Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, November 2021, 1 (11), 1601-1607
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v1i11.232 http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
ANALISIS SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN KASUS
TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM X KOTA BANDUNG
Sinta Nuryani1, Devina Lulu Nursilmi2, Dina Sonia3
Politeknik Piksi Ganesha Bandung, Indonesia1, 2, 3
sintanuryani48@gmail.com1, devinalulu0@gmail.com2, nasoniaonya.ds@gmail.com3
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
15-07-2021
17-11-2021
18-11-2021
Latar Belakang: Sistem Informasi tuberkulosis (SITB)
merupakan sistem yang digunakan untuk pelaporan kasus
tuberkulosis secara elektronik yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan. Pelaporan kasus Tuberkulosis di
Rumah Sakit Umum X Kota Bandung pada mulanya
menggunakan SITT. Namun, sistem tersebut sudah diganti
menjadi Sistem Informasi tuberkulosis (SITB) sejak tahun
2020.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa
pelaporan kepada Dinas Kesehatan tertunda atau belum
sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.
Metode: Penelitian ini, peneliti menggunakan fishbone
diagram dari segi input yang meliputi Man, Material dan
Method. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Data diperoleh dari hasil wawancara yang
mendalam dan observasi pada informan kunci. Validasi hasil
pada penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan
triangulasi sumber.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa
pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis belum berjalan
maksimal karena 1) Sulitnya penginputan dan banyaknya
data yang harus dimasukan menyebabkan pencapaian target
kerja belum berjalan maksimal. 2) Kurangnya SDM Rekam
Medis sebagai ujung tombak pelaporan kasus TB. 3) Double
job untuk setiap petugas. 4) Terlalu seringnya pergantian
pegawai karena sistem kontrak kerja, bersamaan dengan
kerumitan Sistem Informasi Tuberculosis (SITB) sehingga
sering terjadinya kesalahan penginput data.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil wawancara dari petugas
Klinik TB di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung, klinik
TB berdiri pada tahun 2013 dengan pencatatan dan
pelaporannya masih menggunakan Sistem Informasi
Tuberkulosis Terpadu (SITT) sampai tahun 2019. Pada tahun
2020 sistem di Rumah Sakit sudah diganti menjadi SITB.
Berdasarkan wawancara dengan informan kunci bahwa
sebelumnya sudah ada penelitian dengan kasus yang sama,
akan tetapi hasil dari penelitian sebelumnya belum
menunjukkan suatu perbaikan sehingga sampai saat ini hal
yang sama masih menjadi kendala.
Kata kunci: SITB; SITT; TB.
Sinta Nuryani, Devina Lulu Nursilmi, Dina Sonia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601-
1607
Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung
1602
Abstract
Background:The tuberculosis Information System (SITB) is
a system used for electronic reporting of Tuberkulosis cases
issued by the Ministry of Health. Reporting of tuberkulosis
cases at the X General Hospital in Bandung was initially
using SITT. However, the system has been changed to the
Tuberculosis Information System (SITB) since 2020.
Objective: This study aims to find out why reporting to the
Health Office is delayed or not in accordance with the
targets set by the Hospital.
Methods: In this study, researchers used a fishbone
diagram in terms of input which includes Man, Material
and Method. This research is a descriptive qualitative
research. The data is obtained from the results of in-depth
interviews and observations of key informants. Validation
of the results in this study using method triangulation and
source triangulation.
Results: From the results of this study it was found that the
recording and reporting of Tuberkulosis cases had not run
optimally because 1) The difficulty of inputting and the
amount of data that had to be entered caused the
achievement of work targets to not run optimally. 2) Lack
of Medical Record HR as the spearhead of TB case
reporting. 3) Double job for each officer. 4) Too frequent
employee changes due to the work contract system, along
with the complexity of the Tuberkulosis Information System
(SITB) so that data entry errors are frequent.
Conclusion: Based on the results of interviews from TB
Clinic officers at General Hospital X Bandung City, the TB
clinic was established in 2013 with recording and reporting
still using the Integrated tuberculosis Information System
(SITT) until 2019. In 2020 the system at the Hospital will
been changed to SITB. Based on interviews with key
informants that previously there have be studies with the
same case, but the results of previous studies have not
shown an improvement so that until now the same thing is
still an obstacle.
Keywords: SITB; SITT; TB.
*Correspondent Author: Sinta Nuryani
Email: sintanuryani48@gmail.com
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru yang sering dikenal dengan TBC paru disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberkulosis (M.tuberkulosis) dan termasuk penyakit menular
(Wikurendra, 2019). Global tuberkulosis Report menyatakan bahwa secara global pada
tahun 2016, Indonesia menempati urutan kedua untuk insidens tuberkulosis (TB) tertinggi
setelah India (Organization, 2017). Penyakit tuberkulosis (TB) paru ini dapat menyerang
Sinta Nuryani, Devina Lulu Nursilmi, Dina Sonia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601-
1607
Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung
1603
semua usia dengan kondisi klinis yang berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama sekali
hingga manifestasi berat (Kenedyanti & Sulistyorini, 2017)
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain Kemiskinan pada
berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang berkembang.
Kegagalan program TB karena komitmen politik, pendanaan, dan organisasi pelayanan
TB yang tidak memadai dikarenakan kurangnya akses oleh masyarakat, penemuan kasus
atau diagnosis yang tidak standar oleh petugas kesehatan, ketersediaan obat tidak
terjamin, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan
sebagainya. Perubahan demografis karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan
struktur umur kependudukan; Dampak pandemi infeksi HIV (Agustina, Saleh, & Kusnanto,
2017). TBC paru juga merupakan penyebab kematian ke-2 setelah penyakit jantung
dan pembuluh darah lainnya (Khasanah, 2013). Berdasarkan temuan yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2021, pada triwulan I pasien suspek TB sebanyak
4325 jiwa dan data pengobatan TB SO sebanyak 1600 jiwa. Rumah Sakit Umum X Kota
Bandung merupakan Rumah Sakit temuan Kasus TB tertinggi ke 3 di wilayah Kota
Bandung dengan 167 pasien suspek TB, 102 pasien pengobatan TB, serta data yang tidak
terinput pada sistem SITB selama Triwulan I sebanyak 27 kasus. Berdasarkan wawancara
dengan informan kunci bahwa sebelumnya sudah ada penelitian dengan kasus yang sama,
akan tetapi hasil dari penelitian sebelumnya belum menunjukkan suatu perbaikan sehingga
sampai saat ini hal yang sama masih menjadi kendala (Adyaningrum, Suryawati, &
Budiyanti, 2019).
Rekam medis adalah salah satu unit yang harus dimiliki di setiap rumah sakit yang
berperan penting dalam menyediakan data-data dan informasi penting mengenai pasien.
Rekam medis yang baik adalah rekam medis yang memenuhi indikator-indikator mutu
rekam medis seperti kelengkapan isian rekam medis, keakuratan, tepat waktu, dan
pemenuhan persyaratan hukum (Rahmawati, Nuraini, & Hasan, 2020).
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang baik ditunjang dengan
penyelenggaraan rekam medis yang baik pada setiap pelayanan kesehatan di rumah sakit
dan dapat menyajikan sebuah informasi yang akurat pada rekam medis (Mudiono &
Roziqin, 2019).
Selama mendapatkan kode diagnosis yang tepat, termasuk kode diagnosis
Tuberkulosis Paru tidak hanya didasarkan pada formulir resume akan tetapi lembar-lembar
lain yang berkaitan dengan proses pengkodean, misalkan pada lembar pemeriksaan
penunjang seperti hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan radiologi dan lembar
lainnya yang berhubungan dengan penegakkan diagnosis. Coder sebelum melakukan
pengkodean harus melihat setiap lembar rekam medis guna penentuan kode diagnosis yang
akurat Akan tetapi fakta di Rumah Sakit masih banyak ditemukan ketidaklengkapan
pengisian informasi pada dokumen rekam medis (Utami & Rosmalina, 2019).
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat gelar Diploma-III
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, serta mengetahui masalah yang terjadi pada ruang
lingkup kinerja pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis yang belum tercapai sesuai
target yang ditetapkan oleh Rumah Sakit. Manfaat dari penelitian ini, sebagai bentuk
sumber dan masukan kepada para pembaca khususnya Rumah Sakit agar menjadikan bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja persisteman agar
tercapainya kualitas dan kuantitas kerja.
Rumah Sakit harus menetapkan tim DOTS yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan program penanggulangan TB dan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap setiap kejadian penyakit TB (RI, 2016). Pencatatan dan pelaporan kasus TB di
Rumah Sakit Umum X kota Bandung awalnya menggunakan Sistem Informasi
Tuberkulosis terpadu (SITT). Namun sejak tahun 2020 Sistem Informasi (SITB) sudah
digunakan (Ariga, 2020).
Sinta Nuryani, Devina Lulu Nursilmi, Dina Sonia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601-
1607
Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung
1604
Berdasarkan penelitian di atas, unsur pokok dari administrasi kesehatan meliputi
masukan (input), proses (process), keluaran (output), sasaran (target), serta dampak
(impact). Sedangkan komponen input ada yang membedakan menjadi 3m yaitu man,
material, dan method. (Virdasari, Arso, & Fatmasari, 2018). Bagian yang melatar
belakangi penelitian ini adalah adanya pencatatan dan pelaporan kasus TB yang dalam
pengelolaannya masih kurang baik. Dikarenakan, penginputan data tersebut hanya
dilakukan oleh satu orang petugas dan data yang diberikan oleh unit pelayanan lainya
masih belum dilengkapi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis kualitatif dan pendekatan
deskriptif (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan fishbone diagram untuk
mengidentifikasi adanya masalah pada segi input meliputi man, material, dan method
(Asmoko, 2013). Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung pada
triwulan I 2021. Teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara yang mendalam dan
observasi dengan bantuan instrumen berupa alat tulis, alat rekam, serta pedoman
wawancara. Wawancara dilakukan kepada 2 orang informan yang menjadi ujung tombak
petugas pelaporan kasus TB di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung. Validasi hasil yang
dilakukan dari penelitian ini menggunakan triangulasi metode serta triangulasi sumber.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara dari petugas Klinik TB di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung, klinik TB berdiri pada tahun 2013 dengan pencatatan dan pelaporannya
masih menggunakan Sistem Informasi tubercklosis terpadu (SITT) excel versi 10.3. pada
tahun 2015 petugas mengikuti pelatihan workshop terkait SITT 10.4 sampai tahun 2019.
Di awal tahun 2019 petugas mengikuti pelatihan terkait sistem SITB. Pada awal tahun 2020
SITB sudah mulai diimplementasikan di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung dan sudah
dipakai hingga saat ini. Pada gambaran sistem yang sedang berjalan saat ini, seluruh alur
proses pencatatan dan pelaporan kasus TB di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung sudah
berjalan sesuai prosedur serta aturan-aturan yang telah ditetapkan.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis pasien kasus TB dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
di Rumah Sakit Umum X kota Bandung menggunakan 2 software yang terdiri dari SIM-
RS dan SITB. Pada pencatatan dan pelaporan kasus TB terdapat 12 petugas TB DOTS
sesuai dengan job yang sudah ditentukan. Namun, pada temuan penelitian dari 12 orang
petugas TB DOTS hanya satu orang saja yang sudah memiliki sertifikat terkait kasus TB
yang menjadi penanggung jawab dalam pelaporan Sistem Informasi Tuberculosis (SITB).
Data pencatatan dan pelaporan TB masih di ambil manual ke setiap unit pelayanan
kesehatan. Hal ini mengakibatkan petugas harus mengisi data pasien TB secara merangkap
dari pencatatan manual ke Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB). Sehingga saat
pembuatan laporan ke pusat petugas harus menginput ulang dari beberapa software
tertentu untuk diolah menjadi satu data yang memakan waktu cukup lama sehingga
pelaporan menjadi tertunda. Untuk keamanan data di pencatatan dan pelaporan TB sudah
baik, karena hak akses untuk melakukan pelaporan di Sistem Informasi Tuberculosis
Sinta Nuryani, Devina Lulu Nursilmi, Dina Sonia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601-
1607
Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung
1605
(SITB) hanya dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk dan diberikan hak akses sebagai
user admin.
Berdasarkan penelitian untuk proses pelaporan data sudah dilakukan sesuai dengan
SOP yang mengatur tentang pencatatan dan pelaporan data TB. Jumlah temuan pasien
kasus TB dan data kunjungan pasien TB disampaikan per 1 bulan sekali baik kepada
direktur Rumah Sakit maupun ke Dinas Kesehatan Kota Bandung. Kegiatan pencatatan dan
pelaporan data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam setiap pelayanan kesehatan
khususnya pada kegiatan monitoring pengobatan pasien TB. Karena pencatatan data bukan
hanya sekedar menulis, menyimpan, mendokumentasikan data, terlebih data harus dicatat,
di input, dan diolah dengan baik untuk menghasilkan output yang sesuai dengan target
kerja. Mencangkup kegiatan yang sudah dijelaskan, maka kebutuhan sistem yang sudah
terintegrasi sangat dibutuhkan terutama bagi institusi yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan TB. Dengan terintegrasinya data pada sebuah sistem maka akan mempermudah
kegiatan input data, pelaporan data, beserta penyusunan data. Hal ini juga sangat membantu
dalam proses manajemen pencapaian rencana kerja di Rumah Sakit Umum X Kota
Bandung. Berdasarkan hasil penelitian, dalam praktiknya para petugas di Rumah Sakit
Umum X Kota Bandung masih menggunakan pencatatan manual di setiap unit pelayanan
yang berkaitan dengan temuan kasus TB. Yang sebenarnya hal tersebut akan berdampak
pada terjadinya redudancy dan duplikasi data. Temuan ini merupakan sebuah hambatan
untuk melakukan proses pencatatan dan pelaporan data bahwa keterbatasan sumber daya
manusia serta kualitas dan kuantitas kinerja harus disertai dengan pelatihan kerja yang
cukup baik agar tercapainya target kerja yang maksimal.
Gambar 1. Pemetaan diagram tulang ikan karena pelaporan yang belum maksimal
Sumber: diolah penulis (2021)
Man, sejalan dengan berjalannya program Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB)
terkait sistem pelaporan kasus TB masih menjadi hambatan dikarenakan kurangnya
pemahaman petugas pada sistem, SDM yang tidak menetap karena sistem kerja yang
Sinta Nuryani, Devina Lulu Nursilmi, Dina Sonia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601-
1607
Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung
1606
kontrak. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kurangnya SDM Rekam Medis juga
berdampak pada kualitas dan kuantitas pencatatan dan pelaporan pada SITB. Sehingga
perlu adanya sosialisasi secara berulang di internal pelayanan terkait sistem yang rumit
menyebabkan sering terjadinya kesalahan pada penginputan data sehingga output data
tidak maksimal. Diperlukannya tenaga kerja yang penuh waktu untuk memonitoring sistem
sehingga bisa mengerjakan pencatatan dan pelaporan kapan saja tanpa harus menunggu
selesai pelayanan. Berdasarkan hasil di atas peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
Rekam Medis penting dilakukan agar pelaporan TB dapat berjalan dengan baik
(Permenkes, 2018)
Material, untuk penyusunan laporan tidak akan terlepas dari peralatan dan sistem
elektronik maka akan sangat mudah apabila sistem elektronik di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung sudah terpenuhi dengan baik. Namun menurut hasil temuan menyatakan
bahwa pelaporan pada sistem hanya dapat di input di satu komputer, oleh karena itu petugas
sering mengeluh karena terjadi human error dan pelaporan pun harus di input di lain waktu.
Pencatatan pasien TB dalam buku laporan manual dilakukan oleh perawat di tiap
unit pelayanan kesehatan. Data diperoleh menggunakan formulir baku secara manual dan
didukung oleh sistem informasi secara elektronik. Berdasarkan penelitian tersebut
diketahui bahwa aspek ketersediaan fasilitas elektronik digital menjadi sangat penting
dalam pelaporan kasus TB.
Method, pencatatan dan pelaporan di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung saat
ini sudah menggunakan Sistem Informasi Tuberculosis (SITB). Petugas yang bertanggung
jawab dalam proses pelaporan data hanya berjumlah 1 orang dari 12 orang petugas lainnya,
dikarenakan petugas yang bersertifikasi hanya berjumlah 1 orang. Petugas melakukan
pelaporan berdasarkan hasil kajian temuan penyakit TB pada pemeriksaan BTA untuk
pasien TB. Pada hasil penelitian peneliti menemukan bahwa pengisian formulir manual
pasien TB, pada pelaksanaannya belum diisi secara lengkap. Tidak lengkapnya pengisian
menyebabkan perawat harus menarik data pasien TB dan SIMRS untuk dilengkapi pada
formulir manual. Kendala lain yaitu jika terjadi kesalahan dalam pencatatan maka data
tersebut tidak dapat dihapus langsung pada sistem tetapi harus langsung menghubungi
petugas IT di Dinas Kesehatan Kota.
Berdasarkan penelitian sebelumnya disebutkan bahwa jejaring internal sudah
berfungsi dengan baik. Namun kurangnya komitmen Rumah Sakit untuk menambah SDM
Rekam Medis belum terealisasikan sehingga tim TB DOTS memiliki beban kerja yang
merangkap. Komitmen organisasi dan kebijakan kerja juga diperlukan untuk memperkuat
program TB DOTS di Rumah Sakit. Agar implementasi suatu kebijakan berhasil maka
diperlukan dasar hukum yang jelas. Sehingga perlu ada penambahan pada Man dan
perbaikan pada Method untuk menyelesaikan faktor penyebab tertundanya pelaporan TB
ke Dinas Kesehatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara dari petugas Klinik TB di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung, klinik TB berdiri pada tahun 2013 dengan pencatatan dan pelaporannya
masih menggunakan Sistem Informasi tuberkulosis Terpadu (SITT) sampai tahun 2019.
Pada tahun 2020 sistem di Rumah Sakit sudah diganti menjadi SITB. Berdasarkan
wawancara dengan informan kunci bahwa sebelumnya sudah ada penelitian dengan kasus
yang sama, akan tetapi hasil dari penelitian sebelumnya belum menunjukan suatu
perbaikan sehingga sampai saat ini hal yang sama masih menjadi kendala. Pencatatan
manual di unit rawat jalan di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung belum berjalan
maksimal dikarenakan pengisian formulir pada pelaksananya masih belum diisi secara
lengkap serta kurangnya SDM Rekam Medis sebagai ujung tombak pencatatan formulir
Sinta Nuryani, Devina Lulu Nursilmi, Dina Sonia /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601-
1607
Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X
Kota Bandung
1607
TB, sering terjadinya human error pada sistem sehingga penginputan data serta pelaporan
data harus dikerjakan diluar jam kerja dan memakan banyak waktu sehingga pelaporan ke
dinas kesehatan menjadi tertunda. Temuan ini merupakan sebuah hambatan untuk
melakukan proses pencatatan dan pelaporan data bahwa keterbatasan sumber daya manusia
serta kualitas dan kuantitas kinerja harus disertai dengan pelatihan kerja yang cukup baik
agar tercapainya target kerja yang maksimal.
BIBLIOGRAFI
Adyaningrum, Nida, Suryawati, Chriswardani, & Budiyanti, Rani Tiyas. (2019). Analisis
Pengawasan Menelan Obat Pasien Tuberkulosis (TB) dalam Program
Penanggulangan TB di Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 7(4), 542555.
Agustina, Fitria, Saleh, Yusrizal Djam’an, & Kusnanto, Hari. (2017). Determinan kejadian
tuberkulosis paru BTA (+) di kabupaten Bandung Barat. Berita Kedokteran
Masyarakat, 32(9), 331338.
Ariga, Reni Asmara. (2020). Buku Ajar Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan
Dalam Keperawatan. Deepublish.
Asmoko, Hindri. (2013). Teknik Ilustrasi Masalah-Fishbone Diagrams. Magelang: BPPK.
Kenedyanti, Evin, & Sulistyorini, Lilis. (2017). Analysis of mycobacterium tuberculosis
and physical condition of the house with incidence pulmonary tuberculosis. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(2), 152162.
Khasanah, Uswatun Nur. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi
Dengan Kasus TB Paru di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO.
Mudiono, Demiawan Rachmatta Putro, & Roziqin, Moch Choirur. (2019). Evaluasi
Penerapan SIMRS Ditinjau Dari Aspek Kualitas Informasi, Penggunaan Sistem dan
Organisasi di RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Jurnal Kesehatan, 7(3), 103110.
Organization, World Health. (2017). Cardiovascular Disease, World Heart Day 2017.
Who.
Permenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien. , (2018).
Rahmawati, Mitha Amelia, Nuraini, Novita, & Hasan, Donny Adhasari. (2020). Analisis
Faktor Penyebab Keterlambatan Penyediaan Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan Di
Rsu Haji Surabaya. J-REMI: Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(4),
511518.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. In Bandung: Alfabeta.
Utami, Yeni Tri, & Rosmalina, Nita. (2019). Hubungan Kelengkapan Informasi Medis
Dengan Keakuratan Kodetuberculosis Paruberdasarkan ICD-10 Pada Dokumen
Rekam Medis Rawat Inap di BBKPM Surakarta. SMIKNAS, 146152.
Wikurendra, Edza Aria. (2019). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tb Paru
Dan Upaya Penanggulangannya.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).