�PERSEPSI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 3 KOTA WARINGIN BARAT TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

 

Erlinawati, Putri Nurjanah Assyfa Rizkia

IAIN Palangka Raya, Indonesia1

IAIN Palangka Raya, Indonesia2

Email: [email protected]

 

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Kota Waringin Barat (KOBAR), Kalimantan Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yang memahami pengalaman subjektif dan makna yang diberikan individu terhadap fenomena tertentu. Alat pengumpulan data mencakup observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi, yang kemudian dikondensasi untuk penyajian data. Analisis data dilakukan dengan triangulasi untuk memastikan keabsahan data, termasuk triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru kelas 1 dan 2 yang telah melaksanakan Kurikulum Merdeka Belajar memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep kurikulum dan keterampilan mengajar. Namun, terdapat guru mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman tambahan secara intensif untuk memperkuat pemahaman mereka, hal ini dipengaruhi oleh faktor usia. Pembentukan persepsi guru diperoleh melalui pelatihan mandiri, sosialisasi, diseminasi antar guru, dan kontribusi dari pihak Kemenag sebagai fasilitator. Selain itu, Program Madrasah Riset (PROMARIS) berperan dalam menunjang keterlaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar dan memicu persepsi positif guru terhadap kurikulum tersebut. Kesimpulannya, implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di KOBAR menunjukkan hasil yang menjanjikan, meskipun masih ada kebutuhan untuk peningkatan pemahaman di kalangan guru, yang dapat diatasi melalui berbagai dukungan dan pelatihan lebih lanjut.

 

Kata kunci: Persepsi Guru, Implementasi, Kurikulum Merdeka Belajar, MIN 3 KOBAR

 

Abstract

This study aims to determine teacher perceptions of the implementation of the Merdeka Belajar Curriculum at Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Kota Waringin Barat (KOBAR), Central Kalimantan. The research method used is qualitative with a phenomenological approach, which understands the subjective experiences and meanings that individuals give to certain phenomena. Data collection tools include observation, interviews, questionnaires, and documentation, which are then condensed for data presentation. Data analysis was done by triangulation to ensure the validity of the data, including source triangulation and technique triangulation. The results showed that grade 1 and 2 teachers who have implemented Merdeka Belajar Curriculum have a good understanding of curriculum concepts and teaching skills. However, there are subject teachers who need intensive additional understanding to strengthen their understanding, this is influenced by the age factor. The formation of teacher perceptions is obtained through independent training, socialization, dissemination among teachers, and contributions from the Ministry of Religion as a facilitator. In addition, the Madrasah Research Program (PROMARIS) plays a role in supporting the implementation of the Merdeka Belajar Curriculum and triggering teachers' positive perceptions of the curriculum. In conclusion, the implementation of the Merdeka Belajar Curriculum in KOBAR shows promising results, although there is still a need for increased understanding among teachers, which can be addressed through various ways.

 

Keywords: Teacher Perceptions, Implementation, Independent Learning Curriculum, MIN 3 KOBAR

*Correspondence Author: Erlinawati

Email: [email protected]

 


 

PENDAHULUAN

 

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia dalam menumbuhkan dan� mengembangkan� potensi-potensi�� yang�� ada�� pada�� dirinya, sesuai� dengan nilai-nilai� yang� ada� dalam masyarakat� dan� kebudayaan (Rustiadi, 2015).� Pendidikan menjadi� suatu� keputusan� yang� ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang Pendidikan sebagai solusi dari masalah-masalah Pendidikan� yang� ada.� Pendidikan� menjadi kebutuhan�� utama�� yang�� perlu�� dipenuhi sepanjang� hidup� manusia,� tanpa� adanya Pendidikan manusia tidak akan berkembang untuk maju (Costanza et al., 2007).

Sepanjang perjalanan sistem pendidikan di Indonesia, kurikulum berubah hampir setiap pergantian� pemimpin. Perubahan kurikulum di Indonesia tidak berlangsung lama, sehingga guru sebagai pendidik diharapkan mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Santika et al., 2022). Lebih tepatnya, penerapan kurikulum� merdeka dimulai pada tahun 2022. Namun, penerapan kurikulum� merdeka berlangsung secara bertahap, tidak serentak dan secara massal (Gusteti & Neviyarni, 2022).

Adanya kondisi di atas maka salah satu yang menjadi fokus penelitian adalah persepsi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka Belajar yang telah disosialisasikan secara daring selama kurun waktu kurang lebih dua tahun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Persepsi guru sangat penting atau bahkan memegang peranan penting untuk dapat dijadikan acuan capaian pemahaman dan capaian yang mereka implementasikan selama menerapkan kurikulum yang baru di awal Juli 2021, khusus pendidikan yang ada pada naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Nurfaidah & Aliyyah, 2024). Namun, untuk Madrasah Ibtidaiyah, kurikulum ini benar-benar akan diterapkan pada tahun 2023/2024, sehingga persepsi guru sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan Kurikulum Merdeka Belajar.

Menarik untuk diteliti ketika penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) simulasi pertama dilakukan oleh MIN 3 KOBAR pada masa COVID-19 hingga sekarang tahun ajaran 2023-2024. Kondisi ini yang menjadi alasan peneliti untuk menggali lebih dalam tentang Kurikulum Merdeka Belajar di MI tersebut, seberapa sejalan kebijakan pemerintah dengan program di MIN 3 KOBAR dengan mendalami fokus penelitian pada deskripsi persepsi guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 KOBAR. Sebelumnya, peneliti mendatangi dua Madrasah Ibtidaiyah di daerah khususnya Kumai Kotawaringin Barat, kemudian menanyakan terkait terlaksananya Kurikulum Merdeka Belajar. Madrasah tersebut rata-rata belum begitu memahami lebih mendalam tentang Kurikulum Merdeka Belajar dengan baik, sehingga untuk melaksanakannya mereka sangat kesulitan dan berusaha untuk melaksanakannya sebisa mungkin dengan terus mengikuti sosialisasi dan pelatihan.

 

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian� ini� menggunakan� pendekatan kualitatif�� dengan�� jenis�� penelitian�� deskriptif (Duque et al., 2015). Pendekatan� yang dipakai oleh peneliti untuk menganalisis penelitian ini dengan pendekatan Fenomenologi yang berfokus pada memahami pengalaman subjektif dan makna yang diberikan individu terhadap fenomena tertentu.� Subyek� penelitian� ini� adalah� Guru� kelas� 1� dan� 2,� serta� semua� guru� yang� mengajar� di� kelas� 1� dan� 2� (guru� mapel), Waka Kurikulum dan� kepala sekolah MIN 3 KOBAR.

Observasi, wawancara dan dokumentasi dipakai sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Tujuan dari pengumpulan data yang digunakan ialah untuk memperoleh data di lapangan yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu Persepsi Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 KOBAR� Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.

Telaah pada data dilakukan berlandasakan pada teori Miles, Huberman, dan Saldana, yang menyatakan terdapat tiga tahapan dalam tahapan menganalisis sebuah data penelitian yaitu: (1) reduksi data (reduction), (2) penyajian data (data display), dan terakhir (3) penarikan kesimpulan (verification). Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih informasi yang pokok dan memfokuskan terhadap hal-hal yang penting. Data disajikan dalam bentuk uraian padat yang bersifat naratif. Pengambilan kesimpulan adalah langkah terakhir dalam melakukan teknik analisis data. Untuk mengukur keabsahan data penelitian dilakukan metode tringulasi. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat mengkombinasikan beberapa metode atau sumber data dalam sebuah penelitian dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Tringulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggabungkan teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi.

Adapun Angket sebagai bahan pendukung hasil wawancara agar peneliti dapat memperoleh informasi yang valid. Observasi yang dilakukan peneliti berfokus pada pengamatan modul ajar dan implementasi kurikulum merdeka.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Hasil

Peneliti akan menyajikan hasil dari data yang diperoleh dari MIN 3 KOBAR� mengenai Persepsi Guru MIN 3 KOBAR Terhadap Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Penelitian ini mencakup pengumpulan data melalui observasi ke Madrasah , wawancara dengan guru kelas 1 dan 2 serta Waka Kurikulum dan Kepala Sekolah , serta pendukung penelitian berupa Dokumentasi di Madrasah. Berikut adalah hasil temuan mengenai pandangan guru MIN 3 KOBAR terhadap implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.

Berdasarkan hasil pengambilan data mengenai wawancara ke guru kelas 1 dan 2 di MIN 3 KOBAR untuk mengetahui kondisi MIN 3 KOBAR dalam implementasi kurikulum merdeka belajar� di MI tersebut, peneliti memberikan pertanyaan tentang benarkah MIN 3 KOBAR sudah melaksanakan kurikulum merdeka belajar dengan tujuan untuk memastikan kembali kebenaran jika MI tersebut sudah melaksanakan kurikulum merdeka belajar.

Peneliti disini menyimpulkan hasil wawancara guru kelas 1 dan 2 bahwa sudah melaksanakan kurikulum merdeka belajar dan sudah mulai memahami secara utuh dengan mengikuti sosialisasi dan mempelajari dari pelaksaan kurikulum merdeka belajar di MIN 3 KOBAR dengan begitu guru akan lebih berpengalaman bukan hanya teori melainkan langsung terjun agar terbiasa dan mencapai keutuhan kebijakan yang di susun oleh pemerintah.

Selanjutnya pandangan guru mapel kelas 1 dan 2 di MIN 3 KOBAR tentang kurikulum merdeka belajar ada beberapa guru yang mengistilahkan kurikulum merdeka belajar seperti kurikulum KTSP yang�� mana�� mata pelajarannya di pisah-pisah namun dikemas lebih rapi, adapun yang berpandangan lebih bagus dan� membantu peserta didik sekaligus� guru� dalam� proses� pembelajaran,� karena� mendapatkan kesempatan� bebas� berpikir� dan� berhak� belajar� dengan� metode� belajar� setiap peserta didik, dengan adanya diferensiasi tersebut, guru sangat terbantu� perihal penyampaian pembelajaran ke siswa sesuai� dengan� metode� belajar� visual,� audio� visual,� atau� kinestetik� yang� akan� mempercepat pemahaman peserta didik yang disampaikan oleh guru dan lebih memerdekakan madrasah, dalam hal pengemasan proses pembelajaran, pencapaiannya, dan tidak berpatok dengan target harian atau bulanan dalam capaian pembelajaran.

Meninjau� lebih lanjut persepsi guru MIN 3 KOBAR, peneliti memberikan pertanyaan kepada Waka Kurikulum dan Kepala Sekolah tentang sosialisasi yang sudah diikuti guru-guru yang sudah melaksanakan kurikulum merdeka belajar. sosialisasi�� merupakan�� tahap�� awal�� agar�� guru mempunyai�� pandangan�� tentang�� kurikulum�� merdeka�� belajar.�� Jadi�� guru�� wajib�� mengikuti sosialisasi�� terlebih�� dahulu�� sebelum�� melaksanakan�� kurikulum�� merdeka�� belajar,�� sekaligus mengukur pemahaman guru dari mengikuti sosialisasi kurmer dan mengetahui dari mana saja guru mendapatkan sosialisasi yang mana peneliti dapat menindak lanjuti dengan memberikan pertanyaan yang lebih mendalam yaitu bagaimana prosedur dalam melaksanakan kurikulum merdeka belajar.

Dalam perubahan� kurikulum� pasti� terdapat� perubahan� dalam� perangkat� pembelajaran, yang� mana� perangkat� pembelajaran� itu� berguna� untuk� pedoman� guru� dalam� mengajar.� Jika perangkatnya sesuai dengan struktural pemerintah maka perangkat tersebut sudah memenuhi kriteria nasional, dan pelaksanaannya akan baik dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tidak akan� jauh� beda� dengan� perangkat� yang� sudah� disusun� dengan� baik.� Dengan� ini� peneliti� ingin mengetahui pemahaman guru dalam istilah istilah yang wajib disusun dalam modul ajar/RPP di� kurikulum� merdeka belajar.Pertanyaan� yang� diajukan� peneliti� yaitu� pemahaman� CP,� TP, ATP, Modul Ajar, serta maksud dari fase yang ada dalam modul ajar.

Tinjauan� mengenai� hasil� wawancara� bahwasanya� model� pembelajaran� yang� digunakan oleh� guru� kelas� 1� dan� 2� yaitu� model� pembelajaran� yang� membangun� keaktifan� siswa� dalam proses� pembelajaran.seperti� yang� sudah� disebutkan� oleh� masing-masing� guru.� Kecuali� pada guru kelas satu yang kebanyakan masih menggunakan model pembelajaran ceramah. Pemilihan model�� pembelajaran�� yang�� memusatkan�� peserta didik�� dalam�� melibatkan�� penuh�� dalam�� proses pembelajaran merupakan suatu tujuan kurikulum merdeka belajar.

Pada kurikulum� merdeka belajar terdapat program� profil pelajar pancasila dan Rahmatan Lil Alamin, yang mana program ini merujuk pada pembelajaran proyek, yang pembelajarannya dapat� mengambil� dari� lingkungan� sekitar.� Dengan� hal� ini,� peneliti� ingin� mengetahui apakah madrasah tersebut mengacu pada profil pelajar pancasila dan Rahmatan Lil Alamin. Yang mana kemudian ternyata terdapat penemuan baru yaitu terdapat program PROMARIS (Program� Madrasah Riset) untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka belajar.

Kurikulum ini juga terdapat assessment yakni mengenai assessment yang digunakan oleh masing-masing� guru,� keseluruhan� menggunakan� jenis� assessment� formatif� dan� sumatif,� yang mana� kedua� jenis� assessment� tersebut� termasuk� dalam� jenis� assessment� dalam� kurikulum merdeka belajar. Sedangkan beberapa guru mengalami kesulitan dalam menyusun asesmen di bagian� penyusunan� asesmen� sumatif� yang� mana� soal� soal� yang� diberikan� harus� terdapat komponen� literasi� dan� numerasi.� Dan� ada� guru� yang� merasa� tidak� kesulitan� karena� sudah terbiasa dalam penyusunannya.

Peneliti kemudian menyebarkan angkert untuk menganalisis persepsi guru MIN 3 KOBAR terhadap implementasi kurikulum merdeka belajar. Penyebaran angket yang sasarannya guru mapel yang mengajar di kelas 1 dan 2 serta guru kelas 1 dan� 2, peneliti memberikan 10 pertanyaan didalam angket untuk melihat sejauh mana persepsi mereka tentang kurikulum merdeka belajar. Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa para responden memiliki pemhaman yang cukup baik tentang kurikulum merdeka belajar dan bagaimana hal itu terkait dengan kurikulum sebelumnya, yaitu K13.� Mereka juga memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang konsep-konsep CP, ATP, Modul Ajar, Model evaluasi, dan perbedaan antara AKM, survey lingkungan belajar, dan survey karakter. Namun, masih ada beberapa kendala dalam implementasi kurikulum ini, yang mungkin akan diatasi seiring berjalannya waktu. Dari hasil angket terdapat ada beberapa guru mapel kelas 1 dan 2 yang tidak menjawab dengan sempurna karena belum mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar, sedangkan guru kelas 1 dan 2 menjawab dengan sempurna karena sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar.

Peneliti menemukan� beberapa� kesulitan� guru� dalam� mengimplementasikan kurikulum�� merdeka�� belajar, ��hal�� ini�� dapat�� berguna�� untuk�� evaluasi����� madrasah�� untuk� mendapatkan� solusi� dari� kesulitan-� kesulitan� guru� dalam� mengimplementasikan� kurikulum merdeka� belajar.� Serta peneliti� ingin� mengetahui� kesiapan� guru� kelas� 1� dan� 2� yang� sudah melaksanakan� kurikulum� baru.� bahwa� kesulitan� yang� sedang� dialami� oleh� guru mapel� kelas� 1� dan� 2� setiap perubahan pasti ada kesulitan dalam penyesuaiannya, dan masih proses belajar, selain itu kesulitan guru terdapat dalam suatu hal baru, yang menjadikan guru belajar kembali. Sedangkan dalam kesiapan masing-masing guru, secara keseluruhan guru siap untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar

Kemudian�� peneliti�� disini�� mendapatkan�� analisis�� modul�� ajar�� yang�� digunakan�� di�� MIN 3 KOBAR� bahwa poin-poin penting dalam modul ajar yang digunakan di MI tersebut secara keseluruhan sudah sesuai dengan standar dan struktur modul ajar yang berlaku. Setelah itu, dilanjutkan dengan observasi implementasinya apakah sesuai atau tidak, dari hasil observasi yang sudah dilakukan yaitu implementasinya sudah sesuai dengan modul ajar yang sudah di buat.Implementasi merupakan tahap dalam proses dimana rencana atau kebijakan yang telah dirancang� akan� diterapkan� atau� dilaksanakan� dalam� praktik.� Ini� melibatkan� tindakan� nyata untuk� menjalankan� ide� atau� konsep� yang� telah� dirumuskan� dalam� tahap� perencanaan� atau desain.�� Implementasi�� seringkali�� memerlukankoordinasi,�� sumber�� daya,�� dan�� pelaksanaan kegiatan yang sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks yang lebih umum,� implementasi� dapat� merujuk� pada� pelaksanaan� atau� eksekusi� suatu� tindakan� atau rencana.

 

Gambar 1. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar

 

Peneliti mendapatkan temuan baru dan bisa dikatakan berbeda dari Madrasah Ibtidaiyah yang� lain� yaitu� program� PROMARIS� sebagai� bentuk� implementasi� Kurikulum� Merdeka.� MIN 3 KOBAR membuat� dan� menerapkan� program� PROMARIS� dengan� tujuan mengambil� dari� 2B,� saat� pelaksanaan� pembelajaran� diharapkan� anak� anak� dapat� kolaboratif, kreatif, komunikatif, dan berpikir kritis. Kegiatan dalam program ini hampir sama dengan PJBL dan PBL dan juga mengacu pada profil pelajar pancasila. Program ini juga telah dilaksanakan di kelas 1 sampai 6.

 

Gambar 2. Peserta didik Mengikuti Program PROMARIS.

 

Selanjutnya peneliti mewawancarai Waka Kurikulum dan Kepala sekolah yang ikut berkontribusi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar di MIN 3 KOBAR yang memberi dukungan dengan pelatihan kurmer kepada guru-guru MIN 3 KOBAR dengan tujuan para guru mendapat penguatan mengenai kurmer, mulai dari garis besar seperti pengertian kurmer, prosedur implementasinya, komponen-komponen dalam kurmer. Waka kurikulum dan Kepala sekolah mendatangkan salah satu orang dari kemenag untuk memberikan arahan tentang pembuatan perangkat pembelajaran karena salah satu kesulitan dan komponen penting dalam kurmer yaitu pembuatan perangkat pembelajaran.

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Pertama, jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini hanya berasal dari satu madrasah, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasikan untuk madrasah lain. Hal ini mengindikasikan bahwa temuan penelitian ini mungkin tidak mencerminkan kondisi di lembaga pendidikan yang berbeda. Selain itu, waktu pengumpulan data yang dilakukan dalam periode yang terbatas dapat memengaruhi hasil, karena mungkin tidak mencerminkan perubahan persepsi guru seiring berjalannya waktu. Terakhir, variasi pengalaman di antara guru juga menjadi faktor yang signifikan. Tidak semua guru memiliki pengalaman yang sama dalam mengimplementasikan kurikulum, yang dapat berdampak pada hasil wawancara dan angket yang diberikan. Keterbatasan-keterbatasan ini penting untuk dipertimbangkan dalam interpretasi hasil penelitian.

 

Pembahasan

A. Persepsi Guru MIN 3 KOBAR Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.

Persepsi merupakan cara dimana seseorang memahami, menginterpretasikan, dan memberi makna suatu informasi atau suatu fenomena yang diterima melalui panca indranya dan persepsi ini akan melibatkan pengolahan dan penafsiran setiap orang terhadap lingkungan dan situasi disekitar, yang dimana persepsi setiap orang berbeda-beda (Bulqis, 2023).

Persepsi guru adalah hasil dari proses mental yang melibatkan pengalaman, kepercayaan, dan pengetahuan yang ada pada guru (Kohar et al., 2024). Persepsi ini mempengaruhi cara guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, serta cara mereka merespons kebutuhan siswa. Persepsi guru dapat berdampak signifikan pada cara mereka mengajar, berinteraksi dengan siswa, dan mengambil keputusan dalam lingkungan kelas (Akhmadi et al., 2023). Maka dari itu persepsi guru sangat penting dalam implementasi Kurikulum Merdeka Belajar karena guru memiliki peran penting dalam proses pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dan keberhasilan dalam menerapkan kurikulum sangat tergantung pada bagaimana intensitas guru dalam menerapkan kurikulum di proses pembelajaran (Sholeh et al., 2023).

Ada beberapa persepsi yang dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti kebutuhan, jelas atau tidaknya objek yang dipersepsi, dan sikap mental dari perseptor. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi persepsi guru terkait kurikulum pelaksanaan antara lain dukungan kepala sekolah, sarana dan prasarana pendidikan, serta komitmen semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek agar dapat memahami tindakan atau respon yang dilakukan oleh individu tersebut.

Menurut UU RI NO 14 Tahun 2005 Pasal 8 menjelaskan tentang guru dan dosen, wajib memiliki empat macam pilar kompetensi pedagogik guru, sebagai berikut. Pertama, Kompetensi Kepribadian, artinya guru wajib memiliki kepribadian yang baik. Kedua, Kompetensi Pedagogik, artinya guru wajib menguasai kompetensi dalam mengelola kelas, memiliki landasan kependidikan, mempunyai pemahaman karakteristik peserta didik, pemahaman dalam perkembangan kurikulum yang seiring waktu berubah-ubah, Kompetensi yang ketiga yaitu Kompetensi Sosial, artinya sebagai guru wajib mempunyai skill berkomunikasi dengan baik antara siswa, wali siswa, rekan ketenagakerja, dan masyarakat. Keempat, yaitu Kompetensi Profesional, yang mana guru wajib profesional dalam suatu pekerjaannya, artinya guru harus mempunyai kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran secara mendalam, menyeluruh, dan mengetahui cara penyampaiannya atau pengajarannya. Selain itu guru wajib menguasai struktural metodologi keilmuannya, dan wajib profesional dengan mengembangkan diri melalui pelatihan-pelatihan penunjang kompetensi guru dan pengembangan program.

Kompetensi yang telah dipaparkan di atas merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh guru madrasah sebagai tanggung jawabnya sesuai dengan profesi yang diampunya (Mursyid et al., 2023). Jika salah satu tidak terpenuhi yang terjadi akan sulit untuk dapat mengimplementasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang distandarkan. Jadi guru yang berkompeten merupakan guru yang dapat memenuhi standar diatas dengan kemampuan pemahaman kurikulum yang dapat direalisasikan dari persepsi guru maupun implementasinya (Khosiah, 2020).

Dari hasil wawancara guru di MIN 3 KOBAR� tentang persepsi dalam implementasi kurikulum merdeka belajar, guru sudah mampu memahami istilah-istilah baru dalam kurikulum merdeka belajar melalui pelatihan- pelatihan diadakan oleh madrasah. Secara keseluruhan guru- guru kelas 1 dan 2 di MIN 3 KOBAR memiliki persepsi positif terhadap kurikulum merdeka belajar dan guru sudah memahami komponen dan alur pelaksanaan kurikulum merdeka secara teori tetapi ada beberapa� guru kurang menguasai saat di wawancarai tentang persepsi guru lebih mendalam seperti bagaimana prosedur pelaksanaan kurikulum merdeka belajar, hal ini dapat dipengaruhi karena faktor umur, hanya saja guru tersebut mengalami keterlambatan dalam pemahaman secara mendalam dan perlunya pelatihan intensif agar guru dapat memahami secara utuh.

Keterlaksanaan implementasi kurikulum merdeka tentu di mulai dan diiringi dengan mengikuti pelatihan sosialisasi guna membentuk persepsi guru terhadap kurikulum� merdeka. Adapun temuan baru yang bisa menjadi motivasi bagi sekolah lain yaitu guru di MIN 3 KOBAR� menggunakan metode diseminasi untuk keefektifan dalam memperoleh pengetahuan kurikulum baru. Hal ini relevan dalam pembentukan persepsi guru tidak hanya mengikuti sosialisasi yang diadakan madrasah secara internal, akan tetapi guru yang dikirim untuk mengikuti pelatihan di luar wajib untuk mendiseminasikan ke guru lainnya dan berdiskusi antar guru.

Meski MIN 3 KOBAR sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar dan persepsi gurunya dapat dikategorikan positif, mesti begitu tetap memerlukan pelatihan secara berkelanjutan, agar pemahaman guru lebih terkonsep secara utuh mengenai kurikulum merdeka belajar.

 

B. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di MIN� 3 KOBAR

Keterlaksanaan suatu penerapan kurikulum merdeka belajar tidak hanya ditinjau dari rancangan pembelajaran, tetapi perlu juga ditinjau dari kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran dengan rancangan pembelajaran yang sudah disusun (Rahma & Mulyono, 2024).

Berdasarkan dari referensi diatas, kesesuaian rancangan pembelajaran dengan proses pembelajaran di MIN 3 KOBAR sudah sesuai meninjau dari observasi modul ajar dengan pelaksanaannya. Mulai dari poin- poin penting yang ada di modul ajar, Pencantuman Capaian Pembelajaran, Tujuan Pembelajaran, dan Alur Tujuan Pembelajaran, Model Pembelajaran, Langkah Langkah Pembelajaran, Assessment, Lembar Kerja Peserta Didik.

Bentuk nyata dari persepsi guru dalam implementasi kurikulum merdeka dengan melihat guru menyusun modul ajar serta pelaksanaan proses mengajar. Secara keseluruhan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan di MIN 3 KOBAR sudah sinkron dengan modul ajarnya. Seperti guru diawal memberikan stimulus kepada peserta didik dengan pertanyaan bermakna dan pernyataan pemantik (Jamila, 2023). Guru memiliki persepsi positif terhadap suatu program atau kurikulum, maka program atau kurikulum tersebut kemungkinan besar akan dilaksanakan secara efektif (Kurniati et al., 2022). Oleh karena itu, penting untuk memahami persepsi guru guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kurikulum merdeka belajar di madrasah.

Penggunaan program PROMARIS menjadi salah satu fokus di MIN 3 KOBAR dalam implementasi kurikulum merdeka. Hal ini ditinjau dari temuan baru saat pengamatan proses pembelajaran. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kolaboratif, kreatif, komunikatif, dan kritis pada siswa. Kegiatan dalam program ini hampir sama dengan PJBL dan PBL. Menurut Meria (2022) Model pembelajaran Projek Based Learning adalah metode yang berkaitan dengan konsep �Learning by doing� oleh John Dewey, peserta didik pada situasi dirinya bereksplorasi pada kegiatan proyek dan terampil dalam menyelesaikan tugas (Sari & Zulfah, 2017). Sedangkan Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum yang memfokuskan pada penyelesaian masalah oleh peserta didik secara aktif, sehingga pada akhirnya mampu untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan baru.

PROMARIS (Program Madrasah Riset) merupakan kegiatan pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pusat perhatian dan menekankan keterlibatan aktif serta tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran mereka sendiri dan juga mengacu pada P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) (Rahma & Mulyono, 2024). Program tersebut visi misi nya serta alurnya mengacu pada P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), Pihak madrasah sudah melaksanakan program tersebut di kelas 1 sampai 6. secara tidak langsung program ini mendukung prinsip kurikulum merdeka dengan mendorong berpikir kritis dan partisipasi aktif siswa.

Meskipun PROMARIS mengacu pada P5, namun masih terdapat perbedaannya yaitu PROMARIS tidak menuntut siswa menyelesaikan projek hingga menghasilkan produk dengan sempurna, tetapi lebih mengutamakan proses kegiatan siswanya, jika kemampuan siswa sampai dikempuan tersebut maka akan sebagai catatan di kegiatan selanjutnya. Jadi program tersebut tidak menjadikan suatu masalah di MIN 3 KOBAR� jika siswanya tidak sampai menyelesaikan projek hingga menghasilkan produk dengan sempurna. Faktor munculnya PROMARIS berkaitan dengan persepsi guru, persepsi guru yang baik akan mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh, hal ini menjadi bentuk nyata bahwa persepsi guru di MIN 3 KOBAR positif dan dapat menjadi motivasi untuk madrasah lain.

 

 

KESIMPULAN

 

Penelitian mengenai persepsi guru MIN 3 KOBAR terhadap implementasi Kurikulum Merdeka Belajar menunjukkan bahwa guru kelas 1 dan 2 memiliki pandangan positif serta mencapai hasil yang cukup signifikan terkait penerapan kurikulum tersebut. Mereka menunjukkan pemahaman yang sesuai dengan konsep Kurikulum Merdeka dan keterampilan mengajar yang relevan. Namun, masih terdapat beberapa guru yang memerlukan pemahaman yang lebih mendalam untuk benar-benar mengimplementasikan kurikulum secara efektif. Program PROMARIS, yang dirancang untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka, tidak hanya meningkatkan persepsi guru secara keseluruhan tetapi juga berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan partisipasi aktif siswa. Keterbatasan penelitian ini, seperti jumlah responden yang hanya berasal dari satu madrasah dan waktu pengumpulan data yang terbatas, menunjukkan bahwa hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasikan untuk konteks pendidikan lainnya. Variasi pengalaman di antara guru juga mempengaruhi hasil wawancara dan angket, sehingga penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam interpretasi data. Implikasi dari penelitian ini menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan, sosialisasi yang terstruktur, dan fleksibilitas dalam metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kepribadian guru untuk keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka. Rekomendasi untuk penelitian di masa depan mencakup pengkajian metode sosialisasi dan bimbingan yang efektif bagi guru, serta evaluasi dampak jangka panjang dari Kurikulum Merdeka terhadap hasil belajar siswa. Penelitian lanjutan juga dapat mengeksplorasi adopsi program seperti PROMARIS di sekolah lain, yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka dan memotivasi persepsi guru secara menyeluruh dan positif terhadap kurikulum tersebut.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Akhmadi, M. A., Santoso, G., & Jannah, R. (2023). Mengidentifikasi Tugas dan Peran Melalui Berpikir Kritis dan Komunikasi Di Kelas 1. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(4), 230�250. https://doi.org/10.9000/jpt.v2i4.625

Bulqis, D. B. Q. (2023). Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dan Budi Pekerti (BP) di Sekolah Penggerak SMPN 1 Kemang Bogor. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Costanza, R., Fisher, B., Ali, S., Beer, C., Bond, L., Boumans, R., Danigelis, N. L., Dickinson, J., Elliott, C., & Farley, J. (2007). Quality of life: An approach integrating opportunities, human needs, and subjective well-being. Ecological Economics, 61(2�3), 267�276. https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2006.02.023

Duque, J. F. M., Zapico, I., Oyarzun, R., Garc�a, J. A. L., & Cubas, P. (2015). A descriptive and quantitative approach regarding erosion and development of landforms on abandoned mine tailings: New insights and environmental implications from SE Spain. Geomorphology, 239, 1�16. https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2015.02.035

Gusteti, M. U., & Neviyarni, N. (2022). Pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran matematika di kurikulum merdeka. Jurnal Lebesgue: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Matematika Dan Statistika, 3(3), 636�646. https://doi.org/doi.org/10.46306/lb.v3i3.180

Jamila, S. H. (2023). Pengembangan Pembelajaran Kurikulum Merdeka. Tafhim Al-�Ilmi, 14(2), 292�309.

Khosiah, N. (2020). Implementasi Nilai-nilai Pancasila Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah Mambail Falah Tongas –Probolinggo. Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman, 6(1), 84�100. https://doi.org/10.35309/alinsyiroh.v6i1.3818

Kohar, D. A., Budiyanto, C., Deni, A., Setiabudi, D. I., & Ramadhana, A. (2024). Perbandingan Persepsi Antara Guru MTS dan SMP Tentang Pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 10(2), 673�679. https://doi.org/10.31949/educatio.v10i2.7960

Kurniati, P., Kelmaskouw, A. L., Deing, A., Bonin, B., & Haryanto, B. A. (2022). Model proses inovasi kurikulum merdeka implikasinya bagi siswa dan guru abad 21. Jurnal Citizenship Virtues, 2(2), 408�423. https://doi.org/10.37640/jcv.v2i2.1516

Mursyid, A., Ahmad, C. F., Dewi, A. K., & Tianti, A. Y. (2023). Penerapan kurikulum merdeka dalam rencana pelaksanaan pembelajaran di Purwakarta. Al-Fahim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(1), 173�187. https://doi.org/10.54396/alfahim.v5i1.566

Nurfaidah, C., & Aliyyah, R. R. (2024). Implementasi Kurikulum Merdeka: Strategi Guru dalam Mengelola Kedisiplinan Siswa pada Sekolah Dasar. Karimah Tauhid, 3(1), 183�204. https://doi.org/10.30997/karimahtauhid.v3i1.11616

Rahma, M. N., & Mulyono, K. B. (2024). Evaluasi Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Dasar Dasar Pemasaran di Kelas X SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. Business and Accounting Education Journal, 5(1), 63�79. https://doi.org/10.15294/baej.v5i1.8649

Rustiadi, S. (2015). Creating better education system, building stronger human capital: A creative industries perspective. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 169, 378�386. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.323

Santika, I. G. N., Suarni, N. K., & Lasmawan, I. W. (2022). Analisis perubahan kurikulum ditinjau dari kurikulum sebagai suatu ide. Jurnal Education and Development, 10(3), 694�700. https://doi.org/10.37081/ed.v10i3.3690

Sari, A. Y., & Zulfah, U. (2017). Implementasi pembelajaran project based learning untuk anak usia dini. Motoric, 1(1), 10.

Sholeh, M. B., Kamsan, N., & Aliyah, H. (2023). Persepsi Guru terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka di Madrasah. Taf�qquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian Keislaman, 11(2), 273�287. https://doi.org/10.52431/tafaqquh.v11i2.2245

 

� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).