Erlinawati, Putri Nurjanah
Assyfa Rizkia
IAIN Palangka Raya,
Indonesia1
IAIN Palangka Raya,
Indonesia2
Email: [email protected]
Abstrak |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi
guru terhadap implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 3 Kota Waringin Barat (KOBAR), Kalimantan Tengah. Metode penelitian
yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yang
memahami pengalaman subjektif dan makna yang diberikan individu terhadap
fenomena tertentu. Alat pengumpulan data mencakup observasi, wawancara,
angket, dan dokumentasi, yang kemudian dikondensasi untuk penyajian data.
Analisis data dilakukan dengan triangulasi untuk memastikan keabsahan data,
termasuk triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa guru kelas 1 dan 2 yang telah melaksanakan Kurikulum
Merdeka Belajar memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep kurikulum dan
keterampilan mengajar. Namun, terdapat guru mata pelajaran yang membutuhkan
pemahaman tambahan secara intensif untuk memperkuat pemahaman mereka, hal ini
dipengaruhi oleh faktor usia. Pembentukan persepsi guru diperoleh melalui
pelatihan mandiri, sosialisasi, diseminasi antar guru, dan kontribusi dari
pihak Kemenag sebagai fasilitator. Selain itu, Program Madrasah Riset (PROMARIS)
berperan dalam menunjang keterlaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar dan memicu
persepsi positif guru terhadap kurikulum tersebut. Kesimpulannya,
implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di KOBAR menunjukkan hasil yang
menjanjikan, meskipun masih ada kebutuhan untuk peningkatan pemahaman di
kalangan guru, yang dapat diatasi melalui berbagai dukungan dan pelatihan
lebih lanjut. Kata kunci: Persepsi Guru, Implementasi, Kurikulum Merdeka
Belajar, MIN 3 KOBAR |
|
Abstract |
This study aims to
determine teacher perceptions of the implementation of the Merdeka Belajar Curriculum at Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 3 Kota Waringin Barat (KOBAR), Central
Kalimantan. The research method used is qualitative with a phenomenological
approach, which understands the subjective experiences and meanings that
individuals give to certain phenomena. Data collection tools include
observation, interviews, questionnaires, and documentation, which are then
condensed for data presentation. Data analysis was done by triangulation to
ensure the validity of the data, including source triangulation and technique
triangulation. The results showed that grade 1 and 2 teachers who have
implemented Merdeka Belajar Curriculum have a good
understanding of curriculum concepts and teaching skills. However, there are
subject teachers who need intensive additional understanding to strengthen
their understanding, this is influenced by the age factor. The formation of
teacher perceptions is obtained through independent training, socialization,
dissemination among teachers, and contributions from the Ministry of Religion
as a facilitator. In addition, the Madrasah Research Program (PROMARIS) plays
a role in supporting the implementation of the Merdeka Belajar
Curriculum and triggering teachers' positive perceptions of the curriculum.
In conclusion, the implementation of the Merdeka Belajar
Curriculum in KOBAR shows promising results, although there is still a need
for increased understanding among teachers, which can be addressed through
various ways. Keywords: Teacher Perceptions, Implementation,
Independent Learning Curriculum, MIN 3 KOBAR |
*Correspondence
Author: Erlinawati
Email:
[email protected]
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh manusia dalam menumbuhkan dan� mengembangkan�
potensi-potensi�� yang�� ada��
pada�� dirinya, sesuai� dengan nilai-nilai� yang�
ada� dalam masyarakat� dan�
kebudayaan (Rustiadi, 2015).� Pendidikan menjadi� suatu�
keputusan� yang� ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang
Pendidikan sebagai solusi dari masalah-masalah Pendidikan� yang�
ada.� Pendidikan� menjadi kebutuhan�� utama��
yang�� perlu�� dipenuhi sepanjang� hidup�
manusia,� tanpa� adanya Pendidikan manusia tidak akan
berkembang untuk maju (Costanza et al., 2007).
Sepanjang
perjalanan sistem pendidikan di Indonesia, kurikulum berubah hampir setiap
pergantian� pemimpin. Perubahan kurikulum
di Indonesia tidak berlangsung lama, sehingga guru sebagai pendidik diharapkan
mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut untuk meningkatkan kualitas
pendidikan (Santika et al., 2022). Lebih tepatnya, penerapan kurikulum� merdeka dimulai pada tahun 2022. Namun,
penerapan kurikulum� merdeka berlangsung
secara bertahap, tidak serentak dan secara massal (Gusteti & Neviyarni, 2022).
Adanya
kondisi di atas maka salah satu yang menjadi fokus penelitian adalah persepsi
guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka Belajar yang telah disosialisasikan
secara daring selama kurun waktu kurang lebih dua tahun oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Persepsi
guru sangat penting atau bahkan memegang peranan penting untuk dapat dijadikan
acuan capaian pemahaman dan capaian yang mereka implementasikan selama
menerapkan kurikulum yang baru di awal Juli 2021, khusus pendidikan yang ada
pada naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Nurfaidah & Aliyyah, 2024). Namun, untuk Madrasah Ibtidaiyah, kurikulum ini
benar-benar akan diterapkan pada tahun 2023/2024, sehingga persepsi guru sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan Kurikulum Merdeka Belajar.
Menarik untuk diteliti ketika penerapan
Kurikulum Merdeka Belajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) simulasi pertama
dilakukan oleh MIN 3 KOBAR pada masa COVID-19 hingga sekarang tahun ajaran
2023-2024. Kondisi ini yang menjadi alasan peneliti untuk menggali lebih dalam
tentang Kurikulum Merdeka Belajar di MI tersebut, seberapa sejalan kebijakan
pemerintah dengan program di MIN 3 KOBAR dengan mendalami fokus penelitian pada
deskripsi persepsi guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 KOBAR. Sebelumnya, peneliti
mendatangi dua Madrasah Ibtidaiyah di daerah khususnya Kumai Kotawaringin
Barat, kemudian menanyakan terkait terlaksananya Kurikulum Merdeka Belajar.
Madrasah tersebut rata-rata belum begitu memahami lebih mendalam tentang
Kurikulum Merdeka Belajar dengan baik, sehingga untuk melaksanakannya mereka
sangat kesulitan dan berusaha untuk melaksanakannya sebisa mungkin dengan terus
mengikuti sosialisasi dan pelatihan.
METODE PENELITIAN
Penelitian� ini�
menggunakan� pendekatan
kualitatif�� dengan�� jenis��
penelitian�� deskriptif (Duque et al., 2015). Pendekatan�
yang dipakai oleh peneliti untuk menganalisis penelitian ini dengan pendekatan
Fenomenologi yang berfokus pada memahami pengalaman subjektif dan makna yang
diberikan individu terhadap fenomena tertentu.�
Subyek� penelitian� ini�
adalah� Guru� kelas�
1� dan� 2,�
serta� semua� guru�
yang� mengajar� di�
kelas� 1� dan�
2� (guru� mapel), Waka Kurikulum dan� kepala sekolah MIN 3 KOBAR.
Observasi,
wawancara dan dokumentasi dipakai sebagai teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti. Tujuan dari pengumpulan data yang digunakan ialah
untuk memperoleh data di lapangan yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu
Persepsi Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 KOBAR� Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar.
Telaah
pada data dilakukan berlandasakan pada teori Miles, Huberman, dan Saldana, yang
menyatakan terdapat tiga tahapan dalam tahapan menganalisis sebuah data
penelitian yaitu: (1) reduksi data (reduction), (2) penyajian data (data
display), dan terakhir (3) penarikan kesimpulan (verification). Reduksi data dilakukan dengan merangkum,
memilih informasi yang pokok dan memfokuskan terhadap hal-hal yang penting.
Data disajikan dalam bentuk uraian padat yang bersifat naratif. Pengambilan
kesimpulan adalah langkah terakhir dalam melakukan teknik analisis data. Untuk
mengukur keabsahan data penelitian dilakukan metode tringulasi. Triangulasi
adalah teknik pengumpulan data yang bersifat mengkombinasikan beberapa metode
atau sumber data dalam sebuah penelitian dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Tringulasi
yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggabungkan teknik observasi,
teknik wawancara, dan dokumentasi.
Adapun
Angket sebagai bahan pendukung hasil wawancara agar peneliti dapat memperoleh
informasi yang valid. Observasi yang dilakukan peneliti berfokus pada
pengamatan modul ajar dan implementasi kurikulum merdeka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Peneliti
akan menyajikan hasil dari data yang diperoleh dari MIN 3 KOBAR� mengenai Persepsi Guru MIN 3 KOBAR Terhadap
Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Penelitian ini mencakup pengumpulan data
melalui observasi ke Madrasah , wawancara dengan guru kelas 1 dan 2 serta Waka
Kurikulum dan Kepala Sekolah , serta pendukung penelitian berupa Dokumentasi di
Madrasah. Berikut adalah hasil temuan mengenai pandangan guru MIN 3 KOBAR
terhadap implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.
Berdasarkan
hasil pengambilan data mengenai wawancara ke guru kelas 1 dan 2 di MIN 3 KOBAR
untuk mengetahui kondisi MIN 3 KOBAR dalam implementasi kurikulum merdeka
belajar� di MI tersebut, peneliti
memberikan pertanyaan tentang benarkah MIN 3 KOBAR sudah melaksanakan kurikulum
merdeka belajar dengan tujuan untuk memastikan kembali kebenaran jika MI
tersebut sudah melaksanakan kurikulum merdeka belajar.
Peneliti
disini menyimpulkan hasil wawancara guru kelas 1 dan 2 bahwa sudah melaksanakan
kurikulum merdeka belajar dan sudah mulai memahami secara utuh dengan mengikuti
sosialisasi dan mempelajari dari pelaksaan kurikulum merdeka belajar di MIN 3
KOBAR dengan begitu guru akan lebih berpengalaman bukan hanya teori melainkan
langsung terjun agar terbiasa dan mencapai keutuhan kebijakan yang di susun
oleh pemerintah.
Selanjutnya
pandangan guru mapel kelas 1 dan 2 di MIN 3 KOBAR tentang kurikulum merdeka
belajar ada beberapa guru yang mengistilahkan kurikulum merdeka belajar seperti
kurikulum KTSP yang�� mana�� mata pelajarannya di pisah-pisah namun
dikemas lebih rapi, adapun yang berpandangan lebih bagus dan� membantu peserta didik sekaligus� guru�
dalam� proses� pembelajaran,�
karena� mendapatkan
kesempatan� bebas� berpikir�
dan� berhak� belajar�
dengan� metode� belajar�
setiap peserta didik, dengan adanya diferensiasi tersebut, guru sangat
terbantu� perihal penyampaian
pembelajaran ke siswa sesuai� dengan� metode�
belajar� visual,� audio�
visual,� atau� kinestetik�
yang� akan� mempercepat pemahaman peserta didik yang
disampaikan oleh guru dan lebih memerdekakan madrasah, dalam hal pengemasan
proses pembelajaran, pencapaiannya, dan tidak berpatok dengan target harian
atau bulanan dalam capaian pembelajaran.
Meninjau� lebih lanjut persepsi guru MIN 3 KOBAR,
peneliti memberikan pertanyaan kepada Waka Kurikulum dan Kepala Sekolah tentang
sosialisasi yang sudah diikuti guru-guru yang sudah melaksanakan kurikulum
merdeka belajar. sosialisasi�� merupakan�� tahap��
awal�� agar�� guru mempunyai�� pandangan��
tentang�� kurikulum�� merdeka��
belajar.�� Jadi�� guru��
wajib�� mengikuti sosialisasi�� terlebih��
dahulu�� sebelum�� melaksanakan�� kurikulum��
merdeka�� belajar,�� sekaligus mengukur pemahaman guru dari
mengikuti sosialisasi kurmer dan mengetahui dari mana saja guru mendapatkan
sosialisasi yang mana peneliti dapat menindak lanjuti dengan memberikan
pertanyaan yang lebih mendalam yaitu bagaimana prosedur dalam melaksanakan
kurikulum merdeka belajar.
Dalam
perubahan� kurikulum� pasti�
terdapat� perubahan� dalam�
perangkat� pembelajaran, yang� mana�
perangkat� pembelajaran� itu�
berguna� untuk� pedoman�
guru� dalam� mengajar.�
Jika perangkatnya sesuai dengan struktural pemerintah maka perangkat
tersebut sudah memenuhi kriteria nasional, dan pelaksanaannya akan baik dalam
mencapai tujuan pembelajaran dan tidak akan�
jauh� beda� dengan�
perangkat� yang� sudah�
disusun� dengan� baik.�
Dengan� ini� peneliti�
ingin mengetahui pemahaman guru dalam istilah istilah yang wajib disusun
dalam modul ajar/RPP di� kurikulum� merdeka belajar.Pertanyaan� yang�
diajukan� peneliti� yaitu�
pemahaman� CP,� TP, ATP, Modul Ajar, serta maksud dari fase
yang ada dalam modul ajar.
Tinjauan� mengenai�
hasil� wawancara� bahwasanya�
model� pembelajaran� yang�
digunakan oleh� guru� kelas�
1� dan� 2�
yaitu� model� pembelajaran�
yang� membangun� keaktifan�
siswa� dalam proses� pembelajaran.seperti� yang�
sudah� disebutkan� oleh�
masing-masing� guru.� Kecuali�
pada guru kelas satu yang kebanyakan masih menggunakan model pembelajaran
ceramah. Pemilihan model��
pembelajaran�� yang�� memusatkan��
peserta didik�� dalam�� melibatkan��
penuh�� dalam�� proses pembelajaran merupakan suatu tujuan
kurikulum merdeka belajar.
Pada
kurikulum� merdeka belajar terdapat
program� profil pelajar pancasila dan
Rahmatan Lil Alamin, yang mana program ini merujuk pada pembelajaran proyek,
yang pembelajarannya dapat�
mengambil� dari� lingkungan�
sekitar.� Dengan� hal�
ini,� peneliti� ingin�
mengetahui apakah madrasah tersebut mengacu pada profil pelajar pancasila
dan Rahmatan Lil Alamin. Yang mana kemudian ternyata terdapat penemuan baru
yaitu terdapat program PROMARIS (Program�
Madrasah Riset) untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Kurikulum
Merdeka belajar.
Kurikulum
ini juga terdapat assessment yakni mengenai assessment yang digunakan oleh
masing-masing� guru,� keseluruhan�
menggunakan� jenis� assessment�
formatif� dan� sumatif,�
yang mana� kedua� jenis�
assessment� tersebut� termasuk�
dalam� jenis� assessment�
dalam� kurikulum merdeka belajar.
Sedangkan beberapa guru mengalami kesulitan dalam menyusun asesmen di
bagian� penyusunan� asesmen�
sumatif� yang� mana�
soal� soal� yang�
diberikan� harus� terdapat komponen� literasi�
dan� numerasi.� Dan�
ada� guru� yang�
merasa� tidak� kesulitan�
karena� sudah terbiasa dalam
penyusunannya.
Peneliti
kemudian menyebarkan angkert untuk menganalisis persepsi guru MIN 3 KOBAR
terhadap implementasi kurikulum merdeka belajar. Penyebaran angket yang
sasarannya guru mapel yang mengajar di kelas 1 dan 2 serta guru kelas 1 dan� 2, peneliti memberikan 10 pertanyaan didalam
angket untuk melihat sejauh mana persepsi mereka tentang kurikulum merdeka
belajar. Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa para responden
memiliki pemhaman yang cukup baik tentang kurikulum merdeka belajar dan
bagaimana hal itu terkait dengan kurikulum sebelumnya, yaitu K13.� Mereka juga memiliki pengetahuan yang cukup
baik tentang konsep-konsep CP, ATP, Modul Ajar, Model evaluasi, dan perbedaan
antara AKM, survey lingkungan belajar, dan survey karakter. Namun, masih ada
beberapa kendala dalam implementasi kurikulum ini, yang mungkin akan diatasi
seiring berjalannya waktu. Dari hasil angket terdapat ada beberapa guru mapel
kelas 1 dan 2 yang tidak menjawab dengan sempurna karena belum mengimplementasikan
kurikulum merdeka belajar, sedangkan guru kelas 1 dan 2 menjawab dengan
sempurna karena sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar.
Peneliti
menemukan� beberapa� kesulitan�
guru� dalam� mengimplementasikan kurikulum�� merdeka��
belajar, ��hal�� ini��
dapat�� berguna�� untuk��
evaluasi����� madrasah�� untuk�
mendapatkan� solusi� dari�
kesulitan-� kesulitan� guru�
dalam� mengimplementasikan� kurikulum merdeka� belajar.�
Serta peneliti� ingin� mengetahui�
kesiapan� guru� kelas�
1� dan� 2� yang� sudah melaksanakan� kurikulum�
baru.� bahwa� kesulitan�
yang� sedang� dialami�
oleh� guru mapel� kelas�
1� dan� 2�
setiap perubahan pasti ada kesulitan dalam penyesuaiannya, dan masih
proses belajar, selain itu kesulitan guru terdapat dalam suatu hal baru, yang
menjadikan guru belajar kembali. Sedangkan dalam kesiapan masing-masing guru,
secara keseluruhan guru siap untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka
belajar
Kemudian�� peneliti��
disini�� mendapatkan�� analisis��
modul�� ajar�� yang��
digunakan�� di�� MIN 3 KOBAR�
bahwa poin-poin penting dalam modul ajar yang digunakan di MI tersebut
secara keseluruhan sudah sesuai dengan standar dan struktur modul ajar yang
berlaku. Setelah itu, dilanjutkan dengan observasi implementasinya apakah
sesuai atau tidak, dari hasil observasi yang sudah dilakukan yaitu
implementasinya sudah sesuai dengan modul ajar yang sudah di buat.Implementasi
merupakan tahap dalam proses dimana rencana atau kebijakan yang telah
dirancang� akan� diterapkan�
atau� dilaksanakan� dalam�
praktik.� Ini� melibatkan�
tindakan� nyata untuk� menjalankan�
ide� atau� konsep�
yang� telah� dirumuskan�
dalam� tahap� perencanaan�
atau desain.�� Implementasi�� seringkali��
memerlukankoordinasi,��
sumber�� daya,�� dan��
pelaksanaan kegiatan yang sesuai untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam konteks yang lebih umum,�
implementasi� dapat� merujuk�
pada� pelaksanaan� atau�
eksekusi� suatu� tindakan�
atau rencana.
Gambar 1. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
Peneliti mendapatkan temuan baru dan bisa dikatakan
berbeda dari Madrasah Ibtidaiyah yang�
lain� yaitu� program�
PROMARIS� sebagai� bentuk�
implementasi� Kurikulum� Merdeka.�
MIN 3 KOBAR membuat� dan� menerapkan�
program� PROMARIS� dengan�
tujuan mengambil� dari� 2B,�
saat� pelaksanaan� pembelajaran�
diharapkan� anak� anak�
dapat� kolaboratif, kreatif,
komunikatif, dan berpikir kritis. Kegiatan dalam program ini hampir sama dengan
PJBL dan PBL dan juga mengacu pada profil pelajar pancasila. Program ini juga telah dilaksanakan di kelas 1 sampai 6.
Gambar 2. Peserta didik Mengikuti Program PROMARIS.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Waka Kurikulum dan
Kepala sekolah yang ikut berkontribusi dalam implementasi kurikulum merdeka
belajar di MIN 3 KOBAR yang memberi dukungan dengan pelatihan kurmer kepada
guru-guru MIN 3 KOBAR dengan tujuan para guru mendapat penguatan mengenai
kurmer, mulai dari garis besar seperti pengertian kurmer, prosedur
implementasinya, komponen-komponen dalam kurmer. Waka kurikulum dan Kepala
sekolah mendatangkan salah satu orang dari kemenag untuk memberikan arahan
tentang pembuatan perangkat pembelajaran karena salah satu kesulitan dan
komponen penting dalam kurmer yaitu pembuatan perangkat pembelajaran.
Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup beberapa aspek
penting yang perlu diperhatikan. Pertama, jumlah responden yang terlibat dalam
penelitian ini hanya berasal dari satu madrasah, sehingga hasilnya mungkin
tidak dapat digeneralisasikan untuk madrasah lain. Hal ini mengindikasikan
bahwa temuan penelitian ini mungkin tidak mencerminkan kondisi di lembaga
pendidikan yang berbeda. Selain itu, waktu pengumpulan data yang dilakukan
dalam periode yang terbatas dapat memengaruhi hasil, karena mungkin tidak
mencerminkan perubahan persepsi guru seiring berjalannya waktu. Terakhir,
variasi pengalaman di antara guru juga menjadi faktor yang signifikan. Tidak
semua guru memiliki pengalaman yang sama dalam mengimplementasikan kurikulum,
yang dapat berdampak pada hasil wawancara dan angket yang diberikan.
Keterbatasan-keterbatasan ini penting untuk dipertimbangkan dalam interpretasi
hasil penelitian.
Pembahasan
A. Persepsi Guru MIN
3 KOBAR Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.
Persepsi merupakan cara dimana seseorang memahami,
menginterpretasikan, dan memberi makna suatu informasi atau suatu fenomena yang
diterima melalui panca indranya dan persepsi ini akan melibatkan pengolahan dan
penafsiran setiap orang terhadap lingkungan dan situasi disekitar, yang dimana
persepsi setiap orang berbeda-beda (Bulqis, 2023).
Persepsi guru adalah hasil dari proses mental yang
melibatkan pengalaman, kepercayaan, dan pengetahuan yang ada pada guru (Kohar et al., 2024). Persepsi ini mempengaruhi cara guru merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, serta cara mereka merespons kebutuhan siswa.
Persepsi guru dapat berdampak signifikan pada cara mereka mengajar,
berinteraksi dengan siswa, dan mengambil keputusan dalam lingkungan kelas (Akhmadi et al., 2023). Maka dari itu persepsi guru sangat penting dalam
implementasi Kurikulum Merdeka Belajar karena guru memiliki peran penting dalam
proses pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah dasar atau madrasah
ibtidaiyah dan keberhasilan dalam menerapkan kurikulum sangat tergantung pada
bagaimana intensitas guru dalam menerapkan kurikulum di proses pembelajaran (Sholeh et al., 2023).
Ada beberapa persepsi yang dapat dipengaruhi oleh faktor
lain, seperti kebutuhan, jelas atau tidaknya objek yang dipersepsi, dan sikap
mental dari perseptor. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu
berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi
suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Selain itu,
faktor yang dapat mempengaruhi persepsi guru terkait kurikulum pelaksanaan
antara lain dukungan kepala sekolah, sarana dan prasarana pendidikan, serta
komitmen semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran Oleh karena itu,
penting untuk memahami bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek agar
dapat memahami tindakan atau respon yang dilakukan oleh individu tersebut.
Menurut UU RI NO 14 Tahun 2005 Pasal 8 menjelaskan
tentang guru dan dosen, wajib memiliki empat macam pilar kompetensi pedagogik
guru, sebagai berikut. Pertama, Kompetensi Kepribadian, artinya guru wajib
memiliki kepribadian yang baik. Kedua, Kompetensi Pedagogik, artinya guru wajib
menguasai kompetensi dalam mengelola kelas, memiliki landasan kependidikan,
mempunyai pemahaman karakteristik peserta didik, pemahaman dalam perkembangan
kurikulum yang seiring waktu berubah-ubah, Kompetensi yang ketiga yaitu Kompetensi
Sosial, artinya sebagai guru wajib mempunyai skill berkomunikasi dengan baik
antara siswa, wali siswa, rekan ketenagakerja, dan masyarakat. Keempat, yaitu
Kompetensi Profesional, yang mana guru wajib profesional dalam suatu
pekerjaannya, artinya guru harus mempunyai kemampuan dalam menguasai materi
pembelajaran secara mendalam, menyeluruh, dan mengetahui cara penyampaiannya
atau pengajarannya. Selain itu guru wajib menguasai struktural metodologi
keilmuannya, dan wajib profesional dengan mengembangkan diri melalui
pelatihan-pelatihan penunjang kompetensi guru dan pengembangan program.
Kompetensi yang telah dipaparkan di atas merupakan
kompetensi penting yang harus dimiliki oleh guru madrasah sebagai tanggung
jawabnya sesuai dengan profesi yang diampunya (Mursyid et al., 2023). Jika salah satu tidak terpenuhi yang terjadi akan sulit
untuk dapat mengimplementasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang distandarkan. Jadi guru yang berkompeten merupakan guru yang dapat
memenuhi standar diatas dengan kemampuan pemahaman kurikulum yang dapat
direalisasikan dari persepsi guru maupun implementasinya (Khosiah, 2020).
Dari hasil wawancara guru di MIN 3 KOBAR� tentang persepsi dalam implementasi kurikulum
merdeka belajar, guru sudah mampu memahami istilah-istilah baru dalam kurikulum
merdeka belajar melalui pelatihan- pelatihan diadakan oleh madrasah. Secara
keseluruhan guru- guru kelas 1 dan 2 di MIN 3 KOBAR memiliki persepsi positif
terhadap kurikulum merdeka belajar dan guru sudah memahami komponen dan alur
pelaksanaan kurikulum merdeka secara teori tetapi ada beberapa� guru kurang menguasai saat di wawancarai
tentang persepsi guru lebih mendalam seperti bagaimana prosedur pelaksanaan
kurikulum merdeka belajar, hal ini dapat dipengaruhi karena faktor umur, hanya
saja guru tersebut mengalami keterlambatan dalam pemahaman secara mendalam dan
perlunya pelatihan intensif agar guru dapat memahami secara utuh.
Keterlaksanaan implementasi kurikulum merdeka tentu di
mulai dan diiringi dengan mengikuti pelatihan sosialisasi guna membentuk
persepsi guru terhadap kurikulum�
merdeka. Adapun temuan baru yang bisa menjadi motivasi bagi sekolah lain
yaitu guru di MIN 3 KOBAR� menggunakan
metode diseminasi untuk keefektifan dalam memperoleh pengetahuan kurikulum
baru. Hal ini relevan dalam pembentukan persepsi guru tidak hanya mengikuti
sosialisasi yang diadakan madrasah secara internal, akan tetapi guru yang
dikirim untuk mengikuti pelatihan di luar wajib untuk mendiseminasikan ke guru
lainnya dan berdiskusi antar guru.
Meski MIN 3 KOBAR sudah mengimplementasikan kurikulum
merdeka belajar dan persepsi gurunya dapat dikategorikan positif, mesti begitu
tetap memerlukan pelatihan secara berkelanjutan, agar pemahaman guru lebih
terkonsep secara utuh mengenai kurikulum merdeka belajar.
B. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di MIN� 3 KOBAR
Keterlaksanaan suatu penerapan kurikulum merdeka belajar
tidak hanya ditinjau dari rancangan pembelajaran, tetapi perlu juga ditinjau
dari kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran dengan rancangan pembelajaran
yang sudah disusun (Rahma & Mulyono,
2024).
Berdasarkan dari referensi diatas, kesesuaian rancangan
pembelajaran dengan proses pembelajaran di MIN 3 KOBAR sudah sesuai meninjau
dari observasi modul ajar dengan pelaksanaannya. Mulai dari poin- poin penting
yang ada di modul ajar, Pencantuman Capaian Pembelajaran, Tujuan Pembelajaran,
dan Alur Tujuan Pembelajaran, Model Pembelajaran, Langkah Langkah Pembelajaran,
Assessment, Lembar Kerja Peserta Didik.
Bentuk nyata dari persepsi guru dalam implementasi
kurikulum merdeka dengan melihat guru menyusun modul ajar serta pelaksanaan
proses mengajar. Secara keseluruhan pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilakukan di MIN 3 KOBAR sudah sinkron dengan modul ajarnya. Seperti guru
diawal memberikan stimulus kepada peserta didik dengan pertanyaan bermakna dan
pernyataan pemantik (Jamila, 2023). Guru memiliki persepsi positif terhadap suatu program
atau kurikulum, maka program atau kurikulum tersebut kemungkinan besar akan
dilaksanakan secara efektif (Kurniati et al., 2022). Oleh karena itu, penting untuk memahami persepsi guru
guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kurikulum merdeka belajar di madrasah.
Penggunaan program PROMARIS menjadi salah satu fokus di MIN
3 KOBAR dalam implementasi kurikulum merdeka. Hal ini ditinjau dari temuan baru
saat pengamatan proses pembelajaran. Program ini bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kolaboratif, kreatif, komunikatif, dan kritis pada siswa.
Kegiatan dalam program ini hampir sama dengan PJBL dan PBL. Menurut Meria (2022)
Model pembelajaran Projek Based Learning adalah metode yang berkaitan dengan
konsep �Learning by doing� oleh John Dewey, peserta didik pada situasi dirinya
bereksplorasi pada kegiatan proyek dan terampil dalam menyelesaikan tugas (Sari & Zulfah, 2017). Sedangkan Problem Based Learning merupakan pengembangan
kurikulum yang memfokuskan pada penyelesaian masalah oleh peserta didik secara
aktif, sehingga pada akhirnya mampu untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan
baru.
PROMARIS (Program Madrasah Riset) merupakan kegiatan
pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pusat perhatian dan menekankan
keterlibatan aktif serta tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran mereka
sendiri dan juga mengacu pada P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) (Rahma & Mulyono,
2024). Program tersebut visi
misi nya serta alurnya mengacu pada P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila), Pihak madrasah sudah melaksanakan program tersebut di kelas 1
sampai 6. secara tidak langsung program ini mendukung prinsip kurikulum merdeka
dengan mendorong berpikir kritis dan partisipasi aktif siswa.
Meskipun PROMARIS mengacu pada P5, namun masih terdapat
perbedaannya yaitu PROMARIS tidak menuntut siswa menyelesaikan projek hingga
menghasilkan produk dengan sempurna, tetapi lebih mengutamakan proses kegiatan
siswanya, jika kemampuan siswa sampai dikempuan tersebut maka akan sebagai
catatan di kegiatan selanjutnya. Jadi program tersebut tidak menjadikan suatu
masalah di MIN 3 KOBAR� jika siswanya
tidak sampai menyelesaikan projek hingga menghasilkan produk dengan sempurna.
Faktor munculnya PROMARIS berkaitan dengan persepsi guru, persepsi guru yang
baik akan mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh, hal ini menjadi
bentuk nyata bahwa persepsi guru di MIN 3 KOBAR positif dan dapat menjadi
motivasi untuk madrasah lain.
KESIMPULAN
Penelitian
mengenai persepsi guru MIN 3 KOBAR terhadap implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar menunjukkan bahwa guru kelas 1 dan 2 memiliki pandangan positif serta
mencapai hasil yang cukup signifikan terkait penerapan kurikulum tersebut.
Mereka menunjukkan pemahaman yang sesuai dengan konsep Kurikulum Merdeka dan
keterampilan mengajar yang relevan. Namun, masih terdapat beberapa guru yang
memerlukan pemahaman yang lebih mendalam untuk benar-benar mengimplementasikan
kurikulum secara efektif. Program PROMARIS, yang dirancang untuk mendukung
penerapan Kurikulum Merdeka, tidak hanya meningkatkan persepsi guru secara
keseluruhan tetapi juga berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis
dan partisipasi aktif siswa. Keterbatasan penelitian ini, seperti jumlah
responden yang hanya berasal dari satu madrasah dan waktu pengumpulan data yang
terbatas, menunjukkan bahwa hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasikan
untuk konteks pendidikan lainnya. Variasi pengalaman di antara guru juga
mempengaruhi hasil wawancara dan angket, sehingga penting untuk
mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam interpretasi data. Implikasi dari
penelitian ini menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan, sosialisasi yang
terstruktur, dan fleksibilitas dalam metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kepribadian guru untuk keberhasilan implementasi Kurikulum
Merdeka. Rekomendasi untuk penelitian di masa depan mencakup pengkajian metode
sosialisasi dan bimbingan yang efektif bagi guru, serta evaluasi dampak jangka
panjang dari Kurikulum Merdeka terhadap hasil belajar siswa. Penelitian
lanjutan juga dapat mengeksplorasi adopsi program seperti PROMARIS di sekolah
lain, yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka dan
memotivasi persepsi guru secara menyeluruh dan positif terhadap kurikulum
tersebut.
Akhmadi, M. A., Santoso, G., & Jannah, R. (2023).
Mengidentifikasi Tugas dan Peran Melalui Berpikir Kritis dan Komunikasi Di
Kelas 1. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(4), 230�250.
https://doi.org/10.9000/jpt.v2i4.625
Bulqis, D. B. Q. (2023). Persepsi Guru Terhadap Kurikulum
Merdeka Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dan Budi Pekerti (BP)
di Sekolah Penggerak SMPN 1 Kemang Bogor. Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Costanza, R., Fisher, B., Ali, S., Beer, C., Bond, L.,
Boumans, R., Danigelis, N. L., Dickinson, J., Elliott, C., & Farley, J.
(2007). Quality of life: An approach integrating opportunities, human needs,
and subjective well-being. Ecological Economics, 61(2�3),
267�276. https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2006.02.023
Duque, J. F. M., Zapico, I., Oyarzun, R., Garc�a, J. A. L.,
& Cubas, P. (2015). A descriptive and quantitative approach regarding
erosion and development of landforms on abandoned mine tailings: New insights
and environmental implications from SE Spain. Geomorphology, 239,
1�16. https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2015.02.035
Gusteti, M. U., & Neviyarni, N. (2022). Pembelajaran
berdiferensiasi pada pembelajaran matematika di kurikulum merdeka. Jurnal
Lebesgue: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Matematika Dan Statistika, 3(3),
636�646. https://doi.org/doi.org/10.46306/lb.v3i3.180
Jamila, S. H. (2023). Pengembangan Pembelajaran Kurikulum
Merdeka. Tafhim Al-�Ilmi, 14(2), 292�309.
Khosiah, N. (2020). Implementasi Nilai-nilai Pancasila
Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah Mambail Falah Tongas –Probolinggo. Al-Insyiroh:
Jurnal Studi Keislaman, 6(1), 84�100.
https://doi.org/10.35309/alinsyiroh.v6i1.3818
Kohar, D. A., Budiyanto, C., Deni, A., Setiabudi, D. I.,
& Ramadhana, A. (2024). Perbandingan Persepsi Antara Guru MTS dan SMP
Tentang Pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 10(2),
673�679. https://doi.org/10.31949/educatio.v10i2.7960
Kurniati, P., Kelmaskouw, A. L., Deing, A., Bonin, B., &
Haryanto, B. A. (2022). Model proses inovasi kurikulum merdeka implikasinya
bagi siswa dan guru abad 21. Jurnal Citizenship Virtues, 2(2),
408�423. https://doi.org/10.37640/jcv.v2i2.1516
Mursyid, A., Ahmad, C. F., Dewi, A. K., & Tianti, A. Y.
(2023). Penerapan kurikulum merdeka dalam rencana pelaksanaan pembelajaran di
Purwakarta. Al-Fahim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(1),
173�187. https://doi.org/10.54396/alfahim.v5i1.566
Nurfaidah, C., & Aliyyah, R. R. (2024). Implementasi
Kurikulum Merdeka: Strategi Guru dalam Mengelola Kedisiplinan Siswa pada
Sekolah Dasar. Karimah Tauhid, 3(1), 183�204.
https://doi.org/10.30997/karimahtauhid.v3i1.11616
Rahma, M. N., & Mulyono, K. B. (2024). Evaluasi
Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Dasar Dasar Pemasaran di
Kelas X SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. Business and Accounting Education
Journal, 5(1), 63�79. https://doi.org/10.15294/baej.v5i1.8649
Rustiadi, S. (2015). Creating better education system,
building stronger human capital: A creative industries perspective. Procedia-Social
and Behavioral Sciences, 169, 378�386.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.323
Santika, I. G. N., Suarni, N. K., & Lasmawan, I. W.
(2022). Analisis perubahan kurikulum ditinjau dari kurikulum sebagai suatu ide.
Jurnal Education and Development, 10(3), 694�700.
https://doi.org/10.37081/ed.v10i3.3690
Sari, A. Y., & Zulfah, U. (2017). Implementasi
pembelajaran project based learning untuk anak usia dini. Motoric, 1(1),
10.
Sholeh, M. B., Kamsan, N., & Aliyah, H. (2023). Persepsi
Guru terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka di Madrasah. Taf�qquh: Jurnal
Penelitian Dan Kajian Keislaman, 11(2), 273�287.
https://doi.org/10.52431/tafaqquh.v11i2.2245
|
� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |