Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Oktober 2021, 1 (10), 1435-1443
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v1i10.216 http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
KEBUTUHAN PMIK BERDASARKAN ANALISA BEBAN KERJA PADA
BAGIAN ASSEMBLING RAWAT INAP RUMAH SAKIT X BANDUNG
Tina Dwiasih
1
, Nurul Amalya
2
, Yuyun Yunengsih
3
Politeknik Piksi Ganesha
1, 2, 3
piksi.tinadwiasih.18303079@gmail.com
1
, nurulamalya23@gmail.com
2
,
yoen1903@gmail.com
3
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
17-08-2021
20-10-2021
24-10-2021
Latar Belakang: Rumah sakit X merupakan salah satu
rumah sakit swasta tipe c di daerah Cileunyi, Bandung Jawa
Barat. Di rumah sakit X terdapat 38 perekam medis unit
rekam medis 3 diantaranya bertugas di bagian assembling.
Berdasarkan jumlah pasien rawat inap yang cenderung
meningkat setiap bulannya dan adanya faktor lain yaitu tugas
rangkap diluar tugas pokok sehingga beban kerja petugas
assembling dalam pengolahan data pasien meningkat. Untuk
itu diperlukan keseimbangan antara beban kerja dengan
jumlah petugas assembling.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan PMIK berdasarkan analisa beban kerja pada
bagian assembling rawat inap.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan metode wawancara dan observasi melalui
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah kepala rekam medis dan petugas unit rekam medis
bagian assembling.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian perhitungan kebutuhan
tenaga kerja berdasarkan beban kerja petugas assembling
rawat inap RS X menggunaka metode ABK Kes, didapatkan
jumlah petugas assembling dengan standar beban kerja
sebanyak 59.600 menit per 6 bulan dibutuhkan sebanyak 4
petugas perekam medis.
Kesimpulan: Jumlah perekam medis tersebut belum sesuai
dengan jumlah perekam medis sekarang yaitu 3 perekam
medis, maka dari itu dibutukan 1 perekam medis tambahan
di bagian assembling agar pelaksanaan rekam medis bisa
berjalan dengan baik.
Kata kunci: rumah sakit; assembling; beban kerja; ABK-
Kes; rekam medis.
Abstract
Background: Hospital X is a type c private hospital in the
Cileunyi area, Bandung, West Java. In hospital X, there are
38 medical recorders, 3 of which are in thedepartment
assembly. Based on the number of inpatients which tend to
increase every month and the existence of other factors,
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1436
namely dual tasks outside the main task so that the workload
of assembling officers in processing patient data increases.
This requires a balance between the workload and the
number of assembling officers.
Objective: This study aims to determine the need for PMIK
based on workload analysis in the assembly
inpatientdepartment.
Methods: This type of research is a descriptive study with
interview and observation methods through aapproach
cross sectional. The population in this study were the head
of the medical record and the medical record unit officer in
thesection assembling.
Results: Based on the results of the study, the calculation of
labor requirements based on the workload of inpatient
assembling officers at X Hospital using the ABK Kes
method, it was found that the number of assembling officers
with a standard workload of 59,600 minutes per 6 months
required 4 medical recorders.
Conclusion: The number of medical recorders is not in
accordance with the current number of medical recorders,
namely 3 medical recorders, therefore 1 additional medical
recorder is needed in the assembly section so that the
implementation of medical records can run well.
Keywords: hospital; assembling; workload; ABK-Kes;
medical record.
*Correspondent Author: Tina Dwiasih
Email : piksi.tinadwiasih.18303079@gmail.com
PENDAHULUAN
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk
upaya pelayanan kesehatan yang di upayakan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat.
Di indonesia sendiri banyak sekali pelayanan kesehatan yang tersedia, contohnya rumah
sakit, posyandu, puskesmas, klinik dokter, balai kesehatan dan masih banyak lagi. Diantara
pelayanan kesehatan diatas, rumah sakit adalah fasyankes yang memeberikan pelayanan
paling kompleks. Menurut World Health Organization, Rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuh penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat (Budi, 2011).
Dalam upaya menjalankan tugas nya, rumah sakit membutuhkan unit-unit agar bisa
membantu dalam menjalankan pelayanan kesehatan, salah satunya adalah unit rekam
medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes RI, 2008), Rekam medis adalah
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes,
2008). Sebagai salah satu unit terpenting di rumah sakit, unit rekam medis berperan sebagai
salah satu ukuran kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. Begitu pula
jumlah petugas rekam medis pun sangatlah berpengaruh bagi rumah sakit, apabila dalam
rumah sakit terjadi keterlambatan dalam melayani pasien karena kurangnya petugas rekam
medis maka akan mempengaruhi mutu dan kualitas rumah sakit tersebut.
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1437
Ruang lingkup dari unit rekam medis yaitu diawali dari mulai penerimaan pasien
sampai dengan pengumpulan data, pengolahan data juga sampai penyajian data informasi
kesehatan. Proses pengolahan berkas rekam medis dilakukan oleh unit khusus yaitu unit
rekam medis bagian assembling karena diperlukan adanya ketelitian dan kemampuan yang
baik dalam mengolah data pasien, agar data tersebut bisa disajikan dengan baik dan benar
untuk bisa dijadikan sumber informasi bagi rumah sakit, administrator dan manajemen
pada sarana Kesehatan dan instansi lain yang berkepentingan berdasarkan ilmu
pengetahuan teknologi rekam medis (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2016)
Agar terlaksananya pelayanan rekam medis yang berkualitas sesuai dengan beban
kerja yang ada, serta tercapainya tujuannya yaitu ke efisiensian dan kesejahteraan yang
berkaitan dengan produktifitas dan kepuasan kerja terutama disuatu rumah sakit, untuk
mencapai tujuan tersebut haruslah memperhatikan pada aspek ergonominya dimana aspek
ini dapat berpengaruh pada kenyamanan kerja petugas (Tengah, Tahun, & Alifah, 2014).
Selain asepek ergonomi, hal yang harus diperhatikan agar pelayanan rekam medis
dapat berjalan baik adalah kualifikasi dan kualitas perekam medis itu sendiri. Dalam
penelitian oleh jacobs (Jacobis, Kojo, & Wenas, 2017) disebutkan bahwa karakteristik dan
kualitas individu secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja dan kualitas kerja
pegawai. Dalam PERMEKES No.55 tahun 2013 pun dinyatakan bahwa kompetensi
perekam medis ialah perekam medis yang telah terbukti kompeten dengan mempunyai
surat tanda teregistrasi atau STR. Surat tanda registrasi perekam medis adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah kepada perekam medis yang telah memiliki sertifikat
kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI no.55, 2013).
Menyadari hal tersebut maka jumlah petugas harus disesuaikan dengan jumlah
beban kerja tersedia sehingga produktifitas para petugas bisa lebih optimal. Jika jumlah
tenaga kerja sedikit, sedangkan beban kerja semakin meningkatkan terjadi kelelahan kerja,
produktifitas kerja menurun dan akan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit,
demikian juga sebaliknya jika jumlah petugas lebih banyak beban kerja, maka banyak pula
waktu yang tersisa sehingga pekerjaan menjadi kurang efektif (Imanti & Setyowati, 2015).
Menurut buku Rekam Medis karya Dr. Rano Indradi S, M.Kes. teori tugas dan
fungsi petugas assembling yaitu (a) merakit kembali formulir-formulir DRM Rawat Jalan,
Rawat Inap, Gawat Darurat menjadi urut/runtut sesuai dengan kronologi penyakit pasien
yang bersangkutan, (b) meniliti kelengkapan data yang tercatat didalam formulir rekam
medis sesuai dengan kasus penyakitnya, (c) mengendalikan Dokumen Rekam Medis yang
dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak lengkap, (d) mengendalikan
penggunaan nomor rekam medis dan (e) mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan
formulir rekam medis (Indradi, 2017).
Rumah Sakit X Bandung adalah rumah sakit tipe C mempunyai kapasitas tempat
tidur sebanyak 207 dan jumlah tenaga unit rekam medis bagian assembling yaitu 3 petugas
dengan hari kerja 6 hari yaitu Senin sampai Jumat dengan jam datang pukul 08.00 sampai
dengan 16.00, hari sabtu pukul 08.00 sampai dengan 12.00. Dari hasil observasi awal kami
di RS x, kami menemukan adanya peningkatan jumlah pasien rawat inap setiap bulannya
serta tugas rangkap di bagian assembling yang bukan termasuk SOP. Hal ini tentu
mempengaruhi keseimbangan antara beban kerja assembling dan jumlah perekam medis di
bagian assembling. Untuk itu kebutuhan tenaga kerja petugas assembling di rumah sakit X
memerlukan suatu perencanaan dan pengembangan dengan menghitung kebutuhan tenaga
kerja berdasarkan beban kerja petugas agar didapatkan tenaga yang berkualitas sesuai
dengan kebutuhan. Maka dari itu tujuan dibuatnya jurnal ini adalah untuk menganalisa
kebutuhan beban kerja perekam medis di bagian assembling.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kebutuhan beban kerja
perekam medis di bagian assembling agar tidak memepengarui tingkat efisiensi dan
produktivitas PMIK, juga mengurangi tingkat kelelahan pekerja yang dapat mempengaruhi
produktivitas dan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit.
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1438
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena dalam
populasi tertentu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional dimana data
yang bersangkutan dengan variable bebas atau variable resiko akan dikumpulkan dalam
waktu yang sama (Notoamodjo Soekidjo, 2018).
Cara pengumpulan data disini adalah dengan cara wawancara dan observasi. Di
dalam buku Metedologi Penelitian Kesehatan disebutkan bahwa Wawancara adalah proses
komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara
peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010). Sedangkan observasi
merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman,
pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian (Masthuroh & Anggita, 2018).
Lokasi penelitian pun bertempat di Rumah Sakit X Daerah Bandung Jawa Barat
dengan populasi penelitian adalah 3 orang perekam medis bagian assembling dan kepala
rekam medis. Analisa perhitungan beban kerja adalah dengan metode ABK Kes (angka
kebutuhan beban kerja kesehatan) yaitu metode kebutuhan SDMIK berdasarkan pada beban
kerja yang dilaksanakan oleh setiap jenis SDMIK pada tiap fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan tugas pokok dan tugas penunjang serta fungsinya (Tim Pusrengun SDM
Kesehatan PPSDM Kes RI Konsultan: Pardjono, SKM, 2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil akhir perhitungan kebutuhan PMIK di RS X terdapat pada tabel 4 yakni
perhitungan kebutuhan SDMK per fasyankes. Adapun tabel yang memperlihatkan proses
proses perhitungan dari awal sampai mendapatkan hasil yang riil dari penelitian ini.
Disediakan juga tabel kualifikasi kapasitas perekam medis bagian assembling di RS X.
Tabel 1. Kapasitas Kerja Perekam Medis Bagian Assembling Rawat Inap
Umur
Karakteristik petugas
Lama kerja
Jenis kelamin
Pendidikan
26
Perempuan
D3-rekam medis
1 tahun
26
Perempuan
D4-rekam medis
2 tahun
24
Perempuan
D3-rekam medis
3 tahun
Sumber: data primer rumah sakit
Tabel 2 Waktu Kerja Tersedia Perekam Medis Assembling
No
Kode
Komponen
Keterangan
Rumus
Jumlah
Satuan
A
B
C
D
E
F
1
A
Hari Kerja
5 Hari Kerja /
Minggu
26 Minggu
130
Hari / 6
bulan
2
6 Hari Kerja /
Minggu
26 Minggu
156
Hari / 6
bulan
3
B
Cuti Pegawai
Peraturan
Pegawai
-
12
Hari / 6
bulan
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1439
4
C
Libur
Nasional
6 bulan
(Kalender)
-
15
Hari / 6
bulan
5
D
Mengikuti
Pelatihan
Rata - rata 6
bulan
-
0
Hari / 6
bulan
6
E
Absen (Sakit,
Cuti Lahiran)
Rata - rata dalam
6 bulan
-
64
Hari / 6
bulan
7
F
Waktu Kerja
(dalam 1
minggu)
Kepres No.
68/1995
-
39
Jam /
Minggu
8
G
Jam Kerja
Efektif (JKE)
Permenkes PAN -
RB 26/2011
75% X 39 Jam
29
Jam /
Minggu
9
WK
Waktu Kerja
(dalam 1
hari)
5 Hari Kerja /
Minggu
E8 /5
5.85
Jam /
Hari
10
6 Hari Kerja /
Minggu
E8 /6
4.875
Jam /
Hari
11
WKT
Waktu Kerja
Tersedia
(hari)
5 Hari Kerja /
Minggu
E1 - (E3 + E4 +E5
+ E6 )
39
Hari / 6
bulan
12
6 Hari Kerja /
Minggu
E2 - (E3 + E4 +E5
+ E6 )
65
Hari / 6
bulan
13
Waktu Kerja
Tersedia
(Jam)
5 Hari Kerja /
Minggu
E1 - (E3 + E4 +E5
+ E6 ) X E9
228
Jam / 6
bulan
14
6 Hari Kerja /
Minggu
E2 - (E7 + E8 +E9
+ E10 ) X E10
316.875
Jam / 6
bulan
Waktu Kerja Tersedia ( WKT) ...... Dibulatkan (dalam jam)
317
Jam / 6
bulan
Waktu Kerja Tersedia ( WKT) ...... Dibulatkan (dalam menit)
19020
Menit /
6 bulan
Tabel 3 Komponen Kerja dan Hasil Hitung SBK Perekam Medis Assembling
(Tugas pokok)
No
Jenis
Tugas
Komponen Beban Kerja (Kegiatan)
Norma
waktu
Satuan
WKT
(Menit)
SBK
1
Tugas
Pokok
Menerima, mengecek pengembalian
berkas rekam medis dari ruang
perawatan dan membuat memo
2
Menit /
DRM
19020
9510
Melakukan assembling berkas rekam
medis sesuai penurunan terlama
5
Menit /
DRM
19020
3804
Melakukan pengecekan kelengkapan
semua formulir
3
Menit /
DRM
19020
6340
Merapihkan dan membersihkan rekam
medis yang kotor
3
Menit /
DRM
19020
6340
Menulis di buku pengembalian
2
Menit /
DRM
19020
9510
Melakukan analisis ketidaklengkapan
rekammedis
5
Menit /
DRM
19020
3804
Tabel 4 Komponen Kerja dan Hasil Hitung SBK Perekam Medis Assembling
(Tugas Penunjang)
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1440
No
Jenis
Tugas
Komponen Beban Kerja
(Kegiatan)
Norma
Waktu
Satuan
Waktu
Kegiatan
(Menit /
Tahun)
WKT
(Menit /
Tahun)
FTP
2
Tugas
Penunjang
Mencari berkas rekam
medis pasien control yang
belum di assembling
4
Menit /
DRM
24
19,020
0.126
Pengajuan pengisian
resume, formulir asuransi,
legalisir kematian dan
visum
15
Menit /
DRM
90
19,020
0.473
Menginput laporan
ketepatan dan kelengkapan
dokumen
3
Menit /
DRM
18
19,020
0.094
Faktor Tugas Penunjang (FTP) dalam %
0.126
Standar Tugas Penunjang (STP) = 1 / (1 (FTP / 100))
1.0
Tabel 4 Perhitungan Kebutuhan SDMK Per-fasyankes
No
Jenis
Tugas
Komponen Beban Kerja (Kegiatan)
Capaian
(6 Bln)
SBK
Kebutuhan
SDMK
1
Tugas
Pokok
Menerima, mengecek pengembalian
berkas rekam medis dari ruang perawatan
dan membuat memo
3505
9510
0.369
Melakukan assembling berkas rekam
medis sesuai penurunan terlama
3804
0.922
Melakukan pengecekan kelengkapan
semua formulir
6340
0.553
Merapihkan dan membersihkan rekam
medis yang kotor
6340
0.553
Menulis di buku pengembalian
9510
0.369
Melakukan analisis ketidaklengkapan
rekammedis
3804
0.922
Jumlah Kebutuhan Tenaga (JKT) PMIK Assembling
4
2
Tugas
Penunjang
Standar Tugas Penunjang (Penghitungan Table 3.2)
1.0
Total Kebutuhan SDMK (PMIK Assembling) = JKT X STP
3.69
Pembulatan
4
Karena sudah ada 3 PMIK
1
Sumber: data primer rumah sakit
Berdasarkan hasil pada table 4, perhitungan di atas di dapatkan hasil bahwa total
kebutuhan SDMK (PMIK Assembling) di RS X ialah 3,69. Hasil tersebut dibulatkan, maka
hasil perhitungan ialah 4 SDMK. Di karenakan di RS X sudah tersedia SDMK sebanyak 3
PMIK bagian assembling, maka berdasarkan perhitungan dibutuhkan 1 PMIK tambahan di
bagian assemblig agar proses pengolahan data dapat berjalan dengan sesuai.
B. Pembahasan
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, tugas pokok dan fungsi petugas
assembling yang di terapkan di rumah sakit X Bandung sudah sesuai dengan teori yaitu
yaitu menerima, mengecek, juga membuat memo pengembalian berkas rekam medis dari
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1441
bangsal, melakukan assembling sesuai urutan, pengecekan kelengkapan formulir berkas
rekam medis, merapihkan dan membersihkan berkas rekam medis, dan menganalisa
ketidak lengkapan berkas. Tidak hanya itu, petugas assembling juga mempunyai tugas
rangkap yang meliputi menginput laporan ketepatan dan kelengkapan dokumen, mencari
dan memilah berkas px control, juga melakukan pengajuan pengajuan permitaan pasien
atau keluarga pasien, seperti pengajuan formulir asuransi, sertifikat kematian, visum,
menjadi petugas pendaftaran rawat jalan/gawat darurat dan lainnya yang bukan merupakan
tugas pokok petugas assembling.
Menurut hasil wawancara dengan salah satu petugas yang bertanggung jawab di
bagian assembling, kendala yang terjadi adalah rangkap tugas. Yang mana setiap petugas
bagian assembling mempunyai tugas rangkap tersendiri, hal tersebut berdampak pada
kualitas dan mutu pekerjaan di assembling, karena bila petugas melakukan pekerjaan di
luar tugas pokoknya maka pekerjaan yang menjadi tugas pokok utama di assembling
menjadi menumpuk sehingga menambah beban kerja pada keesokan harinya. Dan juga,
tidak adanya atau belum adanya pelatihan khusus petugas assembling yang dimaksud untuk
memperluas pengetahuan, meningkatkan kinerja dan motivasi yang tinggi untuk
menyelesaikan pekerjaanya.
Menurut (Jacobis et al., 2017) karateristik pegawai memepunyai banyak peran
dalam kinerja para pekerja sehari hari. Di rumah sakit X terdapat 3 perekam medis bagian
assembling. 2 diantaranya merupakan lulusan D3 jurusan rekam medis dan 1 orang
merupakan lulusan D4 jurusan rekam medis. Rentan usia perekam medis bagian
assembling ialah 24-26 tahun dengan lamakerja perekam medis ini rata-rata 1-3 tahun.
Volume rata2 kegiatan petugas assembling perhari ialah 35 DRM perhari serta estimasi
pengerjaan per point SOP ialah 2-5 menit per DRM.
Perhitungan kebutuhan perekam medis bagian assembling di RS x dengan
menggunakan metode ABK Kes ialah (1) menentukan Fasyankes dan jenis SDMK,
fayankes yang diteliti ialah RS X daerah Bandung Jawa Barat denga kelompo SDMK ialah
unit rekam medis dengan jenis SDMK perekam medis bagian assembling. (2) menetukan
WKT yaitu waktu yang digunkan oleh SDMK untuk melakukan tugas dan kegiatannya
dalam kurun waktu tertentu. (3) menetapkan komponen beban kerja (uraian tugas pokok,
tugas penunjang atau tugas rangkap) (4) menghitung standar beban kerja yaitu
volume/kuantitas pekerjaan dalam waktu tertentu dalam setiap jenis SDMK dengan
menggunakan rumus:
SBK = Waktu Kerja Tersedia (WKT)
Norma Waktu Per Kegiatan Pokok
(5) menghitung faktor dan standar kegiatan penunjang yaitu proporsi waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan setiap kegiatan persatuan waktu (hari, minggu, bulan,
triwula, semester dll) sedangkan Standar Tugas Penunjang adalah suatu nilai yang
merupakan pengali terhadap kebutuhan SDMK tugas pokok. Rumus yang digunakan ialah:
Faktor Tugas Penunjang (FTP)= (Waktu Kegiatan) : (WKT) x 100
dan
Standar Tugas Penunjang (STP) = 1 / (1 (FTP / 100))
Langkah terkahir untuk menghitung kebutuhan pmik ialah (6) menghitung
kebutuhan SDMK per institusi dengan menggunakan rumus (Muhaemin, 2017):
Kebutuhan SDMK = Capaian (1 Tahun) X Standar Tugas Penunjang (STP)
Standar Beban Kerja (SBK)
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1442
Berdasarkan hasil perhitungan, angka kebutuhan tenaga kerja di rumah sakit X
menggunakan metode ABK Kes ialah 4 orang petugas dengan hari kerja 157 hari per 6
bulan, diketahui beban kerja petugas assembling pada bulan Januari-Juni tahun 2021 adalah
sebanyak 3505 pasien atau dokumen. Perhitungan waktu kerja tersedia sesuai rumus dalam
teori diketahui jumlah hari kerja dalam 6 bulan yaitu 157 hari, jumlah hari libur nasional
dalam 6 bulam adalah 15 hari, jumlah hari cuti tahunan dalam 6 bulan adalah 12 hari,
jumlah hari ketidakhadiran kerja dalam 6 bulan adalah 3 hari serta jumlah jam kerja dalam
satu minggu adalah 39 jam dengan waktu kerja perhari dari hari Senin-Jumat 7 jam kerja
sedangkan hari Sabtu 4 jam kerja. Dari data yang telah diketahui tersebut menghasilkan
perhitungan sebesar 381 jam/6 bulan atau 22.800 menit/6 bulan dengan waktu kerja efektif
29,25 jam/minggu.
Perhitungan kebutuhan tenaga kerja di atas bertujuan untuk mengetahui jumlah
petugas assembling yang diperlukan sesuai beban kerja selama 6 bulan. Dari hasil
perhitungan telah diketahui kebutuhan tenaga kerja assembling di tahun 2021 adalah
sebanyak 4 orang petugas. Sedangkan di RS X Bandung memiliki 3 orang petugas sehingga
di butuhkan 1 petugas tambahan, karena beban kerja petugas assembling di RS X masih
belum sesuai.
Selain kurangnya petugas, kendala di bagian assembling adalah masih
ditemukannya berkas rekam medis yang belum lengkap dan tidak tepat waktunya
pengembalian berkas rekam medis dari ruang perawatan ke bagian assembling. Dari hasil
observasi, diketahui ketidaklengkapan dokumen rekam medis terdiri dari tanda tangan, jam
dan diagnosa serta sering terjadi keterlambatan pengembalian berkas melebihi waktu yang
terlah ditentukan yaitu 1x24 jam. Hal hal tersebut justru menyebabkan penumpukan nya
dokumen dan berdampak pada bertambahnya beban kerja PMIK bagian assembling. Ini
pun dibuktikan dalam jurnal Viviene dan Maryani pada tahun 2016 yang menyatakan
bahwa salah satu masalah di bagian assembling adalah banyaknya dokumen yang harus
diteliti ulang kelengkapannya, hal itu karena petugas harus meneliti dan sekaligus harus
merakit DRM (tugas rangkap) yang akan berakibat pada keterlambatan pengkodingan dan
pelaporan, juga akan berdampak pada keterlambatan penyediaan DRM bagi pasien kontrol
rutin setelah melakukan rawat inap.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulan bahwa karakteristik SDM di
unit rekam medis rs x bagian assembling sudah sangat baik, ditinjau dari Pendidikan
terkahir perekam medis yang semuanya sudah menjadi diploma yang dimana mereka semua
pasti sudah mempunyai STR (Surat Tanda Registrasi) yaitu surat yang bisa menilai bahwa
perekam medis tersebut sudah berkompeten. Dari hasil perhitungan dan penelitian peneliti
tentang kebutuhan beban kerja mengunakan metode ABK Kes didapatkan hasil bahwa
jumlah petugas yang dibutuhkan adalah sebanyak 4 orang. Jumlah tersebut belum sesuai
dengan jumlah petugas yang tersedia saat ini yaitu 3 orang. Jadi dibutuhkan 1 orang
perekam medis tambahan di bagian assembling. Terdapat banyaknya tugas rangkap yang
dilakukan bagian assembling sehinga menyebabkan para petugas tidak fokus pada
pekerjaannya dan berdampak pada beban kerja yang menumpuk pada keesokan harinya.
Tidak adanya pelatihan seperti pelatihan tentang analisa berkas rekam medis yang
merupakan hal penting agar pengetahuan bagi para perekam medis assembling tentang
rekam medis dan assembling bisa lebih luas.
Tina Dwiasih, Nurul Amalya, Yuyun Yunengsih /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1435-
1443
Kebutuhan Pmik Berdasarkan Analisa Beban Kerja Pada Bagian Assembling Rawat Inap
Rumah Sakit X Bandung
1443
BIBLIOGRAFI
Permenkes RI no. 5. thn. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
55 Tahun 2013. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 16891699.
Budi, Savitri Citra. (2011). Manajemen unit kerja rekam medis. Yogyakarta: Quantum
Sinergis Media.
Imanti, Muthomimah, & Setyowati, Maryani. (2015). Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja
Berdasakan Beban Kerja Unit Rekam Medis Rumah Sakit Islam Kendal Tahun 2015.
Diakses Dari Http://Eprints. Dinus. Ac. Id/Id/Eprin, 17489.
Indradi, Rano. (2017). Rekam Medis (2nd ed.). Tangerang Selatan: Unversitas Terbuka.
Jacobis, Ghiok Vanali, Kojo, Christoffel, & Wenas, Rudy S. (2017). Pengaruhh
Karakteristik Individu Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di Dinas
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 5(2), 20152022.
https://doi.org/10.35794/emba.v5i2.16485
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2016). Dokumen Rekam Medis Dalam Konteks
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 (1st ed.). Jakarta.
Masthuroh, Imas, & Anggita, Nauri. (2018). Metedologi Penelitian kesehatan. Kementrian
kesehatan Republik Indonesia.
Muhaemin, Muhaemin. (2017). Pengembangan Sistem Informasi Rencana Kebutuhan
SDM Kesehatan dengan Metode Analisis Beban Kerja Studi Kasus: BPPSDMK
Kementerian Kesehatan. Jurnal Sains, Teknologi Dan Industri, 14(2), 219224.
Notoamodjo Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Permenkes, R. I. (2008). No 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis. Jakarta:
Menteri Kesehatan Reupublik Indonesia.
Permenkes RI. (2008). Permenkes RI 269/MENKES/PER/III/2008. Permenkes Ri No
269/Menkes/Per/Iii/2008, Vol. 2008, p. 7.
Tengah, Jawa, Tahun, Periode, & Alifah, Fatimah. (2014). Analisis Beban Kerja Petugas
Assembling Dengan Metode Wisn dI RSJD Dr . Amino gondohutomo provinsi.
Tim Pusrengun SDM Kesehatan PPSDM Kes RI Konsultan: Pardjono, SKM, MPH.
(2017). Buku Manual 1 Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan
Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan ( ABK Kes ). In BPPSDM Kesehatan RI.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).