efektif dalam
memotivasi siswa untuk belajar. Dalam konteks pembelajaran pecahan, siswa dapat
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep perbandingan dan
pengurutan dengan melakukan percobaan sederhana seperti membagi buah menjadi
beberapa bagian yang sama.
Model
pembelajaran berbasis inkuiri terstruktur memungkinkan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh
Syamsidah dan Dra. Rahmawati (2020) bahwa inkuiri memperdalam pemahaman materi
dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, membiarkan mereka bereksplorasi dan
menemukan jawabannya sendiri. Mereka menjelaskan bahwa hal ini dapat dilakukan.
Dalam konteks pembelajaran pecahan, pendekatan ini memungkinkan siswa untuk
bersentuhan langsung dengan benda-benda nyata yang merupakan bagian dari budaya
lokal mereka, seperti kacang pepaya dan melon musim dingin. Dengan cara ini,
siswa dapat mengaitkan konsep pecahan dengan pengalaman mereka sehari-hari.
Model
pembelajaran interaktif juga menekankan pada kerja sama dan komunikasi antar
siswa. Dengan memadukan kedua model ini, diharapkan siswa tidak hanya belajar
secara individu, tetapi juga belajar dari teman sebayanya. Hal ini sejalan
dengan teori konstruktivis yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun melalui
interaksi sosial. Dengan demikian, siswa dapat lebih mudah memahami apa yang
diajarkan.
Tujuan
utama dari penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri yang inovatif dan
interaktif ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SDN
Maumaru pada materi membandingkan dan mengurutkan pecahan. Selain itu, tujuan
lainnya adalah untuk memotivasi dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa melalui kegiatan
inkuiri, mengintegrasikan budaya dan kearifan lokal sebagai konteks
pembelajaran, serta menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan
kolaboratif. Dengan mencapai tujuan-tujuan tersebut, diharapkan siswa tidak
hanya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep matematika,
tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam
konteks budaya.
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana model pembelajaran berbasis
inkuiri yang inovatif dan interaktif berdampak pada hasil belajar siswa kelas
IV SDN Maumaru. Dengan menggunakan data dari penilaian awal dan akhir, peneliti
bertujuan untuk menunjukkan dengan jelas keefektifan model pembelajaran ini.
Selain itu, peneliti juga ingin menunjukkan bagaimana kearifan lokal dapat
digunakan sebagai media pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa.
Diharapkan
melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan kontribusi positif terhadap
perkembangan pendidikan sekolah dasar, khususnya dalam bidang matematika, dan
memberikan rekomendasi bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran yang lebih
efektif. Dengan memanfaatkan budaya dan kearifan lokal serta mengintegrasikan
media pembelajaran yang tepat, proses belajar mengajar dapat menjadi lebih
menarik dan bermakna bagi siswa.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan pendekatan campuran, yaitu kombinasi antara metode kuantitatif
dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
melalui tes formatif dan sumatif, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk
mendalami proses pembelajaran dan pengalaman siswa melalui observasi dan
wawancara. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang
komprehensif dan mendalam mengenai pengaruh model pembelajaran yang diterapkan.
Kriteria penelitian
1. Kriteria Partisipan: Siswa kelas 4 SDN Maumaru yang berjumlah 22 siswa, dengan variasi
latar belakang sosial dan ekonomi.
2. Kriteria Waktu: Penelitian dilakukan
pada tanggal 1-30 Oktober 2024.
3. Kriteria Lokasi: Penelitian dilaksanakan
di SDN Maumaru, yang memiliki
karakteristik lokal yang unik.
4. Kriteria Model Pembelajaran: Fokus pada model pembelajaran inovatif dan interaktif berbasis inkuiri terstruktur.
Desain penelitian
Penelitian
ini juga menggunakan pendekatan studi kasus, di mana fokus utama adalah pada
kelas 4 SDN Maumaru. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat mengamati dan
menganalisis secara mendalam bagaimana penerapan model pembelajaran inovatif
dan interaktif berbasis inkuiri terstruktur berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa dalam konteks yang spesifik. Pendekatan studi kasus ini memungkinkan
peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai dinamika kelas, interaksi antar
siswa, serta respons siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-30
Oktober 2024 di SDN Maumau.
Populasi dan sempel
Populasi target untuk penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 di Sekolah Dasar Maumaru, yang berjumlah 22 siswa. Murid-murid ini terdiri dari
12 anak laki-laki dan 10 anak perempuan yang berasal dari latar
belakang yang beragam.
Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah whole
sampling.
Instrument penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur sikap dan motivasi siswa untuk belajar dan tes hasil belajar
untuk mengukur pemahaman siswa tentang perbandingan pecahan dan materi berurutan. Tes terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
yang dirancang untuk menguji kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep-konsep yang telah mereka pelajari. Hasil dari tes ini
dianalisis untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran yang diterapkan berdampak pada hasil belajar siswa.
Analisis data
Data hasil belajar siswa akan
dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif akan digunakan untuk menggambarkan karakteristik data,
seperti rata-rata nilai, distribusi nilai, dan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan. Sementara itu, analisis inferensial,
seperti uji t atau ANOVA, akan digunakan untuk menguji hipotesis
mengenai perbedaan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran. Dengan demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan yang valid mengenai pengaruh model pembelajaran inovatif dan interaktif berbasis inkuiri terstruktur terhadap hasil belajar siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Penggunaan Sumber Belajar Dan Multimedia
Penggunaan
sumber belajar dan multimedia dalam pembelajaran memiliki dampak yang
signifikan terhadap keberhasilan siswa. Dalam penelitian ini, berbagai sumber
belajar digunakan, termasuk video pembelajaran, bahan ajar dan objek nyata
(buah-buahan). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa lebih terlibat dan
aktif dalam pembelajaran ketika berbagai sumber belajar digunakan. Sebagai
contoh, ketika buah pepaya digunakan untuk mengilustrasikan konsep pecahan,
siswa dapat secara langsung melihat dan merasakan bagaimana suatu benda dapat
dibagi menjadi beberapa bagian. Namun, ada juga masalah ketika membandingkan
pecahan, seperti sulitnya menemukan buah pepaya yang benar-benar sama
ukurannya. Terkadang, siswa mencampuradukkan buah pepaya yang dibagi dengan
cara yang berbeda. Solusinya adalah dengan memanfaatkan benda lain, seperti
kayu, sebagai alat peraga alternatif dan menyediakan tempat untuk meletakkan
setiap buah pepaya yang telah dipotong menjadi bentuk pecahan yang diinginkan.
Penerapan
model pembelajaran yang inovatif dan interaktif berdampak positif terhadap
hasil belajar siswa Menurut Putri dan Agustin (2022), model pembelajaran
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan kesempatan
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Su�rez et al., 2018). Hal
ini sejalan dengan Amrina dkk. (2023) yang menemukan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Hal ini
sejalan dengan temuan Halimatus Sa'diyah dan Aini (2022), yang menyoroti
pentingnya penggunaan model pembelajaran inovatif dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa (Sasson et al., 2018;
Thaiposri & Wannapiroon, 2015). Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran yang inovatif
dan interaktif berbasis inkuiri terstruktur berkontribusi terhadap peningkatan
hasil belajar siswa di kelas IV SDN Maumaru.
2.
Penerapan Strategi/Metode/Model Pembelajaran
Penerapan
strategi pembelajaran inkuiri terstruktur dilakukan dengan membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok berdasarkan gaya belajar mereka. Setiap kelompok diberi
tugas untuk menggali dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
membandingkan dan mengurutkan pecahan dengan menggunakan media yang telah
disediakan guru. Keberhasilan strategi ini dapat dilihat dari meningkatnya
interaksi antar siswa dan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.
Namun,
beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami instruksi yang diberikan.
Sebagai solusinya, guru memberikan penjelasan tambahan dan membantu siswa dalam
proses pembelajaran dan penggunaan media. Hal ini sejalan dengan penelitian
Wijaya dkk. (2022), yang menunjukkan bahwa, jika diimbangi dengan instruksi
yang tepat, strategi inkuiri dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa (Wijaya et al., 2022).
Implementasi
model pembelajaran inkuiri dan interaktif berjalan dengan baik, meskipun
terdapat beberapa tantangan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam
menentukan nilai pecahan. Siswa menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir
kritis dan kolaborasi. Namun, beberapa siswa pada awalnya kesulitan untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat. Untuk mengatasi hal ini, guru memberikan
contoh pertanyaan dan membimbing siswa melalui diskusi kelompok. Hasil akhir
menunjukkan bahwa 95% siswa dapat lebih memahami konsep membandingkan dan
mengurutkan pecahan setelah menerapkan model tersebut.
3.
Pelaksanaan Asesmen Dan Evaluasi Belajar
Formatif Dan Sumatif
Pelaksanaan
asesmen dilakukan secara formatif dan sumatif untuk mengevaluasi pemahaman
siswa. Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran dengan memberikan
umpan balik langsung kepada siswa, sedangkan asesmen sumatif dilakukan pada
akhir pembelajaran untuk mengukur pencapaian siswa. Keberhasilan asesmen ini
terlihat dari peningkatan nilai yang signifikan setelah penerapan model
pembelajaran.
Namun,
ada beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menggunakan media untuk
menentukan konsep perbandingan dan mengurutkan pecahan. Solusi yang dilakukan
guru adalah membimbing siswa di setiap kelompok serta memberikan arahan tentang
cara menggunakan media. Menurut pendapat Maylia et al. (2024), pentingnya
asesmen berkelanjutan sangat disarankan dalam meningkatkan hasil belajar siswa (Maylia et al., 2024).
Asesmen
dilakukan secara formatif dan sumatif pada akhir pembelajaran, di mana siswa
diberikan tes untuk mengukur pemahaman mereka tentang materi yang telah
diajarkan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa meningkat
dari 65 menjadi 95 setelah penerapan model pembelajaran. Meskipun demikian, terdapat
beberapa siswa yang masih belum memenuhi KKTP. Untuk mengatasi hal ini, guru
melakukan remedial dengan memberikan bimbingan tambahan secara individu.
4.
Pelaksanaan Sintaks/Prosedur/Skenario
Pembelajaran
Penggunaan
sintaks pembelajaran mengikuti urutan langkah yang telah direncanakan, dimulai
dengan pengenalan materi, dilanjutkan dengan eksplorasi dan refleksi. Guru
menciptakan suasana kelas yang interaktif dengan mendorong siswa untuk bertanya
dan berdiskusi. Keberhasilan ini dapat dilihat dari meningkatnya motivasi siswa
untuk belajar dan partisipasi aktif mereka dalam diskusi.
Namun,
beberapa siswa masih merasa ragu-ragu untuk menyampaikan pendapatnya. Sebagai
solusinya, guru memberikan dorongan dan lingkungan yang aman bagi siswa untuk
berbagi ide. Hal ini sejalan dengan penelitian Febriana (2022), yang
menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang positif dapat memotivasi siswa (Febriana, 2022).
Saat
menerapkan sintaks pembelajaran, guru berusaha untuk menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan dan interaktif. Siswa didorong untuk berpartisipasi aktif
dalam diskusi dan kegiatan kelompok. Meskipun beberapa siswa cenderung pasif,
guru berusaha melibatkan mereka dengan memberikan tugas yang sesuai dengan
kemampuan mereka. Keberhasilan dalam menciptakan interaksi antar siswa dapat
dilihat dari peningkatan diskusi dan kerja sama kelompok. Namun, tantangan yang
dihadapi adalah mengelola kelas yang terdiri dari murid-murid yang memiliki
kepribadian yang berbeda. Solusinya adalah dengan membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk memudahkan pengawasan dan interaksi.
5.
Tahapan Pelaksanaan Dan Keberhasilan Upaya Guru
Tahap
pelaksanaan pembelajaran diawali dengan pengenalan materi, di mana guru
menggunakan media visual untuk menjelaskan konsep membandingkan dan mengurutkan
pecahan. Siswa kemudian bekerja dalam kelompok untuk mengeksplorasi dan
mempresentasikan materi. Antusiasme siswa dan kemampuan siswa untuk bekerja
sama dalam kelompok menunjukkan keberhasilan guru dalam menciptakan
pembelajaran yang interaktif.
Tahapan
pelaksanaan model pembelajaran ini dilakukan secara bertahap, mulai dari
memperkenalkan konsep hingga mengaplikasikannya dalam situasi nyata.
Keberhasilan upaya guru dalam menciptakan kelas yang memotivasi terlihat dari
antusiasme siswa yang mengikuti setiap kegiatan. Namun, beberapa siswa pada
awalnya kurang percaya diri untuk berpartisipasi. Tantangan yang dihadapi
adalah beberapa murid sulit untuk bekerja sama. Sebagai solusinya, para guru
memberikan bimbingan dan strategi untuk meningkatkan kerja sama antar siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri siswa lainnya dengan memberikan pujian dan
penghargaan kepada siswa yang memberikan kontribusi positif. Hal ini sejalan
dengan penelitian Dr Syamsidah dan Dr Rahmawati (2020), yang menekankan
pentingnya kerja sama dalam pembelajaran (Lee et al., 2016).
6.
Penerapan Budaya Dan Kearifan Lokal
Menerapkan
budaya dan kearifan lokal dalam pembelajaran berhasil menciptakan konteks yang
tepat bagi siswa. Dengan menggunakan contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari,
seperti praktik-praktik yang dilakukan bersama di masyarakat, siswa dapat
memahami konsep perbandingan dan pengurutan dengan lebih baik. Namun, tantangan
yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman siswa tentang pentingnya kearifan
masyarakat dalam pembelajaran. Solusinya adalah dengan mengadakan diskusi
tentang nilai-nilai budaya dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan
dalam pembelajaran matematika.
Pembahasan
Keberhasilan
dan hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran ini menggambarkan pentingnya
penerapan model pembelajaran yang inovatif dan interaktif. Meskipun ada
beberapa tantangan, solusi yang diterapkan oleh guru berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian yang menunjukkan
bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa (Handriani et al.,
2015; Sriarunrasmee et al., 2015).
Dengan
demikian, pengenalan model pembelajaran yang inovatif dan interaktif
berdasarkan inkuiri terstruktur di SDN Maumaru tidak hanya meningkatkan
pemahaman siswa tentang membandingkan pecahan dan mengurutkan materi, tetapi
juga menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan relevan. Penelitian
ini memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan metode pembelajaran di
kelas, khususnya dalam konteks pendidikan dasar. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Wijaya dkk. (2022) yang menyatakan bahwa strategi inkuiri dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa (Wijaya et al., 2022). Namun
demikian, terdapat kendala yang dihadapi, seperti kurangnya bahan ajar,
tantangan dalam menjalankan kelas yang heterogen, dan siswa bingung dengan
penggunaan media.
Solusi
yang diambil untuk mengatasi kendala-kendala tersebut sangat efektif, seperti
memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar siswa dan memberikan pengajaran
tambahan bagi yang membutuhkan. Hal ini sejalan dengan Mimi Hariyani dkk.
(2022) yang menyatakan bahwa desain pembelajaran yang fleksibel dan responsif
terhadap kebutuhan siswa dapat meningkatkan hasil belajar (Hariyani et al., 2022).
Secara
keseluruhan, implementasi model pembelajaran berbasis inkuiri yang inovatif dan
interaktif di SDN Maumaru berhasil meningkatkan pemahaman siswa dalam membandingkan
pecahan dan mengurutkan bilangan. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi
contoh bagi sekolah-sekolah lain dalam memperkenalkan model pembelajaran yang
lebih efektif dan relevan dengan konteks lokal.
KESIMPULAN
Pelaksanaan model pembelajaran inovatif dan
interaktif berbasis inkuiri terstruktur di SDN Maumaru menunjukkan hasil yang
signifikan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perbandingan dan
pengurutan pecahan. Dalam penelitian ini, 22 siswa kelas 4 yang terlibat, terdiri
dari 12 laki-laki dan 10 perempuan, menunjukkan perkembangan positif setelah
dua kali pertemuan; hasil asesmen awal menunjukkan bahwa dari 22 siswa, 9
berada pada tingkat kompetensi belum berkembang, 9 mulai berkembang, dan 4
sudah berkembang, sedangkan setelah pelaksanaan pembelajaran, hasil asesmen
formatif dan sumatif menunjukkan bahwa hanya 1 siswa yang belum berkembang, 2
siswa mulai berkembang, dan sisanya sudah sangat berkembang dalam pemahaman
materi. Revisi dan penyesuaian tahapan pembelajaran diperlukan untuk mengatasi
kendala yang muncul, seperti pengelolaan kelas dan penggunaan alat peraga,
sementara model pembelajaran ini juga memanfaatkan budaya dan kearifan lokal,
seperti kebiasaan berbagi dalam acara budaya dan keagamaan serta penggunaan media
lokal seperti pepaya, siri, dan ubi kayu, yang tidak hanya membuat pembelajaran
lebih kontekstual tetapi juga meningkatkan minat dan motivasi siswa; misalnya,
siswa dapat menghitung perbandingan antara jumlah buah yang dibagikan dalam
acara tertentu dan jumlah siswa yang hadir, sehingga mereka dapat memahami
konsep pecahan secara lebih nyata. Selama proses pembelajaran, penelitian ini
melakukan observasi dengan melibatkan tiga pengamat yang menggunakan instrumen
pengamatan dan wawancara dengan siswa untuk mendapatkan umpan balik mengenai
proses pembelajaran, di mana kendala yang dihadapi antara lain adalah perbedaan
gaya belajar siswa yang mempengaruhi kecepatan pemahaman, namun solusi yang
diterapkan adalah membagi siswa ke dalam kelompok berdasarkan gaya belajar
mereka, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan cara yang paling sesuai
untuk mereka; hasil evaluasi menunjukkan bahwa model pembelajaran ini tidak
hanya efektif dalam meningkatkan hasil belajar, tetapi juga dalam membangun
keterampilan berpikir kritis siswa, di mana siswa diajak untuk berinovasi dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan, sehingga mereka dapat mengembangkan
kemampuan analitis dan aplikatif dalam matematika, sehingga pelaksanaan model
pembelajaran inovatif dan interaktif berbasis inkuiri terstruktur ini dapat
menjadi alternatif yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas 4
SDN Maumaru.
Chiang, T. H. C., Yang, S. J. H., & Hwang, G.-J. (2014).
Students� online interactive patterns in augmented reality-based inquiry
activities. Computers & Education, 78, 97�108.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2014.05.006
Febriana, M. D. (2022). Mengembangkan Model Pembelajaran
Inovatif dan Interaktif di Sekolah Dasar. Journal Of Practice Learning and
Educational Development, 2(4), 148�153.
https://doi.org/10.58737/jpled.v2i4.70
Handriani, L. S., Harjono, A., & Doyan, A. (2015).
Pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan pendekatan saintifik
terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 1(3), 210�220.
https://doi.org/10.29303/jpft.v1i3.261
Hariyani, M., Herman, T., Suryadi, D., & Prabawanto, S.
(2022). Mengembangkan Desain Didaktis Berdasarkan Hambatan Belajar dan Learning
Trajectory Siswa pada Konsep Dasar Pecahan di Sekolah Dasar. DWIJA CENDEKIA:
Jurnal Riset Pedagogik, 6(2), 416�425.
https://doi.org/10.20961/jdc.v6i2.63429
Lee, H., Parsons, D., Kwon, G., Kim, J., Petrova, K., Jeong,
E., & Ryu, H. (2016). Cooperation begins: Encouraging critical thinking
skills through cooperative reciprocity using a mobile learning game. Computers
& Education, 97, 97�115. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2016.03.006
Mamahit, C. E. J. (2021). Pengaruh pembelajaran jarak jauh
model bauran terhadap hasil belajar dan persepsi mahasiswa [the effect of the
blended learning model on student learning outcomes and perceptions]. Polyglot:
Jurnal Ilmiah, 17(1), 67�83. https://doi.org/0.19166/pji.v17i1.2792
Maylia, E. C., Amelia, A. P., Suwarna, D. M., Muyassaroh, I.,
& Jenuri, J. (2024). Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SD. Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian
Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 10(1), 32�41.
https://doi.org/10.26740/jrpd.v10n1.p32-41
Nazarenko, A. L. (2015). Blended learning vs traditional
learning: What works?(a case study research). Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 200, 77�82. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.08.018
Oktavianti, I., & Ratnasari, Y. (2018). Etnopedagogi
dalam pembelajaran di sekolah dasar melalui media berbasis kearifan lokal. Refleksi
Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2).
https://doi.org/10.24176/re.v8i2.2353
Paiva, R., Bittencourt, I. I., Ten�rio, T., Jaques, P., &
Isotani, S. (2016). What do students do on-line? Modeling students�
interactions to improve their learning experience. Computers in Human
Behavior, 64, 769�781. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.07.048
Sasson, I., Yehuda, I., & Malkinson, N. (2018). Fostering
the skills of critical thinking and question-posing in a project-based learning
environment. Thinking Skills and Creativity, 29, 203�212.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2018.08.001
Shalikhah, N. D. (2017). Media pembelajaran interaktif
lectora inspire sebagai inovasi pembelajaran. Warta Lpm, 20(1),
9�16. https://doi.org/10.23917/warta.v19i3.2842
Siregar, S. D., Zhafira, Z., & Riandi, R. (2024). Inovasi
Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing Berbasis Teknologi pada Materi Perubahan
Lingkungan:(Learning Innovation of Technology-Based Guided Inquiry Model on
Environmental Pollution Material). BIODIK, 10(2), 101�110.
https://doi.org/10.22437/biodik.v10i2.32890
Sriarunrasmee, J., Suwannatthachote, P., & Dachakupt, P.
(2015). Virtual field trips with inquiry learning and critical thinking
process: a learning model to enhance students� science learning outcomes. Procedia-Social
and Behavioral Sciences, 197, 1721�1726.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.07.226
Su�rez, �., Specht, M., Prinsen, F., Kalz, M., & Ternier,
S. (2018). A review of the types of mobile activities in mobile inquiry-based
learning. Computers & Education, 118, 38�55.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2017.11.004
Susilowati, S. (2016). Meningkatkan Kebiasaan membaca buku
informasi pada anak sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah Pikir
Edukatif, 20(1). https://doi.org/10.21831/jig cope.v20i1.10792
Thaiposri, P., & Wannapiroon, P. (2015). Enhancing
students� critical thinking skills through teaching and learning by
inquiry-based learning activities using social network and cloud computing. Procedia-Social
and Behavioral Sciences, 174, 2137�2144.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.02.013
Wijaya, T., Wahidmurni, W., & Susilawati, S. (2022).
Efektivitas Strategi Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik. Jurnal Basicedu, 6(4),
7627�7636. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3606
|
� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |