Sinta Nuryani, Devina Lulu Nursilmi, Dina Sonia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601-
1607
Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung
1603
semua usia dengan kondisi klinis yang berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama sekali
hingga manifestasi berat (Kenedyanti & Sulistyorini, 2017)
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain Kemiskinan pada
berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang berkembang.
Kegagalan program TB karena komitmen politik, pendanaan, dan organisasi pelayanan
TB yang tidak memadai dikarenakan kurangnya akses oleh masyarakat, penemuan kasus
atau diagnosis yang tidak standar oleh petugas kesehatan, ketersediaan obat tidak
terjamin, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan
sebagainya. Perubahan demografis karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan
struktur umur kependudukan; Dampak pandemi infeksi HIV (Agustina, Saleh, & Kusnanto,
2017). TBC paru juga merupakan penyebab kematian ke-2 setelah penyakit jantung
dan pembuluh darah lainnya (Khasanah, 2013). Berdasarkan temuan yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2021, pada triwulan I pasien suspek TB sebanyak
4325 jiwa dan data pengobatan TB SO sebanyak 1600 jiwa. Rumah Sakit Umum X Kota
Bandung merupakan Rumah Sakit temuan Kasus TB tertinggi ke 3 di wilayah Kota
Bandung dengan 167 pasien suspek TB, 102 pasien pengobatan TB, serta data yang tidak
terinput pada sistem SITB selama Triwulan I sebanyak 27 kasus. Berdasarkan wawancara
dengan informan kunci bahwa sebelumnya sudah ada penelitian dengan kasus yang sama,
akan tetapi hasil dari penelitian sebelumnya belum menunjukkan suatu perbaikan sehingga
sampai saat ini hal yang sama masih menjadi kendala (Adyaningrum, Suryawati, &
Budiyanti, 2019).
Rekam medis adalah salah satu unit yang harus dimiliki di setiap rumah sakit yang
berperan penting dalam menyediakan data-data dan informasi penting mengenai pasien.
Rekam medis yang baik adalah rekam medis yang memenuhi indikator-indikator mutu
rekam medis seperti kelengkapan isian rekam medis, keakuratan, tepat waktu, dan
pemenuhan persyaratan hukum (Rahmawati, Nuraini, & Hasan, 2020).
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang baik ditunjang dengan
penyelenggaraan rekam medis yang baik pada setiap pelayanan kesehatan di rumah sakit
dan dapat menyajikan sebuah informasi yang akurat pada rekam medis (Mudiono &
Roziqin, 2019).
Selama mendapatkan kode diagnosis yang tepat, termasuk kode diagnosis
Tuberkulosis Paru tidak hanya didasarkan pada formulir resume akan tetapi lembar-lembar
lain yang berkaitan dengan proses pengkodean, misalkan pada lembar pemeriksaan
penunjang seperti hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan radiologi dan lembar
lainnya yang berhubungan dengan penegakkan diagnosis. Coder sebelum melakukan
pengkodean harus melihat setiap lembar rekam medis guna penentuan kode diagnosis yang
akurat Akan tetapi fakta di Rumah Sakit masih banyak ditemukan ketidaklengkapan
pengisian informasi pada dokumen rekam medis (Utami & Rosmalina, 2019).
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat gelar Diploma-III
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, serta mengetahui masalah yang terjadi pada ruang
lingkup kinerja pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis yang belum tercapai sesuai
target yang ditetapkan oleh Rumah Sakit. Manfaat dari penelitian ini, sebagai bentuk
sumber dan masukan kepada para pembaca khususnya Rumah Sakit agar menjadikan bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja persisteman agar
tercapainya kualitas dan kuantitas kerja.
Rumah Sakit harus menetapkan tim DOTS yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan program penanggulangan TB dan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap setiap kejadian penyakit TB (RI, 2016). Pencatatan dan pelaporan kasus TB di
Rumah Sakit Umum X kota Bandung awalnya menggunakan Sistem Informasi
Tuberkulosis terpadu (SITT). Namun sejak tahun 2020 Sistem Informasi (SITB) sudah
digunakan (Ariga, 2020).